Anda di halaman 1dari 25

Positisme merupakan perkembangan lebih lanjut dari empirisme Inggris.

Inspirasi filosofis empirisme terhadap positisme dapat terlihat terutama


pada prinsip objektivitas ilmu pengetahuan. Empirisme, sebagaimana
sudah dijelaskan, yakin bahwa semesta adalah segala sesuatu yang hadir
melalui data inderawi. Dengan kata lain, pengetahuan harus berawal dari
verifikasi empiris. Positivisme mengembangkan paham empiris yang lebih
ekstrim dengan mengatakan bahwa puncak pengetahuan manusia adalah
ilmu-ilmu positif atau sains. Ilmu-ilmu yang berangkat dari fakta-fakta yang
terverfikasi dan terukur secara ketat. Positivisme tidak bisa dilepaskan dari
iklim

kultural yang

memungkinkan berkembangnya

gerakan untuk

menerapkan cara kerja sains dalam berbagai bidang kehidupan. Iklim


tersebut ditimbulkan oleh revolusi industri di Inggris abad ke-18 yang
menimbulkan gelombang optimisme terhadap kemajuan umat manusia
berdasarkan keberhasilan teknologi industri. Positivisme yakin bahwa
masyarakat akan mengalami kemajuan apabila menghargai sains dan
teknologi, serta sangat menjunjung tinggi kedudukan sains dan sangat
optimis dengan peran sosialnya bagi kesejahteraan manusia. Slogan
positivisme yang amat terkenal berbunyi, savoir pour prevoir, prevoir pour
pouvoir, (dari ilmu muncul prediksi dan dari prdiksi muncul aksi).
Positivisme dikenalkan oleh dua pemikir Perancis: Henri Saint Simon
(1760-1825) dan muridnya Auguste Comte (1798-1857). Comte mengklaim
pengetahuan positif-ilmiah adalah pengetahuan yang pasti, nyata, dan
berguna. Ia menolak metafisika. Keyakinan positivistik didasarkan pada
teori tentang tiga tahap perkembangan sejarah, yaitu: tahap teologis,
metafisis, dan tahap perkembangan sejarah.
Beberapa ciri positivisme antara lain: bebas nilai, fenomenolisme,
nominalisme, reduksionisme, neturalisme, dan mekanisme. Positivisme
yang dikembangkan Auguste Comte biasa digolongkan dalam kategori
positivisme sosial. Selain positivisme sosial muncul apa yang disebut
positivisme evolusioner yang dipelopori oleh Charles Byell, Charles Darwin,
Herbert Spencer, Ermst Haeckel, dan Wilhelm Wundt. Perbedaannya
positivisme sosial mendasarkan kemajuan pada sains murni, sedangkan
positivisme evousioner pada interaksi manusia semesta. Disamping itu

berkembang positivisme kritis, yang dipelopori oleh Ermst Mach dan


Richard Avenarius.
Positivisme logis adalah aliran filsafat ilmu penegtahuan yang lahir pada
awal abad 20, di Wina-Austria. Lahirnya positivisme logis mesti didudukkan
dalam konteks perkembangan masyarakat di Eropa pada awal abad 20.
Mereka beriskukuh bahwa masyarakat harus dibebaskan dari kungkungan
teologi dan filsagat. Positivisme logis berorientasi pada ilmu-ilmu alam
yang

telah

mencapai

tingkat

perkembangan

paing

tinggi

dan

mengagumkan. Positivisme logis beranggapan bahwa misi administratif


masyarakat secara rasional harus dilandasi pada pengetahuan yang
berkesatuan.

Positivisme

logis

dan

positivisme

klasik

mempunyai

persamaan, yaitu mereka sama-sama menjunjung tinggi sains dan metode


ilmiah dalam memperoleh penegtahuan objektif. Perbedaannya, bila
positivisme klasik lebih menaruh perhatian pada bidang pengturan sosial
masyarakat secara ilmiah dan adnya gerak kemajuan evolutif dalam alam,
maka positivisme logis lebih fokus pada logika dan bahasa ilmiah.
Positivisme logis menola metafisika. Prinsip yang dipegang oleh kaum
positivisme logis adalah yaitu adanya hubungan mutlak antara bahasa dan
dunia kefaktaan, yang dikemukakan oleh Betrand Russell (1889-1951)
yang menyebutnya sebagai teori gambar.
Kritik terhadap positivisme logis, problem pada positivisme logis adalah
asusmsi dasarnya yang mengatakan bahwa makna suatu kata ditentukan
oleh pengamatan empiris atau konvensi apriori. Yang dijelaskan WV.
Quine, adalah makna ketidakbertentuan, tidak bisa dipastikan oleh satu
diantara kriterium tersebut. Yang terjadi menurut Quine adala suatu
pruralitas kebermaknaan sesuai dengan pluralitas komunitas bahasa
dengan pluralitas intensinya masing-masing.
Strukturalisme merupakan airan linguistik yang dpelopori oleh Ferdinand
De Saussure (1857-1913), seorang ahli linguistik adal Swiss, dengan
proyek menciptakan ilmu bahasa yang mengkaji bahasa sebagai suatu
otonom. Yang lain dari strukturalisme adalah gagasan tentang individu
yang menurutnya adalah produk dari struktur bahasa.

Pascapositivisme merupakan gerakan perlawanan teradap positivisme di


berbagai domain mulai ontologi, epistemologi sampai metodologi. Asumsi
pascapositivisme adalah, pertama, fakta tidak bebas melainkan bermuatan
teori. Kedua, falibilitas teori. Ketiga, fakta tidak bebas, melainkan sarat
nilai. Keempat, interaksi antara subjek dan objek penelitian.
Antipositivisme,

berawal

dari

Karl

Raimund

Popper

(1902-1994)

menemukan prinsip falsifikasi, yaitu pengguguran suatu teori lewat fakta.


Status ilmiah suatu teori menurut Popper adalah dapat difalsifikasi. Sains
tidak bekerja semata dengan logika induksi. Logika induksi adalah logika
penarikan kesimpulan umum melalui pengumpulan fakta-fakta konkret.
Popper

pertahankan

objektivitasnya.

Objektivitas

Popperian

adalah

objektivisme dunia 3 yang terus menerus didera kritik, demi kemauan


sains. Konsep Popper dikritik oleh Thomas Kuhn (1922-1996). Menurutnya,
ilmu tidak satu, tapi plural. Ilmuwan bekerja dalam satu paradigma yang
memuat asumsi ontologis, metodologis, dan struktur nilai. Positivisme
adalah sebuah paradigma. Khun mengajukan prinsip ketidakterbandingan.
Kesinambungan antar teeori adalah mustahir karena masing-masing
bekerja di bawah payung paradigmanya sendiri-sendiri. Bedanya, Popper
melihat sejarah sains sebagai gerak evolusioner, sementara Kuhn
memandangnya sebagai patahan-patahan revolusioner.
Anti positivisme sekolah Frankfurt, merupakan institut yang terdiri dari
sejumlah intelektual dari berbagai macam disiplin, mulai dari teologi sampai
ffilsafat. Kritik yang laing tajam dari Sekolah Frankfurt adalah pada proyek
pencerahan (Aufklarung) yang gagal total, dan terjebak dalam suatu
paradoks antropologis. Dari David Hume hingga para filsuf positivistik
umumnya

mengadopsi

ide

bahwa

pengalamman

inderawi

yang

memberikan dasar pengetahuan ilmiah tidak bisa dikembangkan bagi


keputusan-keputusan moral. Hume meyakini bahwa proposisi etis tidak
dapat diturunkan dari proposisi faktual. Mahzab Frankfurt menolak dikotomi
fakta-nilai karena berpengaruh negatif, baik secara epistemologis maupun
soosiologis. Jurgen Habermas, dalam bukunya Knowledge And Human
Interst (1971) mengemukakan bahwa ilmu pengetahuan dan dan
kepentingan tidak dapat dipisahkan. Kriteria bebas nilai yang dicanangkan
positivisme hanya membuat ilmuwan buta pada kepentingan yang

sesungguhnya mendasari suatu penelitian ilmiah. Teori kritis dari Sekolah


Frankfurt

menolak

dualisme

kantian

(rasio

teoretis-rasio

praktis,

vernuft/verstand). Menurut para pemikir mahzab Frankfurt, khususnya


Adorno dan Horkhaimer, pemikiran David Hume, Francis Bacon, Rene
Descartes, Immanuel Kant mencapai klimaksnya pada positivisme Auguste
Comte.
Anti-Fondasionalisme: Richard Rorty dan Paul Feyerabend Tardisi filsafat
Barat sejak Yunani kuno memfokuskan pemikiran filosofisnya pada prinsip
dasar semesta. Perkembangan selanjutnya, pemikiran tentang fondasi
dikembangkan oleh Heracleitos yang mengatakan bahwa yang sejati
adalah perubahan, dan menggunakan konsep logos sebagai suatu yang
konsisten,

yang

mendasari

segala

perubahan

tersebut.

Dunia

sebagaimana dialami manusia secara inderawi adalah dunia yang tterus


berubah dan menurut Heracleitos dibalik perubahan tersebut pasti ada
suatu yang tetap, permanen, dan universal.
Kritik Richard Rorty, Fondasionalisme mendapatkan kritikan pedas dari
Richard Rorty (1. 1934), filsuf kenamaan abad ini. Dalam bukunya
Philosophy and the Miror of Nature, Rorty mengemukakan bahwa
fondasionalisme Locke, Descartes, Kant pada dasarnya merupakan
pembakuan suatu aturan epistemik tentang proses mental yang terjadi
dalam akal-budi. Mereka berkeyakinan bahwa benak manusia merupakan
cermin dari semesta luar dan manusia mampu memperoleh gambaran
objektif apabila ia melepaskan diri dari kebersatuan sosial. Singkatnya,
mereka mengabaikan interaksi sosial sebagai justifikasi kebenaran dan
memandangnya sebagai elemen yang distorsif. Rorty menekankan sikap
anti fondasionalismenya dengan mengadopsi ide pragmatisme bahwa
aturan-aturan epistemologis pada dasarnya merupakan permasalahn
praktik-pratik sosial. Pengetahuan manusia bukanlah suatu cermin
semesta, tapi hasil proses interaksi manusia dan semesta, yang
legitimasinya tidak berangkat dari kegiatan individual, melainkan sosial.
Kebenaran diukur bukan berdasarkan satu patokan epistemik yang
universal dan transedental, melainkan berdasarkan bentuk kehidupan
masing-masing komunitas. Suatu pendekatan aprioristik semesta adalah
sia-sia karena semsta sejati tidak pernah diketahui. Permasalahan

kebenaran bukan lagi permasalahan fondasi maupun korespondensi,


melainkan permasalahan kesepakatan lokal dalam tiap-tiap komunitas.
Pluralisme kebenaran harus terus dijaga supaya jangan terjebak kembali
dalam suatu ide tentang fondasi yang totaliter.
Kritik Paul Feyerabend (1924-1994), seorang filsuf yang pemikirannya
cukup liar. Ini terbukti dengan penolakannya terhadap kesatuan metode
atas nama anarkisme metodologis. Ide kontroversial anti metode
Feyerabend tertuang dalam bukunya yang berjudul Againrs Method (1988).
Dalam buku itu Feyerabend mengemukakan dua asumsi yang salah
kaprah dalam wacana filsafat ilmu selama ini. Pertama, terdapatnya
bahasa observasi yang independen dari teori. Kedua, kemungkinan teori
untuk mengafirmasi semua fakta-fakta yang ada. Feyerabend juga bertolak
dari sejarah sains. Menurutnya, penemuan-penemuan sains sering tidak
terjadi melalui metode yang ketat, tapi bisa melalui instuisi, kebetulan,
imajinasi. Singkatnya, semua elemen ubjektif yang disingkirkan oleh
positivisme dari lingkup metodologis. Feyerabend memberikan contoh
kasus

keterpusatan

bumi

Ptolemeus

oleh

keterpusatan

matahari

Copernicus. Ia mensinyalir bahwa teori heliosentrisme berlangsung secara


tidak ilmiah, artinya tanpa suatu metode yang ketat. Feyerabend menolak
induksi karena induksi menguniversalisir keberagaman prosedur. Gagasan
Feyerabend memang cukup radikal karena menggoyahkan otoritas saains
yang dibangun mulai dari Aristoteles sampai puncaknya positivisme.
Ilmu Manusia dan Ilmu Alam- Pemikiran positivisme meluas ke wilayah ilmu
sosial seperti antropologi, sosiologi, dan psikologi. Positivisme mengajukan
suatub doktrin yang dikenal dengan doktrin kesatuan ilmu. Doktrin yang
mensyaratkan bahwa keabsahan ilmu harus disandarkan pada kesatuan
metode dan bahasa. Singkatnya, ilmu sosial, secara epistemologi,
metodologis, dan ontologi, wajib mengikuti ilmu alam. Penyamarataan ilmuilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial menyebabkan apa yang dinamakan
dilema antropologis. Dilema antrolopologis merupakan dilema yang
muncul tatkala ilmu-ilmu sosial dilihat dari perspektif ilmu-ilmu alam yang
memandang objek-objeknya secara deterministik.
Neokantianisme dan Pemilahan ilmu neokantianisme adalah aliran
filsafat idelalisme yang muncul di Jerman dalam paruh abad ke-19, dengan

slogan kemnali pada Kant! (Otto Liebmann, F. Lange). Neokantian


berupaya mengembangkan pemikiran Kant khususnya tentang akal praktis
yang berurusan dengan dunia noumena yang selama ini diasingkan Kant
ke dalam benda dalam dirinya sendiri. Neokantian berupaya menghasilkan
kembali dan mengembangkan unsur-unsur idealis, metafisis, dan dialektis.
Neokantian

hendak

mendekonstruksi

cara

berpikir

dikotomik

fenomena/noumena, teoretis/praktis, fakta/moral, dengan memusatkan


perhatian pada kekayaan maknawi manusia yang selama ini diasingkan,
dimarjinalisasi, dan direduksi ke dalam domain subjektifitas, yang apabila
dilihat dari sudut pandang ilmu alam merupakan sesuatu yang distorsif,
tak terukur, metafisis, ilusif, dan lain sebagainya. Neokantianisme
terpecah menjadi dua aliran utama yaitu: mahzab Marburg dan mahzab
Baden.
Antirealisme
Terjadi perdebatan hebat antara penganut realisme dan antirealisme sejak
abad ke-17. Realisme adalah suatu paham tentang semesta luar yang
independen dari representasi subjek. Antirealisme, sebaliknya, menolak
pandangan tersebut. Semesta adalah konstruksi manusia. Representasirepresentasi berupa skema konseptual, kategori, bahasa, maupun teori,
bukanlah cermin akurat semesta. Realisme menguasai wacana filsafat ilmu
ketika positivisme muncul sebagai teologi epistemik yang sangat
dominan, bahkan sampai sekarang. Realisme metafisik adalah sebuah
paaham bahwa kita dapat berpikir dan berbicara tentang benda-benda
sebagaimana adanya, terlepas dari proses-proses dalam benak kita.
Kritik Berkeley Terhadap Realisme John Locke george Berkeley (16851753) adalah seorang filsuf sekaligus teolog yang menganut paham
empirisme. Ia merumuskan filsafatnya dalam terang teologi dan idealisme.
Idealisme adalah antitesa paham materialisme yang menekankan materi
sebagai kodrat semesta. John Locke (1632-1704), filsuf empiris lainnya,
mengajukan argumen untuk mendukung tesis-tesis materialisme di atas. Ia
mengatakan, kita tidak secara langsung menangkap objek pada dirinya,
tapi lewat data-data inderawi. Ia menggunakan analogi. Menurut teori
Locke, objek pada dirina, meski tidak secara langsung dikenal dalam
bentuk data inderawi tersebut. Kesimpulannya, dunia material bukan

duplikat dari dunia sensasi yang tidak menambah apa-apa dari dunia
sensasi yang tidak menambah apa-apa dari yang tela kita peroleh.
Anti Realisme David Hume dan Immanuel Kant Sikap antorealis Hume
ditunjukkan dengan sketisismenya terhadap keakuratan representasi
manusia dalam menciptakan semesta. Skeptisisme Hume harus dibedakan
dengan skeptisisme Descartes. Skpetisisme Hume disebut sebagai
consequent scepticism, sikap skeptis yang membawa subjek untuk
menyadari

kesalahan

absolut

dari

fakultas-fakultas

menttal

atau

ketidakmampuan mereka mencapai kepastian. Sedangkan skeptisisme


Descarter disebut antecedent scepticism, sikap skeptis yang sistematikmetodik guna membawa kita pada kepastian apodiktis, tak terbantahkan.
Hume menolak argumentasi Locke yang menyatakan bahwa ide
merupakan representasi dari objek pada dirinya. Argumentasi-argumentasi
skeptis Hume telah membangunkan seorang filsuf Jerman, Immanuel Kant,
dari tidur dogmatisnya dalam bilik rasionalisme. Melalui Hume, Kant
mengembangkan proyek revolusioner untuk mensintesakan rasionalisme
dan empirisme. Kant merumuskan tiga tahap terjadinya pengetahuan
manusia. Pertama, tingkat pencerapan inderawi. Kedua, tingkat akal-budi.
Ketiga, tingkat budi atau intelek. Kontribusi kant yang amat berharga dalam
wacana filsafat ilmu adalah prinsip epistemologi bahwa pengetahuan kita
merupakan sebuah konstruksi, yang dibangun oleh kategori-kategori
mental

dan

data-data

inderawi.

Realisme

Naif

Posisivisme

dan

Antirealisme Kontemporer Posivisme disebut sebagai agama humanis.

PENDEKATAN NON POSITIVISTIK TEORI EVOLUSI PARADIGMA THOMAS


KHUNpemikiran thomas kuhn

PENDAHULUAN
Masih segar dalam benak kita akan adanya shifting
paradigms dalam wacana logika dan metafisika. Pemikiran logika
telah berkembang dari logika formal Aristoteles, logika
matematika Descartes, logika transcendental Kant, hingga logika
simbolik Pierce. Dalam metafisika juga terjadi letupan ide-ide

dari being qua being (rasionalisme), being as a perceived


being (empirisme), being nothing and
becoming (fenomonologi),being and time (eksistensialisme),
hingga being as process (pragmatisme).
Munculnya sebuah buku Structure of Scientific Revolutions pada
tahun 1962, yang dikreasi oleh seorang tokoh yang dilahirkan di
Cincinnati, Ohaio. Dia adalah Thomas Kuhn. Pada tahun 1922
Kuhn belajar Fisika di Havard University, kemudian melanjutkan
studinya di pascasarjana, dan memutuskan pindah ke bidang
sejarah ilmu.
Structure of Scientific Revolutions, banyak mengubah persepsi
orang terhadap apa yang dinamakan ilmu. Jika sebagian orang
mengatakan bahwa pergerakan ilmu itu bersifat linier-akumulatif,
maka tidak demikian halnya dalam penglihatan Kuhn.
Menurut kuhn, ilmu bergerak melalui tahapan-tahapan yang akan
berpuncak pada kondisi normal dan kemudian membusuk
karena telah digantikan oleh ilmu atau paradigma baru.
Demikian selanjutnya. Paradigma baru mengancam paradigma
lama yang sebelumnya juga menjadi paradigma baru.
Dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan (epistemologi),
paradigma epistemologi positivistik telah mengakar kuat selama
berpuluh-puluh tahun, hingga akhirnya setelah sekitar dua atau
tiga dasawarsa terakhir ini muncul perkembangan baru dalam
filsafat ilmu pengetahuan sebagai bentuk upaya pendobrakan
atas teori-teori yang lama. Pendobrakan atas filsafat ilmu
pengetahuan positivistik ini dipelopori oleh tokoh-tokoh seperti:
Thomas Kuhn, Stepehen Toulmin, serta Imre Lakatos. Ciri khas
yang membedakan model filsafat ilmu baru ini dengan modelmodel terdahulu adalah adanya perhatian besar terhadap sejarah
ilmu dan peranan ilmu dalam upaya mendapatkan serta
mengonstruksikan bentuk ilmu pengetahuan dan kegiatan ilmiah
yang sesungguhnya terjadi. Sejarah ilmu pada dasarnya
merupakan disiplin ilmu yang relayif masih baru. Pada awal
perkembangannya, bidang ini ditangani dan dikembangkan oleh

ahli-ahli dari bidang ilmu lainnya, seperti ahli fisika. Thomas Kuhn
sendiri dengan latar belakang orang fisika mencoba memberikan
wacana tentang sejarah ilmu ini sebagai starting point dan
kacamata utama dalam menyoroti permasalahan-permasalahan
fundamental dalam epistemologi yang selama ini masih menjadi
teka-teki.
Dengan kejernihan dan kecerdasan pikirannya, ia menegaskan
bahwa sains pada dasarnya lebih dicirikan oleh paradigma dan
revolusi yang menyertainya.
Dengan konsep pemikirannya ini, Thomas Kuhn tidak hanya
sekedar memberikan kontribusi besar dalam sejarah dan filsafat
ilmu, tetapi lebih dari itu, dia telah menggagas teori-teori yang
mempunyai implikasi luas dalam ilmu-ilmu sosial, seni, politik,
pendidikan bahkan ilmu-ilmu keagamaan dll.
PEMBAHASAN
Pemikiran Thomas Kuhn
Istilah paradigma menjadi begitu popular setelah diintroduksikan
oleh ThomasKuhn melalui bukunya The Structure of Scientific
Revolution,University of ChicagoPress, Chicago,1962 yang
membicarakan tentang Filsafat Sains. Khun menjelaskan bahwa
Paradigma merupakan suatu cara pandang, nilai-nilai, metodemetode,prinsip dasar atau memecahkan sesuatu masalah yang
dianut oleh suatu masyarakatilmiah pada suatu tertentu. Apabila
suatu cara pandang tertentu mendapat tantangandari luar atau
mengalami krisis (anomalies), kepercayaan terhadap cara
pandangtersebut menjadi luntur, dan cara pandang yang
demikian menjadi kurang berwibawa,pada saat itulah menjadi
pertanda telah terjadi pergeseran paradigma. Untuk lebihjelasnya
berikut diuraikan beberapa pemikiran penting dari Thomas Kuhn,
yakni:1. Thomas Kuhn bertitik tolak dari subject to subject
dalam karya bukunya yangberjudul: The Structure of Scientific

Revolutions (1962), yang mengemukakan bahwa perkembangan


ilmu pengetahuan bukanlah terjadisecara kumulatif melainkan
terjadi secara relatif. Model perkembangan ilmupengetahuan
menurut Kuhn adalah: Paradigma I( Normal Science,Anomalies
&Crisis,Revolusi)
Paradigma I
Normal Science
Thomas Samuel Kuhn (1922-1996) setelah menulis panjang lebar
tentang sejarah ilmu pengetahuan, dan mengembangkan
beberapa gagasan penting dalam filsafat ilmu pengetahuan. Ia
paling terkenal karena bukunyaThe Structure of Scientific
Revolutions di mana ia menyampaikan gagasan bahwa sains tidak
berkembang secara bertahap menuju kebenaran, tapi malah
mengalami revolusi periodik yang dia sebut pergeseran
paradigma.Analisis Kuhn tentang sejarah ilmu pengetahuan
menunjukkan kepadanya bahwa praktek ilmu datang dalam tiga
fase; yaitu:
Tahap pertama, tahap pra-ilmiah, yang mengalami hanya sekali
dimana tidak ada konsensus tentang teori apapun. penjelasan
Fase ini umumnya ditandai oleh beberapa teori yang tidak sesuai
dan tidak lengkap. Akhirnya salah satu dari teori ini menang.
Tahap kedua, Normal Science. Seorang ilmuwan yang bekerja
dalam fase ini memiliki teori override (kumpulan teori) yang oleh
Kuhn disebut sebagai paradigma. Dalam ilmu pengetahuan
normal, tugas ilmuwan adalah rumit, memperluas, dan lebih
membenarkan paradigma. Akhirnya, bagaimanapun, masalah
muncul, dan teori ini diubah dalam ad hoc cara untuk
mengakomodasi bukti eksperimental yang mungkin tampaknya
bertentangan dengan teori asli. Akhirnya, teori penjelasan saat ini
gagal untuk menjelaskan beberapa fenomena atau kelompok
daripadanya, dan seseorang mengusulkan penggantian atau
redefinisi dari teori ini.
Tahap ketiga, pergeseran paradigma, mengantar pada periode
baru ilmu pengetahuan revolusioner. Kuhn percaya bahwa semua

bidang ilmiah melalui pergeseran paradigma ini berkali-kali,


seperti teori-teori baru menggantikan yang lama.
Menurut Kuhn, ilmu sebelum dan sesudah pergeseran paradigma
begitu jauh berbeda melihat teori-teori mereka yang tak
tertandingi pergeseran paradigma tidak hanya mengubah satu
teori, hal itu akan mengubah cara bahwa kata-kata yang
didefinisikan, cara para ilmuwan melihat mereka subjek, dan
mungkin yang paling penting pertanyaan-pertanyaan yang
dianggap sah, dan aturan-aturan yang digunakan untuk
menentukan kebenaran suatu teori tertentu.
Anomali dan munculnya penemuan baru (krisis)
Data anomali berperan besar dalam memunculkan sebuah
penemuan baru yang diawali dengan kegiatan ilmiah. Dalam
keterkaitan ini, Kuhn menguraikan 2 macam kegiatan ilmiah
yaitu: Puzzle solving
Dalam puzzle solving, para ilmuan membuat percobaan dan
mengadakan observasi yang tujuannya untuk memcahkan tekateki, bukan mencari kebenaran. Bila paradigmanya tidak dapat
digunakan untuk memecahkan persoalan penting atau malah
berefek konflik, maka suatu paradigma baru harus
diciptakan/dimunculkan.Penemuan paradigma baru
Penemuan baru bukanlah peristiwa-peristiwa terasing, melainkan
episode-episode yang diperluas dengan struktur yang berulang
secara teratur. Penemuan diawali dengan kesadaran akan
anomali, yakni dengan pengakuan bahwa alam dengan suatu cara
telah melanggar pengharapan yang didorong oleh paradigma
yang menguasai sains yang normal. Kemudian ia berlanjut
dengan eksplorasi yang sedikit banyak diperluas pada wilayah
anomali. Dan ia hanya berakhir jika teori atau paradigma itu telah
disesuaikan sehingga yang menyimpang itu menjadi yang
diharapkan. Jadi, intinya bahwa dalam penemuan baru harus ada
penyesuaian antara fakta dengan teori yang baru. Dari teori ini
Thomas Kuhn memberikan definisi yang berbeda antara discovery

dan invention. Yang dimaksud discovery adalah kebaruan faktual


(penemuan), sedang invention adalah kebaruan teori
(penciptaan) yang mana keduanya saling terjalin erat satu sama
lain
Revolusi Ilmiah
Pada uraian diatas telah saya singgung tentang revolusi sains
(revolusi ilmiah) yang muncul karena adanya anomali dalam riset
ilmiah yang dirasakan semakin parah, dan munculnya krisis yang
tidak dapat diselesaikan oleh paradigma yang dijadikan sebagai
referensi riset. Revolusi sains disini merupakan sebuah episode
perkembangan non-kumulatif yang didalamnya terangkum
sebuah paradigma lama yang diganti sebagian atau keseluruhan
dengan paradigma baru (yang bertentangan). Adanya revolusi
sains bukanlah hal yang berjalan mulus tanpa hambatan, namun
kerap kali ada pro-kontra serta gesekan-gesekan dari masyarakat
yang menyertainya.
Dalam pemilihan paradigma tidak ada standar baku melainkan
hanyalah menyesuaikan diri terhadap persetujuan masyarakat.
Adanya revolusi sains dengan berbagai teori argumentatifnya
akan membentuk masyarakat sains. Oleh karena itu,
permasalahan paradigma / munculnya paradigma baru sebagai
akibat dari revolusi sains tiada lain hanyalah sebuah konsensus
atau kesepakatan yang sangat ditentukan oleh retorika di
kalangan akademisi atau masyarakat itu sendiri. Sejauh mana
paradigma baru itu diterima oleh mayoritas masyarakat sains,
maka disitulah revolusi sains (revolusi ilmiah) akan terwujud.
Selama proses revolusi, para ilmuan melihat hal-hal baru dan
berbeda dengan ketika menggunakan instrument-instrument
yang sangat dikenalnya untuk melihat tempat-tempat yang
pernah dilihatnya. Seakan-akan masyarakat professional itu tibatiba dipindahkan ke daerah lain dimana objek-objek yang sangat
dikenal sebelumnya tampak dalam penerangan yang berbeda dan
juga berbaur dengan objek-objek yang tidak dikenal. Kalaupun
ada ilmuan atau sebagian kecil ilmuan yang tidak mau menerima

paradigma yang baru sebagai landasan risetnya, dan ia tetap


bertahan pada paradigma yang telah dibongkar yang sudah tidak
mendapat legitimasi dari masyarakat sains, maka aktifitasaktifitas risetnya hanya merupakan taitologi yang tidak
nermanfaat sama sekali. Inilah yang dinamakan perlunya revolusi
ilmiah.
Paradigma II.
Menurut Kuhn bahwa ilmu pengetahuan pada waktu tertentu
didominasi olehsuatu paradigma tertentu, yaitu suatu pandangan
yang mendasar tentang apayang menjadi pokok persoalan
(subject matter ) dari suatu cabang ilmu.Paradigma tersebut
akan berkembang dalam masa normal science yaitu suatu
periode akumulasi ilmu pengetahuan dimana para ilmuwan
bekerja danmengembangkan paradigma yang sedang
berpengaruh. Tidak mampunyaparadigma tersebut dalam
menjawab berbagai persoalan secara memadai,maka terjadinya
pertentangan dan penyimpangan yang terjadi (anomalies)
danmemuncak menjadi suatu krisis yang menyangsikan
paradigma yangdibangun pertama tadi.pabila krisis sudah
sedemikian hebatnya, maka suaturevolusi akan terjadi dan
muncullah paradigma baru yang dianggap mampumenyelesaikan
persoalan yang terjadi.3. Menurut Kuhn bahwa pendekatan ilmu
tidak secara internal (seperti ajaranPositivisme) dan Rasionalisme
Kritikal (ajaran Karl Popper), akan tetapisecara eksternal dengan
bertolak dari suatu paradigma tertentu yang menjadilandasan
dasar disiplin ilmu itu yang akan terjadi bukan Evolusi Ilmiah
akantetapi Revolusi ilmiah. Paradigma yang ada akan digantikan
oleh paradigmabaru tanpa mengandung unsur-unsur paradigma
yang lama.
Menurut Kuhn, secara manusiawi maka seseorang tidak akan
mau untuk menjatuhkan teori yang dibangunnya sendiri, tetapi
justru akanmempertahankannya sehingga munculah silang
pendapat dan polemik.Selanjutnya teori itu bukan dilemahkan
oleh fakta-fakta, tetapi diamati dandiinterpretasi mengacu pada

paradigmanya yang relasi inti bukan subjek-objek tetapi subjeksubjek.


Pemikiran Thomas Kuhn juga timbul atas kritikan terhadap
ungkapan Karl R.Propper yang berkaitan dengan falsifikasi yang
dilakukannya oleh diri sendiri.Menurut logika yang dibangun
Kuhn, thesis Popper bahwa grounded theoryyang dibangun,
diciptakan dari hasil penemuan secara induktif fakta-faktautama
baru tidak mungkin membangun grand theory sebagai
pernyataan-pernyataan universal masih bisa diperdebatkan
bahkan bisa ditolak.
KESIMPULAN
Paradigma ialah apa yang akan kita paparkan dari pengujian
perilaku anggota-anggota masyarakat ilmiah yang telah
ditentukan sebelumnya.Paradigma dipakai sebagai keseluruhan
konstelasi keyakinan, nilai, teknik, dan lain-lain yang telah
dilakukan anggota-anggota masyarakat yang telah
diakui.Paradigma ini membimbing kegiatan ilmiah dalam
masa sains normal, dimana para ilmuan berkesempatan
menjabarkan dan mengembangkannya secara terperinci dan
mendalam, karena disibukkan dengan hal-hal yang mendasar.
Pada Sains normal memberi arti secara tegas penelitian yang
berdasarkan satu atau lebih melewati prestasi ilmiah, prestasi
bahwa komunitas ilmiah tertentu mengakui untuk sementara
waktu sebagai menyediakan dasar untuk berlatih lebih lanjut.
Dalam tahapan ini, seorang ilmuan tidak bersikap kritis terhadap
paradigma yang membimbing aktivitas ilmiahnya, dan selama
menjalankan riset ini, ilmuan bisa menjumpai berbagai fenomena
yang tidak bisa diterangkan dengan teorinya.Inilah yang disebut
dengan anomali. Dalam konsep paradigma membantu komunitas
ilmiah untuk mengikat disiplin mereka dalam membantu para
ilmuwan untuk : membuat jalan penyelidikan. Merumuskan
pertanyaan,Memilih metode yang digunakan untuk memeriksa
pertanyaan-pertanyaan,Mendefinisikan bidang
relevansi,Membangun / menciptakan makna.

Sebuah paradigma membimbing seluruh kelompok riset, dan


inilah kriteria yang paling jelas menyatakan bidang ilmu. Berbagai
transformasi paradigma adalah bagian fari revolusi sains,
sedangkan transisi yang berurutan dari paradigma yang satu ke
paradigma yang lain melalui revolusi adalah pengembangan yang
biasa dan sains yang telah matang.
Melihat pengembangan epistemologi dari Thomas Kuhn diatas
terutama dalam diversifikasi dalam pengkajian agama Islam
sebagai contoh adalah masalah tafsir al-Quran yang begitu
prinsip; tentunya revolusi ilmiah yang telah dikembangkan
Thomas Kuhn telah membawa perubahann besar dalam
peradaban manusia dan Islam. Kuhn telah menarik fakta bahwa
para filosof ilmu pada umumnya tidak menghiraukan persoalan
hermeneutik yang pokok seperti persoalan tentang apa yang
sebenarnya dilakukan oleh seorang ilmuan.Menurut Kuhn
rasioanalitas ilmiah yang sebetulnya ambigu itu pada dasarnya
bukanlah semata-mata perkara induksi atau deduksi atau juga
rasioanalits objektif, melainkan lebih pada perkara interpretasi
(hermeneutis) dan persuasi yang cenderung lebih bersifat
subjektif.
Oleh karena itu, segala yang dikatakan ilmu tentang dunia dan
kenyataan sebetulnya terkait erat dengan paradigma dan model
atau skema interpretasi tertentu yang digunakan oleh ilmuannya.
Cara ilmuan memandang dunia menentukan dunia macam apa
yang dilihatnya. Jadi pengetahuan bukanlah foto kopi dari sebuah
realitas, melainkan realitas hasil kontruksi manusia. Dan
paradigma yang mendasari konstruksi itu diterima dan dipercayai
komunitas para ilmuan, bukan karena para ilmuan itu tahu bahwa
itu benar, melainkan karena mereka percaya bahwa itu yang
terbaik,

Apakah itu Realisme Ilmiah? Apakah itu Anti-realisme ilmiah?

Realisme ilmiah adalah suatu paham yang ada dalam dunia ilmu
pengetahuan. Paham ini menyatakan bahwa objek-objek dalam
pengetahuan ilmiah itu benar-benar ada dan terpisah dari ilmuan. Dalam
sebuah pengetahuan ilmiah, sering kita dapati suatu istilah-istilah, seperti
misalnya Quark, virus, photon, gelombang, dark matter, ruang publik, ruang
pribadi, Super ego dan segala macam istilah menunjuk pada objek sdalam
suatu ilmu pengetahuan ilmiah. Objek pengetahuan alam atau
pengetahuan sosial.

Realisme ilmiah berpendapat bahwa apa-apa yang disebutkan oleh


pengetahuan ilmiah itu sebenarnya ada di alam nyata, terpisah dan
independen dari peneliti. Objek-objek dan relasi-relasi yang digambarkan
oleh ilmu pengetahuan itu ada dan nyata dalam alam nyata. Pendapat ini
berarti bahwa manusia dengan ilmu pengetahuannya mampu mengakses
alam nyata. Segala yang dikatakan para ilmuan merujuk pada suatu
keberadaan di alam nyata, tentu tergantung relatif tergantung pada
perkembangan ilmu pada masa itu.
Pandangan ini ditentang oleh mereka yang menganut paham Antirealisme.
Anti-realisme berpendapat bahwa objek-objek pengetahuan ilmiah eksis
sebagaimana di alam nyata. Pandangan ini sebagai contohnya adalah
instrumentalisme dan konstruktivisme.
Instrumentalisme berpandangan bahwa objek-objek dalam ilmu
pengetahuan dinilai dari kebergunaan. Maka dari itu mereka berpendapat
bahwa objek-objek ilmu pengetahuan lebih berdasar pada bisa dipercaya
daripada kebenaran. Mereka lebih memfokuskan diri pada sisi
pragmatisme dari objek-objek itu. Di sisi lain ada Konstruktivisme,
Konstruktivisme berpendapat bahwa objek-objek ilmu pengetahuan

merupakan hasil konsensus, ini karena fakta-fakta itu diciptakan oleh para
ilmuan.
Kadang seseorang bisa mempercayai bidang-bidang ilmu tertentu realis
sedang bidang bidang lain tidak realis. Sebagai contohnya seseorang bisa
mempercayai bagian ilmu alam seperti : Fisika, kimia dan biologi sebagai
realis, sedangkan dia bisa berpendapat bidang ilmu seperti psikologi,
ekonomi, psikologi sebagai tidak realis.
REALISME DAN ANTI REALISME
REALISME
Hampir semua pemikiran mengenai ilmu kealaman saat ini banyak
dipengaruhi oleh pandangan realisme. Sebagai suatu ilmu, sains
memang tidak bisa lepas dari realitas objek-objek materi yang
terindra. Realisme menempatkan observasi dan eksperimen
sebagai suatu hal yang sangat penting di dalam sains.
Dengan observasi, ilmuwan dapat meramalkan gejala-gejala alam
yang akan terjadi. Misalnya pada zaman dahulu dengan fakta
yang cukup, ilmuwan dapat menjelaskan tentang
gerhana matahari.
Kaum realis memandang bahwa ketika kita memiliki bukti dan
fakta yang sesuai dengan fakta sebelumnya, maka kita akan
dapat meramalkan suatu kejadian yang sama seperti kejadian
yang pernah ada sebelumnya.
Observasi ini memiliki banyak kegunaan dalam kehidupan.
Walaupun sifatnya hanya melulu matematis, namun dengan jalan
seperti itu, ilmuwan dapat menyederhanakan realitas yang
mereka hadapi. Dengan metode realis kita juga dapat mencapai
tingkat rasionalitas yang baik.
Kaum realis juga memandang bahwa teori sangatlah penting
dalam sebuah penelaahan. Observasi yang akurat dan dilakukan
dengan sering dapat menghasilkan suatu teori yang baik.

Begitu pula teori yang ditemukan melalui observasi tersebut


dapat membimbing ilmuwan untuk melakukan penelitian dan
penemuan baru yang bermanfaat dan lebih berarti.
Namun, pandangan tersebut sangat ditentang oleh anti-realis.
Meraka beranggapan bahwa akan banyak ketidakjujuran yang
dilakukan oleh ilmuwan ketika fakta yang ditemukan dalam
observasi tidak sesuai dengan apa yang diinginkan.
Di sinilah letak kesalahan yang tidak bisa dihindarkan oleh kaum
realis. Sains menjadi sesuatu yang tidak objektif, kerena sudah
dipengaruhi oleh subjektvitas ilmuwan.
Anti-Realis
Bagi kaum realis, teori dianggap dapat memberikan gambaran
tentangdunia apa adanya. Jika suatu teori dianggap berlaku tidak
lain karena teori itu dianggap benar dan sesuai dengan realitas.
Begitu pula bagi penganut realis, kebenaran merupakan tujuan
akhir dari ilmu pengetahuan.
Sementara itu, bagi anti-realis ilmu tidak perlu berbicara
mengenai masalah kebenaran, sebab kita tidak akan pernah
sampai pada kebenaran dari data yang kita observasi. Teori bagi
anti-realis dianggap benar sejauh teori itu bermanfaat bagi
manusia. Hal ini tidak jauh berbeda dengan pandangan
pragmatisme dan instrumentalis.
Perbedaan pandangan di antara keduanya terjadi pula dalam
kasus mengenai plogiston, ether, ataupun elektron. Bagi kaum realis
semua itu ada -misalnya elektron. Kita memang tidak bisa
mengetahui bagaimana bentuk elektron, namun sejauh ini jejak
elektron dianggap sudah cukup menyatakan bahwa elektron ada
dan jejaknya bisa diobservasi.
Bagi anti-realis, persoalan itu barangkali tidak terlalu penting.
Sejauh ini elektron sudah banyak kegunaan, dan tentunya itu
sudah masuk kriteria kebenaran menurut anti-realis. Namun pada
kenyataanya, anti-realis menolak argumen cosmic

coincidence (suatu kondisi yang membuat kejadian alam tidak


dapat diobsevasi namun dapat dijelakan oleh teori).
Menurut anti-realis elektron hanya bahasa ilmu untuk
menjelaskan fenomena yang tidak dapat diobservasi. Oleh karena
itu, tidak ada persoalan jika bahasa itu tidak ada kaitannya
dengan realitas.
Ilmu adalah fenomena biologis, dan organisme memfasilitasi
fenomena tersebut dengan lingkungan. Menurut van Fraassen
inilah yang menjadikan setiap perbedaan penjelasan ilmiah bisa
terjadi.
DIPOSKAN OLEH SANG KREATOR DI 17.33 3 KOMENT

PENDEKATAN PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN KIMIA

A. Hakikat Ilmu Kimia dan Pembelajaran Kimia


Hakikat ilmu Kimia mencakup dua hal, yaitu Kimia Sebagai
Produk dan Kimia sebagai proses. Kimia sebagai produk meliputi
sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas fakta-fakta, konsepkonsep, dan prinsip-prinsip kimia. Kimia sebagai proses meliputi
keterampilan-keterampilan dan sikap-sikap yang dimiliki oleh
para

ilmuwan

untuk

memperoleh

dan

mengembangkan

pengetahuan Kimia. Keterampilan-keterampilan tersebut disebut


keterampilan proses, dan sikap-sikap yang dimiliki para ilmuwan
disebut sikap ilmiah.
Oleh

karena

itu,

pembelajaran

kimia

tidak

boleh

mengesampingkan proses ditemukannya konsep-konsep Kimia.


Sehubungan dengan hal tersebut, untuk menjelaskan konsepkonsep kimia ditempuh dengan pendekatan proses. Dalam
pendekatan proses pendekatan pembelajaran didasarkan pada
anggapan bahwa ilmu kimia itu terbentuk dan berkembang akibat

diterapkannya suatu proses, yang dikenal dengan metode ilmiah,


dengan menerapkan keterampilan-keterampilan proses Sains,
yaitu

mulai

dari

menemukan

masalah

hingga

mengambil

keputusan. Dalam perkembangan selanjutnya pendekatan ini


lebih dikenal dengan Pendekatan Keterampilan Proses

B. Deskripsi Keterampilan Proses


Keterampilan-keterampilan proses tersebut dapat diklasifikasikan
sebagai keterampilan-keterampilan :
1. Mengamati :
ialah melakukan pengumpulan data tentang fenomena atau
peristiwa dengan menggunakaninderanya. Mengamati merupakan
dasar bagi semua keterampilan proses lainnya.
2. Menafsirkan pengamatan :
ialah menarik kesimpulan tentatif dari data yang dicatatnya.
3. Meramalkan :
ialah prakiraan yang didasarkan pada hasil pengamatan yang
reliabel. Ramalan berarti pula mengemukaan apa yang mungkin
terjadi

pada

keadaan

yang

belum

diamati

berdasarkan

penggunaan pola yang ditemukan sebagai hasil pengamatan.


4. Menggunakan alat dan bahan :
ialah mengetahui konsep dan mengapa mengapa menggunakan
alat dan bahan.
5. Menerapkan konsep :
ialah menggunakan generalisasi yang telah dipelajarinya pada
situasi baru, atau untuk menerangkan apa yang diamatinya.
6. Merencanakan penelitian :

ialah

merancang

kegiatan

yang

dilakukan

untuk

menguji

hipotesis, memeriksa kebenaran atau memperlihatkan prinsipprinsip atau fakta-fakta yang telah diketahuinya.
7. Mengkomunikasikan hasil penelitian :
ialah

keterampilan

menyampaikan

gagasan

atau

hasil

penemuannya kepada orang lain.


8. Mengajukan pertanyaan
ialah bertanya apa, mengapa dan bagaimana, pertanyaan untuk
minta

penjelasan

dan

pertanyaan

yang

berlatar

belakang

belakang hipotesis.

C. Beberapa hal Penting dalam Pendekatan Keterampilan


Proses pada Pembelajaran Kimia
1. Keterampilan Berpikir yang Tergolong Keterampilan Proses
Sains
Keterampilan proses sains itu ialah keterampilan intelektual atau
keterampilan

berpikir (Dahar,2003), adapun

pengertian

dan

lingkup setiap keterampilan berpikir itu urutannya sama dengan


urutan keterampilan proses sains.
a) Mengamati
Mengamati merupakan suatu keterampilan berpikir fundamental
yang menjadi dasar utama dari pertumbuhan sains. Mengamati
merupakan suatu kemampuan menggunakan semua indera yang
harus

dimiliki

oleh

setiap

orang.

Dalam

kegiatan

ilmiah

mengamati berarti memilih fakta-fakta yang relevan dengan


tugas tertentu dari hal-hal yang diamati, atau memilih fakta-fakta
untuk menafsirkan peristiwa tertentu. Dengan membandingkan

hal-hal yang diamati, berkembang kemampuan untuk mencari


persamaan dan perbedaan.
b) Menafsirkan Pengamatan
Hasil-hasil pengamatan tidak akan berguna, bila tidak ditafsirkan.
Karena itu dari mengamati langsung, lalu mencatat setiap
pengamatan secara terpisah, kemudian menghubung-hubungkan
hasil-hasil pengamatan itu, lalu mungkin ditemukan pola-pola
tertentu

dalam

satu

seri

pengamatan.

Penemuan

pola

ini

merupakan dasar untuk menyarankan kesimpulan-kesimpulan


atau generalisasi-generalisasi. Kemampuan untuk menemukan
pola-pola

ini

merupakan

kegiatan

ilmiah

yang

perlu

dikembangkan pada anak sedini mungkin.


c) Meramalkan
Sains tidak akan demikian pesat berkembang bila dalam sains
tidak

dikenal

istilah

meramalkan.

Karena

itu

meramalkan

merupakan salah satu kemampuan penting dalam sains. Dengan


menggunakan

pola

yang

ditemukan

dari

salah

satu

seri

pengamatan, para ilmuwan mengemukakan apa yang mungkin


terjadi pada keadaan yang akan datang, atau yang belum
diamati.

Jadi,

pengamatan

bertitik
dapat

tolak

dari

menafsirkan

dikembangkan

hasil-hasil

kemampuan

untuk

meramalkan yang merupakan salah satu

contoh mengambil kesimpulan atau inferensi. Proses peramalan


merupakan

suatu

proses

penalaran

yang

berdasarkan

pengamatan.
d) Menggunakan Alat / Bahan
Melakukan percobaan dalam sains membutuhkan alat dan bahan.
Berhasilnya

suatu

percobaan

kerapkali

tergantung

pada

kemampuan memilih dan menggunakan alat yang tepat secara


efektif. Pengalaman menggunakan alat dan bahan merupakan

pengalaman konkrit yang dibutuhkan siswa untuk menerima


gagasan-gagasan baru. Suatu syarat penting dalam belajar bagi
siswa yang masih pada tingkat operasional konkrit itu.
e) Menerapkan Konsep
Menerapkan konsep yang merupakan suatu kemampuan untuk
menggunakan konsep-konsep yang telah dipelajari dalam situasi
baru atau menerapkan konsep itu pada pengalaman baru untuk
menjelaskan

apa

yang

sedang

terjadi

merupakan

tujuan

pendidikan sains yang penting. Dalam menerapkan konsep untuk


menjelaskan apa yang sedang terjadi, perlu dianggap bahwa
setiap penjelasan yang diberikan itu bersifat sementara, dan
dapat diuji, jadi berupa hipotesis. Kerap kali dapat disarankan
beberapa alternative hipotesis, semuanya menunjang kenyataan,
tetapi perlu disadari siswa, bahwa hipotesis-hipotesis itu harus
diuji.
f) Merencanakan Penelitian
Kemampuan untuk merencanakan suatu penelitian merupakan
suatu unsur yang penting dalam kegiatan ilmiah. Setelah melihat
suatu pola atau hubungan dari pengamatan-pengamatan yang
dilakukan, perlu kesimpulan sementara atau hipotesis yang
dirumuskan itu diuji. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk
merencanakan suatu percobaan yang meliputi kemampuan untuk
menentukan alat-alat dan bahan-bahan yang akan digunakan,
menentukan variabel-variabel, menentukan yang mana di antara
variabel-variabel itu harus dibuat tetap, bagaimana mengolah
hasil-hasil pengamatan untuk mengambil kesimpulan, merupakan
kegiatan-kegiatan yang perlu dilatihkan sejak dini.
g) Berkomunikasi
Sains terbuka bagi semua orang yang mampu memahaminya,
dan dinilai oleh siapa saja yang mau menilainya. Sebagai
implikasinya, para ilmuwan diharapkan

menguraikan secara jelas dan cermat apa yang telah mereka


lakukan, sehingga dapat diuji oleh para ilmuwan lain. Karena itu
dalam pendidikan sains siswa-siswa sejak dini dilatih untuk dapat
melaporkan hasil-hasil percobaannya secara sistematis dan jelas.
Juga diharapkan mereka dapat menjelaskan hasil-hasil percobaan
mereka

pada

teman-temannya,

mendiskusikanya,

dan

menggambarkan hasil pengamatannya dalam bentuk grafik, tabel


dan

diagram.

Semua

kegiatan

ini

termasuk

kemampuan

berkomunikasi, suatu kemampuan yang perlu dikembangkan


dalam mendidik calon-calon ilmuwan masa yang akan dating.
h) Mengajukan Pertanyaan
Dari penelitian Piaget dan Bruner, terungkap bahwa anak itu
dapat berpikir secara tingkat tinggi bila ia mempunyai cukup
pengalaman secara konkrit dan bimbingan yang memungkinkan
pengembangan konsep-konsep dan menghubungkan fakta-fakta
yang diperlukan. Dapat dikatakan bahwa kualitas pertanyaan
yang diajukan siswa menunjukkan rendah tingginya tingkat
berpikir siswa.
2. Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan Pada Penggunaan
Pendekatan Keterampilan Proses
Untuk menggunakan pendekatan keterampilan proses ini, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan :
Dalam

menyusun

dikembangkan

silabus,

bersama-sama

keterampilan
dengan

proses

fakta-fakta,

perlu
konsep-

konsep, dan prinsip-prinsip kimia.


Kedelapan keterampilan proses tsb diperkirakan sesuai dengan
tingkat

perkembangan

menengah.

siswa

dari

sekolah

dasar

hingga

Dalam pembelajaran kimia, keterampilan proses diatas tidak


perlu sesuai urutan.
Setiap metode dan pendekatan pada pembelajaran kimia dapat
digunakan untuk mengembangkan keterampilan proses
Kemungkinan pengembangan keterampilan proses pada metode
ceramah lebih sedikit dibanding metode eksperimen

D. Perlunya Pendekatan Keterampilan Proses


Dari uraian di atas telah diketahui bahwa keterampilan proses
ialah keterampilan intelektual atau keterampilan berpikir, dengan
mengembangkan

keterampilan

proses

dalam

pembelajaran

maka:
Membuat siswa berpikir.
Membuat siswa kreatif.
Dapat menolong siswa untuk belajar
Keterampilan proses sains juga diperlukan dalam kegiatan ilmiah
di sekolah maupun di kemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai