Anda di halaman 1dari 11

Isu- isu Filosofis Studi Komunikasi

Disusun oleh :

Kelompok 5

Dara Hira Faadhilah (1903110284)

Siti Aisyah (1903110251)

Iin Azrin (1903110263)

Silvia Riski Syafitri (1903110236)

Sri Wahyuni Siahaan (1903110269)

Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Medan

2019
BAB I

Pendahuluan
A. Latar Belakang
Ilmu Komunikasi adalah Ilmu yg mempelajari cara manusia berkomunikasi dan
berinteraksi dengan bahasa, baik verbal dan non verbal. Namun banyak makna tentang
arti kata komunikasi dari sekian banyak definisi yang di ungkapkan para ahli dapat
disimpulkan secara lengkap dengan makna yang hakiki, yaitu komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau untuk
mengubah sikap, pendapat atau perilaku baik langsung (secara lisan, maupun tidak
langsung melalui media).

Banyak yang berfikir bahwa berkomunikasi adalah hal yang mudah. Sehingga saat
berkomunikasi kemudian dijadikan sebagai cabang ilmu, yaitu ilmu komunikasi, maka
sebagian orang akan menganggap sepal cabang ilmu ini. Padahal sesungguhnya ilmu
komunikasi bersifat multi disiplin dan sangat kompleks. Ilmu komunikasi merupakan
ilmu yang mengaitkan banyak ilmu didalam nya. Seperti sosiologi, psikologi,
antropologi, dan lain-lain.

Komunikasi merupakan hal yang tidak bisa luput dari kehidupan kita. Komunikasi
sangat dekat dengan kita manusia. Seperti hal nya komunikasi, filsafat juga hal yang
dekat dengan kita. Saat kita mulai mempertanyakan tentang sesuatu, maka
sesungguhnya kita telah berfilsafat. Filsafat memang merupakan ilmu tertua yang
sekaligus sebagai induk nya ilmu pengetahuan.

Mengingat kompleksitas komunikasi sebagai ilmu, maka penulis merasa perlu bagi
kita untuk menelusuri lebih dalam mengenai komunikasi, melalui filsafat ilmu
komunikasi.

B. Rumusan Masalah
- Apa itu filsafat, komunikasi, dan filsafat komunikasi?
- Apa saja isu-isu filsafat ilmu komunikasi dan sertakan contohnya?
- Bagaimana memahami 3 konseptualisasi komunikasi dalam perspektif
komunikasi dan sertakan contohnya?
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian atau Definisi Filsafat Komunikasi
1. Definisi Filsafat
Secara etimologis atau ilmu bahasa, filsafat berasal dari kata yunani : Philosophia,
sebagai rangkaian kata philos atau philein yang berarti cinta, dan Sophia yang berarti
kebijaksanaan. Sehingga filsafat dapat diartikan cinta pada kebijaksaan. Istilah ini
berawal dari pandangan bahwa pengetahuan manusia yang sesuai melalui indra bukan
pengetahuan sebenarnya; pengetahuan itu relative umum serta mencakup dasar nya,
meliputi keseluruhan objek sampai ke akar. Para pemikir Yunani ingin tahu akan sebab
sedalam dalam nya. Mereka juga tahu, pengetahuan seperti itu hanya dimiliki para
dewa. Manusia hanya punya keinginan cita-cita semata. Manusia yang cinta akan
pengetahuan cinta sejati disebut cinta kebijaksanaan, filosofia. Orang nya disebut
filosof, pencinta kebijaksanaan. Sebagian orang menyebut filsuf.
2. Definisi Komunikasi
Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin communis yang artinya
membuat persamaan atau membangun kebersamaan antara 2 orang atau lebih.
Komunikasi juga berasal dari akar kata bahasa lain communico yang artinya membagi.
3. Definisi Filsafat Ilmu Komunikasi
Ilmu yang mangkaji setiap aspek dari komunikasi dengan menggunakan pendekatan
dan metode filsafat sehingga didapatkan penjelasan yang mendasa, utuh dan sistematis
seputar komunikasi.
B. Isu Isu Filsafat Studi Komunikasi.
Stephen W. Littlejohn dalam bukunya yang berjudul Theories of Human
Communication (1999:31), menjelaskan bahwa terdapat sejumlah isu filosofis tentang
studi komunikasi yang disebut sebagai “metateori”.
Sesuai dengan namanya imbuhan “meta” merujuk pada spekulasi yang menyertai
sebuah teori. Metateori mengajukan sejumlah pertanyaan menyangkut sebuah teori
yakni apa yang dibahas, bagaimana pengamatan dilakukan dan bagaimana suatu teori
terbentuk. Dengan kata lain, metateori adalah teori dari sebuah teori. Selanjutnya,
Llittlejohn membagi isu isu filosofis studi komunikasi menjadi 3 tema, yakni:
epistemology, ontology, dan aksiologi.

1. Isu Isu Epistemology


Epistemology merupakan cabang filsafat yang mengkaji pengetahuan atau
bagaimana cara manusia mendapatkan pengetahuan. Littlejohn menjelaskan bahwa
paling tidak ada 5 pertanyaan yang harus dijawab terkait isu epistemology ini, yakni:
a. Apakah pengetahuan ada karena pengalaman?
Menurut littlejohn, banyak pakar meyakini bahwa semua pengetahuan
berasal dari pengalaman. Kita mengamati dunia ini, karenanya munculah
pengetahuan tentang dunia. Sebagai contoh, seorang anak tidak belajar
bahasa tidak dari apa yang mereka dengar, tetapi dari penggunaan bahasa
yang ia dengar dalam kehidupan sehari hari.
b. Apakah pengetahuan bersifat pasti?
Menurut littlejohn, para teoretisi komunikasi memegang teguh asumsi
bahwa kebenaran bersifat pasti. Jika pun terjadi kesalahan maka sejatinya
bukan dikarenakan relatifitas kebenaran karena memang kebenaran sejati
tersebut belum ditemukan. Hal ini berbeda dengan pandangan kaum relatifis
yang memandang pengetahuan tidak akan pernah pasti karena relitas
universal memang tidak pernah ada.
c. Proses apa yang menyebabkan tumbuhnya pengetahuan ?
Pertama, aliran mentalisme atau rasionalisme yang memandang
pengetahuan ada karena kekuatan manusia untuk mengetahui kebenaran.
Posisi ini meyakini penalaran manusia untuk menentukan kebenaran.
Kedua, aliran empilisme yang menyatakan bahwa pengalaman tumbuh
dalam persepsi.
Ketiga, aliran konstruktivisme yang mengatakan bahwa manusia
menciptakan pengetahuan untuk keperluan pragmatis dan karenanya
manusia memproyeksikan dirinya dalam apa yang mereka alami . Aliran
konstruktivisme percaya bahwa suatu fenomena didunia ini dapat di pahami
dengan cara yang berbeda dan itulah yang disebut pengetahuan, yakni
ketika seseorang memaknai dunia walaupun berbeda dengan orang lain.
Keempat,aliran konstruktivisme sosial yang mengajarkan bahwa
pengetahuan merupakan suatu produk interaksi simbolis dalam suatu
kelompok sosial dengan kata lain, relitas merupakan hasil dari konstruksi
sosial.
d. Apakah pengetahuan sebaiknya dipahami secara terpisah atau
menyeluruh ?
Pertama, aliran gestalis yang mengajarkan bahwa kebenaran ilmu
pengetahuan general dan karenanya tidak dapat di pahami secara terpecah.
Kedua,dikenal sebagai aliran analisis yang lebih mempercayai bahwa
pengetahuan berisi pemahaman tentang bagaimana suatu bagian beroperasi
secara terpisah.
e. Apakah pengetahuan harus eksplisit ?
Menurut Littlejonh, kebanyakan filosof meyakini rumusan bahwa anda
tidak akan mengetahui sesuatu kecuali anda dapat menyatakan apa yang
dimaksud. Pengetahuan karenanya bersifat eksplisit. Hanya beberapa dari
mereka menyatakan bahwa pengetahuan bersifat sembunyi dalam
sensibilitas manusia, karenanya bisa jadi seseorang memiliki suatu
pengetahuan tertentu, namun ia tidak bisa mengungkapkannya.

Contoh isu epistemology kita gunakan dalam kajian gender dan media.
Ada yang mengatakan bahwa media merupakan ruang bagi pria untuk
menyatakan eksistensi mereka. Ada pun tempat untuk wanita adalah selalu
berada pada domain belakang. Kaum feminis melontarkan kritik atas
fenomena komunikasi yang demikian. Isu politis, sosial dan budaya
kemudian diangkat untuk mengadvokasi hak perempuan dalam media.
Secara epistemology, wacana ini muncul atas kritik dari kaum feminis
terhadap ketidakadilan dalam media. Apakah isu ini kebenaran atau bukan,
yang jelas dia timbul dari kegelisahan manusia akan sebuah fenomena yang
dinilai tidak adil bagi sebagian dari mereka, contohnya seperti pada kasus
R.A. KARTINI.
2. Isu Isu Ontology
Ontology merupakan cabang filsafat yang berkaitan dengan hakikat (nature of
being) dari apa yang ingin kita ketahui. Pada kenyataannya, epistemology dan
ontology saling berkaitan hal ini dikarenakan pemahaman kita tentang
pengetahuan tentu tergantung pula bagaimana kita memahami realitas. Dalam
ilmu sosial, ontology membahas tentang hakikat eksistensi manusia,sedangkan
dalam ilmu komunikasi, ontologi memfokuskan pada pemahaman hakikat
interaksi sosial manusia. Menurut Little john, paling tidak ada 4 isu ontology
penting, yakni :
a. Apakah manusia membuat pilihan yang sebenar-benarnya ?
Golongan determinis mengatakan bahwa perilaku manusia merupakan
respon dari keadaan yang ada, dan karenanya sejatinya manusia bersifat reaktif
dan pasif.
Disisi lain, golongan pragmatis mengatakan bahwa manusia merencanakan
prilakunya untuk tujuan dimasa akan datang.

b. Apakah prilaku manusia sebaiknya dipahami secara permanen atau


temporal?
Kondisi temporal manusia (state) memberi pengaruh bagi pilihan tindakan
manusia, juga menyebabkan manusia bisa bersifat dinamis sedangkan kondisi
permanen (treat) menyebabkan tindakan atau prilaku manusia bisa diprediksi,
berisi krakter manusia yg bersifat konsisten. Littlejonh sendiri mengatakan
bahwa baik temporal ataupun permanen, keduanya secara bersama membentuk
karakter dan menentukan prilaku manusia.
c. Apakah pengalaman manusia bersifat individual atau sosial?
Menurut Littlejonh, dalam konteks komunikasi manusia lebih baik dipahami
dalam konteks nya sebagai anggota kelompok sosial. Karenanya unit analisis ilmu
komunikasi adalah lingkungan sosial. Isu ini menjadi penting karena komunikasi
adalah terkait dengan interaksi .
d. Atas dasar apa komunikasi dikontekstualisasikan ?
Sebagian filsuf mengatakan bahwa kehidupan dan tindakan manusia
sebaiknya dipahami berdasarkan faktor-faktor universal. Pandangan lain
meyakini bahwa perilaku manusia sangat terkait dengan konteks yang ada.
Littlejonh sendiri menyetujui adanya pemgaruh keduanya , yakni perilaku
manusia dipengaruhi baik aspek aspek general maupun faktor-faktor situasinal.

Contoh ontology yaitu ontology kucing ,merupakan realitas tentang si kucing,


karena realitas idea inilah kita selalu mengenali si kucing. Padahal banyak kucing
kucing lain, tapi karena idea tentang kucing ini tadi yang membuat kita tetap
mengenali si kucing meskipun kadang bentuk badannya berubah ubah.
3. Isu Isu Aksiologi
Aksiologi merupakan cabang filsafat yg membahas tentang nilai. Ada tiga isu
aksiologi penting , yakni:
a. Dapatkah teori bersifat bebas nilai atau tidak ?
Ilmu pengetahuan klasik mengklaim bahwa teori dan penelitian bebas nilai,
netral, dan berusaha menampilkan fakta apa adanya. Namun demikian,
terdapat pandangan lain yang mengatakan bahwa ilmu pengetahuan memang
secara substantif bisa bebas nilai, namun secara teknis terdapat nilai nilai yang
turut mmengaruhi perkembangan suatu ilmu .
b. Apakah ilmuan memengaruhi teori yang dihasilkan atau tidak ?
Kritik terhadap pada pandangan ini bersumber pada keniscayaan bahwa
suatu penilitian pasti menghasilkan distorsi dari apa yang hendak diteliti.
c. Apakah ilmuan memengaruhi proses sosial atau tidak ?
Banyak pakar mengatakan bahwa tugas ilmuan adalah memproduksi ilmu
pengetahuan, sedangkan urusan sosial diserahkan pada pihak lain seperti
politikus. Sementara pendapat lain bahwa ilmuan memiliki tanggung jawab
untuk mempromosikan nilai nilai positif dalam masyarakat. Dengan demikian,
ilmu pengetahuan tidak bebas nilai, tetapi sebaliknya sadar nilai (value
conscious).

Sebagai contoh, kita akan mengemukakan kasus kekerasan dalam media


yang dipotret melalui media paradigma intepretif. Secara aksiologi, tentu saja
paradigma ini membantu kita keluar dari kekakuan aliran klasik. Dia menyajikan
konteks individu dan interaksi sosialnya dalam berbagai kajian serta
meminimalkan bias nilai dalam proses pengkonstruksian kekerasan dalam
media.

C. Tiga Konseptualisasi Komunikasi.


Sebagaimana dikemukakan John R.Wenburg dan William W. Wilmot juga Kenneth K.
Sereno dan Edward M. Bodaken, setidaknya ada tiga kerangka pemahaman mengenai
komunikasi, yakni komunikasi sebagai tindakan satu arah, komunikasi sebagai interaksi,
dan komunikasi sebagai transaksi.
1) Komunikasi sebagai tindakan satu arah.
Suatu pemahaman popular mengenai komunikasi manusia adalah komunikasi
yang mengisyaratkan penyampaian pesan searah dari seseorang atau suatu
lembaga kepada seseorang atau sekelompok orang lainnya, baik secara langsung
(tatap muka) ataupun melalui media.
Pemahaman komunikasi sebagai proses searah sebenarnya kurang sesuai bila
diterapkan pada komunikasi tatap muka, namun mungkin tidak terlalu keliru bila
diterapkan pada komunikasi publik (pidato) yang tidak melibatkan tanya jawab dan
komunikasi massa (cetak atau elektronik).
Konseptualisasi komunikasi sebagai tindakan satu arah menyoroti penyampaian
pesan yang efektif dan mengisyaratkan bahwa semua kegiatan komunikasi bersifat
instrumental dan persuasif.
Contohnya yaitu pemahaman komunikasi sebagai proses searah sebenarnya
kurang sesuai bila diterapkan pada komunikasi tatap muka, namun mungkin tidak
terlalu keliru bila diterapkan pada komunikasi publik atau pidato yang tidak
melibatkan tanya jawab dan komunikasi massa atau cetak dan elektronik. Akan
tetapi, komunikasi massa melalui radio dan televisipun sekarang ini juga cenderung
dua arah (interaktif). Suatu acara di radio, ataupun televisi, sering mengadakan
acara yang melibatkan tanya jawab secara langsung dengan pendengar atau
pemirsa.
2) Komunikasi sebagai Interaksi
Pandangan komunikasi sebagai interaksi menyetarakan komunikasi dengan
proses sebab akibat atau aksi reaksi, yang arahnya bergantian. Seseorang
menyampaikan pesan, baik verbal maupun nonverbal, seorang penerima bereaksi
dengan memberi jawaban verbal atau menganggukan kepala, kemudia orang
pertama bereaksi lagi setelah menerima respons atau umpan balik dari orang
kedua, begitu seterusnya. Komunikasi sebagai interaksi dipandang sedikit lebih
dinamisdaripada komunikasi sebagai tindakan satu arah. Namun pandangan kedua
ini masih membedakan para peserta sebagai pengirim dan penerima pesan, karena
itu masih tetap berorientasi sumber, meskipun kedua peran tersebut dianggap
bergantian. Jadi, pada dasarnya proses interaksi yang berlangsungjuga masih
bersifat mekanis dan statis.
Contohnya yaitu misalnya fakta bahwa seseorang anggota DPR yang duduk di
barisan belakang tampak tertidur merupakan umpan balik tak disengaja bagi anda
yang sedang menyampaikan pidato saat itu. Anda dapat menggunakan umpan balik
itu dengan mengeraskan suara anda secara tiba tiba sehingga membangunkan
orang yang sedang tidur itu.
3) Komunikasi sebagai transaksi.
Dalam konteks ini komunikasi adalah proses personal karena makna atau
pemahaman yang kita peroleh pada dasarnya bersifat pribadi. Hingga derajat
tertentu para pelakunya sadar akan kehadiran orang lain didekatnya dan bahwa
komunikasi sedang berlangsung, meskipun pelaku tidak dapat mengontrol
sepenuhnya bagaimana orang lain menafsirkan perilaku verbal dan nonverbalnya.
Komunikasi sebagai transaksi bersifat intersubjektif, yang dalam bahasa Rosengren
disebut komunikasi penuh manusia. Menggunakan pandangan ini tampak bahwa
komunikasi bersifat dinamis. Pandangan inilah yang disebut sebagai transaksi, yang
lebih sesuai untuk komunikasi tatap muka yang memungkinkan pesan atau respons
verbal dan nonverbal bisa diketahui secara langsung.
Kelebihan konseptualisasi komunikasi sebagai transaksi adalah bahwa
komunikasi tersebut tidak membatasi kita pada komunikasi yang disengaja atau
respons yang dapat diamati. Dalam komunikasi transaksional, pengamatan atas
aspek tertentu saja, misalnya pesan verbal saja atau pesan nonverbal saja,tidak
menunjukan gambaran komunikasi yang utuh. Istilah transaksi mengisyaratkan
bahwa pihak pihak yang berkomunikasi berada dalam keadaan interdependensi
atau timbale balik. Pendekatan transaksional menyarankan bahwa semua unsure
dalam proses komunikasi saling berhubungan.
Para pakar mendefinisikan komunikasi sebagai proses karena komunikasi
merupakan kegiatan yang ditandai dengan tindakan, perubahan, pertukaran, dan
perpindahan. Terdapat kontinuitas dari setiap unsurnya.
Contohnya yaitu ketika seorang dosen memberikan kuliah di depan sejumlah
mahasiswa menafsirkan isi kuliah dosen, tetapi juga dosen menafsirkan perilaku
anak didiknya, misalnya mahasiswa yang menggigit kuku jarinya (mungkin ia sedang
stress), menggangguk anggukan kepalanya (tampaknya ia mengerti atau setuju),
atau mengerutkan kening ( sepertinya ia belum memahami topik yang dibicarakan
atau sedang bingung).
BAB III

KESIMPULAN
Filsafat,komunikasi, dan filsafat komunikasi
Filsafat dapat diartikan cinta pada kebijaksaan, sedangkan istilah komunikasi
berpangkal pada perkataan latin communis yang artinya membuat persamaan atau
membangun kebersamaan antara 2 orang atau lebih. Lalu Ilmu yang mangkaji setiap
aspek dari komunikasi dengan menggunakan pendekatan dan metode filsafat sehingga
didapatkan penjelasan yang mendasa, utuh dan sistematis seputar komunikasi disebut
filsafat ilmu komunikasi.

Isu isu filsafat ilmu komunikasi.


Isu isu filsafat ilmu komunikasi terbagi menjadi tiga yakni, epistemology, ontology,
dan aksiologi yang disebut metateori. Metateori mengajukan sejumlah pertanyaan
menyangkut sebuah teori yakni apa yang dibahas, bagaimana pengamatan dilakukan,
dan bagaimana suatu teori dibentuk.
Epistemology berarti kata, pikiran percakapan tentang pengetahuan atau ilmu
pengetahuan. Epistemology menjadi dasar untuk memahami secara mendalam apa
sesungguhnya ilmu komunikasi itu.
Dalam ilmu komunikasi, ontology berpusat pada interaksi sosial manusia. Seperti
hanya pada ranah epistemology, ontology dalam ilmu komunikasi juga dapat dilihat dari
beragam perspektif. Ontology dalam ilmu komunikasi menjadi penting karena para
teoritis mengkonseptualisasikan komunikasi dengan bergantung pada pengukuran yang
luas mengenai bagaimana melihat para komunikator itu. Aksiologi merupakan cabang
filsafat yang membahas tentang nilai.

3 konseptulisasi komunikasi dalam perspektif komunikasi.


Ada tiga konsep dalam komunikasi yakni,komunikasi sebagai tindakan satu
arah,komunikasi sebagai interaksi , dan komunikasi sebagai transaksi.
Komunikasi tidak mempunyai awal dan tidak mempunyai akhir. Meskipun kematian
menghentikan peran anda sebagai penerima, kematian tidak menghentikan peran anda
sebagai sumber. Pendeknya , kita tidak dapat menyetop komunikasi. Kapan komuniksai
dimulai atau berakhir sulit dipastikan.
DAFTAR PUSTAKA

Littlejohn, Stephen W. Theories of Human Communication. Edisi ke-5. Belmont, California:


Wadsworth, 1996.
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Rosda, 2017, hlm. 67-77.
Rapar, Jan Hendrik. 1996. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Kanisius
https://www.academia.edu/38933225/ETIKA_DAN_FILSAFAT_KOMUNIKASI
https://sabdakhairuss.blogspot.com/2019/01/contoh-ontologi-epistemologi-dan-
aksiologi.html?m=0

Anda mungkin juga menyukai