MODUL PERKULIAHAN Perancangan Tapak Pengelolaan Sampah Dan Elemen Pembentuk

BAB
XII
SAMPAH DAN PENGELOLAANNYA

12.1. Rencana Pembelajaran Semester

CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa dapat menjabarkan analisis lanjutan dalam tapak serta dapat mengaplikasikan pada
perancangan tapak

MATERI PEMBELAJARAN
Pengolahan Sampah
12.2. Materi Perkuliahan
Sampah merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh banyak kota, semakin tingginya
jumlah penduduk dan aktivitasnya, membuat volume sampah terus meningkat. Akibatnya, untuk
mengatasi sampah diperlukan biaya yang tidak sedikit dan lahan yang semakin luas. Sampah jika
tidak dikelola dengan baik maka semakin lama akan semakin membahayakan kesehatan dan
lingkungan jika tidak dikelola dengan baik.
Sampah merupakan sisa dari proses pengubahan energi yang tidak bisa sempurna, Ketika
manusia makan, maka sebagian akan diubah menjadi energi untuk beraktivitas dan sisanya akan
diubah menjadi limbah kotoran, Begitu pula dalam proses produksi di industri, tidak semua bahan
mentah dapat diubah menjadi barang jadi, tetapi sebagian akan diubah menjadi sampah atau
limbah. Dalam rumah tangga pun demikian, tidak semua barang‐barang konsumsi habis semuanya,
sebagian akan dibuang dalam bentuk sampah, baik sampah organik maupun anorganik.
Berdasarkan sifatnya terdiri dari sampah organik (dapat diurai atau degradable) dan sampah
anorganik (tidak dapat diurai atau undegradable). Pada awalnya ketika jumlah penduduk masih
sedikit, sampah bukan merupakan sebuah permasalahan. Namun, seiring dengan semakin
meningkatnya jumlah penduduk dan aktivitasnya, maka sampah semakin besar jumlahnya.
Pengelolaan sampah mutlak diperlukan mengingat dampak buruknya bagi kesehatan dan
MODUL PERKULIAHAN: PERANCANGAN TAPAK (RB013) | 77

lingkungan. Sampah menjadi tempat berkembangbiaknya organisme penyebab dan pembawa
penyakit dan dapat mencemari lingkungan.
Pengelolaan sampah di Indonesia pada umumnya belum dilaksanakan secara terpadu. Sampah
dari berbagai sumber, baik dari rumah tangga, pasar, industri dan lain‐lain, langsung diangkut
menuju Tempat Penampungan Sementara (TPS) tanpa melaui proses pemilahan dan pengolahan.
Dari TPS, sampah kemudian diangkut menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA) untuk kemudian
ditimbun.
Gambar 12.1. Kondisi penimbunan sampah di Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat.
Pengelolaan sampah secara terpadu adalah pemilahan yang dilakukan mulai dari sumber

penghasil sampah, baik dari rumah tangga, pasar, industri, fasilitas umum, daerah komersial
kemudian dipisahkan berdasarkan sifatnya seperti sampah organik (sisa makanan, daun) dipisah
dengan sampah anorganik (plastik, kaca) pemilahan ini biasanya dilakukan di TPS (Tempat
Pembuangan Sementara).
Setelah dilakukan pemilahan di TPS, sampah ini akan dikumpulkan dan diangkut ke TPA (Tempat
Pembuangan Akhir) kemudian ditimbun dengan menggunakan metode sanitary landfill.
Perkembangan pengelolaan sampah yang terbilang lambat ini dikarena belum ada sistem yang
mendukung untuk melakukan pengolahan sampah.
Sebagian besar sampah yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia merupakan sampah organik.
Data menunjukkan bahwa rata‐rata komposisi sampah di beberapa kota besar di Indonesia adalah:
organik (25%), kertas (10%), plastik (18%), kayu (12%), logam (11%), kain (11%), gelas (11%), lain‐lain
(12%). Sampah organik dapat dimanfaatkan secara langsung, tanpa melalui proses tertentu, untuk

pakan ternak, khususnya ikan. Sampah organik juga dapat diproses untuk berbagai keperluan
diantaranya adalah pakan ternak dan kompos.
Sampah anorganik biasanya berupa botol, kertas, plastik, kaleng. Sampah ini sering kita jumpai

di beberapa tempat seperti sungai, halaman rumah, lahan pertanian dan di jalan‐jalan. Sifatnya
tidak dapat diurai membuat sampah ini bertahan lama. Sampah plastik bisa bertahan sampai
ratusan tahun, sehingga dampaknya akan sangat lama.
a. Contoh pengolahan sampah organic
i. Sampah organic yang mudah di olah adalah sampah hasil sisa makanan, sampah
jenis ini dapat diolah menjadi menjadi makanan untuk hewan ternak. Sebagai
contoh, sampah sisa makanan dipilah, kemudian masuk keadalam pabrik
kemudian dijadikan pelet untuk makanan ikan.
ii. Kompos
Dengan bantuan mikroorganisme sampah organic dapat menjadi pupuk kompos
setelah melalui proses pengomposan dengan bantuan bakteri Aktinomecetes,
Kapang, Protozoa, Cacing tanah. Bentuk sampah organic yang dapat menjadi
kompos adalah pasar, limbah pertanian, limbah peternakan.
Dampak dengan adanya pengolahan sampah organic akan berdampak kepada

lingkungan seperti mengurangi polusi udara karena pembakaran, mengurangi
kebutuhan lahan untuk menimbun, dapat meningkatkan kesuburan tanah dan
memperbaiki kondisi tanah.
b. Contoh pengolahan sampah non – organic
Penanganan sampah non – organic dapat dilakukan dengan cara :
i. Reduce (mengurangi penggunaan)
Prosedur untuk sampah anorganik adalah dengan cara menggunakan kembali
barang‐barang yang masih layak pakai, sebagai contoh adalah menjual alat
elekronik kepada tukang barang bekas atau menservis alat elektronik yang rusak
karena hanya komponen tertentu yang rusak dan komponen lainnya masih bisa
dipergunakan ulang.


ii. Reuse
Mempergunakan kembali barang yang sudah tidak dipakai, sebagai contoh
adalah menggunakan botol kaca bekas sirup dapat digunakan sebagai wadah
minuman.
iii. Recycle
Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri
atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan
pembuatan produk/material bekas pakai. Sampah yang dapat didaur ulang
diantaranya adalah:
 Botol bekas kemasan kecap, saos, sirup.
 Kertas, terutama kertas bekas di kantor, koran, majalah, kardus.
 Logam bekas kemasan minuman ringan, bekas kemasan kue, rangka
meja, besi rangka beton.
 Plastik bekas kemasan sampo, air mineral, jerigen, ember.
Gambar 12.2. Tempat sampah tiga warna
Pengolahan pada skala lingkungan perumahan yang paling sederhana adalah melakukan
pemilahan antara sampah organik, sampah non organik dan sampah Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3). Saat ini mulai berkembang adalah melakuan pengolahan sampah organik menjadi pupuk
kompos. Karena pengolahannya cenderung murah dan tidak membutuhkan keterampilan khusus
dalam mengolahnya.

Gambar 12.3. Kompos hasil pengolahan sampah organik
Pengolahan sampah non organik cenderung sedikit pengolahnya, karena untuk mengolah
sampah non organik membutuhkan keterampilan khusus dan waktu yang lebih panjang untuk
mengolah sampah menjadi barang yang berekonomis tinggi, karena hasil olahan sampah non
organik nilai ekonomisnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan hasil olahan non organik.
Gambar 12.4. Tas hasil olahan sampah non organik yang berasal dari sachet kopi instan.

Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) dilingkup masyarakat masih belum dapat diolah
sedemikian rupa seperti halnya sampah organic dan non organic, hal ini disebabkan sampah jenis
ini cukup rumit dalam penerapan reuse, recycle dan reduce. Tingkat kerumitan cukup bermacam –
macam jenisnya tergantung seberapa banyak besaran kandungan kimia yang terdapat pada sampah
B3.
Pada perancangan pengolahan sampah pada tapak ada beberapa aspek yang harus
diperhatikan, beberapa diantaranya adalah:
a. Fasilitas persampahan: fasilitas yang dimaksud adalah bak sampah baik yang bersifat
individu, karena berdasarkan SNI 19 – 2454 – 2002 mengenai tata cara Teknik
operasional pengolahan sampah perkotaan, setiap rumah dengan asumsi 5 jiwa maka
harus memilki tempat sampah pribadi, kapasitas tempat sampah pribadi ini dirancang
untuk dapat menampung sampah rumah tangga seperti sampah sisa sayur, sisa
makanan.
Fasilitas berikutnya yang harus dilakukan adalah mempersiapkan gerobak sampah,
tempat penampungan sementara serta jika memungkinkan berikan fasilitas
pengomposan untuk pengolahan sampah organic.
b. Lahan khusus sampah: lahan yang dipergunakan untuk pengolahan sampah adalah lahan
kosong yang dilengkapi dengan peta lokasi lahan, dimensi lahan dan status pengelolaan
lahan.
c. Jalan aksesbilitas menuju lokasi pengolahan sampah, akses jalan ini berfungsi sebagai
perlintasan kendaraan pengumpul sampah. Aksesbilitas pengumpul sampah harus
dilengkapi dengan dimensi jalan, potongan jalan, sirkulasi jalan menuju lokasi
pengolahan tapak.
Perancangan tapak permukiman sangat diperlukan estimasi potensi sampah terutama untuk
sampah rumah tangga yang terdiri dari berat dan komposisi sampah dari seluruh rumah yang ada
di suatu kawasan diman sampah tersebut harus diklasifikasikan berdasarkan sifatnya.

12.3. Rangkuman
1. Sampah merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh banyak kota, semakin tingginya
jumlah penduduk dan aktivitasnya, membuat volume sampah terus meningkat.
2. Sampah merupakan sisa dalam proses produksi di industri, tidak semua bahan mentah dapat
diubah menjadi barang jadi, tetapi sebagian akan diubah menjadi sampah atau limbah.
3. Dalam rumah tangga pun demikian, tidak semua barang‐barang konsumsi habis semuanya,
sebagian akan dibuang dalam bentuk sampah, baik sampah organik maupun anorganik.
4. Berdasarkan sifatnya terdiri dari sampah organik (dapat diurai atau degradable) dan sampah
anorganik (tidak dapat diurai atau undegradable).
5. Pengelolaan sampah di Indonesia pada umumnya belum dilaksanakan secara terpadu. Sampah
langsung diangkut menuju Tempat Penampungan Sementara (TPS) tanpa melaui proses
pemilahan dan pengolahan, kemudian diangkut menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
untuk kemudian ditimbun.
6. Sebagian besar sampah yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia merupakan sampah organic
yang dapat diolah menjadi kompos.
7. Sedangkan untuk sampah anorganik dapat dilakukan dengan cara reduce, reuse, recycle.

12.4. Contoh Tugas dan Diskusi
Soal:
Setiap kawasan harus memiliki pengolahan sampah masing – masing, agar dapat menekan produksi
sampah. Pengolahan sampah dilakukan dengan cara mengumpulkan sampah, memilah sampah dan
yang terakhir adalah mengolah sampah sesuai dengan sifatnya.
Pengolahan sampah harus membutuhkan lokasi yang khusus, lengkap dengan sirkulasinya yang
khusus. Dalam tugas ini anda diminta untuk membuat detail pengolahan sampah untuk tapak wilayah
studi. Pengolahan tapak harus memiliki tempat untuk pengumpulan, pengelolaan pemilahan, serta
gambarkan dengan informasi dan lengkapi dengan ukuran/ dimensi.


Jawab:
Gambar 12.5. contoh penyajian tugas pengolahan sampah pada tapak
12.5. Tugas dan Diskusi
Dalam tugas ini anda diminta untuk membuat detail pengolahan sampah untuk tapak wilayah studi.
Pengolahan tapak harus memiliki tempat untuk pengumpulan, pengelolaan pemilahan, serta
gambarkan dengan informasi dan lengkapi dengan ukuran/ dimensi.

12.6. Referensi
1. Lynch, Kevin. 1962. Site Planning. The MIT Press. Cambridge. Massachusetts.
2. Levy, John M. 2003. Contemporary Urban Planning. Prentice Hall. New Jersey

BAB XIII
ELEMEN PEMBENTUK

13.1. Rencana Pembelajaran Semester

CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa dapat menjabarkan analisis lanjutan dalam tapak serta dapat mengaplikasikan pada
perancangan tapak

MATERI PEMBELAJARAN
Elemen ruang luar
13.2. Materi Perkuliahan
Salah satu aspek kuat yang dapat menjadi branding suatu kota adalah citra kota yang
merupakan suatu gambaran khas yang melekat pada kota yang dapat menciptakan representasi kota
bagi penduduk maupun pengunjung. Citra kota pada umumnya dipengaruhi oleh aspek fisik kota
tersebut. Dalam bukunya Image of The City, Kevin Lynch mengungkapkan ada lima elemen pembentuk
image kota secara fisik, yaitu:
a. Path (jalur),
b. Edge (tepian),
c. Distric (kawasan),
d. Nodes (simpul),
e. Landmark (penanda).
Kelima elemen ini dirasa dapat mewakili cita rasa dari suatu kawasan dan memberikan citra yang kuat
terhadap kota. Pada bidang arsitektur kelima elemen dapat digunakan untuk membentuk mental map
(peta mental) yang digunakan untuk memudahkan mengingat atau merekam elemen‐elemen fisik
dalam merancang suatu tapak

a. Path (Jalan/jalur)
Path adalah jalur‐jalur dimana pengamat biasanya bergerak dan melaluinya. Path
dapat berupa jalan raya, trotoar, jalur transit, canal, jalur kereta api. Bagi banyak
orang, ini adalah elemen dominan dalam gambaran mereka. Orang mengamati tapak
sambil bergerak melaluinya, dan sepanjang path elemen‐elemen lingkungan lain
diatur dan berhubungan.
Path (jalan) secara mudah dapat dikenali karena merupakan koridor linier yang dapat
dirasakan oleh manusia pada saat berjalan mengamati tapak. Struktur ini bisa berupa
gang‐gang utama, jalan transit, jalan mobil/ kendaraan, pedestrian, sungai, atau rel
kereta api. Untuk kebanyakan orang, jalan adalah elemen tapak yang paling mudah
dikenali, karena semua manusia menikmati tapak pada saat dia berjalan. Jadi didalam
elemen ini mengandung pengertian jalur transportasi linier yang dapat dirasakan
manusia.
Path adalah elemen yang paling penting dalam citra tapak. Kevin Lynch menemukan
dalam risetnya bahwa jika identitas elemen ini tidak jelas, maka kebanyakan orang
meragukan citra tapak secara keseluruhan. Path merupakan rute‐rute sirkulasi yang
biasanya digunakan orang untuk melakukan pergerakan secara umum. Path
mempunyai identitas yang lebih baik kalau memiliki tujuan besar (misalnya ke stasiun,
tugu, alun‐alun, dan lain‐lain), serta ada penampakan yang kuat (misalnya fasad,
pohon, dan lain‐lain), atau ada belokan yang jelas.
Orang yang mengetahui tapak dengan lebih baik, biasanya telah menguasai bagian
dari struktur jalan; orang‐orang ini berpikir jauh dalam kaitannya dengan jalan‐jalan
tertentu dan saling berhubungan. Mereka mengetahui tapak dengan paling baik
dengan mengandalkan pada landmark kecil dan kurang tergantung pada wilayah atau
pith (pusat).
Kualitas ruang mampu menguatkan citra jalan‐jalan khusus, dengan cara yang sangat
sederhana yang dapat menarik perhatian, dengan pengaturan kelebaran atau
kesempitan jalan‐jalan. Kualitas ruang kelebaran dan kesempitan mengambil bagian
kepentingan mereka dari kaitan umum jalan‐jalan utama dengan kelebaran dan jalan‐
jalan pinggir dengan kesempitan. Selain itu karakteristik facade khusus juga penting
untuk identitas path, dengan menonjolkan sebagian karena facade‐facade bangunan

yang membatasinya. Juga dengan pengaturan tekstur trotoar dan pengaturan
tanaman dapat menguatkan gambaran path dengan sangat efektif.
b. Edges (Tepian)
Edges adalah elemen linear yang tidak digunakan atau dipertimbangkan sebagai path
oleh pengamat. Edges adalah batas‐batas antara dua wilayah, sela‐sela linier dalam
kontinuitas: pantai, potongan jalur kereta api, tepian bangunan, dinding.
Edges juga merupakan elemen linier yang dikenali manusia pada saat dia berjalan,
tapi bukan merupakan jalur/paths. Batas bisa berupa pantai, dinding, deretan
bangunan, atau jajaran pohon/ lansekap. Batas juga bisa berupa barrier antara dua
kawasan yang berbeda, seperti pagar, tembok, atau sungai. Fungsi dari elemen ini
adalah untuk memberikan batasan terhadap suatu area tapak dalam menjaga privasi
dan identitas kawasan, meskipun pemahaman elemen ini tidak semudah memahami
paths.
Edges berada pada batas antara dua kawasan tertentu dan berfungsi sebagai
pemutus linear. Edges merupakan penghalang walaupun kadang‐kadang ada tempat
untuk masuk. Juga merupakan pengakhiran dari sebuah district yang lebih baik jika
kontinuitas tampak jelas batasnya. Demikian pula fungsi batasnya harus jelas;
membagi atau menyatukan.
Edges sering merupakan path juga. Jika pengamat tidak berhenti bergerak pada path,
maka image sirkulasi nampak merupakan gambaran yang dominan. Unsur ini
biasanya digambarkan sebagai path, yang dikuatkan oleh karakteristik‐karakteristik
perbatasan.
c. District (Distrik)
Distrik (district) adalah kawasan tapak yang bersifat dua dimensi dengan skala tapak
menengah sampai luas, dimana manusia merasakan ’masuk’ dan ’keluar’ dari
kawasan yang berkarakter beda secara umum. Karakter ini dapat dirasakan dari
dalam kawasan tersebut dan dapat dirasakan juga dari luar kawasan jika
dibandingkan dengan kawasan dimana si pengamat berada.
Distrik adalah elemen tapak yang paling mudah dikenali setelah jalur/paths, meskipun
dalam pemahaman tiap individu bisa berbeda. Districts merupakan wilayah yang
memiliki kesamaan (homogen). Kesamaan tadi bisa berupa kesamaan karakter/ciri
bangunan secara fisik, fungsi wilayah, latar belakang sejarah dan sebagainya.

Sebuah kawasan district memiliki ciri khas yang mirip (bentuk, pola, wujudnya) dan
khas pula dalam batasnya, dimana orang merasa harus mengakhiri atau memulainya.
District dalam tapak dapat dilihat sebagai referensi interior maupun eksterior. Distrik
mempunyai identitas yang lebih baik jika batasnya dibentuk dengan jelas tampilannya
dan dapat dilihat homogen, serta fungsi dan posisinya jelas (introvert/ekstrovert atau
berdiri sendiri atau dikaitkan dengan yang lain).
Karakteristik‐karakteristik fisik yang menentukan district adalah kontinuitas tematik
yang terdiri dari berbagai komponen yang tidak ada ujungnya: yaitu tekstur, ruang,
bentuk, detail, simbol, jenis bangunan, penggunaan, aktivitas, penghuni, tingkat
pemeliharaan, topografi. Di sebuah tapak yang dibangun dengan padat, homogenitas
facade merupakan petunjuk dasar dalam mengidentifikasi district besar. Petunjuk
tersebut tidak hanya petunjuk visual: kebisingan dan ketidakteraturan bisa dijadikan
sebagai petunjuk. Nama‐nama district juga membantu memberikan identitas, juga
distrik‐distrik etnik dari tapak tersebut.
d. Nodes (Simpul)
Nodes adalah titik‐titik, merupakan elemen spot‐spot strategis dalam sebuah tapak
dimana pengamat bisa masuk, dan yang merupakan fokus untuk ke dan dari mana dia
berjalan. Nodes bisa merupakan persimpangan jalan, tempat break (berhenti
sejenak) dari jalur, persilangan atau pertemuan path, ruang terbuka atau titik
perbedaan dari suatu bangunan ke bangunan lain.
Nodes juga berhubungan erat dengan elemen district, karena simpul‐simpul tapak
yang kuat akan menandai karakter suatu district. Untuk beberapa kasus, nodes bisa
juga ditandai dengan adanya elemen fisik yang kuat. Nodes menjadi suatu tempat
yang cukup strategis, karena bersifat sebagai tempat bertemunya beberapa
kegiatan/aktifitas yang membentuk suatu ruang dalam tapak.
Setiap nodes dapat memiliki bentuk yang berbeda‐beda, tergantung dengan pola
aktifitas yang terjadi didalamnya. Nodes merupakan simpul atau lingkaran daerah
strategis dimana arah atau aktivitasnya saling bertemu dan dapat diubah ke arah atau
aktivitasnya lain, misalnya persimpangan lalu lintas, stasiun, lapangan terbang,
jembatan, tapak secara keseluruhan dalam skala makro besar, pasar, taman, square,
dan sebagainya. Tidak setiap persimpangan jalan adalah sebuah nodes, yang
menentukan adalah citra place terhadapnya. Nodes adalah satu tempat dimana

orang mempunyai perasaan ‘masuk’ dan ’keluar’ dalam tempat yang sama. Nodes
mempunyai identitas yang lebih baik jika tempatnya memiliki bentuk yang jelas
(karena lebih mudah diingat), serta tampilan berbeda dari lingkungannya (fungsi,
bentuk).
Persimpangan jalan atau tempat berhenti sejenak dalam perjalanan sangat penting
bagi pengamat tapak. Karena keputusan harus dibuat persimpangan jalan,
masyarakat meningkatkan perhatian mereka ditempat‐tempat tersebut dan melihat
unsur‐unsur terdekat dengan lebih jelas.
e. Landmark (Penanda)
Landmark adalah titik‐acuan dimana si pengamat tidak memasukinya, mereka adalah
di luar. Landmark biasanya merupakan benda fisik yang didefinisikan dengan
sederhana seperti: bangunan, tanda, toko, atau pegunungan. Beberapa landmark
adalah landmark‐landmark jauh, dapat terlihat dari banyak sudut dan jarak, atas
puncak‐puncak dari elemen yang lebih kecil, dan digunakan sebagai acuan orintasi.
Landmark adalah elemen fisik suatu tapak sebagai referensi tapak dimana pengamat
tidak dapat masuk kedalamnya, tetapi penanda bersifat eksternal terhadap
pengamat. Biasanya dikenali melalui bentuk fisik dominan dalam suatu kawasan
tapak seperti bangunan, monumen, toko, atau gunung. Landmark sudah dikenali
dalam jarak tertentu secara radial dalam kawasan tapak dan dapat dilihat dari
berbagai sudut tapak; tetapi ada beberapa landmark yang hanya dikenali oleh
kawasan tertentu pada jarak yang relatif dekat. Landmark bisa terletak di dalam tapak
atau diluar kawasan tapak (bedakan antara gunung dan monumen). Elemen fisik yang
bersifat bergerak/mobile juga dapat dijadikan penanda, seperti matahari dan bulan.
Pada skala yang lebih kecil, penanda yang lebih detail, seperti facade sebuah toko,
lampu jalanan, reklame juga bisa dijadikan penanda. Secara umum, landmark
merupakan suatu tanda dalam mengenali suatu kawasan.
Landmark merupakan titik referensi seperti elemen node, tetapi orang tidak masuk
didalamnya karena bisa dilihat dari luar letaknya. Landmark adalah elemen eksternal
dan merupakan bentuk visual yang menonjol dari tapak. Beberapa landmark letaknya
dekat, sedangkan yang lainnya jauh sampai di luar tapak. Beberapa landmark hanya
mempunyai arti di daerah kecil dan dapat dilihat hanya di daerah itu, sedangkan
landmark lain mempunyai arti untuk keseluruhan tapak dan bisa dilihat dari mana‐

mana. Landmark adalah elemen penting dari bentuk tapak karena membantu orang
untuk mengorientasikan diri di dalam tapak dan membantu orang mengenali suatu
daerah. Landmark mempunyai identitas yang lebih baik jika bentuknya jelas dan unik
dalam lingkungannya, dan ada sekuens dari beberapa landmark (merasa nyaman
dalam orientasi), serta ada perbedaan skala masing‐masing.
Sebagai contoh, Piazza San Marcodi Venesia. berdiri kontras dengan karakter umum
tapak yang sempit, mengelilingi ruang yang berdekatan. Namun memiliki ikatan kuat
dengan fitur utama tapak, dan memiliki bentuk untuk berorientasi yang menjelaskan
arah dan dari mana seseorang memasukinya. Hal ini sangat terstruktur dan berbeda.
Ruang ini begitu khas, sehingga orang yang belum pernah ke Venesia pun akan segera
mengenalinya dari foto.

13.3. Rangkuman
1. Salah satu aspek kuat yang dapat menjadi branding suatu kota adalah citra kota yang merupakan
suatu gambaran khas yang melekat pada kota yang dapat menciptakan representasi kota bagi
penduduk maupun pengunjung.
2. Dalam bukunya Image of The City, Kevin Lynch mengungkapkan ada lima elemen pembentuk
image kota. Pada bidang arsitektur kelima elemen dapat digunakan untuk memudahkan
mengingat atau merekam elemen‐elemen fisik dalam merancang suatu tapak.
3. Path adalah jalur‐jalur dimana pengamat biasanya bergerak dan melaluinya. Path dapat berupa
jalan raya, trotoar, jalur transit, canal, jalur kereta api.
4. Edges adalah elemen linear yang tidak digunakan atau dipertimbangkan sebagai path oleh
pengamat. Edges adalah batas‐batas antara dua wilayah, sela‐sela linier dalam kontinuitas:
pantai, potongan jalur kereta api, tepian bangunan, dinding.
5. Distrik (district) adalah kawasan tapak yang bersifat dua dimensi dengan skala tapak menengah
sampai luas, dimana manusia merasakan ’masuk’ dan ’keluar’ dari kawasan yang berkarakter beda
secara umum.
6. Nodes adalah titik‐titik, merupakan elemen spot‐spot strategis dalam sebuah tapak dimana
pengamat bisa masuk, dan yang merupakan fokus untuk ke dan dari mana dia berjalan.
7. Landmark biasanya merupakan benda fisik yang didefinisikan dengan sederhana seperti:
bangunan, tanda, toko, atau pegunungan. Beberapa landmark adalah landmark‐landmark jauh,

dapat terlihat dari banyak sudut dan jarak, atas puncak‐puncak dari elemen yang lebih kecil, dan
digunakan sebagai acuan orientasi.

13.4. Contoh Tugas dan Diskusi
Soal:
1. Salah satu aspek kuat yang dapat menjadi branding suatu kota adalah?
Jawab:
2. Citra kota, citra kota yang merupakan suatu gambaran khas yang melekat pada kota yang dapat
menciptakan representasi kota bagi penduduk maupun pengunjung.

13.5. Tugas dan Diskusi
1. Apakah yang di maksud path/jalur dan berikan contohnya.
2. Apakah yang di maksud dengan edges dan jelaskan fungsi edges yang merangkap sebagai path?
3. Apakah yang dimaksud dengan district dan bagaimana karakter atau ciri secara fisik dari district?
4. Berikan pengertian bentuk dari nodes dan bagaimana bentuk penerapan pada tapak?
5. Jelaskan mengenai landmark jauh?

13.6. Referensi
1. Lynch, Kevin. 1962. Site Planning. The MIT Press. Cambridge. Massachusetts.
2. Levy, John M. 2003. Contemporary Urban Planning. Prentice Hall. New Jersey


MODUL PERKULIAHAN Perancangan Tapak Pengelolaan Sampah Dan Elemen Pembentuk

Diunggah oleh

Informasi Dokumen

Judul Asli

Hak Cipta

Format Tersedia

Bagikan dokumen Ini

Bagikan atau Tanam Dokumen

Opsi Berbagi

Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?

Apakah konten ini tidak pantas?

Hak Cipta:

Format Tersedia

MODUL PERKULIAHAN Perancangan Tapak Pengelolaan Sampah Dan Elemen Pembentuk

Diunggah oleh

Hak Cipta:

Format Tersedia

BAB

Pengelolaan sampah secara terpadu adalah pemilahan yang dilakukan mulai dari sumber

Sampah anorganik biasanya berupa botol, kertas, plastik, kaleng. Sampah ini sering kita jumpai

Dampak dengan adanya pengolahan sampah organic akan berdampak kepada

Anda mungkin juga menyukai