Anda di halaman 1dari 12

Makalah filsafat umum

Fenomenologisme, eksistensialisme,
renaissance dan humanisme
Dosen Pembimbing:
Bpk Drs.H.GunawanM.A,ph.D.

Disusun Oleh :
Kelompok 7

SISKIA NOVITA 160202118


NURUL AMBIA AGUSTINA 160202117

PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY BANDA ACEH
1438 H / 2017 M
BAB I
PEMBAHASAN
Di dalam kehidupan praktis sehari-hari, manusia bergerak di dalam dunia yang
telah diselubungi dengan penafsiran-penafsiran dan kategori-kategori ilmu pengetahuan
dan filsafat. Penafsiran-penafsiran itu seringkali diwarnai oleh kepentingan-kepentingan,
situasi-situasi kehidupan dan kebiasaan-kebiasaan, sehingga ia telah melupakan dunia apa
adanya, dunia kehidupan yang murni, tempat berpijaknya segala bentuk penafsiran.
Dominasi paradigma positivisme selama bertahun-tahun terhadap dunia keilmuwan tidak
hanya dalam ilmu-ilmu alam tetapi juga pada ilmu-ilmu sosial bahkan ilmu humanities,
telah mengakibatkan krisis ilmu pengetahuan. Persoalannya bukan penerapan pola pikir
positivistis terhadap ilmu-ilmu alam, karena hal itu memang sesuai, melainkan
positivisme dalam ilmu-ilmu sosial, yaitu masyarakat dan manusia sebagai makhluk
historis.
Problematik positivisme dalam ilmu-ilmu sosial, yang menghilangkan peranan subjek
dalam membentuk fakta sosial, telah mendorong munculnya upaya untuk mencari dasar
dan dukungan metodologis baru bagi ilmu sosial dengan mengembalikan peran subjek
kedalam proses keilmuwan itu sendiri. Salah satu pendekatan tersebut adalah pendekatan
fenomenologi yang akan kami bahas di bawah ini.
Dalam makalah kami akan membahas filsafat fenomenologi , kemudian eksistensialisme,
dan terakhir renaissance dan humanisme
BAB II
PEMBAHASAN
FENOMENOLOGISME
seorang ahli berpendapat bahwa fenomenologi hanya suatu gaya berpikir, bukan
suatu mazhab filsafat, sementara itu anggapan para ahli tertentu lebih mengartikan
fenomenologi sebagai suatu metode dalam mengamati, memahami, mengartikan, dan
memaknakan sesuatu pendirian atau suatu aliran filsafat.
Edmund Husserl, seorang filosof dan matematikus mengenai intensionalitas dan
pengarahan melahirkan filsafat fenomenologi berdasarkan pemikiran Brentano. Dalam
pengertian suatu metode, kant dan Husserl mengatakan bahwa apa yang dapat diamati
hanyalah fenomena, neomenon atau sumber gejala itu sendiri.
Selain fenomenologi Edmund Husserl, beberapa ahli filsafat yang dapat diajukan
sebagai eksponennya di antaranya max scheler dan edith stein.
Eksistensialisme terutama merupakan hasil pemikiran soren kierkegard yang
dikenal banyak orang sebagai perlawanan atas materialisme atau idealisme. Keterangan
ini meskipun tidak salah, juga tidak sepenuhnya benar. Ia memiliki ciri pribadi ialah
bahwa manusia mengerti berkehendak dan berkarsa bebas, serta memiliki paham
kesusilaan dan berupaya membangun kebudayaan sendiri. Hal tersebut terjadi apabila ia
berada di dunia sebagai objek.
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang memandang segala hal berpangkal
pada eksistensinya. Artinya bahwa eksistensialisme merupakan cara manusia berada, atau
lebih tepat mengada didunia ini. Tokoh-tokoh utama eksentialisme yang banyak
dibicarakan adalah Kierkegaard, satre, dan Heidegger. Tokoh lainnya, albert camus dan
simon Beauvoir. Beberapa orang berpendapat bahwa untuk berbicara eksistensi secara
lebih luas, selayaknya kita mulai sejak vitalis nietche.
Hal pertama yang harus dilihat adalah bagaimana eksistensialisme menentang
materialism. Selain menentang materialisme, ia juga menentang idealisme. Pada
prinsipnya, materialisme dinilai tidak lengkap, demikian pula idealism. Secara
materialism, manusia hanyalah resultante atau akibat dari proses unsur-unsur kimia,
sedangkan secara idealisme, manusia cukup diwakili oleh kesadarannya.
Pada prinsipnya, materialisme hanyalah materi sehingga manusia hanya
merupakan resultance dari proses kimiawi. Semua alam adalah materi, maka cara totalitas
yang ada hanyalah materi. Materialisme memandang manusia seperti memandang bahan
tunduk pada hukum-hukum alam, fisika, kimia, biologi. Sartre menyebutnya sebagai en-
soi, suatu badan yang bukan subjeck. Menurut filosof prancis selain en-soi, ada juga
yang disebut poursoi, yaitu sesuatu yang sadar akan dirinya sendiri.
Secara etimologi, idealisme berasal dari kata eidos idea yang berarti buah
pikiran atau pikiran. Apabila kita berpikir, muncullah idea. Jika kita memikirkan, dan kita
mengerti mengenai suatu masalah, lahirlah idea atau gagasan kita tentang hal itu,
idealism hanya memandang manusia sebagai idea, subjeck yang selanjutnya hanya
menempatkan diri sebagai kesadaran. Berdasarkan idealisme, manusia hanya dapat
berdiri sebagai subjek karena menghadapi objek. Manusia hanya berdiri sebagai manusia
karna bersatu dengan realitas di sekitarnya. sebaliknya, materialism hanya memandang
manusia sebagai objek , sedangkan barang barang didunia hanyalah menjadi objeck karna
adanya subjek.
Meskipun demikian, manusia tidak berdiri sendiri, melainkan senantiasa sibuk
dengan pikiran dan kehendaknya sendiri. Ia memedulikan dunia luar. Ia berbuat karena
berhubungan dengan dunia luar, menghargai alam, dan menggunakan barang. Dengan
perbuatannya itu, ia berada di luar dirinya sendiri sehingga dapat menyatakan sedang
berbuat ini dan itu. Inilah yang disebut eksistensi, yaitu berdiri sendiri dengan keluar dari
diri sendiri.
Setelah masa modernisme, datang masa pascamodern yang dimulai pada tahun
1950. Istilah paascamodernisme tampil dalam conteks yang luas, dari wacana akademis
sampai susunan kata yang singkat dalam sebuah iklan. Maknanya berbeda dalam conteks
yang bermacam-macam, seperti floating signifier.levi strauss tidak banyak
mengekspresikan suatu nilai seperti tetap membuka ruang untuk ekspresi yang luas
menyangkut ruang lingkup perubahan cultural.
Dalam mengantar psikologi dan posmodernisme kvale mengatakan bahwa
pascamodernisme mulai menjadi wacana di amerika serikat untuk bidang arsitektur,
kritik sastra, dan sosiologi. Kemudian, pada 1970-an pascamodernisme berkembang di
prancis sebelum 1980-an hingga menjadi wacana mondial.
Namun, yang paling penting dalam memahami pascamodern ini adalah
pemakaian atas adanya tiga pengertian yang berbeda, yaitu pascamodernisme, dan
pemikiran pascamodern.
Pascamodernitas adalah suatu era yang menampilkan ketidakpercayaan atas mumpuninya
pengetahuan dan penelitian ilmiah. Dalam pascamodernitas terdapat kecenderungan
disentralisasi menuju konteks social yang heterogen dengan cirri fleksibilitas dan
perubahan.
Pemikiran pascamodern adalah pemikiran yang mengganti konsepsi ketidak
bergantungan realitas dari peneliti dengan ide-ide tentang bahasa sebagai hal yang
sebenarnya mengandung struktur realitas social yang pesrspektial. Namun, pada
dasarnya, pascamodern merupakan sangkalan atas beberapa keyakinan abad modern,
khususnya menyangkut filsafat (epistemology), ilmu pengetahuan, dan nasionalitas.
Meskipun bermacam-macam dan bersifat eklektis, pascamodernisme dikenal
dalam dua asumsi kunci. Asumsi pertama bahwa tidak denominator umum alam,
kebenaran, tuhan atau masa depan jaminan, baik kesatuan dunia maupun kemungkinan
pikiran netral atau ojektif. Asumsi kedua bahwa semua system manusia beroperasi,
seperti bahasa lebih bersifat system self refleksif dari pada sistem fungsi diferensial
sangat kuat, tetapi terbatas yang membangun, serta memelihara makna dan nilai.
John lechte, sebagaimana dikatakan wiramihardja, dalam bukunya fitty key
contempory thinkers, mengambil pengertian pascamodernisme dari buku-buku karya
jean-francois lyotard dan jean baudrillard. Keduanya menyatakan bahwa pascamodernitas
adalah upaya untuk mempertanyakan epistemologi modernis yang berdasar pada
perbedaan subjek dan object secara jelas. Hal lain adalah ketidakpercayaan terhadap
metanarasi. Artinya, tidak adanya penjelasan global tentang prilaku yang dapat dipercaya
pada aman rasionalitas yang bermuatan tujuan. Teknologi dianggap bertentangan
dengan paradigm produksi modernis karena menitikberatkan pada reproduksi. Beberapa
nama yang termasuk sebagai komponen pascamodernisme, yaitu jean baudrillard,
marguerite duras, fans kafka, dan jean francois lyotard.
EKSISTENSIALISME
Eksistensialisme berasal dari kata eksistensi dari kata dasar existency yaitu
exist. Kata exist. Adalah bahasa latin yang artinya: ex, keluar dan sistare artinya
berdiri. (ahmad tafsir, 2006:218)
Dalam membuat definisi eksistensialisme, kaum eksestianlis tidak sama. Namun
demikian, ada sesuatu yang dapat disepakati oleh mereka, yaitu sama-sama menempatkan
cara wujud manusia sebagai tema sentral.
Menurut materialisme, manusia itu pada akhirnya adalah benda seperti halnya
kayu dan batu. Memang, orang materialisme tidak mengatakan bahwa manusia sama
dengan benda sepertinya halnya kayu dan batu akan tetapi, materialisme mengatakan
bahwa pada dasarnya, manusia hanyalah sesuatu yang materill. Dengan kata lain, materi,
betul-betul materi. Menurut bentuknya manusia lebih unggul ketimbang sapi, batu, atau
pohoatau batu. Dilihat dari segi keberadaannya juga sama.
Eksistensialisme menyatakan bahwa cara beraada manusia dan benda lain
tidaklah sama. Manusia berada di dunia; sapid an pohon juga berada didunia, akan tetapi,
cara beradanya tidak sama. Manusia berada didalam dunia; ia mengalami beradanya
didunia itu: manusia menyadari dirinya berada didunia , menghadapi dengan mengerti
yang dihadapinya. Manusia mengerti guna pohon, batu, dan salah satu diantaranya ialah
ia mengerti bahwa hidupnya mempunyai arti. Apa arti semua ini? Artinya ialah subjeck.
Subjeck artinya yang menyadari, yang sadar. Barang barang yang disadarinya disebut
objek.
Lalu, di mana kesalahan materialisme? Ren le senne seorang existentialis,
merumuskan kesalahan materialisme itu secara singkat. Kesalahan itu ialah detotalisasi.
De artinya memungkiri, total artinya seluruh. Maksudnya, memungkiri manusia sebagai
keseluruhan. Pandangan materialisme itu belum mencakup manusia secara keseluruhan.
Pandangan materialisme itu akan membawa konsekuensi yang amat penting. Lahirnya
eksistensialisme merupakan salah satu dari konsekuensi itu.
Ada beberapa tokoh filsafat eksistensialisme, di antaranya yaitu: martin
Heidegger, j.p Sartre, dan Gabriel marcel.
Martiin Heidegger(1905)
Menurut Martiin Heidegger, keberadaannya hanya akan dapat di jawab melalui
jalan ontology, artinya jika persoalan ini dihubungkan dengan manusia dan di cari artinya
dalam hubungan itu. Metode untuk ini adalah metodologi fenomenotogis. Jadi, yang
penting adalah menemukan arti keberadaan itu.
Satu-satunya yang berada dalam arti ysng sesungguhnya adalah beradanya
manusia. Keberadaan benda-benda terpisah dengan yang lain, sedang beradanya manusia,
disebut desein (berada disana, ditempat). Berada artinya menempati atau mengambil
tempat. Untuk itu manusia harus keluar dari dirinya dan berdiri ditengah-tengah segala
yang berada. Desein manusia disebut juga eksistensi.

J.P Sartre
Menurut Sartre, eksistensi manusia mendahului esensinya. Pandangan ini amat
janggal sebab biasanya harus ada esensinya lebih dulu sebelum keberadaannya.
Bagaimana sebenarnya yang dimaksud oleh Sartre ?
Filsafat eksistensialisme membicarakan cara berada didunia ini, terutama cara berada
manusia . dengan kata lain, filsafat ini menempatkan cara wujud-wujud manusia sebagai
tema sentral pembahasanya. Cara itu hanya khusus adapada manusia krena hanya
manusialah yang bereksistensi. Binatang, tetumbuhan, bebatuan memang ada, tetapi
mereka tidak dapat disebut bereksistensi. Filsafat eksistensialisme mendamparkan
manusia ke dunianya dan menghadapkan manusia kepada dirinya sendiri.

Gabriel Marcel
Dalam filsafatnya ia menyatakan bahwa manusia tidak hidup sendirian, tetapi
bersama-sama dengan orang lain. Akan tetapi, manusia memiliki kebebasan yang bersifat
otonom. Dalam hal itu, ia selalu dalam situasi yang di tentukan oleh kejasmaniannya.
Dari luar, ia dapat menguasai jasmaninya. Didalam pertemuannya dengan manusia lain,
mungkin bersikap dua macam. Yang lain itu merupakan objek baginya, jadi sebagai dia,
mungkin juga merupakan yang ada bagi aku. Aku ini membentuk diri terutama dalam
hbungan aku-engkau ini. Dalam hubungan ini, kesetiaanlah yang menentukan segala-
galanya. Jika aku percaya kepada orang lain, setialah aku terhadap orang lain itu, dan
kepercayaan ini menciptakan diri aku itu. Setia itu hanya mungkin karna orang
merupakan bagian dikau yang mutlak(tuhan) kesetiaan yang menciptakan aku ini pada
akhirnya berdasarkan atas partisipasi manusia kepada tuhan.
Manusia bukanlah makhluk yang statis, sebab ia senantiasa menjadi (berproses)
atau being and becoming. Ia selalu menghadapi objek yang harus di usahakan, seperti
yang tampak dalam hubungannya dengan orang lain.
Perjalanan manusia ternyata akan berakhir pada kematian, pada yang tidak ada.
Perjuangan manusia manusia sebenarnya terjadi didaerah perbatasan antara tidak berada.
Oleh karna itu, manusia menjadi gelisah, menjadi putus asa dan takut kepada kematian
itu hanyalah semu saja, sebab hanya cinta kasih dan kesetiaan itulah yang member
harapan untuk mengatasi kematian. Didalam cinta kasih dan kesetiaan ada kepastian
bahwa ada engkau yang tidak dapat mati. Harapan itulah yang menerobos kematian
adanya hrapan menunjukkan bahwa kemenangan kematian adalah semu.
Ajaran tentang harapan ini menjadi puncak ajaran marcel. Harapan ini
menunjukkan adanya engkau yang tertinggi (tci supreme), yang tidak dapat dijadikan
objek manusia. Engkau tertinggi ini adalah allah, yang hanya dapat ditemukan didalam
penyerahan dan dalam keterbukaan dan partisipasi dalam berada yang sejati.

RENAISANCE DAN HUMANISME


Renaisance
Istilah renaissance berasal dari bahasa perancis yang berarti kebangkitan
kembali.Oleh sejarawan, istilah tersebut digunakan untuk menunjukkan berbagai periode
kebangkitan intelektual, khususnya yang terjadi di eropa. Orang yang pertama
menggunakan istilah tersebut adalah jules Michelet, sejarawan perancis terkenal.
Menurutnya, renaissance ialah periode penemuan manusia dan dunia dan bukan sekedar
sebagai kebangkitan kembali yang merupakan permulaan kebangkitan modern. Bila
dikaitkan dengan keadaan, renaissance adalah masa antara zaman pertengahan dan
zaman modern serta mulai berpengaruhnya suatu perasaan hidup baru. Pada saat itu
muncullah usaha-usaha penelitian empiris yang lebih giat yang pada akhirnya
memunculkan sains bentuk baru.
Cirri utama filsafat pada masa renaissance adalah rasionalisme, yang menetapkan
bahwa kebenaran berpusat dari akal, tetapi setiap akal bergantung pada subjek yang
menggunakannya. Oleh karena itu, seorang filosof rasionalis menekankan bahwa
berpikir sebagai wujud keberadaan diri, jika seorang berpikir berarti dia ada. Ajaran ini
diperkenalkan oleh rene Descartes dengan paradigma cogito ergo sum atau cogito
Descartes .

Humanisme
Pada masa renaissance muncul aliran yang menetapkan kebenaran berpusat pada
manusia, yang kemudian disebut dengan humanisme. Aliran ini lahir disebabkan
kekuasaan gereja yang telah menafikan berbagai penemuan manusia, bahkan dengan
doktrin dan kekuasaannya, gereja telah meredam para filosof dan ilmuwan yang
dipandang dengan penemuan ilmiahnya telah mngingkari kitab suci yang selama ini
diacu oleh kaum kristiani.
Humanisme, menurut ali syariati(1992:39), berkaitan dengan eksistensi manusia,
bagian dari aliran filsafat yang menyatakan bahwa tujuan pokok dari segala sesuatu
adalah kesempurnaan manusia. Aliran ini memandang bahwa manusia adalah makhluk
mulia yang semua kebutuhan pokok diperuntukkan untuk memperbaiki spesiesnya.
Ada 4 aliran yang mengklaim sebagai bagian dari humanisme, yaitu:
1. Liberalism barat
2. Marxisme
3. Eksistensialisme
4. Agama
liberalisme barat menyatakan diri sebagai pewaris asli filsafat dan peradaban humanisme
dalam sejarah, yang dipandangnya sebagai aliran pemikiran peradaban yang dimulai dari
yunani kuno dan mencapai puncak kematangan kesempurnaaan relatif pada eropa modern
berdasarkan hal itu, sejalan dengan pandangan berbagai aliran pemikiran tentang
manusia yang berkembang dewasa ini, yang menganggap manusia sebagai jati diri atau
sejenis itu, dan itu di klaim sebagai sesuai dengan pandangan alirannya masing-masing,
kita bisa menghimpun suatu definisi dengan menganggapnya sebagai dasar yang telah
disepakati bersama guna memulai pembahasan kita.

Konsep eksistensialis tentang manusia


Kaum radikalis yang merupakan pemikir-pemikir humanism modern dan
penganjur-penganjurnya di eropa abad ke-18 dan awal abad ke-19 dalam keterangan yang
mereka publikasikan pada tahun 1800 menyatakan, singkirkan tuhan dari kaidah moral,
dan gantikan dengan kata hati, sebab manusia adalah makhluk yang mempunyai kata hati
yang bersifat moral bawaan kata hati yang bersifat moral (conscience morale) ini,
menurut persepsi dan pandangan mereka, tumbuh dari jati diri manusia, dan itulah yang
dibutuhkan oleh watak dasar manusia.
Sesungguhnya , eksistensialisme, dalam justifikasi filosofinya tentang makhluk
yang sepenuhnya asing, mengakui manusia sebagai makhlukyang wujud dengan
sendirinya dialam semesta ini, yakni makhluk yang dalam dirinya tidak terdapat bagian
atau karakteristik tertentu yang dating dari tuhan atau alam. Akan tetapi, karena
mempunyai kemampuan untuk memilih, dia merancang dan menciptakan dirinya sendiri.
BAB III
PENUTUP
Inti pemikiran fenomenologi menurut Husserl adalah bahwa untuk menemukan
pemikiran yang benar, seseorang harus kembali kepada benda-benda sendiri. Dalam
bentuk slogan pendirian ini mengungkapkan dengan kalimat Zu den Sactien (to the
things) kembali pada benda-benda, yaitu bahwa benda-benda diebri kesempatan untuk
berbicara tentang hakikat dirinya. Pernyataan tentang hakikat benda-benda tidak lagi
tergantung kepada orang-orang yang membuat pernyataan, melainkan ditentukan oleh
benda-benda itu sendiri.
Eksistensialisme adalah aliran yang memandang segala sesuatu berdasarkan
eksistensinya atau bagaimana manusia berada dalam dunia
Eksistensialisme muncul karena adanya ketidakpuasan beberapa filusuf terhadap
beberapa pemikiran saat itu.
Hakikat eksistensialisme adalah filsafat mengenai aku.
Renaisans berasal dari istilah bahasa Prancis renaissance yang berarti kelahiran
kembali (rebirth). Ciri utama Renaissance adalah humanisme, Individualisme, lepas dari
agama (tidak mau di atur oleh agama). Filsafat renaissance juga menetapkan bahwa
kebenaran berpusat dari akal, tetapi setiapakal bergantung pada subjek yang
menggunakanya. Oleh karena itu filsafat rasionalis menekankan bahwa berfikir adalah
wujud keberadaan diri, jika seseorang berfikir berarti dia ada

Humanisme pada mulanya di pakai sebagai suatu pendirian di kalangan ahli pikir
Renaissance yang mencurahkan perhatiannya terhadap pengajaran kesusastraan Yunani
dan Romawi, serta prikemanusiaan, dan pelopor humanisme menjelaskan bahwa manusia
dengan segenap kebebasan memiliki potensi yang sangat besar dalam menjalankan
kehidupan secara mandiri untuk mencapai keberhasilan hidup didunia. Sejalan dengan
pemikiran tentang manusia yang berkembang dewasa ini,yang menganggap manusia
sebagai jati diri.

Anda mungkin juga menyukai