FAKULTAS TEKNIK
PERTEMUAN 5
TEORI FENOMENOLOGI (LANJUTAN)
b. Alfred Scrutz
Ahli teori sosiologi-fenomenologi yang paling menonjol adalah Alfred
Schutz, seorang murid Husserl yang berimigrasi ke Amerika Serikat
setelah munculnya fascism di Eropa, melanjutkan karirnya sebagai
bankir dan guru penggal-waktu (part-time). Dia muncul di bawah
pengaruh filsafat pragmatis dan interaksionisme-simbol; barngkali
cara terbaik untuk mendekati karyanya adalah melihatnya sebagai
bentuk interaksionisme yang lebih sistematik dan tajam. Akan tetapi,
dalam karya klasiknya yang berjudul The Phenomenology of the
Social World, bagaimanapun, dia tertarik dengan penggabungan
pandangan fenomenologi dengan sosiologi melalui suatu kritik
sosiologi terhadap karya Weber. Dia mengatakan bahwa reduksi
fenomenologis, pengesampingan pengetahuan kita tentang dunia,
meninggalkan kita dengan apa yang ia sebut sebagai suatu “arus-
pengalaman” (stream of experience).
d. Max Weber
Terkait dengan fenomonologi, Max Weber membahas tentang
Verstehen. Max Weber (1864-1920) merupakan tokoh sosiologi yang
paling berpengaruh dalam pemahaman nominalisme sosiologis.
Menurutnya, kajian sosiologi yang memfokuskan perhatian pada studi
mengenai entitas masyarakat, institusi atau lembaga-lembaga sosial
bersifat abstrak dan penuh spekulasi. Bagi Weber, satu-satunya
perihal yang konkret adalah motif berikut tindakan yang dimiliki
individu, “Tak ada sesuatu yang dinamakan masyarakat, melainkan
kumpulan individu dan kelompok yang menjalin hubungan sosial satu
sama lain”, pungkas Weber. Di satu sisi, pernyataan tersebut dapat
diasumsikan sebagai berikut, “Keluarkan individu dari masyarakat,
maka habislah masyarakat. Tetapi, bubarkan masyarakat beserta
lembaga-lembaganya, maka individu akan tetap ada”. Oleh
karenanya, obyek studi sosiologi Weber berfokus pada motif tindakan
sosial aktor.
Rangkuman
Fenomenologi sebagai bidang disiplin filsafat dan sebagai metodologi ilmu manusia telah
diakui kemampuannya dalam mempelajari suatu fenomena sosial. Disamping
kelebihannya, fenomenologi juga tidak lepas dari kritik para peneliti lainnya, salah
satunya adalah Daniel Dennett. Daniel Dennet menyatakan bahwa pendekatan orang
pertama dalam fenomenologi memiliki keterbatasan dalam meneliti keberadaan manusia
secara efektif.