Anda di halaman 1dari 8

PRAKTIKUM BIOKIMIA

Pemeriksaan Gula Darah dan Glukosa dalam Urine

Oleh:
I.A. PADMITA UTAMI (H1A008010)
IKA NURFITRIA TAUHIDA (H1A008011)
RIRI KUMALA SARI (H1A008026)
FAIRUZ SYAFHIIMAM (H1A008013)
ANITA RAHMAN (H1A008014)
SRI MARTINI (H1A008015)
ZUNURUL HAYATI (H1A008016)
DWI PUTRI MIFTAHULHUDA (H1A008017)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MATARAM
2010
PEMERIKSAAN GLUKOSA URINE (METODE BENEDICT)
Laporan hasil praktikum biokimia

Page 1

Alat:

2 tabung

1 rak tabung

Pipet tetes

Pemanas air

Bahan:

Urine

Larutan benedict

Prosedur Kerja
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Masukkan 40 cc larutan benedict ke dalam tabung tinggi, lalu masukkan tabung berisi
larutan benedict tersebut ke dalam pemanas air dan panaskan hingga mendidih.
3. Setelah larutan benedict mendidih, teteskan 2 tetes urine ke dalam tabung tersebut,
kemudian dipanaskan kembali hingga mendidih.
4. Jika sudah mendidih, dinginkan 10 menit dan lihatlah perubahan warna yang terjadi.
Interpretasi perubahan warna :

Biru terang tanpa endapan : ( - )


Biru kehijauan dengan endapan tipis : ( + )
Biru kehijauan dengan endapan tebal : ( ++ )
Biru lembayung (sedikit merah atau oranye) dengan endapan tipis : ( +++ )
Merah bata dengan endapan tebal : ( ++++ )

Laporan hasil praktikum biokimia

Page 2

Hasil Praktikum dan Pembahasan


Urin yang digunakan sebagai spesimen dalam pemeriksaan glukosa urin bermacammacam jenisnya. Jika kita melakukan pemeriksaan glukosa urin dengan menggunakan urin
kumpulan sepanjang 24 jam pada seseorang, ternyata tidak benyak berbeda dari urin 24 jam
berikutnya. Akan tetapi bila kita mengadakan pemeriksaan dengan sampel urin seseorang pada
saat-saat yang tidak menentu di waktu siang atau malam sesudah atau sebelum makan, aktivitas
fisik dan lain sebagainya, maka akan diperoleh hasil pemeriksaan yang berbeda antara sampel
urin tertentu dengan sampel urin lain. Itu sebabnya penting sekali untuk memilih dan
menentukan sampel urin sesuai dengan tujuan pemeriksaan.
Urin sewaktu merupakan urin yang dikeluarkan pada suatu waktu tanpa ditentukan secara
khusus. Spesimen ini cukup baik untuk pemeriksaan glukosa urin secara rutin. Urin postprandial
merupakan urin yang pertama kali dikeluarkan 1,5 jam-3 jam setelah makan. Spesimen ini
khusus digunakan untuk memantau kadar glukosa urin pasien setelah makan. Urin pagi
merupakan urin yang pertama kali setelah bangun tidur. Urin ini lebih pekat dan merupakan
kumpulan urin malam hari. Spesimen ini tidak baik untuk pemeriksaan penyaring terhadap
adanya glukosuria.
Laporan hasil praktikum biokimia

Page 3

Seperti halnya dengan darah maka urin harus diperiksa sewaktu masih segar. Jika urin
disimpan mungkin terjadi perubahan susunan kimia oleh kuman. Untuk mengecilkan
kemungkinan perubahan ini pada keadaan terpaksa pemeriksaan tertunda. Selain itu apabila akan
digunakan urin 24 jam dapat digunakan bahan pengawet urin untuk menghambat pertumbuhan
kuman. Toluena sebanyak 2-5 ml untuk mengawetkan urin 24 jam merupakan bahan pengawet
yang baik untuk pemeriksaan glukosa.
Tujuan pemeriksaan glukosa urin tidak untuk memastikan diagnosis DM, karena
pemeriksaan ini tidak selalu dapat mencerminkan konsentrasi glukosa dalam darah. Pemeriksaan
urin ini yang paling sering diminta oleh pasien. Terdapat batas ambang ginjal untuk glukosa
yang merupakan batas konsentrasi glukosa dalam darah yang masih dapat ditahan oleh
glomerulus ginjal. Apabila konsentrasi glukosa dalam darah > 180 mg/dL ( batas ambang ginjal
untuk glukosa), glukosa akan keluar ke urin dan pada pemeriksaan glukosa urin hasilnya akan
positif. Urin yang dikeluarkan tidak secara langsung berkorelasi dengan konsentrasi glukosa
dalam darah pada saat yang sama. Hal ini disebabkan urin yang dikeluarkan oleh ginjal akan
ditampung sementara di kandung kemih kemudian setelah penuh baru dkeluarkan. Dengan
demikian apabila ingin diperiksa glukosa urin puasa, maka setelah pasien puasa semalam , pasien
pada pagi hari harus mengosongkan kandung kemih dan membuang urinnya dahulu, kemudian
kencing yang berikutnya baru diperiksa. Dengan keterbatasan tersebut pemeriksaan glukosa
dalam urin masih bermanfaat sebagai penyaring, bila hasilnya positif kemungkinan besar DM
yang kada glukosanya tinggi melebihi nilai ambang ginjal dan sebagai pemantau pengendalian
DM.
Metode pemeriksaan glukosa urin yang berdasarkan reaksi reduksi banyak macamnya,
tetapi metode benedict dengan menggunakan reagen kuprisulfat yang sampai saat ini masih
banyak dipakai di laboratorium sederhana untuk memeriksa glukosa urin.
CuSO4 + zat (red) Cu2O + zat (oks)
Hasil pemeriksaan bersifat kualitatif sehingga hanya digunakan untuk pemeriksaan
penyaring saja. Yang hanya bisa dinilai hanyalah dari segi warna dan adanya endapan glukosa
atau tidak. Dari hasil pengamatan yang didapatkan terjadi perubahan warna benedict yang
dicampur 2 tetes urin menjadi warna biru bening dan terdapat sedikit endapan. Hasil ini bila
Laporan hasil praktikum biokimia

Page 4

dinilai memiliki nilai ( + ). Jadi pada sample urin terdapat glukosa. Sensitivitas tes benedict urin
ini sangat rendah dan hanya dapat mendeteksi gula > 250 mg/dL , sehingga kandungan glukosa
pada sample urin lebih dari > 250 mg/dL.

PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH

Laporan hasil praktikum biokimia

Page 5

1. Enzimatik (DIPSTICK)
Merek : Gluko DR
Tes glukosa darah dilakukan untuk mengukur jumlah glukosa dalam darah pada saat
mengambil sampel. Glukosa darah terutama diukur pada dasar puasa, sampel dikumpulkan 8 jam
setelah asupan makanan. Tes ini digunakan untuk mendeteksi kejadian diabetes dalam individu.
Hal ini juga digunakan untuk memantau tingkat glukosa dalam diabetes pasien untuk kontrol
yang efektif dan pengelolaan kesehatan umum mereka.
Tes darah adalah alat yang digunakan untuk mengevaluasi status kesehatan individu. Hal ini
diperlukan untuk memahami bahwa hasilnya mungkin berada di luar 'normal' seperti yang telah
ditetapkan karena berbagai alasan. Variasi dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti ras, usia,
jenis kelamin, siklus menstruasi, aktivitas fisik, diet, obat-obatan, minuman beralkohol, dan
merokok. Rentang normal untuk tes tertentu tiba di didasarkan pada hasil tes selama 95 persen
dari individu yang sehat. Itu berarti ada 5 persen orang yang sehat hasil tes yang berada di luar
kisaran normal ditentukan sementara tidak ada yang salah dengan mereka.
Dalam tes gula darah puasa, jumlah gula atau glukosa dalam darah setelah seseorang telah
berpuasa selama delapan jam atau semalam yang diukur. Sebuah kisaran normal adalah 60-100
miligram glukosa per desiliter darah. A level of 100-125 mg/dL mengindikasikan kelainan dalam
glukosa puasa. Kondisi ini dikenal sebagai pradiabetes. Tes ini mungkin harus diulangi setelah
jeda seminggu untuk untuk konfirmasi. A level of 126 mg/dL atau lebih tinggi menunjukkan
kemungkinan tipe 1 atau diabetes tipe 2. Sekali lagi, tes ini mungkin harus diulangi setelah satu
minggu untuk konfirmasi. Sedangkan untuk pasien yang tidak puasa, jika hasilnya lebih dari 200
mg/dl maka dikatakan DM.
Alat dan bahan

Kapas alkohol

Alat uji yaitu dipstick

Darah pasien

Laporan hasil praktikum biokimia

Page 6

Cara pemeriksaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Nyalakan alatnya, lalu kemudian aktifkan dan atur


Masukkan strepnya pada tempatnya dengan ujung yang ada lubangnya disebelah luar
Ambil kapas alkohol untuk mensterilkan daerah yang akan diambil darahnya
Tusuk dengan jarum di bagian ujung jari manis yang sudah disterilkan
Jika darahnya sudah keluar
Teteskan darahnya ke dalam lubang yang ada pada strep yang sudah disediakan tadi
Baru kita start alatnya dan tunggu sampai nilainya berhenti bergerak, maka itulah kadar

gula darah pasien saat itu.


Data
Dari hasil praktikum kemarin dengan probandus Dwi Putri Miftahulhuda didapatkan data bahwa
pasien tersebut dalam keadaan puasa. Dimana pasien tersebut terakhir makan yaitu pada sekitar
pukul 20. 00 sedangkan pemeriksaan dilakukan pada pukul 15.00 wita sehingga rentang
waktunya sekitar 18 jam maka bisa dikatakan pasien sedang puasa. Kisaran waktu untuk pasien
yang bisa dikatakan puasa yaitu tidak makan selama 8 jam. Dari pemeriksaan tersebut untuk
pasien ini kadar glukosa darah pada saat itu adalah 90 mg/dl. Maka kadar glukosa darah Dwi
Putri Miftahulhuda masih dalam batas normal. Tetapi untuk lebih memastikan lagi perlu
pemeriksaan ulang kembali.
2. Metode O-Toluidin
Alat :

3 tabung sentrifuge
2 rak tabung
Pipet tetes
Pemanas air
Spektrofotometer

Bahan :

Serum
Standar glukosa
Aquadest
TCA 10%
Larutan O-Toluidin

Prosedur Kerja :
1. Siapkan 3 tabung sentrifuge dan beri label A, B dan C
a. Tabung A : masukkan 0,2 mL plasma/serum
b. Tabung B : masukkan 0,2 mL glukosa standar
Laporan hasil praktikum biokimia

Page 7

c. Tabung C : masukkan 0,2 mL aquadest


2. Pada tabung A, B dan C, tambahkan 1 mL TCA 10 %
3. Sentrifuge tabung A, B dan C selama 5 menit.
4. Setelah disentrifuge, ambillah 1 mL cairan dalam tabung A, B dan C dengan pipet tetes,
namun tanpa endapan. Lalu masukkan ke dalam tabung lain yang diberi label a, b, dan c.
a. Tabung a : 1 mL cairan tabung A, tanpa endapan.
b. Tabung b : 1 mL cairan tabung B, tanpa endapan.
c. Tabung c : 1 mL cairan tabung C, tanpa endapan.
5. Pada tabung a, b dan c, tambahkan 3 mL larutan O-Toluidin, lalu panaskan 8 menit dalam
pemanas air. Setelah 8 menit, dinginkan tabung-tabung tersebut selama 20 menit.
6. Setelah dingin, bacalah hasilnya dengan spektrofotometer ( = 625 nm )
Hasil Praktikum
Tabung a : 0,394 A
Tabung b : 0,384 A
Tabung c : 0 A
Kadar Glukosa Darah (mg/100 mL)
= (A sampel A blanko) x 0,2 x 100
(A standar A blanko)
0,2
= (0,394 0) x 0,2 x 100
(0,384 0)
0,2
= 102,6 mg/dL
Kadar normal : 60-100 mg/dL

Laporan hasil praktikum biokimia

Page 8

Anda mungkin juga menyukai