ANESTESI REGIONAL
Pembimbing:
Disusun Oleh:
2165050089
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
pertolonganNya penulis dapat menyelesaikan referat ini. Referat ini disusun untuk
memenuhi tugas kepaniteraan klinik bagi CoAss Universitas Kristen Indonesia yang
sedang menjalani kepaniteraan klinik di departemen Anestesi Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Chasbullahabdulmajid Kota Bekasi.
Terima kasih penulis ucapkan kepada dr. Ratna Anggraeni, Sp.An, yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam
menyelesaikan referat ini.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna dan memiliki
banyak keterbatasan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, akhir kata semoga referat ini dapat
berguna bagi penulis maupun pembaca sekalian. Kiranya Tuhan memberkati kita
semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................... i
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Anestesi berasal dari bahasa Yunani, an artinya tidak atau tanpa dan aesthetos artinya
persepsi atau kemampuan untuk merasakan. Secara umum anestesi berarti suatu Tindakan yang
dilakukan untuk menghilangkan rasa sakit Ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur
yang dapat menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
Anestesi dibedakan menjadi anestesi umum, anestesi local dan anestesi regional. Anestesi
umum adalah keadaan tidak sadar, tanpa nyeri dengan reflek otomonik minimal yang reversible
akibat pemberian obat – obatan. Anestesi umum terdiri atas sub bagian yaitu anestesi intravena,
anestesi inhalasi, anestesi intravascular. Sementara anestesi local adalah anestesi yang diberikan
pada sebagian tubuh, keadaan nyeri tanpa adanya kehilangan kesadaran. Sedangkan anestesi
regional seringkali digunakan untuk memblokade saraf, pleksus, medulla spinalis yang dibuat
menjadi tidak peka.
Anestesi regional diklasifikasikan menjadi beberapa macam yaitu anestesi spinal dan
anestesi epidural. Selain itu ada anestesi blok saraf perifer dengan penyuntikan dekat kelompok
saraf ekstremitas yang akan dioperasi. Seriring berjalannya waktu anestesi regional semakin
berkembang dan meluas pemakaiannya karena banyak keuntungan yang ditawarkan diantaranya
relative murah, pengaruh sistemik yang minimal, menghasilkan analgesi adekuat dan
kemampuan mencegah respon stress dengan cara lebih sempurna. Pada referat ini akan
membahas seputar anestesi regional.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tulang vertebra terdiri dari: 7 buah tulang servikal, 12 buah tulang torakal, 5
buah tulang lumbal dan 5 buah tulang sacral dan tulang coccygeus. Tulang servikal,
torakal dan lumbal menyatu membentuk kolumna vertebralis sedangkan tulang
lumbal dengan coccygeus satu sama lain menyatu.1
2
nervi spinalis dari kanalis spinalis, tempat melekatnya otot, dan penggerak kepala
dan batang tubuh.1
Kutis
Subkutis : Ketebalannya berbeda-beda, akan lebih mudah mereba ruang
intervertebralis pada pasien yang memiliki lapisan subkutis yang tipis.
Ligamentum Supraspinosum: Ligamen yang menghubungkan ujung
procesus spinosus.
Ligamentum interspinosum
Ligamentum flavum : Ligamentum flavum cukup tebal, sampai sekitar 1
cm. Sebagian besar terdiri dari jaringan elastis. Ligamen ini berjalan
vertikal dari lamina ke lamina. Ketika jarum berada dalam ligamen ini,
akan terasa sensasi mencengkeram dan berbeda. Sering kali dapat kita
rasakan saat melewati ligamentum dan masuk keruang epidural.
Epidural : Ruang epidural berisi pembuluh darah dan lemak. Jika darah
yang keluardari jarum spinal bukan CSF, kemungkinan vena epidural telah
tertusuk. Jarum spinal harus maju sedikit lebih jauh.
Duramater : Sensasi yang sama mungkin akan kita rasakan saat menembus
duramater seperti saat menembus epidural.
Subarachnoid : merupakan tempat kita akan menyuntikkan obat anestesi
spinal. Padaruangan ini akan dijumpai likuor sereberospinalis (LCS) pada
penusukan. 1
3
Gambar 2: Susunan anatomi yang akan dilalui anestesi regional (spinal)
Anestesi regional adalah hambatan impuls nyeri pada bagian tubuh sementara
pada impuls saraf sensorik, sehingga ipuls nyeri dari tubuh diblokir atau dihambat
untuk sementara. Fungsi motoric juga dapat terpengaruh sebagian atau seluruhnya.2
4
V. Kerugian Anestesi Regional
1. Tidak semua ahli bedah menyukai anestesi regional.
2. Terdapat kemungkinan kegagalan pada teknik anestesi regional.
3. Tidak semua penderita mau dilakukan anestesi secara regional.
4. Membutuhkan kerjasama pasien yang kooperatif.
5. Sulit diterapkan pada anak-anak.2
5
Tempat injeksi Ruang subarachnoid (LCS) Ruang epidural
Tabel 1
A. Anestesi Spinal
Anestesi blok subaraknoid atau biasa disebut anestesi spinal adalah tindakan
anestesi dengan memasukan obat analgetik kedalam ruang subaraknoid didaerah
vertebra lumbalis yang kemudian akan terjadi hambatan rangsang sensoris mulai
dari vertebra thorakal 4.3
1. Indikasi
Untuk pembedahan daerah tubuh yang dipersarafi cabang T4 kebawah (daerah
papila mamae ke bawah). Dengan durasi operasi yang tidak terlalu lama,
maksimal 2-3 jam.3
2. Kontraindikasi
6
Kontraindikasi pada teknik anestesi subaraknoid blok terbagi menjadi dua yaitu
kontra indikasi absolut dan relatif.3
Kontraindikasi absolut :
Kontraindikasi relatif :
7
Kelainan psikis
Bedah lama : Masa kerja obat anestesi lokal adalah kurang lebih 90-120 menit,
dapat ditambah dengan memberi adjuvant dan durasi dapat bertahan hingga 150
menit.
Penyakit jantung : perlu dipertimbangkan jika terjadi komplikasi kea rah
jantung akibat efek obat anestesi lokal.
Hipovolemia ringan : sesuai prinsip obat anestesi, memantau terjadinya
hipovolemia dapat diatasi dengan pemberian obat-obatan atau cairan.
Nyeri punggung kronik : kemungkinan pasien akan sulit saat diposisikan. Hal
ini berakibat sulitnya proses penusukan dan apabila dilakukan berulang-ulang,
dapat membuat pasien tidak nyaman.
3. Persiapan Anestesi Spinal
8
Persiapan yang dibutuhkan setelah persiapan pasien adalah persiapan alat
dan obat-obatan. Peralatan dan obat yang digunakan adalah :
1. Satu set monitor untuk memantau tekanan darah, Pulse oxymeter, EKG.
2. Peralatan resusitasi / anestesia umum.
3. Jarum spinal. Jarum spinal dengan ujung tajam (ujung bambu runcing,quincke
bacock) atau jarum spinal dengan ujung pinsil (pencil point whitecare),
dipersiapkan dua ukuran. Dewasa 26G atau 27G
4. Betadine, alkohol untuk antiseptic.
5. Kapas/ kasa steril dan plester.
6. Obat-obatan anestetik lokal.
7. Spuit 3 ml dan 5 ml.
8. Infus set.
9
Gambar 2: Jarum pinsil (whitecare), jarum tajam (Quincke-Babcock)
Posisi duduk atau posisi tidur lateral dekubitus dengan tusukan pada garis
tengah ialah posisi yang paling sering dikerjakan. Biasanya dikerjakan di atas meja
operasi tanpa dipindah lagi dan hanya diperlukan sedikit perubahan posisi pasien.3
10
8. Beri anastesi lokal pada tempat tusukan,misalnya dengan lidokain 1-2% 2-3ml
9. Cara tusukan adalah median atau paramedian. Untuk jarum spinal besar 22G,
23G atau 25G dapat langsung digunakan. Sedangkan untuk jarum kecil 27G atau
29G dianjurkan menggunakan penuntun jarum (introducer), yaitu jarum suntik
biasa yaitu jarum suntik biasa 10cc. Jarum akan menembus kutis, subkutis,
ligamentum supraspinosum, ligamentum interspinosum, ligamentum flavum,
epidural, duramater, subarachnoid. Setelah mandrin jarum spinal dicabut, cairan
serebrospinal akan menetes keluar. Selanjutnya disuntikkan obat analgesik ke
dalam ruang arachnoid tersebut.
11
Gambar 4: Posisi Duduk pada Spinal Anestesi
12
Setelah melakukan penusukan, tindakan berikutnya adalah melakukan
monitoring. Tinggi anestesi dapat dinilai dengan memberikan rangsang pada
dermatom di kulit. Penilaian berikutnya yang sangat bermakna adalah fungsi
motoric pasien dimana pasien merasa kakinya tidak dapat digerakkan, kaki terasa
hangat, kesemutan, dan tidak terasa saat diberikan rangsang. Hal yang perlu
diperhatikan lagi adalah pernapasan, tekanan darah dan denyut nadi. Tekanan
darah dapat turun drastis akibat spinal anestesi, terutama terjadi pada orang tua
yang belum diberikan loading cairan. Hal itu dapat kita sadari dengan melihat
monitor dan keadaan umum pasien. Tekanan darah pasien akan turun, kulit
menjadi pucat, pusing,mual, berkeringat.3
Volume obat analgetik lokal: makin besar makin tinggi daerah analgesia
13
Tekanan abdominal yang meningkat: dengan dosis yang sama didapat batas
analgesia yang lebih tinggi.
Tinggi pasien: makin tinggi makin panjang kolumna vertebralis makin besar dosis
yang diperlukan.
Waktu: setelah 15 menit dari saat penyuntikan, umumnya larutan analgetik sudah
menetap sehingga batas analgesia tidak dapat lagi diubah dengan posisi pasien.5
1. Jarum terasa sudah menembus bagian yang seharusnya tetapi belum ada cairan
yang keluar : Saat menemukan situasi seperti ini, tunggu kurang lebih 30 detik,
kemudian coba putar 90 derajat jarum tersebut. Jika masih belum didapatkan
LCS, dapat dilakukan injeksi udara 1cc untuk mendorong jika ada sumbatan pada
jarum.
2. Terdapat darah yang keluar melalui jarum : tunggu sesaat, jika perdarahan
berhenti, lanjutkan prosedur. Jika darah terus menetes, kemungkinan saat
penusukan mengenai vena epidural. Jarum harus digerakkan lebih kedalam, atau
diarahkan sedikit lebih medial.
3. Pasien merasa nyeri tajam di kaki : kemungkinan jarum mengenai radiks saraf.
Segera cabut jarum dan ulang tusukan dengan arah lebih ke medial dari tempat
tusukan awal.
4. Jarum terasa menusuk tulang : perhatikan kembali posisi pasien apakah saat
dilakukan penusukan, pasien kurang melakukan fleksi tubuh sehingga celah
menjadi sempit. Perlu juga menenangkan pasien karena umumnya pasien
melakukan ekstensi saat menahan nyeri tusukan saat awal jarum mengenai kulit.3
B. Anestesi Epidural
14
Blokade saraf dengan menempatkan obat di ruang epidural. Ruang ini berada
diantara ligamentum flavum dan duramater. Kedalaman ruang ini rata-rata 5 mm dan
dibagian posterior kedalaman maksimal pada daerah lumbal.6
Obat anestetik di lokal diruang epidural bekerja langsung pada akarsaraf spinal
yang terletak dilateral. Awal kerja anestesi epidural lebih lambat dibanding anestesi
spinal, sedangkan kualitas blockade sensorik-motorik juga lebih lemah.6
Dapat segmental
Tidak terjadi headache post op
Hipotensi terjadi lambat
Efek motoris lebih kurang
Dapat 1–2 hari dengan kateter ® post op pain
15
Gambar 8: Perbedaan Tempat Penyuntikan Anestesi Spinal dan Anestesi Epidural
C. Anestesi Kaudal
1. Posisi pasien terlungkup dengan simfisis diganjal (tungkai dan kepala lebih rendah
dari bokong) atau dekubitus lateral, terutama wanita hamil.
2. Dapat menggunakan jarum suntik biasa atau jarum dengan kateter vena ukuran 20-
22 pada pasien dewasa.
16
3. Untuk dewasa biasa digunakan volum 12-15 ml (1-2 ml/ segmen).
4. Identifikasi hiatus sakralis dengan menemukan kornu sakralis kanan dan kiri dan
spina iliaka superior posterior. Dengan menghubungkan ketiga tonjolan tersebut
diperoleh hiatus sakralis.
5. Setelah dilakukan tindakan a dan antisepsis pada daerah hiatus sakralis, tusukkan
jarum mula-mula 900 terhadap kulit. Setelah diyakini masuk kanalis sakralis, ubah
jarum jadi 450 -600 dan jarum didorong sedalam 1-2 cm. Kemudian suntikan NaCl
sebanyak 5 ml secara agak cepat sambil meraba apakah ada pembengkakan di kulit
untuk menguji apakah cairan masuk dengan benar di kanalis kaudalis.6
1. Efek Kardiovaskuler
17
Akibat dari blok simpatis, akan terjadi penurunan tekanan darah (hipotensi). Efek
simpatektomi tergantung dari tinggi blok. Pada spinal, 2-6 dermatom di atas level
blok sensoris, sedangkan pada epidural, terjadi blok pada level yang sama.
Hipotensi dapat dicegah dengan pemberian cairan (pre-loading) untuk
mengurangi hipovolemia relatif akibat vasodilatasi sebelum dilakukan
spinal/epidural anestesi, dan apabila telah terjadi hipotensi, dapat diterapi dengan
pemberian cairan dan vasopressor seperti efedrin. Bila terjadi spinal tinggi atau
high spinal (blok pada cardioaccelerator fiber di T1-T4), dapat menyebabkan
bradikardi sampai cardiac arrest.3
2. Efek Respirasi
Bila terjadi spinal tinggi atau high spinal (blok lebih dari dermatom T5)
mengakibatkan hipoperfusi dari pusat nafas di batang otak dan menyebabkan
terjadinya respiratory arrest. Bisa juga terjadi blok pada nervus phrenicus
sehingga menyebabkan gangguan gerakan diafragma dan otot perut yg
dibutuhkan untuk inspirasi dan ekspirasi.3
3. Efek Gastrointestinal
Mual muntah akibat blok neuroaksial sebesar 20%, sehingga menyebabkan
hiperperistaltik gastrointestinal akibat aktivitas parasimpatis dikarenakan oleh
simpatis yg terblok. Hal ini menguntungkan pada operasi abdomen karena
kontraksi usus dapat menyebabkan kondisi operasi maksimal.3
Tindakan anestesi dengan menginjeksikan obat lokal anestesi dengan bantuan alat
berupa nerve stimulator atau USG atau tanpa alat (penanda anatomi) untuk memblok
inervasi pada pleksus dengan cara menyuntikkan dekat sekelompok saraf untuk
mematikan rasa hanya didaerah area tubuh pasien yang membutuhkan pembedahan.3
1. Indikasi
a. Pembedahan di daerah Bahu
18
b. Pembedahan di daerah ekstrimitas atas
c. Pembedahan didaerah extremitas bawah
2. Kontra Indikasi
a. Absolut
1) Pasien menolak.
2) Infeksi kulit didaerah injection.
b. Relatif.
1) Gangguan faal koagulasi.
2) Gangguan sensoris dan motoriik
Secara struktur kimianya, anestesi lokal dibagi menjadi 2 golongan, yaitu ester-
amide dan amide-amide. Perbedaan penting antara anestetik lokal ester dan amid adalah
efek samping yang ditimbulkan dan mekanisme metabolism metabolitnya. Golongan
ester kurang stabil dalam larutan (prokain, ametokain), lebih mudah dipecah oleh
kolinesterase plasma, waktu paruhsangat pendek, sekitar 1 mwnit. Adapun produk
degradasi hasil metabolism ester adalah asam p-aminobenzoik. Golonga ini antara lain:
prokain, kokain, kloroprokain dan tetrakain.4
19
Metabolisme Plasma Hepar Hepar
Dosis Max 12 mg/Kg BB 6 mg/Kg BB 2 mg/Kg BB
Potensi 1 3 15
Toksisitas 1 3 10
Tabel 2
Perbedaan Prokain, Lidokain, Bupivakain
BAB III
KESIMPULAN
Anestesi regional membuat bagian tubuh tertentu mati rasa untuk menghilangkan rasa
sakit pada saat prosedur pembedahan dilakukan. Jenis anestesi yang termasuk dalam anestesi
regional adalah anestesi spinal atau disebut juga blok subarachnoid, anestesi epidural dan
anestesi blok saraf. Anestesi regional sering digunakan pada operasi ortopedi pada ekstremitas,
operasi reproduksi wanita (prosedur operasi ginekologi dan sectio caesar) atau operasi
reproduksi pria dan untuk operasi kandung kemih dan saluran kemih.
Terdapat indikasi dan kontra indikasi yang terbagi dua yaitu kontraindikasi absolut dan
relative. Pada kontraindikasi relative anestesi tetap bisa dilakukan dengan memperhatikan hal-hal
tertentu seperti kemungkinan komplikasi dan alternative lain jika tidak bisa dilakukan anestesi
spinal. Seluruh persiapan wajib dicermati mulai dari persiapan pasien, alat, obat anestesi lokal,
obat emergensi yang harus disediakan jika terjadi komplikasi, hingga kemungkinan untuk
mengganti prosedur menjadi anestesi umum seketika prosedur anestesi spinal tidak berjalan
dengan baik. Saat penusukan diperlukan ketelitian untuk menentukan lokasi suntikan, kemudian
memperhatikan pendekatan untuk melakukan penusukan serta memperhatikan berbagai faktor
yang dapat mempengaruhi anestesi.
20
Prosedur ini merupakan sebuah alternatif pada operaasi dengan durasi singkat. Pilihan ini
menyediakan opsi yang memiliki komplikasi yang lebih sedikit ketimbang melakukan prosedur
anestesi umum diantaranya adalah waktu pemulihan setelah dilakukan posedur anestesi.
DAFTAR PUSTAKA
21