Fakultas Kedokteran
Disusun Oleh :
1021010016
Pembimbing :
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya saya
dapat menyelesaikan tugas referat pada Kepaniteraan Klinik Bagian Anestesi berjudul
direncanakan. Referat ini dibuat untuk memenuhi persyaratan ujian kepanitraan klinik
menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan referat ini tidak akan tercapai tanpa
bantuan pihak-pihak yang membantu dalam penyusunan referat ini. Oleh karena itu,
1. dr. Budi Yulianto Sarim, Sp. An (K) selaku kepala SMF bagian Ilmu Anestesi
RSUD. Prof. dr. W. Z. Johannes yang telah memberikan waktu, bimbingan serta
membagikan ilmu dan pengetahuan dalam proses belajar di SMF bagian Ilmu
membagikan ilmu dan pengetahuan dalam proses belajar di SMF bagian Ilmu
Anestesi RSUD. Prof. dr. W. Z. Johannes serta meluangkan waktu, tenaga dan
3. dr. I Made Artawan, M.Biomed, Sp.An yang telah membimbing penulis selama
proses belajar di SMF bagian Ilmu Anestesi RSUD. Prof. dr. W. Z. Johannes.
2
4. dr. Harry Sp.An yang telah membimbing penulis selama proses belajar di SMF
5. dr. Frans Hommalesy, Sp.An yang telah membimbing penulis selama proses
6. Seluruh staf dan karyawan Instalasi bagian Ilmu Anestesi RSUD. Prof. dr. W.Z.
Johannes yang telah membantu dalam proses belajar di di SMF/Bagian Ilmu Anestesi
7. Teman-teman dokter muda di SMF/Bagian Ilmu Anestesi RSUD. Prof. dr. W.Z.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, semua saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk
perbaikan selanjutnya. Semoga referat ini dapat memberikan manfaat dan menjadi
Penulis
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................1
2.1.1 Definisi..........................................................................................................3
2.2 Bupivakain...............................................................................................................5
2.2.2 Farmakodinamik............................................................................................6
2.2.3 Farmakokinetik..............................................................................................8
2.3 Levobupivakain.....................................................................................................14
2.3.1 Farmakodinamik..........................................................................................14
2.3.2 Farmakokinetik............................................................................................14
BAB 3 KESIMPULAN..............................................................................................16
i
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................18
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
sakit ketika dilakukan pembedahan dan berbagai prosedur lain yang menimbulkan
rasa sakit dalam hal ini rasa takut perlu ikut dihilangkan untuk menciptakan kondisi
optimal bagi pelaksanaan pembedahan. (1) Obat untuk menghilangkan nyeri terbagi ke
dalam 2 kelompok, yaitu analgetik dan anestesi. Analgetik adalah obat pereda nyeri
analgetik tetap berada dalam keadaan sadar. Analgetik tidak selalu menghilangkan
seluruh rasa nyeri, tetapi selalu meringankan rasa nyeri. Beberapa jenis anestesi
menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu dan pemakainya tetap sadar.(1)
regional anestesi dan lokal anestesi. Sedangkan obat – obatan anestesi terdiri dari obat
premedikasi, obat induksi anestesi, obat anestesi inhalasi, obat anestesi intravena,
obat anestesi local/regional, obat pelumpuh otot, analgesia opioid dan analgesia
nonopioid(2)
digunakan pada anestesi spinal. Bupivakain termasuk obat lokal anestetik golongan
aminoamida, yang mempunyai potensi kuat dengan lama kerja yang panjang sehingga
1
sering digunakan untuk anestesi spinal. (3) Penggunaan bupivakain selama bertahun-
tahun sering dipakai pada anestesi spinal oleh karena mula kerja yang relatif cepat 5-8
menit, serta durasi kerja yang lama yaitu 90-150 menit serta memberikan efek blok
sensorik dan motorik yang baik, tetapi penggunaannya cenderung lebih menyebabkan
Saat ini dikenal levobupivakain yaitu obat anestesi lokal golongan amida juga
yang memiliki S(-) enantiomer menyebabkan efek toksik pada kardiovakular dan
sistim saraf pusat lebih rendah dibandingkan bupivakain serta memiliki efek poten
perubahan kardiovaskular, toksisitas kardiak dan susunan saraf pusat yang lebih
rendah, potensiasi terhadap hambatan sensorik dan motorik baik, toksisitas yang
interval QTc pada elektrokardiogram yang kecil dan efek depresan yang rendah pada
elektroensefalogram.(7)
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Anestesi lokal didefiniskan sebagai kehilangan sensasi pada daerah tubuh
tertentu yang disebabkan oleh depresi eksitasi pada ujung saraf atau adanya
penghambatan proses konduksi dalam saraf perifer. Sifat penting dari anestesi lokal
yaitu bahwa obat ini dapat menghilangkan sensasi rasa sakit tanpa menghilangkan
kesadaran.(8)
Anestesi lokal secara luas digunakan untuk mencegah dan mengurangi rasa
nyeri, mengurangi reaksi inflamasi seperti pada kanker dan nyeri kronis, dan untuk
tujuan diagnostik dan prognostik. Bahan anestesi lokal bekerja secara reversibel
dengan memblokir potensial aksi di akson sehingga mencegah masuknya ion sodium
untuk menghasilkan reaksi, juga berfungsi sebagai anti inflamasi karena berinteraksi
dengan reseptor G-protein, dan juga berfungsi untuk mengurangi dan mengobati rasa
sakit.(9) Anestesi lokal harus memiliki dua kriteria utama yaitu tidak mengiritasi
jaringan lunak dan bersifat reversibel. Sangat penting diketahui yaitu adanya
anestesi lokal yang diinjeksikan ke tubuh terutama topikal anestesi lokal langsung
anestesi lokal. Toksisitas anastesi lokal sangat bevariasi sesuai dengan dosis
3
penggunaanya. Meskipun banyak bahan anestesi lokal yang sesuai kriteria, tetapi
tidak semua bersifat efektif pada saat digunakan, baik yang diinjeksikan maupun
secara topical.(8)
a) Memiliki potensi efek anastetik yang baik tanpa penambahan bahan konsentrasi
4
2.2 Bupivakain
Bupivakain adalah anestesi golongan amida yang paling efektif dan paling
toksik. Efektifitas bupivakain empat kali lebih besar jika dibandingkan dengan
lidokain, mepivakain, prilokain, dan tiga kali lebih besar jika dibandingkan dengan
artikain. Potensi toksik bupivakain empat kali lebih besar jika dibandingkan dengan
lidokain, mepivakain, artikain, dan enam kali lebih toksik jika dibandingkan dengan
gugus metalnya diganti dengan gugus butil. Subtitusi ini memungkinkan terjadi
peningkatan potensi sebanyak empat kali lipat serta meningkatkan resiko toksisitas.
panjang meskipun vasodilatasinya masih dua kali dibawah dari prokain tetapi lebih
mengikat kuat dengan reseptor protein di saluran sodium. Sehingga durasi kerja
bupivakain pada anestesi pulpa yaitu 1,5-3 jam dan 4-9 jam untuk anestesi jaringan
lunak. Ketika dosis yang diberikan berlebihan, bupivakain memberikan efek terhadap
sistem saraf pusat dan sistem kardiovaskular. 14 Bupivakain memerlukan waktu 2,7
jam untuk menurunkan kadarnya dalam darah sehingga hal ini menyebabkan
Kerugian dari anestesi lokal ini adalah toksisitasnya sangat hebat, bahkan
mungkin sampai fatal. Bukti-bukti menunjukkan bahwa obat ini dapat menimbulkan
5
toksisitas pada jantung. Manifestasi utamanya adalah fibrilasi jantung. Oleh karena
itu pada pemakaian jenis obat ini untuk anestesi regional diperlukan pengawasan
epidural sebelum artroplasti pinggul. Obat tersebut juga biasa digunakan atau
diinjeksikan pada luka bekas operasi, untuk mengurangi rasa nyeri dengan efek obat
mencapai 20 jam setelah operasi. Bupivakain dapat diberikan bersamaan dengan obat
lain untuk memperpanjang durasi efek obat seperti misalnya epinefrin, glukosa, dan
Pada pasien dengan alergi terhadap obat golongan amino-amida dan anestesi
regional IV (IVRA) karena potensi risiko dari kesalahan tourniket dan adanya
absorpsi sistemik dari obat tersebut, hati-hati terhadap pasien dengan gangguan hati,
2.2.2 Farmakodinamik
Bupivakain adalah obat yang digunakan untuk anastesi lokal (bagian pinggul
bekerja dengan cara berikatan secara intaselular dengan natrium dan memblok influk
natrium ke dalam inti sel sehingga mencegah terjadinya depolarisasi. Hal ini
6
menyebabkan terjadinya hambatan konduksi implus (otonom, sensorik,
somatik. Impuls akan diputus sehingga menghasilkan hambatan sistem saraf otonom,
anestesi sensorik, dan paralisis otot skelet pada daerah yang diinervasi oleh saraf yang
dihambatnya. Hilangnya efek bupivakain akan terjadi apabila telah terjadi proses
pulihnya konduksi saraf yang tidak disertai dengan kerusakan struktur serabut saraf.
(14)
Bupivakain mempunyai lama kerja obat yang lebih lama dibandingkan dengan
obat anastesi lokal yang lain. Pada pemberian dosis yang berlebihan dapat
menyebabkan toxic pada jantung dan system saraf pusat. Pada jantung dapat menekan
aritmia ventrikel dan henti jantung, bahkan dapat menyebabkan kematian. Selain itu
menyebabkan penurunan curah jantung dan tekanan darah arteri. Efek pada SSP
mungkin termasuk eksitasi SSP (gugup, kesemutan di sekitar mulut, tinitus, tremor,
depresi pernafasan dan apnea.(15) Secara umum mekanisme anestesi tersebut dapat
7
2.2.3 Farmakokinetik
Keadaan ini mengakibatkan kurang dari 50 % bupivakain berada dalam bentuk non
ion yang larut dalam lemak pada pH fisiologis. Asidosis pada tempat bupivakain
Bupivakain dengan pKa yang lebih tinggi dari pH fisiologis memiliki mula kerja
yang lebih lama. Hal ini menggambarkan adanya rasio optimal fraksi obat yang
A. Absorpsi
penetrasi anestesi lokal, sehingga menyebabkan onset kerja yang cepat. Kulit yang
8
utuh membutuhkan anestesi lokal larut – lemak dengan konsentrasi tinggi untuk
bergantung pada aliran darah, yang ditentukan dari beberapa faktor di bawah ini
yaitu(15) :
1. Lokasi injeksi
intravena > trakeal > intercostal > caudal > paraservikal > epidural > pleksus
2. Adanya vasokonstriksi
digunakan biasanya dari obat yang memiliki masa kerja pendek. Epinefrin juga dapat
Anestesi lokal yang terikat kuat dengan jaringan lebih lambat terjadi absorpsi.
9
B. Distribusi
1. Perfusi jaringan
Organ dengan perfusi jaringan yang tinggi (otak, paru, hepar, ginjal, dan
jantung) bertanggung jawab terhadap ambilan awal yang cepat (fase α), yang diikuti
redistribusi yang lebih lambat (fase β) sampai perfusi jaringan moderat (otot dan
saluran cerna)
dalam darah, dimana kelarutan lemak yang tinggi memfasilitasi ambilan jaringan.
3. Massa jaringan
Otot merupakan reservoar paling besar untuk anestesi lokal karena massa dari
strukturnya yaitu(15) :
1. Ester
10
alergi. Pasien yang secara genetik memiliki pseudokolinesterase yang abnormal
memiliki resiko intoksikasi, karena metabolisme dari ester yang menjadi lambat.
2. Amida
enzim mikrosomal P-450 di hepar. Laju metabolisme amida tergantung dari agent
yang spesifik (prilocine > lidocaine > mepivacaine > ropivacaine > bupivakain),
namun secara keseluruhan jauh lebih lambat dari hidrolisis ester. Penurunan fungsi
hepar (misalnya pada sirosis hepatis) atau gangguan aliran darah ke hepar (misalnya
gagal jantung kongestif, vasopresor, atau blokade reseptor H2) akan menurunkan laju
obat yang diekskresikan tetap oleh ginjal, walaupun metabolitnya bergantung pada
bersihan ginjal.
saraf, mungkin dengan meningkatkan ambang eksitasi untuk listrik pada saraf,
kenaikan dari potensial aksi. Bupivakain mengikat bagian saluran intraseluler natrium
dan memblok masuknya natrium ke dalam sel saraf, sehingga mencegah depolarisasi.
Lama kerja bupivakain adalah 2-4 jam Namun durasi tindakan ini juga dipengaruhi
11
2.2.5 Dosis dan Penggunaan
atau 175 mg/dosis, atau 150 – 225 mg/3 jam atau 400 mg/24 jam.(12)
Pada konsentrasi tinggi obat anestesi lokal akan menghambat respirasi mitokondria
pembentukan ATP, efek ini tergantung pada lipofilisitas obat anestasi local, dan
kardiotoksisitasnya tinggi.(18)
Ikatan bupivakain pada chanel Na pada sistem konduksi jantung 100% lebih
lama dibandingkan dengan lidokain, hal ini karena bupivakain bersifat fast-in, slow-
out terhadap chanel Na sedangkan lidokain bersifat fast-in, fast-out. Hal ini
saat bupivakain masuk ke sistemik, bupivakain akan berikatan dengan protein. Tetapi
bila tempat pengikatan protein sudah jenuh terikat dengan bupivakain, penambahan
berupa fibrilasi ventrikel dan high-grade conduction block. Resusitasi sangat sulit
12
untuk berhasil (sekitar 70% mortalitas, separuh dari yang selamat dengan disabilitas
jangka panjang.(18)
bupivakain plasma yang tinggi, sehingga menyebabkan efek pada jantung, berupa
hipotensi kerena relaksasi otot polos arteriol dan depresi langsung pada miokard,
- Kecemasan, gelisah
– Penglihatan kabur
- Kesulitan bernapas
- Pusing, mengantuk
- Mual, muntah
- Kejang (konvulsi)
- Tremor
13
2.3 Levobupivakain
(sekitar 8 jam). Obat anestesi lokal ini termasuk golongan amid ( CONH-) yang
memiliki atom karbon asimetrik dan isomir Levo(-). Levobupivakain memiliki pKa
melintasi membran akson dengan mudah dan beraksi lebih cepat. Ikatan dengan
protein lebih dari 97% terutama pada asam α 1 glikoprotein dibandingkan pada
albumin. Pada pasien hipoproteinemi, sindrom nefrotik, kurang kalori protein, bayi
baru lahir dengan sedikit kadar protein, menyebabkan kadar obat bebas dalam plasma
2.3.1 Farmakodinamik
Mekanisme aksi sama dengan bupivakain atau obat anestesi lokal lain.
pada jantung dan saraf lebih besar pada levobupivakain dari pada bupivakain. Batas
keamanan 1,3 mempunyai arti efek toksik tidak akan terlihat sampai konsentrasi 30%.
(20)
2.3.2 Farmakokinetik
CYPIA2 dan CYP3A4 isoforms. Cara pemberian melalui epidural , spinal, blok saraf
14
perifer dan infiltrasi. Penggunaan intravena sangat terbatas karena beresiko toksik.
Bersihan obat dalam plasma akan menurun bila terjadi gangguan fungsi hepar(20)
bupivakain dan ropivakain. Gejala toksisitas sistem saraf pusat pada bupivakain lebih
brakialis, blok supra dan infra klavikuler, blok interkostal dan interskalen, blok saraf
perifer, blok peribulber dan retrobulber, infiltrasi lokal, analgesi obstetri, pengelolaan
nyeri setelah operasi, pengelolaan nyeri akut dan kronis. Dosis tunggal maksimum
yang digunakan 2 mg /kg bb dan 5,7 mg/kg bb ( 400 mg ) dalam 24 jam. (20)(21)
Sama dengan efek samping obat anestesi lainnya, diantaranya hipotensi, bradikardi,
mual, muntah, gatal, nyeri kepala, pusing, telinga berdenging, gangguan buang air
15
BAB 3
KESIMPULAN
tertentu yang disebabkan oleh depresi eksitasi pada ujung saraf atau adanya
penghambatan proses konduksi dalam saraf perifer. Sifat penting dari anestesi lokal
yaitu bahwa obat ini dapat menghilangkan sensasi rasa sakit tanpa menghilangkan
kesadaran. Bahan anestesi lokal bekerja secara reversibel dengan memblokir potensial
aksi di akson sehingga mencegah masuknya ion sodium untuk menghasilkan reaksi,
juga berfungsi sebagai anti inflamasi karena berinteraksi dengan reseptor G-protein,
dan juga berfungsi untuk mengurangi dan mengobati rasa sakit. Anestesi lokal harus
memiliki dua kriteria utama yaitu tidak mengiritasi jaringan lunak dan bersifat
reversibel.
Bupivakain adalah obat anestetik golongan amino amida yang memiliki masa
kerja panjang (long-acting) yang sering digunakan untuk blok saraf, persalinan,
anestesi epidural dan anastesi subdural. Anestesi lokal seperti bupivakain memblok
generasi dan konduksi impuls saraf, mungkin dengan meningkatkan ambang eksitasi
untuk listrik pada saraf, dengan memperlambat penyebaran impuls saraf, dan dengan
mengurangi laju kenaikan dari potensial aksi. Indikasi pemberian bupivakain adalah
untuk anestesi regional termasuk infiltrasi, blok saraf, epidural, dan intratekal
pinggul. Bupivakain juga biasa digunakan atau diinjeksikan pada luka bekas operasi,
16
untuk mengurangi rasa nyeri dengan efek obat mencapai 20 jam setelah operasi.
Bentuk sediaan dari bupivakain ini ada beberapa macam mulai dari 0,25%, 0,5%,
0,75% injeksi. Dosis Maksimal dari bupivakain adalah 2 mg/kgBB atau 175
mg/dosis, atau 150 – 225 mg/3 jam atau 400 mg/24 jam. Durasi atau lama kerja dari
bupivakain ini adalah sekitar 2 – 4 jam bergantung juga dari dosis pemberian
(CONH-) yang memiliki atom karbon asimetrik dan isomer Levo (-).25
spinal oleh karena obat ini menghasilkan subarachnoid blok dengan karakteristik
sensorik dan motorik yang lebih lama serta recovery seperti bupivacaine. Dalam
levobupivakain 0,5% plain memiliki mula kerja yang cepat yaitu 4- 8 menit dengan
durasi kerja anestesi 135-170 menit. Cara pemberian melalui spinal, epidural, blok
saraf perifer, dan infiltrasi. Penggunaan intravena sangat terbatas karena beresiko
brakialis, blok supra dan infra klavikuler, blok interkostal dan interskalen, blok saraf
perifer, blok peribulber dan retrobulber, infiltrasi lokal, analgesi obstetri, pengelolaan
nyeri setelah operasi, pengelolaan nyeri akut dan kronis.25,26 Dosis tunggal
maksimum yang digunakan 2 mg/kgbb dan 5,7 mg/kgbb (400mg) dalam 24 jam.
17
DAFTAR PUSTAKA
3. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Local Anesthetics. Clinical Anesthesiology.
4thedition. New York: Mc Graw Hill Lange Medical Books: 2006, 151-52, 263-75
24(4):296-302
6. McClellan, KJ., Spencer, CM. 1998. Levobupivacaine. Drugs 56: 355-62 40.
8. Malamed SF. Handbook of local anaesthesia 6th ed. St. Louis: Mosby; 2014. Pp.
9. Heavner JE. Local anesthetic. Current opinion in anesthesiology. 2007; 20(3): 336-
42.
18
10. Logothetis DD. Local anesthetic agents: a review of the current options for dental
11. Miller R, Pardo MC. Basic of Anesthesia. 6th Ed. Philadelphia. Elseiver.
2007:111- 4
14. Stoelting R. Opioid Agonist and Antagonist. Pharmacol Phisiology Anesth Pract.
2006;4:87–122.
15. Samodro R, Sutiyono D, Satoto HH. Mekanisme Kerja Obat Anestesi Lokal.
16. Guido Di Gregorio MD, Joseph M Neal MD, Richard W. Rosenquist MD, Guy L
Review Of Published Cases 1979-2009. Am Sociey Reg Anesth Pain Med. 2010;
18. Rathmell J, Lair TR, Nauman B. The Role of Intrathecal Drugs in The
19
19. Barash P, Cullen BF, Cahalan MK, RK S. Acute Pain Management. Clin Anesth.
2013;7:44–1611.
20. Galindo M A, Levobupivacain, a long acting local anaesthetic, with less cardiac
http://www.ndaa.ox.ac.uk/wfsa/html/u14/u1407-01.html
858-75.
20