Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PERKEMBANGAN FILSAFAT MODERN


Diajukan guna memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat Umum

Dosen Pengampu: H. Muhammad Nur, S.Ag

Disusun Oleh: 1. 2. 3. Rintoko ( 08350105 ) Khurul Anam ( 08350106 ) Abd. Aziz M.M.M ( 08350107 ) 4. 5. 6. Amiruddin Widarko Sutrisno ( 08350108 ) ( 08350109 ) ( 08350105 )

AL AHWAL AL SYAKHSIYYAH FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN

Pada umumnya sejarah perkembangan filsafat terbagi dalam tiga periode, yaitu periode filsafat kuno, periode pertengahan, periode modern. Dalam periode modern terbagi dalam dua era, yaitu era awal perkembangan filsafat modern ( abad 14-18 ) dan era terkini ( abad 19-sekarang). Dalam makalah ini akan dibahas empat aliran filsafat era terkini (abad 19sekarang), yaitu fenomenologi, strukturalisme, analitika, dan eksistensialisme. Beberapa latar belakang yang menyebabkan munculnya alira-aliran filsafat modern antara lain: 1. Adanya kesadaran pada diri manusia untuk bertanya terhadap suatu hal dengan sebenar-benarnya. 2. Timbulnya keraguan terhadap problema. 3. Adanya kejengkelan dari pengekangan agama terhadap filsafat. 4. Munculnya suasana sofisme modern. Dari beberapa latar belakang di atas, pengekangan agama terhadap filsafatlah yang menjadi alasan utama munculnya filsafat modern. Filsafat modern sendiri pada umumnya sama serperti Yunani Kuno yang dipengaruhi oleh sofisme (skeptisisme) yang isisnya antara lain: perang manusia, material, dan kepentingan nasional. Tetapi filsafat abad 20 berbeda dengan filsafat sebelumnya dengan adanya perang ide.

BAB II PEMBAHASAN

Aliran-Aliran Filsafat Pada Abad 20 Didalam bab ini tidak membicarakan semua aliran yang ada, namun kita akan membatasi pada empat aliran saja. Yakni: fenomenologi, eksistensialisme, strukturalisme, dan analitika.

A. Fenomenologi Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani yaitu fenomenon yang berarti gejala, sesuatu yang tampak, yang terlihat karena bercahaya. Jadi, filsafat fenomenologi dapat diartikan sebagai suatu aliran yang membicarakan segala sesuatu yang menempakan dirinya. Aliran ini muncul dengan tujuan agar seseorang dalam melihat suatu realitas tidak hanya melalui fenomena-fenomena atau gejala-gejalayang terjadi, tetapi lebih mendalam lagi sampai pada hakikatnya. Tokoh-tokohnya antara lain: 1. Edmund Husserl ( 1859-1938 ) Edmund Husserl terkenal sebagai seorang yang memprakarsai filsafat fenomenologi. Menurut Edmund Husserl memberi pernyataan yang perlu dan esensial tentang apa yang ada. Dalam langkah-langkah penyelididikan ia menemukan objek-objek ( yang tidak terbatas isinya ) yang membentuk dunia yang kita alami. Benda tersebut dapat dilukiskan menurut kesadaran dimana dia ditemukan. Dengan demikian, fenomenologi dijelaskan sebagai pembalik

pada benda, sebagai lawan dari ilusi atau susunan pikiran. Justru karena benda adalah objek kesadaran yang langsung dalam bentuk yang murni. 2. Maunice Marleo-Ponty ( 1908-1961 ) Sebagai mana Husserl, Maunice yakin bahwa seorang filosof benar-benar harus memulai kegiatannya dengan meneliti pengalaman-pengalaman sendiri tentang realitas. Dengan begitu ia menjauhkan diri dari dua extrim, yang pertama yaitu hanya meneliti atau mengulangi penelitian tentang apa yang telah dikatakan orang tentang realitas, dan yang kedua hanya memperhatikan aspek-aaspek luar dari pengalaman tanpa menyebut realitas sama sekali. Diskripsi yang dilakukan oleh Maunice Marleo-Ponty tidak hanya berurusan dengan data, rasa, atau esensi saja, akan tetapi menurutnya kita melakukan penjumpaan perceptual dengan alam. Maunice Marleo-Ponty menegaskan sangat perlunya persepsi sebagai cara untuk mencapai yang riil. 3. Max Sheler ( 1874-1928 ) Yang membedakan filsafat Edmund Husserl dengan Max Sheler adalah pemikiranm Edmund Husserl terjadi berdasarkan permasalahan yang di hadapi, maka pertumbuhan pada filsafat Max Sheler jauh lebih terikat perkembangan hidupnya.

B. Eksistesialisme Istilah esistensialisme tidak menunjukan sesutu sistem filsafat secara khusus. Terdapat perbedaan-perbedaan yang besar antar bermacam-macam filsafat yang bisa dikelmpokan sebagai filsafat esistensialisme, tetapi meskipun begitu, terdapat tema-tema yang sama yang memberi ciri kepada gerakan-gerakan

eksistensialis. Esistensialisme adalah pemberontakan terhadap beberapa sifat dari filsafat tradisional dan masyarakat modern. Dalam satu segi, esistensialisme merupakan suatu protes terhadap rasionalisme Yunani atau tradisi klasik dari filsafat. Khususnya pandangan yang spekulatif tentang manusia, seperti pandangan Plato dan Hegel. Esistensialisme merupakan penekanan kembali terhadap beberapa pikiran terdahulu. Dalam arti ini esistensialisme boleh dikatakan filsafat lama dan juga filsafat modern. Sebagai gerakan yang modern esistensialisme tersohor hanya pada abad ke-20. Sedangkan pada abad ke-19 beberapa pemikiran yang kesepian. Seperti Kierkegaard Nietzche dan Dostorsky meneriakan protes mereka dengan mencatatkan pehatian mereka kondisi manusia. Selama abad ke-20, ekspresi perhatian terhadap perasaan ketersaingan manusia serta kehilangan arti atau makna hidup menjadi teriakan umum. Dalam istilah mereka, manusia tidak berada di rumah atau didalam alam dimana ia harus membuat rumah. Ajaran esistensialisme tidak hanya saatu melainkan suatu aliran filsafat yang bersifat teknis, yang menjelma dalam bermacam-macam sistem, yang satu berbeda dengan yang lain. Namun sekalipun berbeda dan juga ciri-ciri yang sama yang menjadi sistem-sistem itu dapat dicap sebagai filsafat esistensialisme. Empat pemikir yang dapat disebut filsafat esistensialisme antara lain: pemikir Martin Heidegger, pemikir Karl Jaspers, dan pemikir Gabriel Marcel. Ada beberapa persamaan empat pemikir diatas diantaranya:

a. Motif

pokok merupakan apa yang disebut eksistensi yaitu cara manusia

berada, hanya manusialah yang bereksistensi, pusat perhatian ini ada pada manusia. Oleh karena itu bersifat humanistis. b. Bereksistensi harus diartikan seara dinamis. Bereksistensi berarti menciptakan dirinya secara aktif, berbuat, membuat atau menjadi, merencanakan. Setiap saat manuisa menjadi lebih atau kurang dari keadaannya. c. Didalam filsafat eksisitensialisme manusia di pandang terbuka. Manusia adalah realitas yang belum selasai, dan masih harus dibentuk. Pada

hakikatnya manusia terikat pada dunia sekitarnya, terlebih pada manusia. d. Filsafat eksistensialisme memberi tekanan pada pengalaman yang konkrit dan eksistensial.

C. Strukturalisme Strukturalisme merupakan aliran filsafat yang membicarakan hubungan dalam satu bidang kanyataan tertentu yang harus ditemukan serta dilukiskan supaya dapat dipahami apa yang sebernarnya hendak dipahami. Yang terpenting bukanlah yang menyangkut isi gejala-gejala, melainkan skema formal yang menggambarkan hubungan-hubungan antara gejala satu dengan gejala yang lain. Masalah yang terbesar yang dihadapi dalam filsafat strukturalisme adalah bagaimana dapat terjadi dalam satu kebudayaan segala sesuatu saling berhubungan. Jaringan hubungan lebih penting dibandingkan falta-fakta dan bahan-bahan yang dipertaruhkan oleh hubungan tersebut. Begitu pula sistem hubungan ini lebih penting dibandingkan sejarah terjadinya sistem itu. Yang

pokok ialah masalah struktur masyarakat bukan masalah asal usulnya. Tokohtokoh dalam filsafat strukturalisme dianataranya ialah: a. Claude Levi-Straus ( lahir 1903 ) Terkenal sebagai letak dasar strukturalisme. Yang terpenting baginya dalam strukturalisme ialah melukiskan struktur serata cara kerja dua manusia. Segala yang kita dapati pada struktur sadar, sesungguhnya didasarkan struktur-struktur tidak sadar yang terletak lebih dalam. b. Michal Faucault (lahir 1926 ) Yang terpenting baginya dalam strukturalisme ialah selalu yang

menyangkut struktur pada masa. Penyorotan-penyorotan mengenai strukturstruktur berdasar pembahasan pada masa-masa tertentu, oleh Faucault disebut Arkeologi. Sementara cara kerjanya dengan metebletika.

D. Analika Filsafat analitik adalah aliran filsafat yang fungsi kata-kata dan hubungan antara kata-kata dan benda-benda. Bahasa adalah alat yang paling penting dari seorang filosof serta perantara untuk menemukan ekspresi. Oleh karena itu, ia sensitif terhadap kekaburan serta cacat-cacatnya dan merasa simpatik untuk menjelaskan dan memperbaiki. Kemampuanya untuk menggunakan bahasa adalah satu dari sifat-sifat yang khusus bagi manusia. Bahasa yang dipakai untuk percakapan dengan daya tarik kepada telinga mempunyai kelebihan terhadap alamat-alamat dan gambarangambaran atau isyarat yang mempunyai daya tarik pada penglihatan. Bahasa dapat mempengaruhi pemikiran dan pengalaman dengan cara yang halus dan

bermacam-macam.

Bahasa

dapat

mencetak

pikiran-pikiran

orang

yang

memakainya. Oleh karena itu, terdapat interaksi antara peradaban dan bentuk linguistik yang dipakai. Bahasa mempunyai bermacam-macam fungsi. Antaralain: kognitif, ekspresis, efokatif, imperatif, dan seremomial. Tokoh-tokoh filsafat analitik diantaranya: a. George Edwar Moore ( 1973-1958 ) Moore mempunya keyakinan bahwa dalam masalah kefilsafatan

sesungguhnya merupakan maslah-masalah semu, yang kiranya akan segara hilang manakala seseorang secara cermat mempertimbangkan apakah sebenarnya yang dimaksud oleh maslah-masalah tersebut. Pertama-tama yang diperlukan adalah analisa terhadap kata-kata yang dipergunakan, kemudian setelah diketahui apa yang dimaksud muncul pernyataan yang kedua yaitu alasan yang mendasari pendirian tersebut. Moore

memperkirakan para filosof sering kurang rapi menangani masalah analisa dan kurang teliti dalam penalaran. b. Alfed North Whitehead ( 1861-1947 ) Filsafat akan sampai pada kenyataan yang dialami dengan memakai akal dalam perenungan. Kenyataan adalah segala sesuatu yang ada dan pada dasarnya dapat dipahami. Kenyataan yang dialami bukan sesuatu keseluruhan yang terdiri dari benda-benda melainkan kenyaaaan itu senantiasa bergerak dan berkembang. Dunia tidak terdiri dari benda-benda, melainkan dari peristiwa-peristiwa. Setiap peristiwa merupakan organisme. Setiap peristiwa berakar pada masa lampau, mengarah pada masa depan dan bersangkutan pada masa kini dalam keseluruhannya. Segala sesuatu

berhubungan dengan yang lain, sehingga dunia merupakan suatu persekutuan yang besar. Pemahaman Whitehead atas peistiwa yang sebenarnya terjadi denganjalan menghubungan dengan suatu bjek abadi. c. Ludwig Witgenstein ( 1889-1951 ) Hasil karya Witgenstein yaitu Tractacus , mempunyai kesimpulan sebagai berikut: apa yang dapat diperkatakan, dapat diperkatakan dengan jelas; dan apa yang tidak bisa dibicarakan, hendaknya kita diamkan. Yang dapat dibicarakan ialah hal-hal yang merupakan bahan ilmu pengetaqhuan positif. Berhubungan dengan itu, filsafat dalam artinya yang tradisional tidak mungkin ada. Satu-satunya tugas yang tersisa bagi filsafat adalah bahwa ia harus memberi peringatan kepada mereka yang menyatakan pendapatnya manakala ia melanggar batasa-batas yang dapat diperkatakan. Artinya melanggar batas imu pengetahuan ilmu positif. Ini bukan berarti pemikiran dibatasi, yang diberi batas hanya bahasa yang bersetatus sebagai ungkapan buah pemikiran. Batas ini ditentukan oleh bahasa itu sendiri, sebab yang mengandung makna hanyalah hal-hal yang dapat diferivikasi secara empirik. Kiranya keliru jika ada yang beranggapan bahwa filsafat analitik hanya mempunyai arti yang konkrit bagi pemikiran mengenahi bahasa. Yang menarik bahwa melalui analisa bahasa, para realis sibuk sekali menghadapi masalahmasalah kesusilaan, sosial dan politik.

BAB III PENUTUP

Manusia harus melukiskan sejumlah besar pengertian yang mencerminkan sikap-sikap dan bentuk-bentuk perilaku dalam kehidupan manusia. Satu-satunya kemungkinan untuk memperoleh pelukisan yang runtut ialah melakukan lukisan yang ideal, artinya merumuskan titik puncak atau bentuk perilaku tertentu yang diidamkan. Disinilah terdapat titik yang didalamnya fenimenologi, eksistensi, dan analitik saling bertemu. Hal tersebut terletak didalam filsaat yang tidak dapat melangkah tanpa bantuan sosiologi dan ekonomi, namun ia sendiri ikut menetukan arah penyelidikan tersebut. Pada abad ke-20 timbul bermacam-macam aliran yang berdiri sendiri, yang masing-masing menyebarkan pemikiran yang mendalam dalam masyarakat disekitarnya. Barang siapa yang ingin mengenal orang pada zamannya ia harus tahu apa yang dipikirkan orang-orang pada zamannya itu. Mempelajari filsafat dapat menjadikan seseorang bisa mengerti apa sebab orang-orang berbuat sesuatu . serta memberi petunjuk kearah mana seseorang harus mencari pemecahan persoalanpersoalan yang dihadapi pada suatu zaman tertentu.

10

DAFTAR PUSTAKA

Tafsir, Ahmad, Prof. Dr., Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, ( Bandung: Rosda, 2007 ), cet. III. Hadi Wijono, Harun, Dr., Sari Sejarah Filsafat Barat 2, ( Yogyakarta: Kanisius, 1980 ). Rosjidi, M, Prof. Dr. H., Persoalan-Persoalan Filsafat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984). Delfgaauw, Bernard, Dr., Filsafat Abad 20, ( Yogyakarta: Tiara Wacana, 1988 ).

11

Anda mungkin juga menyukai