Anda di halaman 1dari 24

TUGAS MATA KULIAH

FILSAFAT ILMU

Dosen : Prof. Dr. Dra. Edy Dwi K., S.E., M.M.

Disusun oleh :

Nama : Rendra Laksana

NIM : 21120094

Kelas : Salatiga

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS DARUL ULUM ISLAMIC CENTRE SUDIRMAN GUPPI

2021
Pertanyaan 1

Jelaskan pengertian filsafat ilmu!

Jawaban :

Filsafat yaitu suatu usaha untuk menjelaskan suatu masalah tertentu dg cara berpikir yang
menyeluruh dan mendasar (Y.S. SOEMANTRI). Menyeluruh dalam arti mewadahi
hakekat sesuatu dalam kerangka pengetahuan2 lain yang lebih luas baik dlm arti moral
agama dan kemasyarakatan. Mendasar dalam arti mencari makna yang terdalam dari
sesuatu.

Filsafat yaitu sifat yg tidak saja begitu percaya bahwa ilmu itu benar. Philo/cinta =
keinginan. Ingin untuk mengetahui/ ingin berusaha untuk mengetahui sesuatu yang
diinginkan. Sofia = kepandaian dalam arti mengerti secara mendalam.Filsafat = ingin
mencapai pengertian secara mendalam, (Poejo Wijatno)

Kata filsafat menunjukkan pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan dan penyelidikan
dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab asal dan hukumnya. Manusia
filosofis adalah manusia yang memiliki kesadaran diri dan akal sebagaimana ia juga
memiliki jiwa yang independen dan bersifat spiritual. (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan mengenai


hakikat ilmu.(Vardiansyah Dani). Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi dan
implikasi dari ilmu, yang termasuk di dalamnya antara lain ilmu alam dan ilmu sosial. Di
sini, filsafat ilmu sangat berkaitan erat dengan epistemologi dan ontologi. Filsafat ilmu
berusaha menjelaskan masalah-masalah seperti: apa dan bagaimana suatu konsep dan
pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah, bagaimana konsep tersebut dilahirkan, bagaimana
ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui teknologi; cara
menentukan validitas dari sebuah informasi; formulasi dan penggunaan metode ilmiah;
macam-macam penalaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan; serta
implikasi metode dan model ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan
itu sendiri.
Pertanyaan 2

Jelaskan pengertian dan macam – macam positivism dalam filsafat ilmu!

Jawaban :

Positivisme secara etimologi berasal dari kata positive, yang dalam bahasa filsafat
bermakna sebagai suatu peristiwa yang benar-benar terjadi, yang dapat dialami sebagai
suatu realitas. Ini berarti, yang disebut sebagai positif bertentangan dengan sesuatu yang
hanya ada di dalam angan-angan (impian), atau terdiri dari sesuatu yang hanya merupakan
konstruksi atas kreasi kemampuan untuk berpikir dari akal manusia. Dapat disimpulkan
bahwa pengertian positivisme secara terminologi berarti suatu paham yang dalam
"pencapaian kebenaran"-nya bersumber dan berpangkal pada kejadian yang benar-benar
terjadi. Segala hal di luar itu, sama sekali tidak dikaji dalam positivisme.

 Metafisika, membahas tentang hal-hal yg bereksistensi dibalik yg fisis, meliputi


bidang: ontologi, kosmologi dan antropologi

 Epistemologi, berkait dengan persoalan hakikat pengetahuan

 Metodologi, berkait dengan persoalan hakikat metode dlm IP

 Logika, berkait dg filsf berfikir, yi. rms², dalil² berfikir yg benar

 Etika, berkait dengan tingkah laku moralitas manusia

 Estetika, berkait dg persoalan hakikat keindahan

• Positivisme Sosial

Penjabaran dr keb masy dan sejarah. Mengembangkan ilmu u/ organisasi sosial

(August Comte, John Stuart Mill).

• Positivisme Evolusioner

Berangkat dr phisika dan biologi dengan doktrin biologi. Hal dan kesadaran itu
menampilkan sifat yg berbeda, tetapi mengenai substansi itu satu yaitu monistik

(Herbert Spencer, Haeckel dan Monisme)

• Positivisme Kritis

Fakta menjadi satu-satunya jenis unsur yg membangun realitas(sejml rangkaian hub


beragam hal inderawi yg relatif stabil).
Tokohnya al 1) Mach Avenarius:Konsep merupakan abstraksi selektif atas sejumlah fakta
yg pemilihannya lebih didominasi oleh yg biologik. 2) Pearson: konsep hukum merupakan
deskripsi tentang dunia luar, bukan persepsi. Petzoldt: hukum memungkinkan orang
memilih kondisi mana yg diperkirakan lebih efektif thd determinasi suatu phenomena.

Pertanyaan 3

Jelaskan pengertian dan macam – macam post positivism dalam filsafat ilmu!

Jawaban :

Post-positivisme merupakan perbaikan positivisme yang dianggap memiliki kelemahan-


kelemahan, dan dianggap hanya mengandalkan kemampuan pengamatan langsung
terhadap objek yang diteliti. Secara ontologis aliran post-positivisme bersifat critical
realism dan menganggap bahwa realitas memang ada dan sesuai dengan kenyataan dan
hukum alam tapi mustahil realitas tersebut dapat dilihat secara benar oleh peneliti. Secara
epistomologis: Modified dualist/objectivist, hubungan peneliti dengan realitas yang diteliti
tidak bisa dipisahkan tapi harus interaktif dengan subjektivitas seminimal mungkin. Secara
metodologis adalah modified experimental/ manipulatif.

Ontology

bersifat nyata, artinya realita itu mempunyai keberadaan sendiri dan diatur oleh hukum-
hukum alam dan mekanisme yang bersifat tetap.

Realis kritis – artinya realitas itu memang ada, tetapi tidak akan pernah dapat dipahami
sepenuhnya.

Epistemologi

·dualis/objektif, adalah mungkin dan esensial bagi peneliti untuk mengambil jarak dan
bersikap tidak melakukan interaksi dengan objek yang diteliti.

·Nilai, faktor bias dan faktor yang mempengaruhi lainnya secara otomatis tidak
mempengaruhi hasil studi.
Objektivis modifikasi - artinya objektivitas tetap merupakan pengaturan (regulator) yang
ideal, namun objektivitas hanya dapat diperkirakan dengan penekanan khusus pada
penjaga eksternal, seperti tradisi dan komunitas yang kritis.”

Pertanyaan 4

Salah satu cabang dari filsafat ilmu adalah Filsafat phenomenology, jelaskan konsep
dasarnya!

Jawaban :

Fenomenologi (Inggris: Phenomenology) berasal dari bahasa Yunani phainomenon dan


logos. Phainomenon berarti tampak dan phainen berarti memperlihatkan. Sedangkan logos
berarti kata, ucapan, rasio, pertimbangan. Dengan demikian, fenomenologi secara umum
dapat diartikan sebagai kajian terhadap fenomena atau apa-apa yang nampak. Lorens
Bagus memberikan dua pengertian terhadap fenomenologi. Dalam arti luas, fenomenologi
berarti ilmu tentang gejala-gejala atau apa saja yang tampak. Dalam arti sempit, ilmu
tentang gejala-gejala yang menampakkan diri pada kesadaran kita.

Sebagai sebuah arah baru dalam filsafat, fenomenologi dimulai oleh Edmund Husserl
(1859 – 1938), untuk mematok suatu dasar yang tak dapat dibantah, ia memakai apa yang
disebutnya metode fenomenologis. Ia kemudian dikenal sebagai tokoh besar dalam
mengembangkan fenomenologi. Namun istilah fenomenologi itu sendiri sudah ada
sebelum Husserl. Istilah fenomenologi secara filosofis pertama kali dipakai oleh J.H.
Lambert (1764). Dia memasukkan dalam kebenaran (alethiologia), ajaran mengenai gejala
(fenomenologia). Maksudnya adalah menemukan sebab-sebab subjektif dan objektif ciri-
ciri bayangan objek pengalaman inderawi (fenomen).

Immanuel Kant memakai istilah fenomenologi dalam karyanya Prinsip-Prinsip Pertama


Metafisika (1786). Maksud Kant adalah untuk menjelaskan kaitan antara konsep fisik
gerakan dan kategori modalitas, dengan mempelajari ciri-ciri dalam relasi umum dan
representasi, yakni fenomena indera-indera lahiriah.

Hegel (1807) memperluas pengertian fenomenologi dengan merumuskannya sebagai ilmu


mengenai pengalaman kesadaran, yakni suatu pemaparan dialektis perjalanan kesadaran
kodrati menuju kepada pengetahuan yang sebenarnya. Fenomenologi menunjukkan proses
menjadi ilmu pengetahuan pada umumnya dan kemampuan mengetahui sebagai perjalanan
jiwa lewat bentuk-bentuk atau gambaran kesadaran yang bertahap untuk sampai kepada
pengetahuan mutlak. Bagi Hegel, fenomena tidak lain merupakan penampakkan atau
kegejalaan dari pengetahuan inderawi: fenomena-fenomena merupakan manifestasi
konkret dan historis dari perkembangan pikiran manusia.

Edmund Husserl memahami fenomenologi sebagai suatu analisis deskriptif serta


introspektif mengenai kedalaman dari semua bentuk kesadaran dan pengalaman-
pengalaman langsung; religius, moral, estetis, konseptual, serta indrawi. Perhatian filsafat,
menurutnya, hendaknya difokuskan pada penyelidikan tentang Labenswelt (dunia
kehidupan) atau Erlebnisse (kehidupan subjektif dan batiniah). Penyelidikan ini hendaknya
menekankan watak intensional kesadaran, dan tanpa mengandaikan praduga-praduga
konseptual dari ilmu-ilmu empiris.

Fenomenologi merupakan metode dan filsafat. Sebagai metode, fenomenologi


membentangkan langkah-langkah yang harus diambil sehingga kita sampai pada fenomena
yang murni. Fenomenologi mempelajari dan melukiskan ciri-ciri intrinsik fenomen-
fenomen sebagaimana fenomen-fenomen itu sendiri menyingkapkan diri kepada
kesadaran. Kita harus bertolak dari subjek (manusia) serta kesadarannya dan berupaya
untuk kembali kepada “kesadaran murni”. Untuk mencapai bidang kesadaran murni, kita
harus membebaskan diri dari pengalaman serta gambaran kehidupan sehari-hari. Sebagai
filsafat, fenomenologi menurut Husserl memberi pengetahuan yang perlu dan esensial
mengenai apa yang ada. Dengan demikian fenomenologi dapat dijelaskan sebagai metode
kembali ke benda itu sendiri (Zu den Sachen Selbt), dan ini disebabkan benda itu sendiri
merupkan objek kesadaran langsung dalam bentuk yang murni.

Secara umum pandangan fenomenologi bisa dilihat pada dua posisi. Pertama ia merupakan
reaksi terhadap dominasi positivisme, dan kedua, ia sebenarnya sebagai kritik terhadap
pemikiran kritisisme Immanuel Kant, terutama konsepnya tentang fenomena – noumena.
Kant menggunakan kata fenomena untuk menunjukkan penampakkan sesuatu dalam
kesadaran, sedangkan noumena adalah realitas (das Ding an Sich) yang berada di luar
kesadaran pengamat. Menurut Kant, manusia hanya dapat mengenal fenomena-fenomena
yang nampak dalam kesadaran, bukan noumena yaitu realitas di luar yang kita kenal.

Husserl menggunakan istilah fenomenologi untuk menunjukkan apa yang nampak dalam
kesadaran kita dengan membiarkannya termanifestasi apa adanya, tanpa memasukkan
kategori pikiran kita padanya. Berbeda dengan Kant, Husserl menyatakan bahwa apa yang
disebut fenomena adalah realitas itu sendiri yang nampak setelah kesadaran kita cair
dengan realitas. Fenomenologi Husserl justru bertujuan mencari yang esensial atau eidos
(esensi) dari apa yang disebut fenomena dengan cara membiarkan fenomena itu berbicara
sendiri tanpa dibarengi dengan prasangka (presupposition).

Sebagai reaksi terhadap positivisme, filsafat fenomenologi berbeda dalam memandang


objek, bila dibandingkan dengan filsafat positivisme, baik secara ontologis, epistemologis,
maupun axiologis. Dalam tataran ontologism, yang berbicara tentang objek garapan ilmu,
filsafat positivisme memandang realitas dapat dipecah-pecah menjadi bagian yang berdiri
sendiri, dan dapat dipelajari terpisah dari objek lain, serta dapat dikontrol. Sebaliknya,
filsafat fenomenologi memandang objek sebagai kebulatan dalam konteks natural,
sehingga menuntut pendekatan yang holistik, bukan pendekatan partial.

Dalam tataran epistemologis, filsafat positivisme menuntut perencanaan penilitian yang


rinci, konkrit dan terukur dari semua variabel yang akan diteliti berdasarkan kerangka
teoritik yang spesifik. Tata cara penelitian yang cermat ini kemudian dikenal dengan
penelitian kuantitatif. Teori yang dibangun adalah teori nomothetik, yaitu berdasarkan pada
generalisasi atau dalil-dalil yang berlaku umum. Sebaliknya, filsafat fenomenologi
menuntut pemaknaan dibalik realitas, sehingga perlu keterlibatan subjek dengan objek, dan
subjek bertindak sebagai instrumen untuk mengungkap makna dibalik suatu realitas
menurut pengakuan, pendapat, perasaan dan kemauan dari objeknya. Tatacara penelitian
seperti ini kemudian dikenal dengan penelitian kualitatif. Teori yang dibangun adalah teori
ideografik, yaitu upaya memberikan deskripsi kultural, human atau individual secara
khusus, artinya hanya berlaku pada kasus yang diteliti.

Pada tataran axiologis, filsafat positivisme memandang kebenaran ilmu itu terbatas pada
kebenaran empiric sensual – logik dan bebas nilai. Sebaliknya, filsafat fenomenologi
mengakui kebenaran ilmu secara lebih luas, yaitu mengakui kebenaran empirik sensual,
kebenaran logik, kebenaran etik dan kebenaran transcendental. Oleh karena itu, ilmu
pengetahuan yang diperoleh tidak bebas nilai (value free), akan tetapi bermuatan nilai
(value bond), tergantung pada aliran etik yang dianutnya, apakah naturalisme, hedonisme,
utilitarianisme, idealisme, vitalisme, ataukah theologisme atau pandangan filsafat yang
lain.

Peranyaan 5
Tuliskan syarat syarat yang harus dipenuhi agar pengetahuan menjadi ilmu!

Jawaban :

Pengetahuan menjadi ilmu bila memenuhi kriteria (syariat ilmu)

a. Memiliki objek yang jelas


b. Memiliki metode tertentu
c. Disusun secara sistematis
d. Memiliki tujuan

Peranyaan 6

Apa sifat yang melekat pada ilmu itu, tuliskan!

Jawaban :

SIFAT ILMU : LOSADA

L = Logis (masuk akal, tak bertentangan dg hukum2 logika)

O = Objektif (selalu didasarkan pada fakta data yang ada)

S = Sistematis

A = Andal (dpt dibuktikan Kembali / verifikasi) dengan hasil yang sama

D = Dirancang atau direncanakan (datangnya ilmu tidak tiba - tiba)

A = Akumulatif (akan selalu bertambah dan berkembang sesuai kebutuhan)

Pertanyaan 7

Apa itu kebenaran dalam filsafat ilmu, Jelaskan!

Jawaban :

Purwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, menerangkan bahwa kebenaran itu
adalah 1). Keadaan (hal dan sebagainya) yang benar (cocok dengan hal atau keadaan yang
sesungguhnya. Misalnya kebenaran berita ini masih saya ragukan, kita harus berani
membela kebenaran dan keadilan. 2). Sesuatu yang benar (sugguh-sugguh ada, betul-betul
hal demikian halnya, dan sebagainya). Misalnya kebenaran-kebenran yang diajarkan
agama. 3). Kejujuran, kelurusan hati, misalnya tidak ada seorangpun sanksi akan kebaikan
dan kebenaran hatimu. Sedang menurut Abbas Hamami, kata “kebenaran” bisa digunakan
sebagai suatu kata benda yang konkrit maupun abstrak. Jika subyek hendak menuturkan
kebenaran artinya adalah proposisi yang benar. Proposisi maksudnya adalah makna yang
dikandung dalam suatu pernyataan atau statement. Adanya kebenaran itu selalu
dihubungkan dengan pengetahuan manusia (subyek yang mengetahui) mengenai obyek.
Jadi, kebenaran ada pada seberapa jauh subjek mempunyai pengetahuan mengenai objek.
Sedangkan pengetahuan bersal mula dari banyak sumber. Sumber-sumber itu kemudian
sekaligus berfungsi sebagai ukuran kebenaran. Beberapa teori kebenaran: Teori Koherensi,
Korespondensi Dan Teori Pragmatisme.

Pertanyaan 8

Jelaskan perbedaan konsep epistemologi, ontologi dan aksiologi!

Jawaban :

Perbedaan Epistemologi Ontologi Aksiologi


Dimensi  Epistemologi sering  Ontologi dapat  Menjaga dan memberi
juga disebut teori diartikan sebagai suatu arah agar proses
pengetahuan (Theory usaha intelektual keilmuan dapat
of knowledge). untuk menemukan kebenaran
 Berasal dari bahasa mendeskripsikan sifat- yg hakiki
Yunani, sifat umum dari  Dlm pemilihan objek
didefinisikan sebagai kenyataan penelaahan dpt
filsafat yg  studi usaha untuk dilakukan scr etis yg tdk
mempelajari asal memperoleh mengubah kodrat
mula, sumber, penjelasan yang benar manusia
struktur, metode dan tentang kenyataan;  Pengembangan ilmu
sahihnya studi tentang sifat pengetahuan diarahkan
pengetahuan. pokok kenyataan dlm untuk dapat
Epistemologi aspeknya yg paling meningkatkan taraf
menjadi dasar umum sejauh hal itu hidup yang
pijakan dalam dapat dicapai teori memperhatikan kodrat
memberikan tentang sifat pokok dan martabat manusia
legitimasi bagi suatu dan struktur dari serta keseimbangan
“ilmu pengetahuan” kenyataan (Ali
untuk diakui sebagai Mudhofir, 1998)
disiplin ilmu, atau
menentukan
keabsahan disiplin
ilmu tertentu.
Dengan demikian
epistemologi juga
memberikan
kerangka acuan
terhadap
pengembangan ilmu
pengetahun.
Fungsi Epistemologi dan  Kesalahan suatu
Masalah Aktual asumsi, akan
menyangkut cara melahirkan teori,
berpikir keilmuan metode dan praktek
berkenaan dgn kriteria keilmuan yg salah
apa agar sampai pd pula.
kebenaran ilmiah.  Ontologi membantu
Sesuai dgn ilmu untuk menyusun
perkembangan cara suatu pandangan dunia
berpikir sbg berikut : yg integral,
(a) ilmu rasional, (2) komprehensif, dan
ilmu rasional empirik, koheren.
(3) ilmu rasional  Ontologi membantu
empirik eksperimental. memecahkan masalah-
masalah yg tidak
mampu dipecahkan
oleh ilmu-ilmu khusus

Problematik  Epistemologi tampak  Problematik Ontologi  Nilai Objektif dan Nilai


pd ilmu pengetahuan Adalah problematik Subjektif
yg lebih menekankan tentang ada atau  Persoalan yg
aspek empirik. keberadaan. merupakan hal yg tidak
Akibatnya, apa yg  Ditinjau dari dapat dilepaskan dari
 bersifat pragmatis, kuantitasnya kehidupan manusia
berguna atau yang  Monoisme: Aliran  Metode menentukan
dapat Ontologi yg nilai
 dirasakan beranggapan hakikat  Frondizi (1963:23)
dampaknya secara yg ada itu tunggal berpendapat bahwa
fisik merupakan hal  Dualisme: Aliran yg metode yg memadai
 utama untuk berpandangan bahwa adlh metode yg
dikembangkan hakikat yg ada memberikan banyak hal
Metodologi tersusun atas dua yg berkaitan dgn
Aspek epistemologi unsur utama persoalan yg dihadapi
yang penting di dalam  Pluralisme: aliran yg dan metode seharusnya
pengembangan berpandangan bhw tdk disertai dgn
pengetahuan adalah hakikat yg ada itu komitmen yg mengarah
metode dan juga jamak pd teori tertentu
metodologi  Ditinjau dari  Wujud Nilai
Metode merupakan prosesnya  Frondizi (1963:28)
jaminan kualitas dari  Mekanisme: Aliran bahwa akal yidak
produk bahkan metode pemikiran yg mampu menangkap
menjadi jaminan berpandangan bahwa nilai krn akal tdk
legitimasi dari produk yg ada itu bergerak memiliki semacam
berdasarkan asas-asas hubungan langsung dgn
mekanik nilai
 Teleologisme: Aliran  Deeken (1974:15)
pemikiran yg bahwa nilai merupakan
berpandangan bhw suatu kenyataan yg
segala kenyataan yg tersembunyi di balik
ada itu tdk semata2 kenyataan2.
krn suatu hukum  Deeken (1974:17)
sebab akibat namun bahwa meskipun nilai
krn tujuan tertentu itu melekat pada
 Vitalisme: aliran yg sesuatunya, namun
berpandangan bhw nilai2 itu merupakan
hakikat kenyataan tdk kenyataan yg sungguh2
smata2 terdiri dari ada bukan hanya yg
unsur fisika kimiawi secara subyektif
namun jg ada asas dianggap ada
hidup  Nilai dan Fakta
 Organisme: aliran  Titus (1984:121) bahwa
kenyataan hidup fakta dan nilai tdk dapat
merupakan suatu dipisahkan krn fakta
struktur yg dinamik, merupakan realisasi dari
suatu kebulatan yg harapan dan cita-cita yg
memiliki bagian yg terkandung di dalam
heterogen nilai.
 Landasan Ontologi  Van Peursen (1990:58)
bagi Dunia Keilmuan bahwa fakta merupakan
 Memberikan landasan pembatas dan realitas
bagi asumsi keilmuan nilai sehingga manusia
dan membantu akan terlibat dlm dialog
terciptanya terus menerus tentang
komunikasi makna nilai
interdisipliner  Lewis White Beck
 atau (1952:187) bahwa
multidisipliner dalam hubungannya
 Ontologi juga relevan dengan pertimbangan
dlm merefleksikan fakta dan nilai sebagai
problem pembangunan berikut Pertama
pertimbangan mengenai
fakta dilaporkan
mengenai apa yg
dianggap sbg halnya
tanpa menyatakan
sesuatu persetujuan atau
ketidaksetujuan. Kedua
pertimbangan yg secara
ilmiah dapat dibuktikan.
Ketiga pertimbangan
mengenai nilai
kenyataan suatu
penghargaan
 Van Peursen (1990:52)
bahwa “ada” diasalkan
dari “seharusnya”.
Semua fakta diasalkan
dari suatu nilai krn nilai
merupakan akar dari
fakta.
 Klasifikasi Nilai
 Klasifikasi nilai
berdasarkan pengakuan
 Klasifikasi nilai
berdasarkan objek yg
dipermsalahkan
 Klasifikasi nilai
berdasarkan atas
keuntungan yg
diperoleh
 Klasifikasi nilai
berdasarkan tujuan yang
akan dicapai
 Klasifikasi nilai
berdasarkan hubungan
antara pengemban nilai
dgn keuntungan
 - nilai dengan
orientasi pada diri
sendiri
 - nilai dengan
orientasi pada orang
lain
Kesimpulan  berusaha menjawab  cabang ini menguak  menjawab, untuk apa
bagaimna proses tentang objek apa pengetahuan yang
yang memungkinkan yang di telaah ilmu? berupa ilmu itu di
di timbanya Bagaimana ujud yang pergunakan?
pengetahuan yang hakiki dari objek Bagaimana kaitan
berupa ilmu? tersebut ? bagaimana antara cara penggunaan
Bagaimana hubungan antara objek tersebut dengan kaidah-
prosedurnya? Hal-hal tadi dengan daya kaidah moral?
apa yang harus di tangkap manusia Bagaimana penentuan
perhatikan agar kita (sepert berpikir, objek yang ditelaah
mendapatkan merasa dan berdasarkan pilihan-
pengetahuan yang mengindera) yang pilihan moral?
benar? Apa yang membuakan Bagaimana kaitan
disebut kebenaran itu pengetahuan? antara teknik prosedural
sendiri? Apakah yang merupakan
kriterianya? operasionalisasi metode
Cara/tehnik/sarana ilmiah dengan norma-
apa yang membantu norma moral?
kita dalam
mendapatkan
pengetahuan yang
berupa ilmu?

Pertanyaan 9

Jelaskan pengertian dan macam – macam proposisi!

Jawaban :

Proposisi/Putusan/Pernyataan/Statement Adalah rangkaian pengertian/perangkaian dari


term-term (tidak pernah ada pengertian yang berdiri sendiri dalam pikiran). dalah suatu
pernyataan/statement dimana suatu hal diakui atau diingkari
Proposisi dapat mengakui/meneguhkan hubungan antar pengertian (afirmatif) dan dapat
mengingkari/menolak hubungan antar pengertian

MACAM-MACAM PROPOSISI

Berdasarkan hubungan antara Subjek-Predikat tdpt 2 macam preposisi: Kategoris dan


Hipotetis

PROPOSISI KATEGORIS:

Adl proposisi yg menyatakan secara langsung ttg cocok-tidaknya hub yg ada di antara term
subjek dan predikat.

• Disebut kategoris krn proposisi ini menyatakan sesuatu ttg sesuatu hal tanpa syarat.

• Setiap proposisi kategoris mengandung 3 unsur, yaitu: Subjek, Predikat dan Kopula

• Term subjek adl term ttg sesuatu yang diakui atau diingkari oleh sesuatu
yang lain.

• Term predikat adl term yang mengakui atau mengingkari term subjek

• Kopula adl merupakan kata penghubung yang menyatakan kesesuaian atau


ketidaksesuaian di antara subjek dan predikat.

• Proposisi kadang2 menyimpang dari struktur logis

• Tanpa kopula

Contoh: Tidak semua burung berkicau

Burung bangau putih

• Susunan proposisi tidak mengikuti pola S = P

Contoh: Yang berseragam semua itu mahasiswa fisioterapi

• Susunan proposisinya tidak lengkap

Contoh: Siapa yang mengembalikan buku tadi? – “Toni”.

Jawaban “Toni” adalah proposisi yang tidak lengkap

Semua proposisi mempunyai ciri kualitatif dan sekaligus juga kuantitatif.

Kombinasi antara kualitas dan kuantitas proposisi menghasilkan empat bentuk baku
proposisi kategoris, yaitu proposisi A, E, I dan O
1. Proposisi A: Afirmatif – Universal

Contoh: Mahasiswa adalah kaum terpelajar

2. Proposisi E : Negatif – Universal

Contoh: Pembeli bukan penjual

3. Proposisi I: Afirmatif – Partikular

Contoh: Beberapa mahasiswa melakukan demonstrasi kasus korupsi Walikota

4. Proposisi O: Negatif – Partikular

Contoh: Sebagian mahasiswa tidak ikut ujian

Struktur keempat jenis proposisi kategoris tsb dapat disederhanakan dalam diagram sbb:

Kualitas hubungan S - P
Afirmatif Negatif
Kuantitas Universal A E
Subjek (Singular)
Partikular I O

PROPOSISI HIPOTETIS

Adalah hubungan antara term predikat dengan term subjek dengan syarat-syarat tertentu

• Proposisi hipotetis memuat afirmasi/negasi yang bersifat kondisional

• Proposisi hipotetis menyatakan hubungan antara 2 gagasan

• Terdapat 3 macam proposisi hipotetis yaitu : proposisi kondisional, disjungsi dan


proposisi konjungsi

PROPOSISI KONDISIONAL

Adalah proposisi yang menyatakan suatu kondisi atau hubungan Ketergantungan antara 2
proposisi

• Hubungan tersebut menunjukkan bahwa proposisi yang satu pasti mengikuti


proposisi yg lain krn adanya kondisi tertentu

• Salah satu proposisi mempengarhi proposisi yang lain


• RUMUS: Kalau/jika…,maka… Bagian yang menyatakan kondisi/persaratan
disebut Anteseden

• Bagian yang tergantung pada anteseden disebut Konsekuen (konsekuen selalu


tergantung pada anteseden)

Contoh:

Jika hujan maka tanah basah

Jika seseorang silau oleh sinar matahari maka ia membutuhkan kacamata hitam

Pertanyaan 10

Ada beberapa macam cara penyimpulan (mengambil kesimpulan) dalam filsafat ilmu,
sebut dan uraikan secara ringkas!

Jawaban :

MACAM-MACAM PENYIMPULAN

Secara garis besar ada 2 cara berpikir/ cara menarik kesimpulan yg bertolak dari hal2 yg
sudah kita ketahui menuju ke pengetahuan baru:

1. Penyimpulan/penalaran langsung

Adl: kita secara langsung dan begitu saja menarik sebuah kesimpulan dari sebuah
premis atau satu2nya premis yg ada.

• Penyimpulan semacam ini merupakan sebuah proses dimana kita berpikir untuk
menemukan sebuah proposisi baru atas dasar proposisi yg sudah kita miliki(yg
lama), yg berbeda dg yang lama namun tetap harus mengikuti ide/ gagasan yg
terdapat dalam proposisi yg lama

• Penyimpulan langsung sifatnya terbatas, yaitu hanya ttg sebuah proposisi baru dan
bukan ttg sebuah kebenaran baru.

• Atas dasar kebenaran atau ketidakbenaran sebuah proposisi, kita menyimpulkan


kebenaran atau ketidak- benaran proposisi yg lainnya.

Contoh: Orang Indonesia bukan orang Amerika

(Dapat disimpulkan langsung bahwa orang Amerika bukan orang Indonesia)


Beberapa cara menarik kesimpulan yang bersifat langsung, Yaitu:

• Oposisi

• Adl pertentangan yg terdapat di antara dua proposisi yang mempunyai


subjek dan predikat yg sama tetapi berbeda dalam kuantitas dan/atau
kualitasnya.
• Karena proposisi kategorik yg standar ada 4 bentuknya (A, E, I, O) maka
salah satu dari keempat itulah yg menjadi premis dan salah satu yg lain
menjadi konklusinya (premis dan konklusi tidak boleh identik).
• Kemungkinan bentuk2 penalaran langsung itu ialah:
PREMIS :AAA EEE I I I OOO

KONKLUSI : E I O AI O AEO A E I

• Perlawanan Kontraris Adl perlawanan yg terdapat di antara proposisi2


universal yg berbeda kualitasnya, y.i yg satu afirmatif dan yg lain negatif
(antara A dan E)
• Hukum2 Perlawanan Kontraris:
• Proposisi yg saling berlawanan secara kontraris tidak dapat sama2
benar, salah satu hrs salah.
• Tetapi, kedua-duanya dapat salah
• Jadi: Jika A benar, maka E salah
• Jika A salah, maka E meragukan
• Jika E salah, maka A meragukan
• Jika E benar, maka A salah
• Perlawanan Subkontraris Adl perlawanan antara 2 proposisi partikular yg
berbeda kualitasnya, satu afirmatif dan yg lain negatif (antara I dan O)
• Hukum2 Perlawanan Subkontraris:
• Kedua proposisi tidak dapat sama2 salah. Bila yg satu salah yg lain
pasti benar
• Kedua proposisi dapat sama2 benar. Bila yg satu benar ada
kemungkinan yg lain benar.
• Jadi: Jika I salah, maka O benar
• Jika O salah, maka I benar
• Jika I benar, maka O dapat benar/salah
• Jika O benar, maka I dapat benar/salah
• Perlawanan Kontradiktoris Adl perlawanan antara 2 proposisi yg berbeda
baik kualitas maupun kuantitasnya (antara A dan O atau E dan I)
• Hukum2 Perlawanan Kontradiktoris:
• Kedua proposisi tidak dapat keduanya benar
• Kedua proposisi tidak dapat keduanya salah
• Jadi:
• Jika A benar, maka O salah dan jika E benar, maka I salah
• Jika I benar, maka E salah dan jika O benar , maka A salah
• Jika A salah, maka O benar dan jika E salah, maka I benar
• Jika I salah, maka E benar dan jika O salah, maka A benar
• Perlawanan Subalternasi Adl perlawanan antara 2 premis yg berbeda
kuantitasnya (antara A dan I atau E dan O)
• Hukum2 Perlawanan Subalternasi:
• Kebenaran proposisi universal menentukan kebenaran proposisi
partikular. Sebaliknya kebenaran proposisi partikular tidak
menentukan kebenaran proposisi universal.
• Jika yang partikular salah, yang universal juga salah. Namun bila yg
universal salah belum tentu yg partikular juga salah.
• Jadi :
• Jika A benar ,maka I juga benar
• Jika I benar, maka A dapat benar/salah
• Jika E benar, maka O juga benar
• Jika O benar, maka E dapat benar/salah
• Jika A salah, maka I dapat benar/salah
• Jika I salah, maka A juga salah
• Jika E salah, maka O dapat benar/salah
• Jika O salah, maka E juga salah

• Konversi

• Adl sebuah bentuk penyimpulan langsung di mana subjek dan predikat


sebuah proposisi dibalik / ditukar tempatnya.

• Yang semula subjek menjadi predikat dan predikat menjadi subjek.

• Tanpa mengubah kualitas dan kebenaran yang terkandung di dalamnya

• Proposisi asli disebut konvertend dan proposisi kesimpulannya disebut


converse.

• Ada 2 jenis: pembalikan sederhana dan pembalikan aksidental/terbatas

• Pembalikan Sederhana:

• Pembalikan sederhana adalah subjek dan predikat ditukar tempatnya


tanpa mengurangi atau mengubah kuantitas masing2.

• Proposisi yang dapat mengalami konversi ini hanyalah proposisi E


dan I

• Proposisi E:

• Konvertend: Fisioterapis bukan perawat

• Konverse : Perawat bukan fisioterapis

• Proposisi I

• Konvertend: Beberapa fisioterapis adalah pegawai negeri

• Konverse : Beberapa pegawai negeri adalah fisioterapis

• Pembalikan Aksidental/Terbatas:

• Pembalikan di mana subjek dan predikatnya tukar tempat, namun


kuantitas salah satunya mengalami pengurangan.

• Dapat terjadi pada proposisi:


• A menjadi I

• E menjadi O

• Contoh: A : Semua buku pelajaran itu buku penting

• I : Sebagian buku penting itu buku pelajaran

• E : Semua pria tidak feminin

• O: Beberapa yang feminin bukan pria

• Hukum – Hukum Pembalikan

• Hukum 1: Semua proposisi A hanya dapat dibalik menjadi proposisi I

Contoh: A :Semua fisioterapis pandai memijat

I : Beberapa yg pandai memijat adalah fisioterapis

• Hukum 2: Proposisi E selalu dapat dibalik karena dalam proposisi negatif S


dan P tidak dapat dipersatukan.

Pembalikan dapat dilakukan secara sederhana maupun secara aksidental

Contoh :

E : Ikan tidak dapat berjalan . Menjadi…

E : Semua yang dapat berjalan bukan ikan (Pembalikan sederhana)

E : Ikan bukan binatang menyusui . Menjadi…

O : Sebagian binatang menyusui bukan ikan (Pembalikan aksidental)

• HUKUM 3: Proposisi I hanya dapat dibalik menjadi I lagi

Contoh: Beberapa jenis burung adl pemakan daging. Menjadi...

Beberapa pemakan daging adalah burung

• HUKUM 4: Proposisi O tidak dapat dibalik.

Contoh:Ada orang yang bukan dokter. Menjadi…

Ada dokter yang bukan orang (SALAH)


• Obversi

• Adl sebuah proses penyimpulan langsung di mana sebuah proposisi


afirmatif dinyatakan secara negatif dan sebaliknya prop.negatif dinyatakan
secara afirmatif.

• Kita mengubah kualitas proposisi tanpa mengubah makna yg terkandung di


dalamnya.

• Kalau proposisi yg pertama sdh dinyatakan maka proposisi yg kedua tidak


mungkin diingkari sebab kedua proposisi tsb sebenarnya identik satu sama
lain walaupun berbeda bentuknya.

• Contoh : A: Semua proses berjalan sebagaimana direncanakan (afirmatif)

E: Tidak ada proses yang tidak berjalan sebagaimana direncanakan (negatif)

Contoh 2:

A: Ini semua dapat terjadi (afirmatif)

E: Ini semua tidak mustahil (negatif)

• Aturan2 dalam pola pikir obversi, sbb:

a. Subjek pada proposisi asli (yg mengandung gagasan pokok) tidak


boleh berubah

b. Kualitas proposisi asli diubah dari afirmatif menjadi negatif atau


sebaliknya.

c. Kuantitas pada proposisi asli tidak boleh berubah. Artinya bila


proposisinya partikular/ universal maka obversinya juga sama

d. Predikat pada kedua proposisi dijadikan harus kontradiktif. Artinya


jadikanlah negatif jika predikatnya afirmatif

• Contoh :

• Manusia bukan manusia

• Sopan tidak sopan

• Jadi: A obversif terhadap E


• E obversif terhadap A

• I Obversif terhadap O

• O obversif terhadap I

• Posibilitas dan Aktualitas

• AKTUALITAS: adl gagasan yang menyatakan ttg kesempurnaan yang saat


ini dimiliki oleh sebuah proposisi.

• Artinya: aktualitas menyatakan gambaran tentang kondisi, situasi atau status


keberadaan tertentu atas suatu hal.

• Contoh: Saat ini dan di sini Saudara sedang duduk mendengarkan kuliah
dalam kondisi, situasi serta status keberadaan Saudara di ruang kelas ini; itu
adalah POSIBILITAS: gambaran bahwa kesempurnaan saat ini dan di sini
belum dimiliki sebuah proposisisebuah aktualitas.

• Posibilitas juga mengungkapkan kondisi, situasi dan status keberadaan


suatu hal, namun sifatnya masih “mungkin”; jadi secara riil belum
ada/terjadi.

• Contoh:

• Bila indeks prestasi Saudara sangat bagus, mungkin predikat kelulusan


Saudara akan cum laude

• HUKUM-HUKUM AKTUALITAS DAN POSIBILITAS

• Hukum 1: Aktualitas tidak boleh disimpulkan dari posibilitas.

• Sebabnya: suatu hal yang masih berstatus “mungkin” tidak harus


diartikan sebagai “ada”

• Contoh: Ia dapat menyelesaikan studinya dengan segera.

• Itu tidak boleh disamakan dengan:

• Ia menyelesaikan studinya dengan segera

• Hukum 2: Posibilitas boleh disimpulkan dari aktualitas

• Contoh: Beberapa orang menikah.


• Jadi, pernikahan adalah suatu hal yang mungkin.

• Hukum 3: Kemustahilan tidak boleh disimpulkan dari hal yang belum


terjadi

• Contoh: Ada mahasiswa yang belum lulus ujian skripsi

• Ini bukan berarti bahwa:

• Ia tidak akan lulus ujian skripsi

• Hukum 4: Yang tidak aktual dapat disimpulkan dari yang mustahil

• Artinya:Jika suatu hal mustahil ada, maka kita dapat berkesimpulan


bahwa hal tsb tidak pernah aktual.

• Contoh: Lingkaran mustahil berbentuk segi empat

• Kesimpulannya: kita tidak mungkin akan menemukan sebuah


lingkaran yg berbentuk segi empat

2. Penyimpulan/penalaran tidak langsung

Anda mungkin juga menyukai