Anda di halaman 1dari 92

FILSAFAT ILMU

BAB I
MENGENAL DUNIA FILSAFAT
BAB II
RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU
2.1 Pengertian filsafat ilmu
* Filsafat ilmu; cabang dari epistemologi yg
mengkaji/merefleksikan hakekat terdalam dari
ilmu. Maka yg menjadi fokus kajian filsafat ilmu
adalah hakekat ilmu atau pengetahuan ilmiah.
Filsafat ilmu menyelidiki dan menelusuri sedalam
dan seluas mungkin hakekat ilmu tanpa
melupakan metodenya. Filsafat ilmu
merefleksikan persoalan-persoalan landasan
keilmuan dan hubungannya dengan hidup
manusia.
* Filsafat ilmu meneliti tentang ciri-ciri pengetahuan
ilmiah dan cara memperolehnya. Filsafat ilmu dalam
hal ini dapat dibedakan atas;
- filsafat ilmu dalam arti luas/umum; berhubungan
dengan masalah landasan kegiatan ilmiah pada aspek
ontologis, epistemologis dan aksiologis.
- filsafat ilmu dalam arti sempit/khusus; berhubungan
dengan sifat pengetahuan ilmiah dan cara
memperolehnya. Dalam hal ini ada kaitan erat dengan
epistemologi yg menyelidiki syarat –syarat
pengetahuan dan bentuk pengetahuan manusia. Dan
jg berhubungan dengan logika dan metodologi.
2.2. Obyek Filsafat Ilmu
* Obyek material filsafat ilmu; pengetahuan itu sendiri,
yaitu pengetahuan yg disusun secara sistimatis dengan
metode ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya secara umum.
* Obyek formal; sudut pandang dalam menelaah obyek
material. Obyek formal filsafat ilmu adalah hakekat/essensi
ilmu pengetahuan sebagai problem paling mendasar dalam
ilmu; bagaimana memperoleh pengetahuan ilmiah? Apa
fungsi pengetahuan ilmiah. Dalam hal ada landasan
ontologis(obyek: apa)epistemogis(metode: bagaimana) &
aksiologis(tujuan: untuk apa).
2.3 Ruang Lingkup/problem Filsafat Ilmu
* Persoalan ruang lingkup mencakup apa saja yang
menjadi problem dasar dalam filsafat ilmu? Dari sudut
isi, filsafat ilmu membahas problem yang sangat luas
dan mendalam yakni hakekat ilmu secara keseluruhan.
- Menurut Peter Angeles; filsafat ilmu mempunyai 4
bidang konsentrasi yakni: 1) telaah tentang berbagai
konsep, praanggapan dan metode. 2) Telaah dan
pembenaran proses penalaran dalam ilmu. 3) Telaah
tentang kaitan antar ilmu. 4) telaah tentang akibat
pengetahuan ilmiah dan penyerpan pemahaman
manusia terhadap realitas.
- Menurut A. Cornelius Benjamin. Ia
membagi problem filsafat ilmu atas; 1) telaah
mengenai metode ilmu, lambang ilmiah dan
struktur logis dari sistim perlambangan ilmiah.
2) penjelasan mengenai konsep dasar,
praanggapan dan pangkal pendirian ilmu. 3)
telaah mengenai saling keterkaitan antar ilmu
dan implikasinya bagi teori ilmiah;
rasionalisme, idealisme, materialisme,
monisme dan pluralisme.
* dengan demikian dapat dirumuskan 5 elemen
problematika ruang lingkup filsafat; 1)problem
demarkasi/limitasi yg membedakan kegiatan
ilmiah dengan aktivitas pengetahuan lainnya. 2)
problem induksi; bagaimana menjustifikasi
landasan pengetahuan ilmiah. 3) problem
korelasi/hubungan antar satu ilmu dengan ilmu
lainnya. 4) problem deklarasi/eksplanasi pilihan
penjelasan. Karakter hipotesis, hukum ilmiah dan
teori. 5) Problem hubungan dengan dinamika
pengetahuan ilmiah. Bagaimana perubahan pada
pengetahuan ilmiah.
* The Liang Gie mensistemasi ruang lingkup
filsafat ilmu menjadi; 1) Problem Epistemologi
tentang ilmu.2) Problem metafisi tentang ilmu. 3)
Problem metodologis tentang ilmu. 4) Problem
logis tentang ilmu. 5) Problem etis tentang ilmu.
6) problem estetis tentang ilmu.
* Dari semua pendapat ini disimpulkan bahwa
ruang lingkup filsafat ilmu mencakup 2 aspek
yakni; membahas sifat-sifat pengetahuan
ilmiah(epistemologi) dan cara-cara memperoleh
pengetahuan ilmiah(metodologi)
2.4 Perkembangan filsafat ilmu
1) Periode klasik dan abad pertengahan
* Pada masa ini perkembangan filsafat ilmu ditandai
dengan munculnya filsafat alam/kosmologi yg
berupaya mencari prinsip/arche dari segala sesuatu.
Jawaban yg diperoleh ditemukan juga dalam alam.
Filsuf-filsuf Ionia seperti Thalles, yg mencari prinsip
alam dalam air, Anaximandros menemukan dalam to
apeiron, Anaximenes dalam; tanah, api, air dan udara.
Perkembangan ini menandai upaya rasional
menjelaskan hakekat alam mengalahkan mitos-
mitos/kepercayaan akan kekuatan gaib.
* pada masa abad pertengahan filsafat alam kurang
berkembang. Jaminan keilmihan pd akal ditinggalkan
dan diganti dengan otoritas Ilahi yg diyakini dalam
kekristenan. Maka teologi menjadi otoritas yg
menjamin kebenaran dan keabsahan penelitian.
Filsafat ilmu diganti dengan teologi spekulatif.
2) Filsafat ilmu abad 17 dan 18. Perkembangan filsafat
ilmu masa ini ditandai dengan adanya renaisance dan
humanisme sebagai masa kelahiran kembali
kebudayaan Yunani dan Romawi Kuno. Dengan ini
sentrum perkembangan ilmiah beralih dari biara-biara
ke universitas-universitas.
* Munculnya Francis Bacon dengan metode
penelitian induktif dan Rene Descartes dengan
metode dubium metodicum maka ruang
perkembangan ilmu makin terbuka. Keduanya
menawarkan perkembangan baru bagi ilmu-ilmu
khususnya ilmu alam. Kemudian muncul Galileo
dan Newton dengan teori heliosentris dan
hukum gravitasi. Dunia keilmuan memasuki masa
pencerahan dan muncul aliran-aliran besar
seperti; rasionalisme, epirisme dan idealisme
Immanuel Kant.
3) Abad 19 sd perang dunia I. pada masa ini ilmu-
ilmu berkembang pesat dan diransang oleh
penemuan-penemuan baru di berbagai bidang.
Seperti Ernest Mach dan Hendrich Hertz,
merintis penemuan gelombang elektromagnetik.
Mereka melanjutkan apa yg dimulai oleh
Immanuel Kant yg berbicara tentang kategori
pengetahuan manusia dan penafsiran
pengalaman empiris utk menyusun teori. Ilmu-
ilmu empiris mendominasi perkembangan ilmu.
Di bidang sosial dan ekonomi, muncul aliran baru Karl
Marx dan Enggel yg dikenal dengan nama;
materialisme atau marxisme.
4) Filsafat ilmu abad ke 20. pada pertengahan abad 20
perdebatan filsafat ilmu makin mendalam dan rumit
sehingga filsafat ilmu mendapat status sebagai disiplin
profesional dan mantap. Ada tiga teori di bidang fisika
yg berkembng masa ini yaitu; teori relativitas, teori
quantum, dan teori elektris. Penerapan teori-teori ini
menghasilkan teknologi persenjataan perang dan bom
atom.
Menurut Herman Koningsveld, filsafat ilmu
sebagai suatu disiplin mandiri baru lahir pada
tahun 1920 dalam kelompok Wiener Kreis
dengan tokohnya Rudolf Carnap, Hans Hanhn,
dan Otto Neurath. Kelahiran filsafat ilmu
sebagai disiplin ilmu yg mandiri krn didorong
oleh minat utk merefleksikan ilmu secara kritis
krn ekses negatif dari teknologi yg lahir dari
ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia.
2.5 Manfaat mempelajari filsafat ilmu
Di tengah perkembangan ilmu dan teknologi yg
ditandai dengan menajamnya spesialisasi ilmu,
maka filsafat semakin dibutuhkan. Sebab dengan
mempelajari filsafat ilmu, para ilmuwan semakin
sadar akan keterbatasan dirinya dan tidak
terperangkap dalam arogansi intelektual. Untuk
itu dibutuhkan sikap ilmiah yg rendah hati,
terbuka dan jujur dalam mencari kebenaran.
* Secara umum manfaat mempelajari filsafat ilmu adalah:
1) filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah,
sehingga orang menjadi kritis dalam kegiatan ilmiah.
Ilmuwan harus kritis dalam bidang ilmunya dan
menghindarkan diri dari sikap solipsistik-menganggap
pendapatnya paling benar.
2) Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji,
mengeritik asumsi dan metode keilmuan. Ilmuwan harus
menerapkan metode ilmiah sesuai dengan struktur ilmu
pengetahuan.
3) Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap
metode keilmuan. Setiap metode ilmiah yg dikembangan
harus dipertanggungjawabkan secara logis dan kritis.
BAB III
DASAR-DASAR PENGETAHUAN
• Pengetahuan manusia merupakan genus dari
ilmu. Setiap ilmu lahir dari pengetahuan, maka
ilmu merupakan species dari pengetahuan.
Namun tidak semua pengetahuan disebut ilmu.
Ilmu merupakan pengetahuan yg bersifat ilmiah,
dihasilkan melalui proses penelitian yg panjang
dgn menggunakan metode tertentu dan
menghasilkan kebenaran-kebenaran ilmiah dalam
bentuk teori-teori keilmuan. Pengetahuan dapat
merupakan proses dan hasil yg memiliki dasar-
dasar sebagai berikut;
3.1. Pengalaman; setiap pengetahuan diawali dgn
pengalaman sebagai keseluruhan peristiwa
perjumpaan dan apa yg terjadi pd manusia dalam
interaksinya dgn alam, diri sendiri, lingkungan sosial,
dan seluruh kenyataan termasuk dengan yang Ilahi.
Pengalaman ada 2 jenis yakni; 1) pengalaman primer;
pengalaman langsung persentuhan indra dgn benda-
benda konkrit di luar manusia dan peristiwa yg
disaksikannya. Saya lihat, dengar, cium dll. 2)
pengalaman sekunder;pengalaman tidak langsung atau
pengalaman reflektif mengenai pengalaman primer.
Saya sadar akan apa yg saya lihat, dengar, cium dst.
Ada 3 ciri pokok pengalaman; 1) pengalaman itu
beraneka ragam dihasilkan semua panca indra. 2)
Pengalaman berkaitan dgn obyek ttn di luar manusia
sbg subyek. Ada subyek yg mengalami dan obyek yg
dialami. 3) pengalaman terus bertambah, bertumbuh
seiring usia, kesempatan, tingkat kedewasaan.
3.2 Ingatan; Pengetahuan didasarkan pd ingatan.
Pengalaman indrawi berkaitan erat dengan ingatan.
Tanpa ingatan pengalaman tidak akan berkembang jadi
pengetahuan. Di lain pihak ingatan mengandaikan
adanya pengalaman indrawi sebagai sumbernya. Kita
ingat apa yg kita alami secara langsung atau tidak,
walau ingatan itu bisa kabur, tidak tepat,keliru.
3.3. Kesaksian; penegasan sesuatu sebagai benar
oleh saksi kejadian atau peristiwa dan diajukan
utk dipercayai. Percaya artinya menerima sesuatu
sebagai benar berdasarkan keyakinan akan
kewenangan atau otoritas orang yg bersaksi.
Pengetahuan dapat diperoleh melalui kesaksian
orang lain yg dapat dipercayai. Dalam bidang ilmu
kesaksian para ahli banyak dijadikan tumpuan
kebenaran. Ilmu pengetahuan empiris tidak akan
berkembang tanpa kesaksian yg dipercayai dari
para ahli.
3.4. Minat dan rasa ingin tahu; Tidak semua
pengalaman berkembang menjadi pengetahuan.
Untuk dapat berkembang menjadi pengetahuan,
subyek yg mengalami sesuatu perlu memiliki rasa
ingin tahu tentang apa yg dialami. Minat
mengarahkan perhatian kepada hal-hal yg dialami
dan dianggap penting. Orang meminati hal yg ia
anggap penting dan bernilai. Sedangkan rasa
ingin tahu mendorong orang utk bertanya dan
menyelidiki apa yg diminati dan menarik.
Dalam bukunya metafisika, Aristoteles
menegaskan bahwa; manusia adalah makluk
yg selalu ingin mengetahui. Hal ini nampak
dari hasrat bertanya. Seorang murid hanya
akan berkembang dalam kemampuannya utk
bertanya dan memperdalam
keingintahuannya. Rasa ingin tahu
berhubungan dgn pengalaman kekaguman
atau keheranan akan apa yg dialami,
demikian kata Plato.
Dalam pengalaman ini nampak bahwa manusia
di satu pihak sudah tahu tentang sesuatu tapi
sekaligus juga belum tahu dan ia ingin
mengetahuinya. Keingintahuan manusia tidak
terbatas. Pertanyaan yg tepat adalah langkah
awal utk memperoleh jawaban yg benar. Hanya
orang yg menyadari ketidaktahuannya yg ingin
tahu dan ia mencari jawabnya. Kesadaran inilah
yg mendorong manusia utk menambah
pengetahuannya. Penjelasan akan apa yg dialami
dapat berkembang menjadi pengetahuan.
3 .5. Pikiran dan penalaran; untuk memahami dan
menjelaskan apa yg dialami manusia perlu berpikir.
Kegiatan berpikir mengandaikan adanya pikiran.
Pengalaman dan rasa ingin tahu manusia
mengandaikan pikiran. Terdorong oleh rasa ingin tahu,
pikiran mengajukan pertanyaan yg relevan dgn soal yg
dihadapi. Kegiatan berpikir dalam arti luas lebih dari
sekedar bernalar. Tapi kegiatan pokok dari dalam
mencari pengetahuan adalah penalaran. Maka pikiran
dan penalaran mendasari dan memungkinkan
pengetahuan. Penalaran merupakan proses
bagaimanapikiran menarik kesimpulan dari hal-hal yg
sebelum sudah diketahui.
Dengan kemapuan menalarnya manusia dapat
mengembangkan pengetahuannya. Dengan
demikian manusia dapat dibedakan dari
binatang. Binatang dapat mengetahui, mengenal
lingkungannya, tapi itu terjadi karena daya
instingtualnya bukan akal. Berkat pikiran dan
penalarannya, manusia tidak hanya
menyesuaikan diri dengan lingkungan alam dan
sosial, tapi sebaliknya ia dapat mengubah
lingkungan alam dan sosial disesuaikan dengan
kepentingan dan kebutuhan hidupnya.
3.6. Logika; Kegiatan bernalar tidak lepas dari logika.
Tidak sembarang kegiatan berpikir disebut penalaran.
Penalaran adalah kegiatan pemikiran seturut asas
kelurusan berpikir atau sesuai dengan hukum-hukum
logika. Penalaran sebagai kegiatan berpikir logis belum
menjamin bahwa kesimpulan atau pengetahuan yg
dihasilkan itu benar. Misalnya dalam penalaran
deduktif, kebenaran kesimpulan sangat bergantung dari
premis-premis. Logika tetap merupakan dasar utk
memperoleh pengetahuan yg benar, sebab tanpa
logika penalaran tidak mungkin dilakukan, dan tanpa
penalaran tidak ada pengetahuan yg benar.
3.7. Bahasa; Selain logika, penalaran juga mengandaikan
bahasa. Maka bahasa juga merupakan salah satu hal yg
mendasari dan memungkinan pengetahuan. Seluruh
kegiatan berpikir manusia erat berkaitan dengan
kemampuan berbahasa. Pengetahuan manusia
diungkapkan dan dikomunikasikan dalam bentuk
bahasa. Oleh karena itu ada hubungan ketergantungan
antara pikiran dan kata maka bahasa bukan hanya
menjadi sarana mengungkapkan kebanaran yg sudah
dipastikan tetapi lebih dari itu merupakan sarana
menemukan kebanaran yg sebelumnya belum
diketahui. Berkat bahasa manusia mampu
mengembangkan pengetahuannya.
Berkat kemampuan berbahasa manusia bukan
hanya dapat mengungkapkan dan
mengkomunikasikan pikiran, perasaan dan sikap
batinnya, tetapi juga menyimpan, mengingat
kembali, mengulas dan memperluas apa yg
sampai sekarang telah diketahuinya. Selain itu,
penyimpanan dan pewarisan khazana budaya
serta pengembangannya di masa sekarang
menuju masa depan tidak dapat dilakukan tanpa
peran bahasa.
Dalam hal ini peran bahasa tertulis mempunyai keterbatasan
tapi juga kekuatannya sendiri. Berkat bahasa tertulis, buku,
majalah dan naska-naska dapat dijadikan khazana
pengetahuan yg terus mengembangakan kebudayaan
manusia. Dengan bahasa tertulis ingatan manusia
dilipatgandakan, juga pemikiran kreatif manusia semakin
ditingkatkan. Perkebangan teknologi informatika telah
melipatgandakan khazana pengetahuan manusia, bukan
hanya karena berhasil menciptakan bahasa yg memadukan
tradisi lisan dan tulisan, tapi dalam bentuk kode atau signal
dan simbol yg dengan cepat disebarkan dan ditangkap
secara elektronik di seantero jagad.
Bahasa dalam arti ini tidak hanya mendasari dan
memungkinkan pengetahuan, tapi menjadi
pengetahuan dan kebudayaan tersendiri serta berdaya
guna utk memperoleh dan mengembangkan pelbagai
jenis pengetahuan moderen.
3.8. kebutuhan hidup manusia; karena harus berinteraksi
dgn dunia dan lingkungan sosial, manusia
membutuhkan pengetahuan. Maka kebutuhan hidup
dapat menjadi faktor yg mendasari dan mendorong
perkembangan pengetahuan. Dalam arti ini kegiatan
mengetahui merupakan bagian hakikih dari cara
berada manusia; knowing is a model of being.
Berbeda dengan binatang yg secara fisik sudah
dilengkapi dengan daya-daya tertentu utk
membela diri, manusia mempunyai kekuatan fisik
yg relatif lemah. Tapi berkat pikirannya manusia
dapat belajar memperoleh pengetahuan dan
mengajarkannya kepada generasi berikutnya.
Sebagai sarana yg dibutuhkan utk hidup bagi
manusia, pengetahuan juga merupakan suatu
strategi, alat, dan kebijakan manusia dalam
berinteraksi dengan dunia dan lingkungan sosial.
SUMBER PENGETAHUAN
* Berdasarkan sumber dari mana pengetahuan itu
diperoleh dan bagaimana cara memperolehnya
maka dapat ditemukan 4 aliran filsafat yg
membangun pandangannya;
1. Rasionalisme; Aliran ini berpendapat bawah
pengetahuan yg benar bersumber dari rasio-akal
budi. Pengetahuan lahir dari rangkaian penalaran
akal yg lebih menggunakan penalaran deduktif.
Tokoh-tokoh aliran ini adalah; Rene Descartes,
Baruch Spinoza, Leibniz. Menurut mereka
Manusia lahir dengan membawa idea
inate=ide bawaan yakni ide tentang jiwa, Allah
dan keluasan. Karena itu ada proposisi
umum(general proposition) yg dikenal sebagai
proposisi keniscayaan yg bisa diverifikasi
kebenarannya.
2. Empirisme; Aliran ini berpendapat bahwa
pengetahuan yg benar hanya diperoleh dari
pengalaman yg menghasilkan pengetahuan
indrawi. Pengetahuan ini dihasilkan dari metode
induksi yg bertolak dari pengalaman empiris.
Tokoh terkenal adalah; Jhon Locke, Thomas
Hobbes, David Hume. Menurut Jhon Locke,
proses pengetahuan terjadi dalam teori tabula
rasa; dimana manusia lahir sebagai kertas putih
yg kosong. Pada awalnya manusia lahir tanpa
pengetahuan apapun, dengan pengalaman
empiris jiwa manusia terisi dgn pengetahuan.
Menurut David Hume; manusia tidak mempunyai
pengetahuan bawaan. Sumber pengetahuan adalah
pengalaman yg diperoleh melalui pengamatan indrawi.
Pengamatan memberikan dua hal yakni; kesan-kesan
dan pengertian atau ide-ide.
3. Kritisisme; aliran ini beriktiar utk mendamaikan
raisionalisme dan empirisme tapi malah melahirkan
aliran baru yakni kritisisme dan kemudian melahirkan
idealisme. Usaha utk mendaikan dgn menunjukan
bahwa peranan budi besar dalam jenis pengetahuan a
priori baik analisis maupun sintetis. Dan peranan
pengalaman besar dalam pengetahuan aposteriori.
Kant dalam hal ini membedakan 3 jenis
pengetahuan yakni; 1) pengetahuan analitis;
dimana predikat sudah termuat dalam subyek.
Misalnya; lingkaran itu bulat. 2) pengetahuan
sintesis aposteriori; predikat dihubungkan dgn
subyek berdasarkan pengalaman indrawi.
Misalnya; hari ini sudah hujan. Pernyataaan ini
hasil observasi indra. 3) Pengetahuan sintesis
apriori; akal dan pengalaman dibutuhkan
serentak. Mis 10+5=15.
4. Positivisme; aliran ini meyakini bahwa
pengetahuan bertitik pangkal pd apa yg sudah
diketahui, yg faktual, yg positif, dan
menyangkal semua yg tidak berdasarkan fakta
atau kenyataan. Dengan demikian metafisika
ditolak. Apa yg kita ketahui secara positif
adalah segala gejala yg tampak. Fakta-fakta
dan data-data bisa dikonfrontir diverifikasi dan
memberikan pengetahuan baru.
Tokoh positivisme adalah Auguste Comte.
Menurutnya perkembangan pikiran manusia
melalui 3 tahap yakni; 1) tahap teologis;
pengetahuan manusia didasarkan pd keyakinan.
Orang masih percaya pd kemungkinan adanya
pengetahuan yg mutlak berdasarkan otoritas ttn.
2) Tahap metafisika; pengetahuan merupakan
hasil abstraksi atas kekuatan abstrak metafisis yg
tak terjangku akal budi. 3) tahap positif;
pengetahuan dihasilkan dari pengalaman indrawi
yg disusun dgn menemukan hukum-hukum
kesamaan dan urutan yg terdapat pd fakta-fakta.
5. Intuisi; Menurut Henry Bergson intuisi
adalah sebuah kemampuan utk menangkap
pengetahuan secara langsung dan merupakan
hasil evolusi pemahaman tertinggi pd
manusia. Kemampuan ini mirip insting tapi
berbeda karena bersumber pd kesadaran dan
kebebasan manusia.
Menurut Jujun S. Suriasumantri, intuisi bersifat
personal, tidak dapat diramalkan dan sebagai
sumber pengetahuan yg teratur, intuisi tidak
dapat diandalkan. Ia hanya bisa digunakan
sebagai hipotesis bagi analisis selanjutnya. Intuisi
dan analisis bisa bekerja saling membantu dalam
menemukan kebenaran. Intuisi diperoleh melalui
permenungan dan penyinaran dari Tuhan. Maka
intuisi merupakan pengetahuan hasil pencerahan
dan dipandang sebagai sumber pengetahuan.
6. Wahyu; Pengetahuan yg bersumber pd wahyu
bersumber pd kitab suci. Dalam kitab suci
ditemukan sumber-sumber pengetahuan yg
menjadi cikal bakal ilmu pengetahuan seperti;
teologi, moral dan agama.
JENIS-JENIS PENGETAHUAN
* Pengetahuan dapat dicermati jenisnya dari
sudut pandang; tingkatan, fungsi dan sejarahnya.
Menurut Plato dari tingkatannya pengetahuan
dapat dibagi menjadi 4 macam yakni;
1. Pengetahuan ekasia/khayalan; tingkatan
pengetahuan yang dihasilkan dari bayangan/gambaran.
Isi pengetahuan ini adalah impian keindahan hidup;
punya uang banyak, rumah mewah dll. Tingkatan
pengetahuan ini paling rendah.
2. Pengetahuan pistis/substansial; jenis pengetahuan
yang obyeknya adalah hal-hal yang tampak oleh panca
indra. Isi pengetahuan mendekati suatu
keyakinan/kepastian. Pengetahuan ini mengandung
nilai kebenaran kalau semua indra berfungsi baik.
3. Pengetahuan Dianoya/matematika; obyek
pengetahuan ini baik berupa fakta yg tampak, juga
terletak pada cara berpikirnya. Pengetahuan ini
menyelidiki geometri yg isinya mengenai gambar-
gambar, diagram baik kuantitas, maupun jumlah, luas,
isi yg merupakan kesimpulan hipotesis.
4. Pengetahuan noesis/filsafat; pengetahuan tertinggi yg
obyeknya adalah arche/prinsip-prinsip
ontologis/metafisik dan epistemologis yg oleh
hakekatnya menurut Plato disebut IDE. Ide adalah
realitas sesungguhnya yg merupakan prinsip segala
sesuatu yakni; kebaikan, kebenaran dan keadilan.
* menurut Aristoteles; pengetahuan obyeknya
harus dapat diamati secara faktual melalui indra
yg merangsang akal budi atau pikiran yg dapat
mengolah, menarik kesimpulan. Karena itu bagi
Aristoteles pengetahuan selalu bersifat rasional.
Jenis-jenis pengetahuan;
1. Pengetahuan produksi/seni
2. Pengetahuan praktis;etika, ekonomi, politik
3. Pengetahuan teoretis; filsafat, metematika,
metafisika.
BAB IV
LANDASAN ILMU DAN TEORI
KEBENARAN
*4.1. Landasan ilmu
Ibarat bangunan ilmu pengetahuan memiliki fundasi
dan rangka dasar yg membentuk bangunan ilmu.
Menurut pandangan filsafat hakekat ilmu dapat
diteropong dari landasan ontologis, epistemologis dan
aksiologis.
4.1.1. Ontologis; ontologi adalah salah satu cabang
filsafat yg mempelajari hakekat ada; atau apa yg
dikaji/dipelajari. Ilmu mempelajari hakekat dari suatu
realitas yg ada; being as being/ada sebagai sebagai yg
ada; ada sebagai realitas yg paling umum/mendasar.
salah satu bagian dari ontologi adalah metafisika yg
mempelajari realitas ada yg melampaui kenyataan fisik
sebagai realitas yg paling dalam.
menurut Jujun S. Suriasumantri; dasar ontologi ilmu
membahas apa yg, menjadi bidang telaah atau obyek
ilmu-ilmu. Obyek ilmu adalah sesuatu yg dipelajari,
diamati, diteliti serta dibahas sebagai inti/pokok
bahasan. Obyek ilmu dalam hal ini sesuatu yg ada,
diindrai dan diamati oleh panca indra manusia. Ilmu
mempelajari obyek empiris, termasuk semua gejala,
fenomena, peristiwa yg ada.
• Obyek empiris itu memiliki tiga asumsi yakni;
1. obyek ilmu memiliki keserupaan dalam bidang
tertentu yg dpt diklasifikasi atau
digolongkan(gejala alam/fisik dan gejala
sosial/kemanusiaan.
2. Obyek ilmu secara relatif tetap/lestari;
mengalami perubahan dalam jangka waktu
tertentu. Tidak berubah setiap saat.
3. Obyek ilmu bersifat deterministik/ditentukan
oleh hukum tertentu; kausalitas dan memiliki
konotasi probabilistik/kemungkinan/peluang.
• Obyek ilmu adalah hakekat ada dan menyangkut
aspek material dan formal. Obyek material yakni
hal fisik/materi yg dikaji/diteliti dan hal
forma/sudut pandang/perspektif/sisi pandang
utk melihat obyek. Misalnya manusia yg sama
dipandang secara berbeda oleh ilmu-ilmu sosial.
Misalnya ilmu sosiologi memandang manusia
hanya dari aspek interaksinya, ilmu ekonomi
darari aspek aktivitas ekonomi utk memenuhi
kebutuhannya, ilmu politik hanya dari aspek
aktivitas politik utk sebuah kepentingan dll. Dari
segi ini semua ilmu bersifat aspektual.
• Dari aspek hakekat apa yg dikaji; ditemui aliran-aliran
yg berbeda dalam memahami hakekat ada yakni; 1)
aliran monisme; hakekat apa yg dikaji itu bersifat
monistik; hanya satu hal inti saja, tidak mungkin dua.
Aliran ini melahirkan materialisme(hanya materi) dan
idealisme(hanya ide). 2) aliran dualisme; hakekat ada
itu ada dua; yakni yg bersifat fisik/kebendaan dan yg
bersifat rohani(akal budi)Obyek kebendaan yg
melahirkan pengetahuan a posteriori(pengalaman
indrawi) dan obyek rohani melahirkan pengetahuan a
priori(akal). 3) aliran pluralisme; hakekat ada yg dikaji
bersifat plural/banyak unsur yg terkandung dalam ada.
4) Nihilisme; paham ekstrim yg menyangkal
hakekat ada dari segala sesuatu. Aliran ini
menyengkal bahwa; tidak ada sesuatupun yg
eksist krn realitas sebenarnya tidak ada. Bila
sesuatu ada maka hal itu tidak dapat diketahui.
Dan bila sesuatu itu bisa diketahui namun ia tidak
dapat dikomunikasikan. 5) agnotisisme; aliran ini
mengabaikan kemampuan manusia utk
mengetahui hakekat benda dan roh. Mereka
menyangkal kenyataan yg bersifat transenden.
• Ada juga aliran yg menafsir hakekat metafisika sebagai
cabang filsafat yg berhubungan dengan hakekat alam
semesta sebelum lahirnya kosmologi yakni; 1) aliran
supernaturalisme yg menafsirkan realitas adanya
wujud yg bersifat gaib/supernatural. Aliran ini
melahirkan animisme dan dinamisme. 2) aliran
naturalime; meyakini bahwa gejala alam tidak
disebabkan oleh sebuah kekuatan yg melampaui alam
tetapi oleh kekuatan yg ada dalam alam. Aliran ini juga
disebut naturalisme. 3) aliran mekanistik; memandang
manusia dan alam semesta merupakan gejala fisika
semata. 4) vitalistik; berpendapat bahwa hidup adalah
unik dan berbeda scr substantif dgn proses kimia-fisika.
4.1.2 Epistemologi; cara mendapatkan pengetahuan
yg benar.
• Epistemologi dipahami sebagai cabang filsafat yg
mempelajari; sumber, struktur, metode, batas
dan validitas pengetahuan. Epistemologi
mengkaji proses utk memperoleh pengetahuan
yg benar. Dan ilmu adalah pengetahuan yg
didapat melalui metode ilmiah.
• Menurut Jujun S. Suriasumantri; dari aspek
sejarah diketahui ada dua pola/cara memperoleh
pengetahuan yakni; rasionalisme dan empirisme.
Rasionalisme yg melahirkan metode
penalaran deduktif dan metode penelitian
kualitatip krn bertolak dari pengetahuan a
priori dalam akal menuju ke pengalaman
khusus dan empirisme yg melahirkan metode
penalaran induktif dan metode penelitian
kuantitatif krn bertolak dari pengetahuan
aposteriori yakni pengamatan data konkrit dan
khusus menuju ke pernyataan yg
umum/universal.
• Secara epistemologis, berpikir ilmiah merupakan
gabungan antara cara berpikir rasional yg menghasilkan
hipotesis dan cara berpikir empiris yg melalui verifikasi
berdasarkan data melakukan pengujian atas kebenaran
hipotetis tsb. Metode ilmiah yg menghasilkan
pengetahuan yg bersifat logis dan teruji dgn jembatan
pengajuan hipotetis dan disebut; metode logico
hipotetico-verifikative atau metode deducto-
hypotetico-verifikatif.
• Menurut J. Sudarminta; ada 3 macam epistemologi;
1) epistemologi metafisis 2) epistemologi skeptis, 3)
epistemologi kritis.
4.1.3 Aksiologi; nilai kegunaan; teori tentang nilai. Nilai
berkenaan dgn apa yg baik, yg menarik dan bagus.
Menurut Jujun S. Suriasumantri; aksiologi dalam
konteks ilmu yakni nilai kegunaan pengetahuan ilmiah.
Aksiologi adalah teori nilai yg berkaitan dgn kegunaan
pengetahuan yg diperoleh. Berkaitan dgn proses
menghasilkan ilmu dan bagaimana penerapan konsep
ilmu yg abstrak dalam bentuk yg konkrit seperti
teknologi utk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Ilmu memiliki nilai guna yg bisa berdampak positip
atau negatif bagi hidup manusia, tergantung dari
pemaknaannya.
• Menurut Bamel, aksiologi ilmu berhubungan dgn 3 bidang
yakni;
1. Bidang moral; ilmu dihasilkan dan dimanfaatkan dengan
memperhatikan soal moral yg melahirkan persoalan etika
keilmuan.
2. Bidang estetika; proses keilmuan menyentuh aspek
ekspresi keindahan yg terkandung dalam rasa manusia. Soal
ini melahirkan aspek estetika ilmu(seni menghasilkan ilmu
dgn metode ttn).
3. Bidang sosial politik; dalam proses melahirkan dan
menggunakan ilmu, selalu ada kaitan antara ilmu yg
dihasilkan dan realitas sosial dan yg melingkupinya.
4.2. Teori kebenaran ilmiah
Ilmu dihasilkan dalam proses penelitian dan
pembuktian ilmiah dengan tujuan untuk
memperoleh kebenaran. Maka kebenaran yg
dicari adalah kebenaran yang bersifat obyektif
dan bukan subyektif. Bukan kebenaran yg
dibayangkan dalam akal subyektif seseorang,
melainkan kebenaran yang dibuktikan
kebenarannya dalam kenyataan empirik,obyektif
dan terukur.
• Ada beberapa teori kebenaran yg didasarkan pada
aspek tinjauannya;
1. Teori koherensi; menurut teori ini suatu
pernyataan/proposisi dianggap benar bila pernyataan
itu bersihat koheran atau konsisten dengan pernyataan
sebelumnya. Contoh; matematika merupakan bentuk
pengetahuan yg pembuktian penyusunanya didasarkan
pada teori koherensi. Dengan beberapa aksioma
disusun teorema dan di atas teorema dikembangkan
kaidah-kaidah yg secara keseluruhan merupakan sistim
yg konsisten.
2. Teori korespondensi/persesuaian; menurut teori ini
pernyataan dianggap benar bila materi pengetahuan yg
dikandung dalam pernyataan itu
berkorespondensi,berhubungan,sesuai, dengan obyek
yg dituju oleh pernyataan itu. Atau dkl pernyataan itu
sesuai dengan fakta. Mis. Ibu kota negara republik
Indonesia adalah Jakarta(benar). Teori ini berasal dari
Aristoteles; ada itu ada dan tidak ada itu tidak ada.
3. Teori pragmatis; suatu pernyataan dianggap benar
jika pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam
kehidupan manusia. Kebenaran pragmatis digunakan
oleh ilmuwan dalam menentukan kebenaran ilmiah
dari perspektif waktu.
4. Teori kebenaran semantik; suatu pernyataan/proposisi
dianggap benar apabila pernyataan itu sesuai dengan arti
dan maknanya dari segi bahasa dan memiliki referensi yg
jelas. Contoh etimologi kata filsafat.
5. Teori kebenaran sintaksis; suatupernyataan atau
proposisi dianggap benar apabila pernyataan itu sesuai
dengan tata bahasa atau gramatika.
6. Teori kebenaran non-deskripsi; suatu pernyataan atau
proposisi dianggap benar apabila pernyataan itu fungsional
dalam praktek kehidupan manusia. Jadi kriteria kebenaran
dari teori ini adalah peran dan fungsi dalam praktek hidup
sehari-hari.
7. Teori kebenaran logis; suatu pernyataan/proposisi
dianggap benar apabila pernyataan itu mempunyai
hubungan sebab akibat yg dapat
dipertanggungjawabkan.
Cara penemuan kebenaran;
Menurut Hartono Kasmadi ddk, penemuan kebenaran
terjadi melalui beberapa cara;
a. Penemuan secara kebetulan; berlangsung tanpa
sengaja dan tanpa direncanakan. Terjadi secara pra
ilmiah, natural/alamiah dgn bantuan kemampuan
bawaan; akal budi menemukan wujud tertinggi.
b. penemuan coba-coba dan ralat; trial and error;
penemuan kebenaran tanpa kepastian
pembuktian ilmiah. Penemuan itu terjadi scr
coba-coba dan ralat berulang kali. Mis penemuan
obat herbal dari daun akar dll.
c. Penemuan melalui otoritas/kewibawaan;
penemuan kebenaran didasarkan pada pendapat
orang yg mempunyai kedudukan dan kekuasaan,
walau tidak didasarkan pd pembuktian ilmiah.
Cara ini tetap dipakai utk meransang penemuan
yg baru.
d. Penemuan kebenaran lewat cara berpikir kritis
rasional; penemuan ini dihasilkan oleh penalaran
akal budi manusia krn ia mengembangkan daya
pikirnya secara kritis logis dan sistimatis.
e. Penemuan kebenaran melalui penelitian
ilmiah; bentuk penemuan ini merupakan
kelanjutan dari cara berpikir kritis-rasional yg
dikemas dalam suatu langkah metode penelitian
ilmiah utk menjamin obyektivitas yaitu logis dan
koheren dijauhi dari unsur subyektivitas.
BAB V
ILMU DAN ETIKA KEILMUAN
5.1 Pengertian
secara umum ilmu pengetahuan adalah; himpunan
pengetahuan yg sistimatis dgn berbagai hipotesis yg
telah dibuktikan kebenarannya secara valid atau sah
menurut kaidah ilmiah.
Menurut Archie J. Bann yg dikutip oleh Koento Wibisono,
dari defenisi ini muncul 6 komponen yakni;
1. Masalah/problem ilmiah(scientific problem); yakni
sesuatu yg harus dikomunikasikan/dipecahkan, dicari
jalan keluarnya/dijelaskan,dipahami. Maka karakter
masalah adalah communicability.
2. Sikap ilmiah(scientific attitude); mencakup rasa
ingin tahu tentang bagaimana sesuatu itu ada,
bagaimana sifatnya, dan bagaimana dihubungkan
dgn sesuatu yg lain. Ilmuwan harus mempunyai
hasrat dan usaha utk mencoba memecahkan
masalah melalui hipotesis yg diusulkan. Bertindak
obyektif, sabar dalam observasi, bersikap
bijaksana berdasarkan bukti-bukti yg
dikumpulkan utk mendapatkan penemuan
kebenaran yg bersifat tentatif.
3. Metode ilmiah; merupakan essensi dari ilmu karena
metode ilmiah menentukan karakter keilmuan suatu
ilmu yaitu bahwa ilmu harus bisa diuji(testable).
4. Aktivitas ilmiah; melalui penelitian ilmiah yg
mencakup dua aspek yakni; induvidual, aktivitas
seorang ilmuwan dan aspek sosial yakni bahwa ilmu
merupakan aktivitas yg tak pernah berakhir.
5. Kesimpulan; dalam komponen ini ilmu dipahami
sebagai himpunan pengetahuan yg merupakan hasil
pemecahan masalah yakni pembenaran sikap ilmiah,
metode ilmiah dan aktivitas ilmiah.
6. beberapa pengaruh/effects; ilmu mempunyai
pengaruh yg dibatasi oleh dua penekanan yaitu;
pengaruh ilmu terhadap lingkungan/ekologi dan
disebut ilmu terapan dan pengaruh ilmu terhadap
masyarakat yg dibudayakan menjadi berbagai
nilai.
Menurut The Liang Gie ada tiga pemahaman dasar
tentang ilmu yakni;
1. Ilmu sebagai produk pengetahuan yakni ilmu
adalah kumpulan pengetahuan secara sistimatis
dan merupakan produk dari penelitian ilmiah.
2. Ilmu dalam pengertian aktivitas atau proses. Itu berarti
ilmu sebagai aktivitas/proses yg bersifat manusiawi dan
mengarah kpd tujuan tertentu yakni menemukan
kebenaran yg pasti dan dpt dipertanggungjawabkan.
3. Ilmu dalam pengertian sebagai metode; ilmu dalam
pengertian ini mengandung prosedur metode ilmiah, yakni
suatu rangkaian cara yg mewujudkan pola tetap utk
memperoleh pengetahuan ilmiah. Metode ilmiah
berhubungan dgn teknik dan prosedur utk memperoleh
pengetahuan ilmiah. Dalam hal ilmu merupakan suatu
metode/cara khusus utk belajar secara ilmiah. Metode
ilmiah terdiri atas unsur dan langkah-langkah;
• Unsur-unsur metode ilmiah:
- Pengamatan/observasi, - percobaan, pelukisan, -
penggolongan, - pengukuran, -
perumuman/generalisasi, - penjelasan, -
peramalan, - penilaian, - pengendalian,-
perbandingan, - deduksi, - induksi.
• Langkah-langkah:
1. Penentuan masalah, 2. perumusan hipotesis, 3.
pengumpulan data, 4. penarikan kesimpulan, 5.
pengujian hipotesis.
• Pengertian ilmu sebagai; pengetahuan/produk,
ilmu sebagai aktivitas/proses, ilmu sebagai
metode disebut sebagai dimensi trikotomi.
Dimensi trikotomi menunjukkan bahwa tiga
pengertian ilmu saling berkaitan erat. Ilmu
sebagai pengetahuan/produk merupakan hasil
ilmu sebagai aktivitas/proses ilmiah dan
penyelidikan ilmiah selalu menggunakan metode
ilmiah. Di sini ada; metode ilmiah, penelitian
ilmiah dan pengetahuan ilmiah.
5.2. Struktur ilmu;
Menurut Jujus S. Suriasumantri struktur ilmu
merupakan satu sistim yg terdiri atas komponen yg
berhubungan satu sama lain. Komponen utama itu
adalah:
1. Perumusan masalah; hakekat masalah adalah
kesenjangan antara apa yg ada dalam pikiran/ideal (da
sollen) dan apa yg ada dalam kenyataan/yg kita lihat(
da sein).
2. Pengamatan dan deskripsi; berkaitan dengan
klasifikasi, penamaan dan penataan sifat-sifat tertentu
dari obyek riset.
3. penjelasannya berupa jawaban atas pertanyaan
penelitian. Penjelasan atas pertanyaan riset itu dalam
jawaban ilmu dapat berupa; penjelasan deduktif(abstraksi),
penjelasan probabilistik(kemungkinan), penjelasan
genetis(menjawab pertanyaan sebelumnya) dan penjelasan
fungsional(tempat dan obyek).
4. Ramalan dan kontrol, terkait dengan keragaman ilmu yg
menyebabkan berbagai cara dalam mengemukakan
ramalan dan kontrol dalam menentukan validitas hipotesis
yg diajukan. Ilmu meramalkan apa yg akan terjadi
berdasarkan; hukum kausalitas, proyeksi apa yg akan
terjadi berdasarkan kejadian yg sudah pernah ada, dan apa
yg dihadapi manusia dan masyarakat, tahapan
perkembangan, membayangkan apa yg mungkin terjadi.
• Menurut The Liang Gie; struktur ilmu merupakan
keterkaitan antara komponen yg mencakup:
a. obyek material; persoalan pokok yg
dikaji(subject matter). Obyek material yg sama
bisa dipandang secara berbeda dari obyek formal.
Misalnya ilmu biologi dan psikologi memandang
manusia yg sama.
b. obyek formal; sudut pandang/fokus
perhatian(focus interest) yg membedakan cabang
ilmu yg satu dengan yg lain.
Bentuk pernyataan dalam dunia ilmu mencakup;
a. deskripsi; pernyataan Ilmu yg
menjelaskan/mendeskripsikan sesuatu dengan
menunjukkan urut-urutan/susunan, peran dll.
b. Preskripsi; pernyataan ilmu yg memberikan petunjuk yg
mengandung nilai seharusnya(mis; cara mengajar yg baik).
c. Eksposisi pola; pernyataan ilmu yg memaparkan pola
dalam sekumpulan sifat, ciri dan kecenderungan proses
dari suatu fenomena yg ditelaah.
d. Rekonstruksi historis; pernyataan ilmu yg
menggambarkan/menceritakan dengan penjelasan dan
alasan.
Ragam proposisi; dalam ilmu ada pula ragam
proposisi/pernyataan yg didasarkan pd cabang ilmu dan
obyek formal;hakekat apa yg dikaji;essensi dasar ilmu dan
metode ilmiah. Maka ditemui tiga proposisi dasar:
1. Asas ilmiah; proposisi(prediktif) yg mengandung
kebenaran umum berdasarkan fakta yg diamati. Asas ilmiah
berlaku dalam ilmu alam. Mis. ilmu astronomi;makin dekat
planet ke matahari, makin pendek peredarannya. Atau ilmu
sosial; organisasi yg baik memilki AD/ART.
2. Kaidah ilmiah; proposisi(prediktif)yg mengungkapkan
hubungan tertib antar fenomena yg telah teruji
kebenarannya. Mis hukum gravitasi Newton, Hukum Boyle
dll.
3. Teori ilmiah(proposis yg meramal); serangkaian
proposisi yg secara logis memberikan penjelasan
mengenai fenomena yg telah teruji kebenarannya.
Tujuan akhir ilmu adalah mencapai teori-teori yang
adalah; sekumpulan proposisi/pernyataan yg
mencakup konsep-konsep tertentu yg saling
berhubungan. Konsep sebagai simbol yg bermakna
atau mengandung pengertian yg ada pd alam
numenon= alam ide yg imajinatif. Dan obyek yg diwakili
berada di alam phenomenon=fakta aktual yg indrawi.
Konsep dalam alam imajinasi ada yg abstrak ada pula
yg kongrit.
Ciri –Ciri Pokok Ilmu: mencakup 6 ciri esesnsial yaitu; 1)
Rasionalitas; ilmu sebagai pengetahuan ilmiah bersumber
pd pemikiran rasional, mematuhi hukum logika. 2)
obyektivitas; ilmu mencari dan menemukan kebenaran yg
obyektif berdasarkan penalaran logis dijauhkan dari unsur
subyektif. 3) Verifikabilitas atau testable; pengetahuan
ilmiah harus dapat diuji ulang kebenarannya, diteliti oleh
ilmuwan lainnya. 4) sistimatis; kajian yg dihasilkan besifat
teratur menurut suatu urutan logis yg dapat dipertanggung
jawabkan. 5) Keumuman/generality; merujuk pada kualitas
pengetahuan ilmiah yg merangkum fenomena dgn konsep
yg umum dalam membahas obyek kajian. 6). Komunalitas;
hasil pengkajian dapat diterima dan menjadi milik
publik/umum.
Klasifikasi Ilmu:
Sejak revolusi kimia di abad ke 7 sampai sekarang
ilmu berkembang pesat. Muncul cabang-cabang
ilmu baru. Maka muncul soal bidang ilmu yg
beraneka ragam. Di dalamnya ada masalah
penggolongan dan klasifika ilmu yg bermakna
menentukan batas-batas serta hubungan antar
ilmu. Ada banyak pengelompokan ilmu, yg
menggambarkan obyek, metode yg
menggambarkan hakekat ilmu.
Ada banyak cara pengelompokan ilmu,namun
yg diterima umumnya yakni; kelompok ilmu
menurut obyeknya ditemui ilmu alam dan dan
ilmu sosial. Ada juga pengelompokan ilmu
berdasarkan sifatnya; ada kelompok ilmu
teoretis dan ilmu praktis. Ada juga kelompok
ilmu menurut kegunaannya; ada ilmu murni
dan terapan.
5.2. Etika Keilmuan
Pada hakekatnya ilmu (baik sebagai aktivitas
maupun produk dan metode) tak mungkin
terpisahkan dari aspek etik/moral. Manusia yg
berpikir, meneliti dan menemukan kebenaran
ilmiah adalah manusia yg berkesadaran moral,
maka dengan sendirinya ilmu yg dihasilkannya
harus memiliki dimensi etis yakni soal kebebasan
berpikir ilmiah dan tanggung jawab ilmiah dalam
menghasilkan dan menggunakan ilmu.
Kebebasan utk meneliti kebenaran ilmu melahirkan
sikap tangggung jawab utk rendah hati, jujur, terbuka
setia dan tekun dalam menghasilkan ilmu dan
teknologi. Demikian juga kebebasan dalam
menggunakan ilmu dalam wujud teknologi harus
diikuti dengan tanggung jawab moral dan sosial dalam
mewujudkan perubahan dan perkembangan manusia
seutuhnya dan seluruhnya. Ilmu dan teknologi harus
menjadi sarana memanusiakan manusia dan bukan
sebaliknya merendahkan martabat manusia. Sikap
disiplin diri dalam penggunaan ilmu merupakan wujud
tanggung jawab kepada diri,sesama, lingkungan dan
Tuhan pemberi kehidupan.
• Sikap dan tanggung jawab ilmuwan menyangkut
dua hal yakni;
1. tanggung jawab profesional yg menuntut
seorang ilmuwan untuk membangun sikap belajar
mencintai ilmu dan kebenaran demi
pengembangan ilmu dan kebenaran yg
mengarahkan sikap profesionalisme dan bukan
sikap menjadikan ilmu hanya sebagai alat untuk
mencari kepentingan sesaat seperti uang, barang
material.
2. Tanggung jawab sosial; menyangkut
pertanggungjawaban ilmuwan terhadap
masyarakat. Ilmu dipelajari bukan hanya untuk
memenuhi kepentingan pribadi, melainkan
juga untuk menjadikan ilmu sebagai sarana
pelayanan kepada semua masyarakat yg
membutuhkan pertumbuhan dan
perkembangan.
BAB VI
SARANA BERPIKIR ILMIAH
• Pada dasarnya sarana berpikir ilmiah merupakan alat
membantu pelaksanaan kegiatan ilmiah secara
menyeluruh dan memungkinkan pengkajian ilmiah.
Untuk kegiatan berpikir ilmiah diperlukan sarana
berupa; bahasa, logika, matematika dan statistika.
6.1. Bahasa; Peranan bahasa dalam dunia keilmuan
menjadi sangat penting karena orang hanya mungkin
berpikir dengan menggunakan bahasa sebagai simbol
pengungkapan pikiran. Tanpa bahasa kegiatan berpikir
secara kritis logis dan sistimatis tidak mungkin
dilakukan.
Bahasa dapat menjadi sarana berpikir ilmiah
karena bahasa merupakan sistim tanda-tanda
yang memenuhi syarat; 1) dibuat oleh
manusia. 2). Mengabdi kepada komunikasi
antar manusia. 3). Diterima dalam
masyarakat. 4). Terdiri atas bunyi, dan tanda-
tanda yg mengandung pengertian.
Fungsi bahasa sebagai pernyataan pikiran dan
perasaan dalam berkomunikasi mencakup;
1). Fungsi ekspresif atau emotif; bahasa
mengungkapkan perasaan, misalnya rasa takut,
takjub dll. 2). Fungsi afektif/praktis; bahasa dapat
menimbulkan efek psikologis terhadap orang lain
dan mempengaruhi motivasi dan tindakan. 3).
Fungsi simbolik. Bahasa selalu menyimpan, arti,
pesan dan makna. Fungsi simbolik berhubungan
dengan fungsi logik dan komunikatif karena
dalam simbol terkandung arti bukan hanya utk
mengungkap fakta, tetapi juga menyampaikan
informasi kpd orang lain.
Fungsi simbolik dikategorikan dalam bahasa
ilmiah karena komunikasi ilmiah
mengharuskan bahasa yg ilmiah jelas,
obyektif, tidak mengandung bahasa yg emotif
dan afektif. Bahasa ilmiah harus jelas arti dan
maknanya bersifat padat dalam arti dan
makna diungkapkan secara tegas dan lugas.
Penggunaan tata bahasa yg benar merupakan
syarat mutlak bagi komunikasi ilmiah.
6.2. Logika; cabang filsafat yg mempelajari
penalaran pikiran manusia menurut azas-azas,
hukum-hukum berpikir demi mencapai
kebenaran, kelurusan jalan pikiran. Menurut
Aristoteles logika adalah ilmu dan kecakapan
untuk berpikir lurus, benar tepat sesuai hukum-
hukum pemikiran. Untuk dapat berpikir secara
ilmiah maka logika berperan penting dalam
menata kerangka berpikir dan berargumentasi
sehingga menghasilkan jalan pikiran yg kritis logis
dan sistimatis, dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.
Logika memiliki 3 kegiatan utama yakni ; 1).
Membentuk pengertian. 2) membentuk putusan. 3)
membentuk kesimpulan dan sillogisme.
6.3. Matematika; Menurut Howard Fehr; “matematika
adalah ratu sekaligus palayan ilmu”. Matematika
disebut ratu ilmu karena merupakan bentuk tertinggi
dari logika, dan sebagai pelayan matematika tidak
hanya membantu mengorganisir ilmu agar bersifat
logis, melainkan juga membantu ilmu menemukan
alternatif dalam mengukur dan menghitung realitas
dengan model-model yg ditawarkan.
Matematika merupakan bahasa simbolis yg
kebenarannya tidak ditentukan oleh pembuktian
empiris, melainkan melalui penalaran deduktif;
bertolak dari realitas paling umum/abstrak/aksioma,
teorema, dalil. Rumus dll, untuk menemukan realitas
yg spesifik/khusus/empirik.
Fungai matematika sebagai sarana berpikir ilmiah;
1). Matematika sebagai bahasa simbol dapat mengurangi
kelemahan bahasa verbal yg kabur, mengandung
banyak arti, dan emosional. Bahasa matematika;
artifisial, pasti/eksakt,singkat dan jelas.
2). Matematika diperlukan semua ilmu untuk
meningkatkan prediktibilitas dan kontrol dari
ilmu-ilmu.
3). Matematikan membuka ruang bagi ilmu-ilmu
dalam perhitungan numerik untuk pengukuran
kuantitatip.
6.4. Statistik; sarana berpikir ilmiah yg menyajikan
angka-angka dalam memahami dan menjelaskan
realitas untuk mencapai kebenaran. Statistik
adalah bidang ilmu yg memberi arti pada
lambang, formula dan teorema.
Perbedaan statistik dengan matematika
terletak pada penalaran. Matematika
memakai penalaran deduktif dan statistik
menggunakan penalaran induktif.

Anda mungkin juga menyukai