Anda di halaman 1dari 65

Darah oxalated adalah

darah yang telah


ditambahkan dengan
antikoagulan darah. Ada
tiga jenis antikoagulan
darah yang biasa
digunakan, antara lain
Na2EDTA, K2EDTA,
dan
Trisodium citrate dihidrat.
Dari ketiga jenis tersebut,
K2EDTA adalah
antikoagulan yang paling
baik dan dianjurkan oleh
ICSH (International
1
Council for
Standardization in
Hematology) dan
CLSI (Clinical and
Laboratory Standard
Institute) (Subiyono et al.,
2016).
Darah oxalated adalah
darah yang telah
ditambahkan dengan
antikoagulan darah. Ada
tiga jenis antikoagulan
darah yang biasa
digunakan, antara lain

2
Na2EDTA, K2EDTA,
dan
Trisodium citrate dihidrat.
Dari ketiga jenis tersebut,
K2EDTA adalah
antikoagulan yang paling
baik dan dianjurkan oleh
ICSH (International
Council for
Standardization in
Hematology) dan
CLSI (Clinical and
Laboratory Standard
Institute) (Subiyono et al.,
2016).
PRAKTIKUM I

3
I. Judul : Pemeriksaan Glukosa Darah
II. Hari/Tanggal : Selasa, 02 Mei 2023
III. Tujuan Praktikum : Untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah secara
spektrofotometer
IV. Landasan Teori
Glukosa darah terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan
sebagai glikogen pada hati dan otot rangka (Permana, 2011). Glukosa darah
seseorang tergantung dari keseimbangan antara masuknya karbohidrat,
sintesa glukosa, serta penggunaan cadangan glukosa dan eksresi glukosa
darah digunakan sebagai bahan bakar untuk beberapa fungsi sel dan jaringan
(Kurnianingsih, 2011).
Pemeriksaan glukosa darah banyak dilakukan di suatu laboratorium klinik
atau rumah sakit. Beberapa masalah kadang timbul pada pemeriksaan ini
masalah yang dapat timbul misalnya kekurangan sumber daya, habisnya
reagen, alat yang tidak sesuai maupun keterampilan tenaga laboratorium,
sehingga memaksa untuk dilakukannya penundaan, dimana akan memakan
waktu dalam proses penangannya dan pemeriksaan spesimen yang ada
sehingga mempengaruhi mutu hasil pemeriksaan.
Kadar glukosa darah mengalami proses penguraian atau proses glikolisis
yang dapat terjadi karena diluar tubuh setelah sampel darah dikeluarkan
glikolisis juga dapat terjadi karena pengaruh suhu selama penyimpanan.
Kadar glukosa darah dalam tabung akan menurun setelah sepuluh menit
pengambilan darah karena proses glikolisis dengan kecepatan kurang lebih 7
mg/dL per jam pada suhu kamar. Kadar glukosa dalam serum pada suhu
lemari pendingin tetap stabil sampai 24 jam, tanpa kontaminasi bakteri, kadar
glukosa dapat bertahan lebih lama dari 24 jam (permana, 2011).
Kadar glukosa darah akan turun kondisi ini ditandai dengan tubuh yang
lemas. Kadar glukosa darah yang rendah, akan merangsang neuritransmiter
menyampaikan sinyal lapar. Hati akan melepas glikogen sebagai sumber
energi apabila tidak ada gula masuk (Lingga, 2012).

4
Glukosa dalam darah akan berguna bila telah diubah menjadi energi.
Hormon insulin adalah hormon metabolik utama yang bertugas menyalurkan
glukosa kedalam sel. Hormon ini dihasilkan oleh sel beta yang ada di
pankreas ( Lingga, 2012).
Kadar glukosa darah saat berpuasa adalah 80-120 mg/dL, setelah satu jam
makan akan mencapai 170 mg/dL pada dua jam setelah makan. Jika kadar
glukosa melebihi normal disebut hiperglikemia, tetapi jika lebih rendah dari
nilai normal disebut hipoglikemia ( Irianto, 2014).

5
V. Cara Kerja
A. Pra Analitik
1. Persiapan Pasien
a) GDS : Tidak memerlukan persiapan khusus
b) GDP : Berpuasa 8-12 jam
c) GD2PP : Makan setelah pemeriksaan GDP dan
pemeriksaan dilakukan 2 jam setelah
pemeriksaan GDP
2. Persiapan Sampel : Serum/Plasma
3. Prinsip : D.Glucose + H2O + O2 GOD Gluconic acid +
H2O2 2H2O2 + 4-Aminoantipyrine + P-
Hydroxbenzoid acid POD Coloured quinonic
derivative + 4 H2O
4. Metode : GOD-POD (Glukosa oxidas-peroxidase)
5. Alat dan Bahan
a. Alat yang digunakan
1. Gelas kimia 100 ml
2. Mikropipet 100 µL dan 10 µL
3. Rak tabung
4. Spektrofotometer
5. Tabung K3
6. Tabung reaksi kecil
b. Bahan yang digunakan
1. Alkohol 70%
2. Kapas
3. Larutan standar glukosa
4. Reagen glukosa
5. Sampel serum/ plasma
6. Spoit 3 cc

6
B. Analitik
a. Glukosa Darah Sewaktu (GDS)
1) Diambil darah dengan menggunakan spoit 3 cc
2) Darah disentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 3000 rpm
3) Dipisahkan plasma dengan darah, kemudian masukkan kedalam tabung
k3
4) Dipipet reagen glukosa 1000 µL, masukkan kedalam tabung kosong
kemudian pipet sampel 10 µL, kemudian homogenkan
5) Diinkubasi selama 10 menit pada suhu 15-20° C
6) Dilakukan pembacaan hasil pada spektrofotometer pada menu glukosa
b. Glukosa Darah Puasa (GDP)
1) Diambil darah dengan menggunakan vacutainer kemudian homogenkan
2) Darah disentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 3000 rpm
3) Dipisahkan serum/ plasma dengan darah, kemudian masukkan kedalam
tabung k3
4) Dipipet reagen glukosa 1000 µL, masukkan kedalam tabung blanko
standar, komtol dan sampel
5) Dipipet larutan standar 10 µL kedalam tabung sampel, homogenkan
6) Diinkubasi selama 20 menit pada suhu 15-25°C
7) Dilakukan pembacaan pada spektrofotometer pada menu glukosa
c. Glukosa Darah 2 Jam Post- Prandial ( GD2PP)
1) Didisentifikasi jari yang akan ditusuk
2) Ditusuk jari dengan menggunakan blood lancet, dibuang tetesan
pertama. Tetesan darah berikutnya digunakan untuk pemeriksaan
menggunakan alat glukometer
3) Dipasang 1 strip keslot dikaki meter sehingga auto on dilakukan
pengecekan nomor kode kallibrasi lalu di bandingkan nomor kode
kalibrasi (kode strip)
4) Diaplikasikan tetesan darah yang keluar keatas bantalan strip, baca hasil

7
C. Pasca Analitik
1. Hasil Pemeriksaan
Data Pasien Pemeriksaan GDS
Nama : Lilis Nur Liana
JK/Umur : Perempuan/19 Tahun
Alamat : Jalan Laode Hadi
Hasil : 122 mg/dL
Data Pasien Pemeriksaan GDP dan GD2PP
Nama : Yunita
JK/Umur : Perempuan/19 Tahun
Alamat : Lorong Veteran
Hasil : 123 mg/dL (GDP) dan 117 mg/dL (GD2PP)
2. Interpretasi Hasil
Belum pasti DM
Tes Mg/ dL) DM (mg/dL)
(mg/dL)
GDS
- Darah Vena <100 100 – 125 ≥ 200
- Darah Kapiler < 90 90 – 109 ≥ 200

GDP
- Darah Vena <100 100 – 125 ≥ 200

- Darah Kapiler < 90 90 – 109 ≥ 200

GD2PP
- Darah Vena < 140 140 ≥ 200 ≥ 200

- Darah Kapiler < 120 140 ≥ 200 ≥ 200

8
3. Gambar Hasil Pemeriksaan
a) Glukosa Darah Sewaktu (GDS)

b) Glukosa Darah Puasa (GDP)

c) Glukosa Darah 2 Jam Post Prandial (GD2PP)

9
VI. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan GDS (Glukosa Darah
Puasa), Glukosa Darah Puasa (GDP) dan GD2PP (Glukosa Darah 2 Post
Prandial) atau 2 jam setelah makan. Sampel yang digunakan pada pemriksaan
GDP adalah serum/plasma sedangkan pada pemeriksaan GD2PP digunakan
darah kapiler. Pada pemeriksaan GDP pasien diwajibkan untuk berpuasa
selama 8-12 jam sebelum pemeriksaan dilakukan dan setelah pemeriksaan
GDP selesai pasien dianjurkan untuk makan seperti biasa dan setelah 2 jam
kemudian dilakukan pemeriksaan GD2PP.
Hal pertama yang dilakukan pada praktikum pemeriksaan GDP yaitu
dilakukan flebotomi, setalah flebotomi selesai darah kemudian dihomogenkan
lalu disentrifuge kemudian dipisahkan serum/plasma setelah itu dimasukkan
kedalam tabung K3, dipipet reagen glukosa sebanyak 1000μL menggunakan
mikropipet dan dimasukkan reagen tersebut kedalam tabung blanko standar,
control dan juga sampel setelah itu dipipet larutan standard 10μL kedalam
tabung standar, dan 10μL kedalam tabung sampel lalu homogenkan,
kemudian diinkubasi selama 20 menit pada suhu 15-25°C, setelah proses
inkubasi selesai dilakukan pembacaan hasil dengan menggunakan
spektrofotometri pada menu gukosa. Untuk pemeriksaan GD2PP pada
praktikum kali ini sampel yang digunakan adalah darah kepiler. Pertama
didisinfeksi jari yang akan ditusuk menggunakan kapas alkohol 70% lalu
ditusuk jari dengan blood lancet, dibuang darah tetesan pertama dan tetesan
darah berikutnya digunakan untuk pemeriksaan menggunakan alat
glucometer, dipasang 1 strip ke slot dipakai meter sehingga auto on,
dilakukan pengecekan nomor kode kalibrasi kemudian dibandingkan nomor
kode kalibrasi (kode chip) diaplikasikan tetesan darah yang keluar keeatas
bentalan strip dan dibaca hasil glukosa.
Glukosa merupakan karbohidrat penting, sebagian besar karbohidrat
diserap ke aliran darah sebagai glukosa darah, dan gula lain diubah menjadi

10
glukosa dalam hati. Kadar glukosa darah ditentukan oleh konsumsi gula.
Pasokan gula kurang menyebabkan kadar glukosa akan turun. Kondisi ini
ditandai dengan tubuh yang lemas, kadar glukosa rendah, akan merangsang
neuritransimeter menyampaikan sinyal lapar. Hati akan melepas glikogen
sebagai sumber energi apabila tidak ada gula masuk. Jika kadar glukosa
melebihi normal disebut hiperglikemia, tetapi jikalebih rendah dari nilai
normal disebut hipoglikemia.
Pemeriksaan kadar glukosa darah banyak diusulkan oleh petugas
laboratorium baik untuk tujuan skrining atau pemantauan penyakit diabetes
melitus. Akurasi hasil pemeriksaan kadar glukosa darah dapat dipengaruhi
oleh banyak faktor antara lain persiapan pasien, dan metode pemeriksaan
untuk pengukuran untuk mengukur glukosa darah (Julitania, 2011).

11
VII. Kesimpulan
Pada praktikum pemeriksaan GDS (Glukosa Darah Sewaktu) yang telah
dilakukan pada sampel pasien atas nama Lilis Nur Liana diperoleh hasil 122
mg/dL, sedangkan pada pemeriksaan GDP (Glukosa Darah Puasa) dan
GD2PP (Glukosa Darah 2 Jam Post Prandial ) yang telah dilakukan pada
sampel pasien atas nama Yunita diperoleh hasil 123 mg/dL untuk GDP dan
117 mg/dL untuk GD2PP.

12
PRAKTIKUM II
I. Judul Praktikum : Pemeriksaan Kolestrol Total
II. Hari/Tanggal : Selasa, 09 Mei 2023
III. Tujuan Praktikum : Untuk melakukan pemeriksaan kolestrol total secara
spektrofotometer
IV. Landasan teori
Kolestrol adalah salah satu komponen dalam membentuk lemak. Didalam
lemak terdapat berbagai macam komponen yaitu seperti zat trigliserida,
fosfolipid. Asam lemak bebas dan juga kolestrol merupakan zat lemak hasil
produksi hati dan terdapat di pembuluh darah. Kolestrol berfungsi sebagai
sumber energi yang perannya sangat penting untuk tubuh (sunaryati, 2014).
Kolestrol juga adalah lipid amfipatik membentuk komponen struktural luar
esensial yang terdapat pada lapisan membran sel dan merupakan lipoprotein
plasma. Kolestrol bebas diangkut oleh lipoprotein didalam sirkulas darah.
Kelompok utama lipoprotein ada empat yaitu kilomikron, Very Low Density
lipoprotein CVLDL), Low Density Lipoprotein (LDL), dan Hight Density
Lipoprotein (HDL) (Sanhia dkk, 2015).
Kolestrol adalah senyawa lemak kompleks yang 100% dihasilkan dari
dalam tubuh (hati) dan 20% sisanya dari luar tubuh (zat makanan) untuk ber
macam-macam fungsi didalam tubuh, antara lain membentuk dinding sel
kolestrol yang berada dalam darah. Zat makanan yang kita makan dapat
meningkatkan kadar kolestrol dalam darah. Kolestrol juga merupakan salah
satu zat lemak yang beredar didalam darah berwarna kuning. Diproduksi
dihati dan sangat diperlukan tubuh. Tubuh manusia menggunakan kolestrol
untuk menghasilkan hormon seks, hormon konteks adrenal, vitamin D dan
garam empadu (Kirana, 2011).

13
Kadar Kolestrol yang tinggi menyebabkan aliran darah menjadi kental
sehingga oksigen dalam darah menjadi berkurang. Gejala yang timbul dari
hiperkolestrolnemia biasanya sama dengan gejala kurang oksigen seperti sakit
kepala dan pegal-pegal banyak juga diantara orang-orang yang mengalami
kolestrol tinggi tanpa gejala inilah mengapa disarankan agar setiap orang
melakukan check up minimai 1 tahun sekali untuk mengetahui kadar
kolesterol nya. Dengan pemeriksaan ini dapat diketahui hiperkolestrolemia
sedini mungkin sehingga dapat mencegah penyakit yang di akibatkannya.
Kolesterol baik bagi tubuh jika dalam kadar yang normal. Namun,
kolesterol berdampak negatif jika melampaui batas normal, terutama dalam
jangka panjang (Kusuma dkk, 2013). Faktor risiko dari berbagai macam
penyakit tidak menular salah satunya disebabkan karena tingginya kadar
kolesterol yang ada di dalam darah dan menjadi permasalahan yang serius
(Yoeantafara and Martini, 2017).

14
V. Cara Kerja
A. Pra Analitik
1. Persiapan Pasien : Tidak memerlukan persiapan khusus
2. Persiapan Sampel : Serum
3. Prinsip : Cholesterol esters + H2O → cholesterol +
fatty acid kolesterol + H2O + O2 →
cholestronome + H2OH2O2 +4
amonianthyphirine+diclorophenol→chloure
Quinonic derivative + 4H2O
4. Metode : CHOD-POD
5. Alat dan Bahan
a. Alat yang digunakan
1. Mikoropipet
2. Tabung reaksi
3. Rak tabung
4. Spektrofotometer
b. Bahan yang digunakan
1. Reagen kolesterol
2. Sampel serum
3. Alkohol 70%
4. Spoit 3 cc

15
B. Analitik

prosedur Blanko Sampel Standar

standar - - 10 µL

sampel - 10 µL -

Reagen 1000 µL 1000 µL 1000 µL

Campur dan inkubasi selama 5 menit pada suhu 37°C atau 10 menit pada
suhu ruang

16
C. Pasca Analitik
1. Hasil Pemeriksaan
Data Pasien
Nama : Musliana
JK/Umur : Perempuan/19 Tahun
Alamat : Jalan Ir. H. Alala
Hasil : 177 mg/dL
2. Interpretasi Hasil
Serum, plasma : ≤ 200 mg/dL
200-239 mg/dL : Diwaspadai terjadinya PJK
= 240 mg/dL : Resiko terjadinya PJK
Setiap peningkatan kolestrol akan meningkatkan 2% terjadi PJK
3. Gambar Hasil Pemeriksaan

17
VI. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan praktikum pemeriksaan kolestrol total
dalam darah. Pertama-tama dimulai dari pengambilan darah lalu
menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, sampel yang digunakan
pada praktikum ini adalah serum pasien atas nama Musliana setelah
dilakukan pemeriksaan diperoleh hasil 177 mg/dL dimana hasil ini
dikatakan normal, berdasarkan nilai rujukan yaitu ≤ 200 mg/dL.
Berdasarkan hasil yang didapat diatas faktor-faktor yang mempengaruhi
kadar kolestrol dalam darah yaitu usia, berat badan, dan gender. Bila pola
hidup yang salah tersebut dikombinasikan dengan faktor-faktor genetik
yang bisa menyebabkan persoalan kolestrol proses terbentuknya
atherosclerosis dipercepat dan ini potensial meningkatkan terjadinya
penyakit kardiovaskular pada usia dewasa atau tua. Dengan mengetahui
bahwa banyak dari sebab-sebab penyakit pada masa dewasa dapat dideteksi
pada usia anak-anak atau remaja, kita dapat memperbaikinya dengan
memilih diet dan nutrisi yang paling baik untuk orang dewasa.
Kolestrol sangat erat kaitannya dengan berat badan hal ini karena berat
badan yang berlebih mengumpulkan 1emak di sel-sel jantung atau yang
biasa dikenal dengan kadar trigliserida tinggi. Hal inilah yang memicu rusak
nya sel-sel pada jantung yang berakibat pada terganggu nya kerja jantung
dalam memompa darah.
Kolesterol total terdiri dari LDL, HDL, dan trigliserida, sehingga
pemeriksaan kolesterol total saja tidak cukup untuk mengetahui apakah
pasien mengalami hiperlipidemia atau tidak. Pada pemeriksaan kadar

18
kolesterol juga lebih baik berpuasa terlebih dahulu selama 9-12 jam
sehingga hasil yang didapat tidak dipengaruhi oleh makanan yang telah
dikonsumsi.
Faktor yang mempengaruhi hasil absorbansi yang melebihi normal
diantaranya adalah faktor suhu, suhu terlalu tinggi maka enzim akan
terdenaturasi dan jika terlalu rendah maka akan bereaksi dengan cepat yang
dapat mengganggu hasil pada pemeriksaan yang dilakukan, faktor waktu
karena denganbertambahnya waktu maka hasil yang didapat akan semakin
optimal, dan faktor personalia saat pengambilan volume sampel yang tidak
sesuai.
Pada dasarnya kadar kolestrol tinggi tidak otomatis menandakan adanya
bahaya kolestrol karena bisa saja yang tinggi adalah HDL kolestrol
(kolesterol baik) yang justru bermanfaat bagi kesehatan pada kadar kolestrol
yang normal, kolestrol dapat larut dalam pelarut lemak. Endapan kolestrol
apabila terdapat dalam pembuluh darah dapat menyebabkan penyempitan
darah karena dinding pembuluh darah makin tebal hal ini mengakibatkan
jantung bekerja ekstra keras sedangkan bila mengalami penurunan kadar
Kolestrol menyebabkan hipertensi kelapan dan malabsorpsi (Adisty, 2012).

19
VI. Kesimpulan
Dari hasil praktikum pemeriksaan kadar kolesterol dalam darah pasien
atas nama Musliana, diperoleh kadar kolesterol darah sebesar 177 mg/dL
yang termasuk kedalam kadar normal, karena nilai konsentrasi kolesterol
(normal) adalah ≤ 200 mg/dL.

20
PRAKTIKUM III
I. Judul Praktikum : Pemeriksaan Kolestrol HDL
II. Hari/Tanggal : Selasa, 16 Mei 2023
III. Tujuan Praktikum : Untuk melakukan pemeriksaan kolestrol HDL secara
spektrofotometer
IV. Landasan Teori
High Density Lipoprotein (HDL) adalah kompleks lipid dan protein yang
didominasi protein berfungsi mengikat kolesterol dan trigliserida dalam
sistem sirkulasi darah. Kolesterol yang berikatan dengan HDL sebagai
pembawa memiliki efek positif bagi tubuh. Sehingga disebut kolestrol baik.
Kolestrol HDL dapat membersihkan plak yang berada di arteri dan
membawanya ke hati untuk dikeluarkan dan digunakan kembali oleh tubuh
kadar HO₂-C yang tinggi memberikan efek perindungan terhadap penyakit
kardiovaskular dari rendahnya HDL Kolestrol (kurang dari 40 mg/dL)
meningkatkan resiko penyakit jantung (Rempengan, 2015).
HDL kolestrol adalah lipoprotein yang mengandung banyak protein dan
sedikit lemak HDL bertindak seperti vacum cleaner yang menghisap
sebanyak mungkin kolestrol berlebih. HDL memungut kolestrol ekstra dari
sel-sel dan jaringan-jaringan untuk kemudian dibawa ke hati dan
menggunakannya untuk membuat cairan empedu atau mendaur ulangnya
(Mason, 2008). HDL merupakan salah satu dari tiga komponen lipoprotein,
kombinasi lemak dan protein, mengandung kadar protein tinggi, sedikit
trigliserida dan fosfolipid, mempunyai sifat umum protein dan terdapat pada

21
plasma darah, disebut juga lemak baik yang membantu mengurangi
penimbunan plak pada pembuluh arteri. Endapan atherosklerotik yang
mengandung kolesterol dan lemak bersifat tidak stabil dan mudah pecah. Saat
plak pecah, akan terbentuk luka terbuka pada dinding arteri. Luka terbuka
dapat menyebabkan darah dan protein menutup bagian terbuka dan
membentuk gumpalan darah yang disebut thrombus. Gumpalan tersebut dapat
membesar dan menutup lubang arteri dan menghentikan aliran darah ke
jantung atau otak. Sumbatan pada pembuluh darah arteri ke jantung maka
dapat menyebabkan terjadinya penyakit jantung koroner.
High Density Lipoprotein kolestrol merupakan jenis kolesterol yang
bersifat baik atau menguntungkan (good cholesterol), karena mengangkut
kolestrol dari pembuluh darah kembali ke hati untuk dibuang sehingga
mencegah ponebaran dinding pembuluh darah atau mencegah terjadinya
proses ateroskleros (Mason, 2008). Juga terdapat hubungan terbalik antara
kadar HDL dengan penyakit jantung koroner sehingga rasio kolestrol
LDL/HDL merupakan parameter prediktif yang penting (Botham, 2009).
Kadar HDL kolesterol dapat dinaikkan dengan mengurangi berat badan
menambah exercise dan berhenti merokok.
Beberapa faktor yang diketahui untuk menurunkan kadar atoroklorosis
dapat dikaitkan dengan kadar HDL. Sebagai contohnya merokok, HDL
menurunkan kadar kolestrol HDL dan kadar lebih tinggi pada individu yang
berolahraga secara teratur. Selain itu wanita promonopause, yang insidens
penyakit jantung tebih rendah daripada pria barusia setara memiliki
konsentrasi HDL yang lebih tinggi mungkin karena pengaruh dari hormon
seks yang dimiliki oleh wanita, estrogen setelah produksi estrogen berhenti
saat monopause, insiden penyakit jantung pada wanita setara (Adam, J.
2005).
.

22
V. Cara Kerja
A. Pra Analitik
1. Persiapan Pasien : Tidak memerlukan persiapan khusus
2. Persiapan Sampel : Serum
3. Prinsip : LDL dan VLDL diendapkan dari serum oleh
reaksi polisakarida melalui kation divalen titik
kemudian HDL akan berada di dalan
supernathan yang di ukur
4. Metode : Dextran Sulphate-Mg (II)
5. Alat dan Bahan
a. Alat yang digunakan
1. Gelas kimia
2. Mikropipet 1000 µL dan 10 µL
3. Spektrofotometer
4. Tabung K3
b. Bahan yang gunakan
1. Alkohol 70%
2. Reagen kolesterol total
3. Reagen atau larutan presipitasi
4. Spoit 3 cc
5. Serum atau plasma
6. Larutan standar kolesterol total

23
B. Analitik
a. Reaksi Presipitasi
Sampel serum 200 µL

Larutan Presipitasi HDL 400 µL

Campur dan inkubasi selama 10 menit sentrifuge.

b. Perhitungan Kolestrol
Prosedur Blanko Sampel Reagen
Reagen 1.000 µL 1.000 µL 1.000 µL

Supernatant - 50 µL -

standar - - 50 µL

Campur dan inkubasi selama 5 menit pada suhu 37°c atau 10 menit
pada suhu ruang.

24
C. Pasca Analitik
1. Hasil Pemeriksaan
Data Pasien
Nama : Yunita
JK/Umur : Perempuan/19 Tahun
Alamat : Jalan Veteran
Hasil : 64 mg/dL
2. Interpretasi Hasil
Nilai normal serum, plasma : ≥ 40 mg/dL
36-44 mg/dL : Diwaspadai terjadinya PJK
= 35 mg /dL : Resiko terjadinya PJK
Setiap penurunan 4% HDL, resiko terjadinya PJK akan meningkat.
3. Gambar Hasil Pemeriksaan

25
VI. Pembahasan
High Density Lipoprotein (HDL) merupakan salah satu dari lima
kelompok urama Lipoprotein yaitu: kilomikron, VLDL, LDL, IDL, Dan
HDL, yang memungkinkan transportasi lemak seperti kolesterol dan
trigliserida sekitar HDL Sel, termasuk darah. Kolestrol ini juga dikenal
dengan kolestrol baik. Kadar kolesterol merupakan ukuran penting kesehatan
jantung yaitu kolesterol. Akan tetapi penting untuk di ingat bahwa
meningkatnya kolestrol dapat beresiko penyakit jantung.
Kolestrol High Density Lipoprotein (HDL) disebut lemak baik karena
bisa membersihkan timbunan lemak dari dinding pembuluh darah ke hati.
Kolestrol HDL yang ideal harus lebih tinggi dari 40 mg/dL untuk laki-laki,
atau diatas 50 mg/dL untuk perempuan. Penyebab kolestrol HDL yang rendah
adalah kurang gerak badan, terlalu gemuk serta kebiasaan merokok. Selain itu
hormon testosteron pada laki-laki, steroid anabolik dan progesteron bisa
menurunkan kolesterol HDL sedangkan hormon estrogen perempuan
Menaikkan HDL.
HDL adalah kolesterol yang bermanfaat bagi tubuh manusia. Fungsi dari
HDL yaitu mengangkut LDL didalam jaringan perifer ke hepar untuk
membersihkan lemak-lemak yang menempel di pembuluh darah yang
kemudian akan dikeluarkan melalui saluran empedu dalam bentuk lemak
empedu (Sutanto, 2010). Kadar HDL kolesterol rendah dapat meningkatkan
risiko terjadinya pembekuan darah. Pembentukan bekuan darah dalam arteri
karotis bisa menyebabkan resiko stroke. Kadar HDL kolesterol terlalu rendah

26
sama bahayanya dengan memiliki kadar LDL kolesterol terlalu tinggi. Kadar
HDL kolesterol yang terlalu rendah yang diiringi kadar LDL kolesterol yang
tinggi dapat memicu pembentukan plak dalam pembuluh arteri, dan
berpotensi menghambat aliran darah ke semua organ, dan otak. HDL
kolesterol rendah disebabkan antara lain merokok, obesitas dan kurang
berolah raga (Yoviana, 2012).
HDL disintesis di dalam hati dan usus, setelah HDL disekresikan ke
dalam darah, akan mengalami perubahan akibat berinteraksi dengan
kilomikron dan VLDL.. Jika sel-sel lemak membebaskan gliserol dan asam
lemak, kemungkinan kolesterol dan fosfolipid akan dikembalikan pula ke
dalam aliran darah. Hati dan usus halus kemudian akan memproduksi HDL
yang masuk ke aliran darah. HDL akan mengambil kolesterol dan fosfolipid
yang ada di dalam aliran darah dan menyerahkannya ke lipoprotein lain untuk
diangkut kembali ke hati guna diedarkan 5. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kadar kolesterol kembali atau dikeluarkan dari tubuh
(Almatsier, 2009).
Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan kadar kolestrol HDL.
Tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu menentukan, mengetahui dan
mendiagnosa adanya gangguan fisiologis tubuh dan keadaan kolesterol dalam
tubuh dengan menggunakan spektrofotometer, sampel yang digunakan pada
praktikum ini adalah serum, dimana prinsip praktikum ini yaitu LDL dan
VLDL diendapkan oleh reaksi polisakarida melalui kation divalen titik .
kemudian HDL akan berada dalam supernatant yang di ukur.
Pada pemeriksaan HDL Kolestrol sampel yang digunakan adalah serum,
sebelumnya. kami membuat supernatant dahulu yaitu serum sebanyak 200 uL
ditambah kan reagen HDL. Akan mengendapkan partikel – partikel
lipoprotan Selain HDL setelah itu diinkubasi selama 10 menit dan di
sentrifuge, supernatant siap untuk digunakan dalam pemeriksaan HDL.

27
VII. Kesimpulan
Dari hasil praktikum pemeriksaan kadar kolesterol HDL (High Density
Lipoprotein) dalam darah pasien atas nama Yunita, diperoleh kadar
kolesterol HDL sebesar 64 mg/dL, nilai ini termasuk kedalam kadar normal
karena nilai normal kolesterol HDL adalah ≥ 40 mg/dL.

28
PRAKTIKUM IV
I. Judul Praktikum : Pemeriksaan Kolestrol LDL
II. Hari/Tanggal : Rabu, 07 Juni 2023
III. Tujuan Praktikum : Untuk melakukan pemeriksaan kolestrol LDL secara
spektrofotometer
IV. Landasan teori
Low Density Lipoprotein ( LDL) merupakan senyawa lipoprotein berat
jenis rendah. LDL mempunyai densitas yaitu 1.019 1.063 g/ml (Alwiyah,
2012). LDL mempunyai diameter antara 20-25 mikron (Murray and Davis,
2003). Lipoprotein ini disusun oleh inti berupa 1500 molekul kolesterol yang
dibungkus oleh lapisan fosfolipid dan molekul kolesterol tidak teresterifikasi.
Bagian hidrofilik molekul terletak di sebelah luar, sehingga memungkinkan
LDL larut dalam darah atau cairan ekstraseluler. Protein berukuran besar
yang disebut apoprotein B-100 mengenal dan mengikat reseptor LDL yang
mempunyai peranan penting dalam pengaturan metabolisme kolesterol.
Protein utama pembentuk LDL adalah Apo B (apolipoprotein-B). Kandungan
lemak jenuh tinggi membuat LDL mengambang di dalam darah. LDL dapat
menyebabkan penempelan kolesterol di dinding pembuluh darah (Alwiyah,
2012).
Low Density Lipoprotein (LDL) ini sering disebut dengan istilah kolesterol
jahat adalah kolesterol yang mengangkut paling banyak kolesterol dan lemak

29
di dalam darah. Kadar adar LDL yang tinggi dan pekat akan menyebabkan
kolesterol lebih banyak melekat pada dinding-dinding pembuluh darah pada
saat transportasi dilakukan. Kolesterol yang melekat perlahan-lahan akan
mudah membentuk tumpukan-tumpukan yang mengendap, seperti plak pada
dinding-dinding pembuluh darah. Akibat penumpukan plak yang mengendap
saluran darah terganggu dan ini bisa meningkatkan resiko penyakit pada
tubuh seseorang seperti stroke dan jantung koroner(Graha, 2010).
Low Density Lipoprotein kaya akan kolesterol. Partikel ini mengandung
10% trigliserida, 40% kolesterol dan ester kolesterol, 30% fosfolipid dan 20%
protein (Murray and Davis, 2003). LDL membawa lemak dan mengandung
kolesterol yang sangat tinggi, dibuat dari lemak endogenus di hati. Kira-kira
50% LDL dimetabolisme oleh jaringan perifer, dan 50% sisanya diambil
hepar. LDL merupakan kolesterol jahat karena memiliki sifat aterogenik
(mudah melekat pada dinding sebelah dalam pembuluh darah dan mengurangi
pembentukan reseptor LDL). Hal ini akan menyebabkan terjadinya kenaikan
kadar kolesterol-LDL. Kelebihan kolesterol dalam pembuluh darah akan
dikembalikan oleh HDL ke hati dan mengeluarkannya bersama empedu
(Alwiyah, 2012).
Berdasarkan laporan Badan kesehatan dunia (WHO) tahun 2002 tercatat
sebanyak 4,4 Juta kematian akibat hiperkolestrolemia atau sebesar 7.9 dari
jumlah total kematian (Agam, 2012). Data yang dihimpun oleh WHO dalam
global status report on non-communicable diseases pada tahun 2008
memperlihatkan bahwa faktor resiko hiperkolesterolemia pada wanita di
indonesia lebih tinggi yaitu 37,2% dibandingkan dengan pria yang hanya
32.8% (Anonim, 2011).

30
V. Cara Kerja
A. Pra Analitik
1. Persiapan Pasien : Tidak memerlukan persiapan khusus
2. Persiapan Sampel : Plasma
3. Prinsip : Kolestrol LDL dapat ditentukan sebagai
perbedaan antara kolestrol total dan kadar
kolestrol supernathan setelah pengendapan
fraksi LDL oleh polyvinyl sulphate (PVS) di
hadapan polyethylene-gycol monomethyl eter
4. Metode : Polyvinyl Sulphate
5. Alat dan Bahan
a. Alat yang digunakan
1. Mikropipet 5 μL, 500 μL
2. Rak tabung reaksi
3. Tabung EDTA
4. Tabung kosong
5. Tip
6. Sentrifuge
7. Spektrofotometer
b. Bahan yang digunakan
1. Alkohol 70%

31
2. Kapas
3. Reagen kolesterol LDL
4. Spoit 3 cc

B. Analitik
Temperatur Blanko Sampel Chalibrator

Reagen 300 mL 300 mL 300 mL

Sampel - 4 μL -

Chalibrator - - 4 μL

Campur dan inkubasi selama 5 menit pada suhu 37° C

Reagen II 100 μL 100 μL 100 μL

Campur dan inkubasi selama 5 menit pada suhu 37° C

32
C. Pasca Analitik
1. Hasil Pemeriksaan
Data Pasien
Nama : Yunita
JK/Umur : Perempuan/19 Tahun
Alamat : Jalan Veteran
Hasil : 94 mg/dL
2. Interpretasi Hasil
Nilai Normal : Serum < 150 mg/dL
130 – 159 mg/dL: Diwaspadai terjadinya PJK
= 160 mg/dL : Resiko terjadinya PJK
3. Gambar Hasil Pemeriksaan

33
VI. Pembahasan
LDL kolesterol (Low Density Lipoprotein) merupakan Lipoprotein yang
berperan dalam lemak terutama pengangkatan fraksi lemak dari hati menuju
ke sel parifer Low Density Lipoprotein memiliki inti hidrofobik mengandung
kolestrol ester (35% -40%) paling banyak dari pada lipoprotein lain LDL
peningkatan kadar LDL dalam darah merupakan salah satu penyebab
terjadinya gangguan kesehatan terutama gangguan kardiovaskuler dan
ateriosklerosis (Noviyanti, et al., 2015).
LDL merupakan singkatan dari Low Density Lipoprotein merupakan
pengangkut kolestrol terbesar dalam darah. Kolestrol disebarkan ke seluruh
sel-sel jaringan tubuh dan pembuluh darah dalam bentuk LDL, biasa
dinamakan kolesterol jahat, karena kadar LDL yang tinggi menyebabkan
mengendapnya kolesterol dalam arteri. LDL kolesterol juga merupakan
lipoprotein berkepadatan rendah yang dapat menembus tunica intima serta
mempunyai sifat melekat pada dinding pembuluh darah yang dapat
menyebabkan timbulnya benjolan-benjolan yang berisikan LDL kolesterol ,
(kozo et al ., 2010). LDL mengandung paling banyak kolesterol dan semua
lipoprotein, sel inti memproduksi kolestrol dalam tubuh, kemudian
disebarkan dalam darah ke jaringan-jaringan tubuh.
Kolesterol LDL juga disebut sebagai kolesterol jahat. Kolesterol ini
berperan mengangkut kolesterol yang paling banyak dalam darah.

34
Peningkatan kadar LDL dapat menyebabkan terjadinya pengendapan
kolesterol dalam arteri. LDL disebut lemak jahat karena mempunyai
kecenderungan menempel pada dinding pembuluh darah sehingga dapat
menyebakan penyempitan pada pembuluh darah (Kurniadi & Nurrahmani,
2014).
Low Density Lipoprotein berfungsi membawa kolesterol dan fosfolipid ke
berbagai jaringan untuk sintesis membran sel (Murray and Davis, 2003).
Kolesterol LDL ini diperlukan bagi tubuh untuk mengangkut kolesterol dari
hati ke seluruh jaringan tubuh. LDL berinteraksi dengan reseptor pada
membran sel membentuk kompleks LDL-reseptor. Kompleks LDL-reseptor
masuk ke dalam sel malalui proses khusus, yaitu dengan pengangkutan aktif
atau dengan endositosis. Kolesterol yang berasal dari LDL akan dimanfaatkan
oleh jaringan yang dapat digunakan untuk membuat atau menyusun
membran, mensintesis steroid hormon dan apabila berlebihan dapat
menyebabkan penyakit aterosklerosis (Alwiyah, 2012).

35
VII. Kesimpulan
Dari hasil praktikum pemeriksaan kadar kolesterol LDL (Low Density
Lipoprotein) dalam darah pasien atas nama Yunita, diperoleh kadar
kolesterol LDL sebesar 94 mg/dL yang termasuk kedalam kadar normal,
karena nilai normal kolesterol LDL adalah ≤150 mg/dL.

36
PRAKTIKUM V
I. Judul Praktikum : Pemeriksaan Trigliserida
II. Hari/Tanggal : Selasa, 06 Juni 2023
III. Tujuan Praktikum : Untuk melakukan pemeriksaan trigliserida secara
spektrofotometri
IV. Landasan teori
Trigliserida merupakan lipid yang memiliki struktur ester, yang tersusun
oleh tiga molekul asam lemak bebas dan satu molekul gliserol. Trigliserida
merupakan jenis lemak yang dapat ditemukan dalam darah dan merupakan
hasil uraian tubuh pada mkanan yang mengandung lemak dan kolesterol yang
telah dikonsumsi dan masuk ke tubuh serta dibentuk dihati (ayu, 2011).
Trigliserida merupakan salah satu jenis lemak didalam tubuh yang beredar
didalam darah dan berbagai organ tubuh. Lemak ialah senyawa organik yang
memiliki sifat tidak larut dalam air, dan dapat larut oleh larutan organik
nonpolar. Lemak merupakan zat yang digunakan tubuh untuk proses
metabolisme, lemak terbagi menjadi beberapa jenis yaitu, kolesterol, lemak,
Hight Density Lipoprotein (HDL), lemak Low Density Lipoprotein (LDL),
Lemak Very Low density Lipprotein (VLDL), serta Trigliserida (Rembang
dkk, 2015).

37
Trigliserida digunakan tubuh terutama untuk menyediakan energi dalam
proses metabolik, sejumlah kecil trigliserida juga digunakan diseluruh tubuh
untuk memebentuk membran sel. Trigliserida didalam darah membentuk
kompleks dengan protein tertentu (lipoprotein) sehingga membentuk
lipoprotein. Lipoprotein itulah bentuk transportasi yang digunakan
trigliserida.
Kadar trigliserida serum selalu dipertahankan dalam keadaan normal
terutam oleh hormon insulin. Namun pada DM tipe 2 kadar trigliserida serum
bisa menigkat (hipertrigliseridemia) pada metabolisme lemak. Hal ini terjadi
akibat menurunnya sensitivitas jaringan terhadap insulin. (resistensi insulin),
jika dilakukan pemeriksaan kadar trigliserida serum maka didapatkan hasil
>150 mg/dl. (Adam, 2014). Asupan makanan yang mengandung kadar lemak
jenuh yang tinggi dapat meningkatkan efek trigliserida didalam tubuh
seseorang, jika kadar trigliserida meningkat maka kadar kolesterol pun akan
meningkat pula. Kalori yang didapatkan tubuh dari makanan yang
dikonsumsi tidak akan langsung digunakan oleh tubuh melainkan disimpan
didalam sel-sel lemak didalam tubuh yang berfungsi sebagai energi cadangan
tubuh (Ayu, 2011).
Trigliserida merupakan jenis lemak yang ditemukan dalam darah. Jenis ini
merupakan hasil dari uraian kerja tubuh terhadap makanan yang mengandung
lemak dan kolesterol yang telah dikonsumsi dan masuk ke dalam ketubuh,
serta juga dibentuk di hati. Setelah mengalami proses didalam tubuh,
trigliserida ini diserap oleh usus dan akan masuk kedalam plasma darah untuk
selanjutnya disalurkan ke
jaringan tubuh, trigliserida juga merupakan lemak darah yang dibawa oleh
serum lipoprotein. Trigliserida adalah penyebab utama penyakit-penyakit
arteri dan biasanya dibandingkan dengan kolesterol dengan menggunakan
lipoprotein elektroforesis. (Graha, 2010).
Kolesterol adalah zat alamiah dengan sifat fisik serupa lemak tetapi
berumus steroida, seperti banyak senyawa alamiah lainnya. Kolesterol
merupakan bahan bangun esensial bagi tubuh untuk sintesa zat-zat penting,

38
seperti membran sel dan bahan isolas sekitar serat saraf, begitu pula hormon
kelamin dan anak ginjal,vitamin D serta asam empedu. Kolesterol terdapat
pula dalam lemak hewani, kuning telur dan batu empedu (Tjay, 2007)
Trigliserida dan kolesterol yang berasal dari makanan dalam usus dikemas
sebagai kilomikron. Kilomikron ini akan diangkut dalam saluran limfe lalu ke
dalam darah via ductus torasikus. Didalam jaringan lemak, trigliserida dalam
jaringan kilomikron mengalami hidrolisis oleh lipoprotein lipase yang
terdapat pada permukaan endotel. Akibat hidrolisis ini maka akan terbentuk
asam lemak dan kilomikron remnan. Asam lemak bebas akan menembus sel
endotel atau sel otot untuk diubah menjadi trigliserida kembali (cadangan)
atau dioksidasi (energi).

V. Cara Kerja
A. Pra Analitik
1. Persiapan Pasien : Tidak memerlukan persiapan khusus
2. Persiapan Sampel : Serum
3. Prinsip : Triglycerides - Glycerol + Fatty acids Glycerol `
ATP Glycerol – 3 - phosphate + ADP
Glycerol – 3 - Zphosphate + O2 - GK
Dhydroxyacetone - phosphate – GPO + H202,
2H202 + 4 - aminoantipyrine - POD
Quinoneimine + HCL + 4H20
4. Metode : GPO (Glycerol Phosphate)
5. Alat dan Bahan
a. Alat yang digunakan
1. Mikropipet 10 µL, 1000 µL
2. Pipet tetes
3. Spektrofotometer
4. Tabung heparin

39
5. Tip
b. Bahan yang digunakan
1. Alkohol 70%
2. Reagen trigliserida
3. Sampel serum
4. Tisu

B. Analitik
Prosedur Blanko Sampel Reagen
Standar - - 10 µL

Sampel - 10 µL -

Reagen 1000 µL 1000 µL 1000 µL

Campur dan inkubasi selama 5 menit pada suhu 37°c atau 10 menit pada
suhu ruang

40
C. Pasca Analitik
1. Hasil Praktikum
Data Pasien
Nama : Mulpaeda
JK/Umur : Perempuan/20 Tahun
Alamat : Baruga
Hasil : 181 mg/dL
2. Interpretasi Hasil
a) Nilai Rujukan
Serum, plasma : < 200 mg/dL
b) Interpretasi Hasil
200 - 399 mg/dL : Diwaspadai terjadinya PJK
> 400 mg/dL : Resiko terjadinya PjK
3. Gambar Hasil Pemeriksaan

41
VI. Pembahasan
Trigliserida merupakan jenis lemak (lipid) darah yang ikut menyusun
molekul lipoprotein dan berfungsi sebagai sarana transportasi energi dan
menyimpan energi. Asam lemak dari trigliserida dimanfaatkan sebagai
sumber energi yang diperlukan oleh otot-otot tubuh untuk bekerja atau
disimpan sebagai energi dalam bentuk lemak atau jaringan adiposa (Summit,
2012).
Trigliserida disintesis dari gliserol 3 fosfat dan asil-KoA, pada jaringan
adiposa, enzim gliserol kinase tidak dapat digunakan, sehingga harus di pasok
oleh glukosa melalui proses glikolisis. Trigliserida akan terhidrolisis menjadi
asam lemak bebas dan gliserol oleh lipase peka hormon. Gliserol yang
dihasilkan tidak dapat digunakan, sehingga masuk ke dalam darah dan diserap
serta digunakan didalam jaringan, sehingga masuk ke dalam darah dan di
serap serta digunakan di dalam jaringan. Asam Lemak bebas yang terbentuk

42
dapat diubah lagi menjadi asil-KoA sintetase di jaringan adiposa. Asil KoA
nantinya apat di reesterifikasi lagi dengagliserol 3-fosfat sehingga
menghasilkan trigliserida (Murray dkk, 2009).
Kadar Trigliserida darah dapat dipengaruhi dalam berbagai sebab, salah
satu diantaranya ialah :1) Usia Semakin tua umur seseorang maka terjadi
penurunan berbagai fungsi organ tubuh sehingga kesimbangan dari kadar
trigliserida darah sulit tercapai, akibatnya kadar trigliserida akan cenderung
lebih mudah untuk meningkat (Guyton, 2007). 2) Gaya hidup salah satu-nya
ialah kurangnya aktifitas seperti berolahraga, pola makan yang tidak baik
(kurangnya mengkonsumsi sayur dan buah-buahan), merokok, minum
minuman beralkohol, dan lain-lain. Hal itu dapat mempengaruhi hasil dari
kadar asam lemak menjadi lebih tinggi (Murray dkk, 2009). 3) Diet lemak
tinggi lemak yang diserap dari makanan akan di sintesis oleh hati dan
jaringan adiposa yang nantinya harus diangkut ke berbagai jaringan dan organ
untuk digunakan dan disimpan. Lemak merupakan komponen dalam lipid
terutama dalam bentuk triasigliserol lipid memiliki sifat umum yang tidak
larut dalam air, sehingga pengangkutan lipid dalam darah melalui lipoprotein
yang merupakan kombinasi antara lipid dan protein. Lipoprotein merantai
siklus ini dengan mengangkut lipid dari usus sebagai kilomikron yang berasal
dari penyerapan triasigliserol dan dari hati sebagai Very Low Density
Lipoprotein (VLDL).
Hormon tiroid dapat menginduksi peningkatan asam lemak bebas dalam
darah, namun dapat menurunkan kadar trigliserida di dalam darah
Hipertrigliserdemia adalah peningkatan kadar trigliserida plasma puasa
dengan atau tanpa gangguan kadar lipoprotein lain. Nilai rujukan kadar
trigliserida di bagi atas empat tingkat yaitu normal (500 mg/dL).
Hipertrigliseridemia di menjadi primer dan skunder. Hipertrigliseridemia
primer disebabkan oleh kelainan genetik metabolisme lipid yang diwariskan,
sedangkan hipertrigliseridemia sekunder disebabkan oleh berbagai kondisi,
seperti sindrom metabolik, obesitas, diabetes melitus (DM), konsumsi
alkohol, dan berbagai keadaan lainnya (Kurniawan, 2013).

43
Metode pemeriksaan trigliserida adalah metode enzimatis kolorimetri
GPO-PAP (.). Trigliserida darah akan dihidrolisis dengan enzimatis menjadi
gliserol dan asam bebas dengan lipase khusus akan membentuk kompleks
warna yang dapat diukur kadarnya menggunakan spektrofotometer.
Berdasarkan literatur nilai normal kadar trigliserida adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Nilai Normal Kadar Trigliserida
Kadar Trigliserida Keterangan

¿ 150 mg/dL Normal


150-199 mg/dL Batas normal tertinggi
200-499 mg/dL Tinggi
¿ 500 mg/dL Sangat tinggi
Sumber : National Institute of Health
Pemeriksaan kadar trigliserida darah menggunakan sampel serum darah,
seringkali mendapatkan kesulitan karena volume darah yang tidak mencukupi
atau kondisi serum yang lisis akibat pengambilan yang kurang tepat. Kondisi
sampel yang kurang atau tidak baik akan mempengaruhi hasil pemeriksaan
kadar trigliserida darah, sehingga pemeriksaan trigliserida darah dapat
menggunakan sampel plasma EDTA. Penggunaan plasma digunakan dalam
pemeriksan karena menghemat waktu yaitu sampel plasma dapat
disentrifugasi langsung tanpa mengganggu sampel menggumpal dantidak
seperti serum, perlu menunggu sampai koagulasi selesaidengan volume
minimal darah lebih sedikit dan yang diperlukan unuk pembuatan plasma,
akan tetapi penambahan antikoalgulan yang tidak tepat dapat mempengaruhi
hasil (Sacher, 2018).

44
VII. Kesimpulan
Dari hasil praktikum pemeriksaan trigliserida yang telah dilakukan pada
sampel serum pasien atas nama Mulpaeda berjenis kelamin perempuan
dengan umur 20 tahun, diperoleh hasil trigliserida 181 mg/dL yang berarti
hasil tersebut dinyatakan normal karena nilai normal kadar trigliserida
dalam tubuh adalah < 200 mg/dL.

45
PRAKTIKUM VI
I. Judul Praktikum : Pemeriksaan Protein Total
II. Hari/Tanggal : Selasa, 09 Mei 2023
III. Tujuan Praktikum : Untuk melakukan pemeriksaan kolestrol total secara
spektrofotometer
IV. Landasan Teori
Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot tinggi yang
merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan
satu sama lain dengan ikatan peptida. Protein merupakan makromolekul yang
menyusun lebih dari separuh bagian sel. Protein menentukan ukuran dan
struktur sel, sebagai komponen utama dari sistem komunikasi antar sel, serta
sebagai katalis berbagai reaksi biokimia di dalam sel. Sebagian besar aktivitas

46
penelitian biokimia tertuju pada protein khususnya hormon, antibodi, dan
enzim (Rais, 2017).
Protein mengandung nitrogen yang berfungsi sangat penting dalam tubuh
sehingga tidak mungkin ada kehidupan tanpa protein. Protein dihubungkan
oleh ikatan peptida membentuk rantai peptida dengan panjang mulai dari 2
asam amino (dipeptida). 4-10 peptida (oligopeptida), dan lebih dari 10 asam
amino (polipeptida). Tiap jenis protein mempunyai perbedaan jumlah dan
distribusi asam amino. Berdasarkan susunan atomnya, protein mengandung
50-55% atom karbon (C), 20-23% atom oksigen (O), 12-19% atom nitrogen
(N), 6-7% atom hidrogen (H), dan 0,2-0,3% atom sulfur (S) (Estiasih et al.,
2016).
Protein dapat memerankan fungsi sebagai bahan struktural karena seperti
halnya polimer lain, protein memiliki rantai yang panjang dan dapat
mengalami cross-linking. Selain itu protein juga dapat berperan sebagai
biokatalis untuk reaksi-reaksi kimia dalam sistem makhluk hidup.
Makromolekul ini mengendalikan jalur dan waktu metabolisme yang
kompleks untuk menjaga kelangsungan hidup suatu organisme. Suatu sistem
metabolisme akan terganggu apabila biokatalis yang berperan di dalamnya
mengalami kerusakan (Syaputra, 2014).
Penetapan kadar protein dalam tubuh biasanya mengukur total protein. Tes
total protein adalah tes yang menggambarkan kemampuan hati untuk
mensintesa protein dan memetabolisme zat yang terdapat di dalam darah.
Total protein adalah suatu plasma protein yang disintesa terutama di sel
parenkim hati, sel plasma, kelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Total
protein terdiri dari albumin dan globulin. Pengukuran protein total berguna
dalam mengidentifikasi berbagai gangguan pada tubuh. Penurunan
konsentrasi protein total dapat terdeteksi pada penurunan sintesa protein dari
hati, kehilangan protein karena fungsi ginjal terganggu, dan malabsorbsi atau
defisiensi gizi. Peningkatan kadar protein juga terjadi pada gangguan
inflamasi kronis, sirosis hati dan dehidrasi (Raharjo, 2017).

47
Metabolisme protein adalah deskripsi dari proses fisik dan kimia yang
meliputi pembentukan atau sintesis asam amino menjadi protein dan
pemecahan atau katabolisme protein menjadi asam amino. Asam amino yang
beredar melalui darah dan masuk ke jaringan tubuh disintesis kembali
menjadi protein. Keseimbangan antara sintesis protein dan katabolisme
adalah suatu hal yang penting agar fungsi sel dapat dipertahankan. Jaringan
lunak membutuhkan asam amino untuk memproduksi protein. Sintesis asam
amino diperlukan untuk membentuk senyawa penting lainnya dalam tubuh,
seperti histamin, neurotransmitter, dan komponen nukleotida. Setiap asam
amino 3/24 disimpan sebagai lemak atau dikonversi menjadi energi. Asam
amino dapat diklasifikasikan sebagai esensial dan non esensial. Asam amino
esensial tidak dapat dibuat oleh tubuh tetapi sangat penting untuk
metabolisme protein. Asam amino ini harus diperoleh dari makanan. Asam
amino non-esensial dapat disintesis dari asam amino lain dalam tubuh.
Setelah asam amino yang tepat diperoleh, asam amino esensial dan non
esensial bergabung untuk memberikan protein jaringan sehingga tubuh dapat
menggunakannya (Syaputra, 2014).

V. Cara Kerja
A. Pra Analitik
1. Persiapan Pasien : Tidak memerlukan persiapan khusus
2. Persiapan Sampel : Serum
3. Prinsip : Pada PH alkali protein dari kompleks yang
stabil dengan ion Cu (II), yang diukur secara
fotometrik
4. Metode : Biuret
5. Alat dan Bahan
a. Alat yang digunakan

48
1) Gelas kimia
2) Pipet tetes
3) Mikropipet 1000 µL dan 20 µL
4) Rak tabung reaksi
5) Sentrifuge
6) Spektrofotometer
7) Tabung kecil
8) Termometer
9) Tourniquet
b. Bahan yang digunakan
1) Alkohol 70%
2) Kapas
3) Reagen protein total
4) Serum
5) Spoit 3 cc

B. Analitik
Prosedur Blanko Sampel Reagen
Standar - - 20 µL

Sampel - 20 µL -

Reagen 1000 µL 1000 µL 1000 µL

Campur dan inkubasi selama 5 menit pada suhu 37°c atau 10 menit
pada suhu ruang (20-25°C)

49
C. Pasca Analitik
1. Hasil Pemeriksaan
Data Pasien
Nama : Nanda Rezky Jannah
JK/Umur : Perempuan/19 Tahun
Alamat : Ranomeeto
Hasil : 7,4 g/dL
2. Interpretasi Hasil
6,6-8,7 g/dL

50
3. Gambar Hasil Pemeriksaan

VI. Pembahasan
Protein merupakan salah satu dari biomolekul raksasa atau biomolekul
yang besar, selain polisakarida, lipid, dan polinukleotida, yang merupakan
penyusun utama dari makhluk hidup. Protein total terdiri dari albumin dan
globulin. Albumin merupakan protein plasma yang paling banyak terdapat
dalam tubuh manusia, sedangkan globulin adalah antibodi digunakan untuk
imunitas. Sedangkan albumin merupakan protein yang terdapat dalam plasma
yang larut dalam air dan mengendap dalam pemanasan serta protein yang
konsentrasinya paling tinggi dalam plasma darah. Adapun interpretasi klinis

51
dari protein untuk peningkatan kadar yaitu dehidrasi, muntah, diare, sindrom
distress, dan pernapasan, dan juga untuk penurunan kadar yaitu malnutrisi,
kelaparan, dan penyakit hepar.
Sampel untuk pemeriksaan total protein adalah serum. Serum adalah
cairan bening yang dipisahkan dari sel-sel darah menggunakan sentrifuge.
Bagian cairan dari darah yang normalnya berisi sel darah merah, sel darah
putih, dan trombosit. Serum juga tidak memiliki faktor pembekuan karena
serum adalah plasma darah tanpa fibrinogen. Cara memperoleh serum yaitu
dengan menyiapkan sampel darah dan tampung dalam tabung dan biarkan
selama 15 menit yang akan mengalami proses pemisahan atau pembekuan
selanjutnya disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit.
Lapisan jernih kuning muda pada bagian atas merupakan bentuk serum
kemudian pisahkan serum pada tabung lain (Mutiara, 2018).
Pada penentuan kadar protein total dalam darah dengan menggunakan
metode biuret dengan menggunakan spektrofotometer. Dimana prinsip dari
metode ini adalah pengukuran serapan cahaya kompleks berwarna ungu dari
protein yang bereaksi dengan pereaksi biuret dimana yang memebentuk
kompleks adalah protein ion Cu (II) yang terdapat dalam pereaksi biuret
dalam suasana basa. Semakin tinggi intensitas cahaya yang diserap oleh alat
maka semakin tinggi pula kandungan protein yang terdapat di dalam serum
tersebut.
Peningkatan atau penurunan konsentrasi protein total dalam sirkulasi darah
di pengaruhi oleh konsentrasi albumin atau globulin ataupun keduanya,
konsentrasi protein total meningkat pada kasus dehidrasi, disertai dengan
konsentrasi albumin dan globulin yang meningkat pula (Anggita, 2018).
Penurunan konsentrasi protein total di pengaruhi oleh malanutrisi,
malabsorpsi, penyakit hati, diare kronis maupun yang akut, terbakar,
ketidakseimbangan hormon, penyakit ginjal (proteinuria), rendahnya
konsentrasi albumin atau globulin, dan kehamilan (Anggita, 2018).

52
VII. Kesimpulan
Dari hasil praktikum pemeriksaan protein total dalam darah pasien atas
nama Nanda Rezky Jannah diperoleh kadar protein total sebesar 7,4 g/dL
yang termasuk kedalam kadar normal, karena nilai normal protein total
adalah 6,6-8,7 g/dL.

53
PRAKTIKUM VII
I. Judul Praktikum : Pemeriksaan Albumin
II. Hari/Tanggal : Selasa, 28 Maret 2023
III. Tujuan : Untuk melakukan pemeriksan albumin secara
spektrometer
IV. Landasan Teori
Albumin adalah protein terbanyak dalam serum. Lebih dari separuh,
tepatnya 55,2%, dari protein serum adalah albumin.. Konsentrasi albumin

54
serum adalah antara 3,86 g/dL sampai 4,14 g/dL. Albumin serum memiliki
berat molekul sekitar 6,5 kD (6,5.10). Protein ini adalah suatu monomer,
artinya protein yang terdiri atas satu rantai polipeptida (Sadikin dkk, 2014).
Albumin manusia terdiri dari satu rantai polipeptida dengan 585 asam
amino dan mengandung 17 ikatan disulfida. Albumin menggunakan protease
dapat dibagi menjadi tiga domain yang mempunyai fungsi yang berbeda.
Albumin berbentuk elips adalah albumin yang tidak meningkatkan viskositas
plasma sebanyak peningkatan yang dilakukan oleh molekul panjang seperti
fibrinogen. Massa molekul albumin yang rendah dan konsentrasinya yang
tinggi, albumin diperkirakan menentukan sekitar 75-80% tekanan osmotik
plasma pada manusia (Murray et al., 2012).
Albumin dalam peredaran darah sebagai penentu tekanan onkotik plasma
darah, apabila terjadi penurunan konsentrasi albumin yang terjadi di dalam
sirkulasi menyebabkan pergeseran cairan dari ruang intravaskular keruang
ekstravaskular. Beberapa mekanisme berbeda dapat menyebabkan penurunan
kadar albumin atau hipoalbuminemia. Dalam hal ini yang tersering adalah
penurunan produksi albumin yang disintesis di hati. Pada penyakit hati yang
parah seperti sirosis yang mungkin disebabkan oleh penyalahgunaan alkohol,
gangguan penimbunan besi, hepatitis kronis atau reaksi obat, kapasitas sel –
sel parenkim hati ini membentuk protein dapat turun secara derastis. Pada
keadaan ini, pemeriksaan diagnostik dan prognostik yang utama adalah
pengukuran konsentrasi albumin serum (Murray et al., 2012; Sacher dan
McPherson, 2012).
Kadar albumin serum turun secara teratur dapat menunjukkan apabila
penyakit hepatoselular yang parah berlangsung lebih dari 3 minggu, setelah
albumin dalam darah secara substansial dibersihkan dari tubuh. Penyakit yang
berkembang dengan cepat, penurunan albumin serum merupakan pertanda
adanya gangguan fungsi yang masif dan memiliki makna prognostik yang
buruk (Sacher dan McPherson, 2012).

55
V. Cara kerja
A. Pra Analitik
1. Persiapan Pasien : Tidak memerlukan persiapan khusus
2. Persiapan Sampel : Serum
3. Prinsip : Pada PH 4,1 albumin dapat berikatan dengan
Brom Cresol Green (BCG) sehingga terbentuk
komplek berwarna hijau biru, intensitas warna
yang di hasilkan diukur secara fotometri

56
4. Metode : Bromocresol-Green (BCG)
5. Alat dan Bahan
a. Alat yang digunakan
1) Gelas piala 100 mL
2) Mikropipet 1000 µL
3) Mikropipet 10 µL
4) Rak tabung
5) Spektrofotometer
6) Tabung reaksi kecil
7) Tabung K3
b. Bahan yang digunakan
1) Alkohol 70%
2) Aquadest
3) Kapas
4) Larutan kolestrol tetap
5) Reagen biosistem
6) Sampel serum/plasma
7) Spoit 3 cc

Prosedur Blanko (µL) Sampel ( μL) Standar( μL


)
Standar - - 10 μL
Sampel - 10 μL -
Reagen 1000 μL 1000 μL 1000 μL
B. Analitik

57
Campur dengan baik dan kemudian diinkubasi selama 5 menit pada suhu
ruang (20-25° )

C. Pasca Analitik
1. Hasil Pemeriksaan
Data Pasien
Nama : Wa Ode Anisa Putri Maharani
JK/Umur : Perempuan/19 Tahun

58
Alamat : Baruga
Hasil : 6 g/dL
2. Interpretasi hasil
4,0-5,0 g/dL : Normal
3. Gambar Hasil Pemeriksaan

VI. Pembahasan
Albumin merupakan protein utama dalam plasma manusia dan
membentuk sekitar 60% protein plasma total. Sekitar 40% albumin terdapat
dalam plasma, sedangkan 60% lainnya terdapat di ekstrasel. Setiap harinya,
hepar menghasilkan sekitar 12 gram albumin, yang berarti sekitar 25% dari

59
seluruh sintesis protein oleh hepar. Albumin memiliki sejumlah fungsi.
Pertama, mengangkut molekul-molekul kecil melewati plasma dan cairan sel.
Fungsi ini erat kaitannya dengan bahan metabolism asam lemak bebas dan
bilirubuin dan berbagai macam obat yang kurang larut dalam air tetapi harus
diangkat melalui darah dari satu organ ke organ lainnya agar dapat
dimetabolisme atau diekskresi. Fungsi kedua yakni memberi tekanan osmotik
di dalam kapiler.
Menurut Mohri et al. (2006) sampel yang dapat digunakan untuk uji
albumin adalah plasma heparin, plasma EDTA atau serum. Pada praktikum
yang kami lakukan, sampel yang digunakan adalah serum. Serum adalah
cairan bening yang dipisahkan dari sel-sel darah menggunakan sentrifus dan
sudah tidak mengandung fibrinogen. Namun untuk sample plasma heparin
dan plasma EDTA kurang dianjurkan, karena dapat mengakibatkan hasil
pemeriksaan yang sedikit lebih rendah daripada jika menggunakan serum.
Pemeriksaan kadar albumin dalam darah, ada beberapa metode yang
digunakan, salah satu metode tersebut adalah metode BCG (Brom Cresol
Green). Pemeriksaan berdasarkan prosedur dibutuhkan waktu inkubasi
minimal 10 menit dengan waktu kurang dari 60 menit. Penundaan
pemeriksaan yang melebihi waktu yang ditentukan dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan karena terjadi perubahan dekomposisi zat-zat didalamnya
(Gandasoebrata, 2015).
Prinsip pemeriksaan albumin dengan metode BCG yaitu serum
ditambahkan pereaksi albumin akan berubah warna menjadi hijau, kemudian
diperiksa pada spektrofotometer. Intensitas warna hijau ini menunjukkan
kadar albumin pada serum. Penundaan pemeriksaan dapat menyebakan hasil
mengeluarkan tinggi palsu maupun rendah palsu. Waktu inkubasi merupakan
waktu yang digunakan untuk pemeriksaan kadar albumin darah, dengan
waktu inkubasi 10, 60, dan 120 menit yang harus memperhatikan waktu
inkubasi. Albumin diketahui juga memiliki waktu paruh yang panjang yaitu
19 – 22 hari. Penundaan yang tidak sesuai dengan prosedur dapat
mempengaruhi hasil kadar albumin darah (Gandasoebrata, 2015).

60
VII. Kesimpulan
Pada praktikum pemeriksaan albumin dengan metode Bromocresol
Green (BCG) menggunakan spektrofotometer yang telah dilakukan pada
sampel pasien atas nama Wa Ode Anisa Putri Maharani yaitu diperoleh

61
nilai albumin pasien adalah 6 g/dL. Berdasarkan nilai rujukan menandakan
nilai albumin pasien tidak normal.

DAFTAR PUSTAKA

Adisty C. 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Anonim. 2011. Tuntunan Praktikum Kimia Klinik. Universitas Muslim Indonesia:


Makassar.

62
Kurniadi, H dan Nurrahmani,U. 2014. STOP! Diabetes, Hipertensi, Kolesterol
Tinggi, Janting koroner. Cetakan Pertama. Istana Media. Yogyakarta

Adam JMF (2014). Dislipidemia. Dalam: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW,


Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
jilid II. Ed VI. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Interna
Publishing, pp: 2549-2558.

City, Oktaviani Noni, (2013). DIASKOL JANTROKE (Diabetes Millitus, Asam


Urat, Kolesterol, Jantung, dan Stroke). IN AzNa Books. Yogyakarta. Hal
30-35.

Estiasih, T. Harijono. Waziiroh, E. Fibrianto, K. 2016. Kimia dan Fisik Pangan.


Bumi Aksara. Jakarta. Hal: 37-163.

Gandasoebrata, R. (2015). Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: PT. Dian


Rakyat.

Irianto, K. 2015. Memahami Berbagai Penyakit. Bandung: Alfabeta.

Jonathan, Morrel., 2010. Kolesterol., Jakarta: Erlangga.

Jurnal Summit. 2012. Pemeriksaan Trigliserida Tanpa Puasa. Volume 7/QI/2012.

Julitania, E. (2011). Perbandingan Stabilitas Kadar Glukosa Darah Dalam Sampel


serum Dengan Plasma Natrium Fluorida (NaF). Universitas Diponegoro
Skripsi.

Kirana, Lisa. 2011. Awas Diaskol, Diabetes Asam Urat Kolesterol. Bantul: Syura
Media Utama.

Kowalski, R. 2010. Terapi Hipertensi Program & minggu Menurunkan Tekanan


Darah Tinggi. Bandung: Qanita Mirzan Pustaka.

Kurnianingsih, U. 2011. Perbedaan Hasil Pemeriksaan Glukosa Darah


menggunakan Antikoagulan NaF dan NaEDTA, KTI, Fakultas Ilmu
Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang.

63
Kurniadi, H dan Nurrahmani,U. 2014. STOP! Diabetes, Hipertensi, Kolesterol
Tinggi, Janting koroner. Cetakan Pertama. Istana Media. Yogyakarta

Lingga, L., 2012., Bebas Diabetes Tipe 2 Tanpa Obat. Jakarta: PT AgroMedia
Pustaka..

Murray K. Robert, dkk, 2009, Biokimia Harper Edisi 27, EGC, Jakarta, 225-250.

Noviyanti F, Decroli E, dan Sastri S. Perbedaan Kadar LDL-kolesterol pada


Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dengan dan tanpa Hipertensi di RS Dr. M.
Djamil Padang Tahun 2011. Jurnal Kesehatan Andalas 2015; 4(2): 550-
545.

Permana C., 2011. Perbedaan Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah Puasa yang
diperiksa Segera dengan Ditunda Selama 1 jam pada Suhu Ruang, KTI,
Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Semarang, Semarang.

Rampengan, S. H. (2015). Meningkatkan Kolesterol HDL Paradigma Baru Dalam


Pencegahan Penyakit Kardiovaskular. Jurnal Biomedik, 7, 89-98..

Rais, A. 2017. Analisis Profil Protein Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Berbasis
Sds-Page Berdasarkan Variasi Lama Marinasi Dan Konsentrasi Asam
Cuka (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Semarang).

Raharjo, S.B. Budi S dan Harun N. 2017. Perbedaan Kadar Total Protein dalam
Serum Menggunakan Reagen Biuret yang diletakkan dalam Alat Kimia
Analyser Segera, 24 jam, 48 jam dan 72 jam.

Rembang, A.A., Rampengan, J.J.V., Supit, S. 2015. Pengaruh Senam Zumba


Terhadap Kadar Trigliserida Darah Pada Mahasiswa Fakultas KedokteraN
Universitas Sam Ratulangi. Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi, Manado.

Sadikin, M. (2013). Biokimia Darah. Jakarta: Widya Medika.

64
Sunaryati. S.S. (2014). Penyakit Paling Sering Menyerang dan Mematikan.
Jogjakarta: Flash Books.

Syahputra, L. Ambarsari, T. Sumaryada, Docking Simulation of Curcumin and Its


Analogs as Inhibitors on 12- Lipoxygenase Enzymes, Jurnal Biofisika,
Vol 10(1) pp 48-58, 2014.

Sacher, R. A. And McPherson, R. A. (2012) Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan


Laboratorium. Edisi 11. Alih Bahasa: H. Hartanto, Jakarta: EGC.

Sahnia, AM., Damajanty HCP. Dan Joice NAE., 2015. Gambaran kadar kolesterol
Low Density Lipoprotein (LDL) pada masyarakat perokok di pesisir
pantai. Jurnal eBiomedik. 3(1), pp: 460-465.

Yoeantafara A dan Martini S. Pengaruh Pola Makan terhadap Kadar Kolesterol


Total. Universitas Airlangga. Jur MKMI 2017; 13(4): 304-9.

65

Anda mungkin juga menyukai