Anda di halaman 1dari 26

FILSAFAT KONTEMPORER

SITI ULFAH APSARI RAHMAH 12030117420072


ARVITO 120301174200
1. William James dan Perkembangan
Pragmatisme

William James dilahirkan di New York pada tahun 1842 dan meninggal pada
tahun 1910. William James menamakan filsafatnya dengan pragmatisme,
juga menyebutnya dengan istilah Radical empirisme (empirisme radikal)
a. Kebenaran Pragmatisme

Dalam bukunya The Meaning of The Truth (1909), James mengemukakan


bahwa tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat
tetap, yang berdiri sendiri, dan terlepas dari segala akal yang mengenal.
b. Pragmatisme dan Etika

Menurut James terdapat hubungan yang erat antara konsep pragmatisme


mengenai kebenaran dan sumber kebaikan. Suatu teori etika dapat
dibangun demi teori pragmatisme ini.
c. Kepercayaan Religius menurut
James

Menurut James dalam bermacam-macam kehidupan, manusia mempunyai


hubungan dengan suatu Zat yang lebih. Dalam arti keagamaan Tuhan
adalah kecondongan ideal atau pendukung yang murah hati dalam
pengalaman manusia.
2. John Dewey (1859-1952)

Ia dilahirkan di Burlington pada tahun 1859. Dewey adalah seorang


pragmatis, namun ia lebih sering menyebut sistemnya dengan istilah
instrumentalis. Menurutnya tujuan filsafat adalah untuk mengatur kehidupan
dan aktivitas manusia secara lebih baik, untuk didunia dan sekarang.
a. Konsep Dewey tentang
Pengalaman dan Pikiran

 Pengalaman adalah salah satu kata kunci dalam filsafat instrumentalisme.


Pengalaman adalah keseluruhan drama manusia yang mencakup segala
proses “saling mempengaruhi” antara organisme yang hidup dalam
lingkungan sosial dan fisik.
 Kegunaan kerja pikiran menurut Dewey tidak lain hanya merupakan cara
untuk jalan untuk melayani kehidupan.
b. Dewey dan Pendidikan Progresif

Dewey menawarkan konsep pendidikan yang adaptif dan progresif bagi


perkembangan masa depan. Pendidikan harus mampu membekali anak
didik sesuai dengan kebutuhan yang ada pada lingkungan sosialnya.
Analisis Kritis atas Kekuatan dan
Kelemahan Pragmatisme

 Kekuatan Pragmatisme
 Kelemahan Pragmatisme
3. Michel Foucault (1926-1984 M)

Michel Foucault memiliki nama lengkap Paul-Michel Foucault. Ia lahir di


Poitiers, 15 Oktober 1926 di Paris dan wafat 25 Juni 1984 M. Daripada
mengembangkan teori rasionalis mengenai kebenaran, Foucault justru
menggagas teori tentang rezim kebenaran dan teori tentang hubungan
antara kebebasan dan kekuasaan.
a. Arkeologi Foucault

 Karya awal Foucault berkaitan dengan kebudayaan modernitas. Dalam


Madness and Civilization (1961) mengawali gagasannya tentang
“arkeologi kebisuan dan penderita kegilaan”.
 Dalam Birth of the Clinic (1963), Foucault menjalankan suatu “arkeologi
tatapan medis”.
b. Genealogy of knowledge

Gagasan tentang genealogi muncul demi melengkapi analisis tentang aspek


diskursus yang mirip sistem dengan suatu analisis tentang bagaimana aspek
itu terbentuk. Akan tetapi genealogi disini lantas menggantikan arkeologi.
c. Kilas balik Foucault

Foucault menjelaskan ada beberapa gerak kembali ke arkeologi yang


merupakan kelanjutan dari arkeologi problematisasi. Pengarahan arkeologi
menuju problematisasi ini lebih merupakan suatu peralihan hermeneutis
dalam pemikirannya mengenai kebudayaan.
4. Martin Heidegger (1889-1976 M)

Filsafat Heidegger dianggap sebagai monumental dan termasuk filsafat


paling kuat dan berpengaruh hingga abad ini.
5. Karl R. Popper (1902-1994 M)

Karl R. Popper lahir di Wina, Austria. Dia dikenal sebagai seorang filsuf yang
berpengaruh dibidang sains dan politik. Gagasan politiknya amat
berpengaruh sehingga diterjemahkan dalam banyak bahasa, termasuk
Indonesia.
6. Bertrand Russell (1872-1970)

Bertrand Arthur William Russell adalah seorang filsuf dan ahli matematika
ternama di Britania Raya. Dia juga dikenal sebagai agnostik (orang yang
berpandangan bahwa ada atau tidak adanya Tuhan tidak dapat diketahui).
7. Jean-Paul Sartre (1905-1980 M)

Jean-Paul Sartre lahir di Paris Perancis. 21 Juni 1905 – 15 April 1980 M. Ia


berasal dari keluarga cendekiawan. Ia adalah seorang filsuf dan
pengembang aliran eksistensialisme.
Kilas Balik Filsafat Sartre

Sartre menegaskan bahwa setiap orang bertanggung jawab terhadap apa


yang dilakukannya dan mau jadi apa dia? Tidak peduli dalam kondisi
apapun, perang atau malah akan menghadapi kematian sekalipun.
Filsafat eksistensialisme membicarakan cara berada manusia di dunia,
dengan kata lain, filsafat ini menempatkan cara wujud-wujud manusia
sebagai tema sentral pembahasannya.
8. Albert Camus

Camus lahir di Aljazair, 7 november 1913 M. Camus sering digolongkan


sebagai penulis eksistensialis tapi ia lebih tepat disebut sebagai seorang
absurdis.
Kilas Balik Filsafat Camus

Menurut Camus, sang absurd harus dibedakan absurditas-absurditas semata


kehidupan sehari-hari.
Sang absurd merupakan suatu perspektif metafisik, suatu kesadaran atas
konfrontasi antara diri kita sendiri dengan tuntutan kita pada rasionalitas dan
keadilan di satu sisi, dan sebuah alam semesta yang acuh tak acuh.
9. Jurgen Habermas

Habermas dikenal sebagai seorang filsuf dan sosiolog yang berada dalam
tradisi critical theory dan pragmatisme Amerika. Ia dikenal dengan konsep
ruang publik, yang didasarkan pada teori dan praktik “aksi komunikatif”.
Tiga aspek proyek Habermas

 aspek sosio-kritis, yakni cakrawala emansipatoris yang ada dalam


kebebasan.
 interpretasi atas modernitas.
 Ketiga, perumusan Habermas mengenai cara bagaimana pada mulanya
manusia meneguhkan realitas.
Pada level filosofis, Habermas mengaitkan masalah ini degan bentuk dan isi rasio. Habermas
membenarkan pandangan Kant yang menggunakan rasio secara transendental. Rasio
terpilah menjadi tiga wilayah yang berbeda.
Bagi Habermas solusi persoalan tadi sebagian besar bisa dicari pada filsafat
bahasa sehari-hari. Bahasa berfungsi sebagai sarana untuk hubungan sosial
dapat diciptakan. Dengan bahasa pula peraturan-peraturan sosial dipelajari,
diuji, ditolak, dan dikritik sebagai problem-problem sosial.
Modernitas dicirikan oleh adanya diferensiasi dan perkembangan konstelasi
dari tiga tipe modern pada kompleks-kompleks tindakan serta bentuk-bentuk
institusional yaitu ilmu pengetahuan, moralitas dan legitimasi politik serta
estetika.
Dalam karya berikutnya semenjak Legitimation Crisis (1975) Habermas
memformalisasikan pembedaan dan pemilahan antara sistem dan dunia
kehidupan beserta perspektif-perspektif yang dibentuk, dicakup, dan
dikembangkan oleh setiap pemilahan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai