Anda di halaman 1dari 21

REFERAT

ANESTESI REGIONAL:
SPINAL, EPIDURAL, DAN KAUDAL BLOK

Disusun oleh:
DIMAS BAMBANG FRASESA
030.14.053

Pembimbing:
dr. Guntur M. Taqwin, Sp. An

KEPANITERAAN KLINIK ANESTESI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SOESELO KABUPATEN TEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 14 JANUARI – 15 FEBRUARI 2019

i
Referat dengan judul:
“ANESTESI REGIONAL:
SPINAL, EPIDURAL, DAN KAUDAL BLOK”

Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing sebagai syarat


Untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik Departemen Ilmu Anestesi
di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soeselo Kabupaten Tegal
Periode 14 Januari – 15 Februari 2019

Pada Hari Rabu, 6 Februari 2019

Pembimbing,

dr. Guntur M. Taqwin, Sp. An

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan nikmat-
Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan referat yang berjudul “Anestesi
Regional: Spinal, Epidural, dan Kaudal Blok”. Penulis referat ini merupakan salah
satu syarat untuk mengikuti ujian akhir kepaniteraan klinik ilmu anestesi di RSUD
dr. Soeselo Kabupaten Tegal
Penulis menyadari bahwa dalam penuisan referat ini masih banyak sekali
kekurangan. Namun dengan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, maka
referat ini dapat diselesaikan tepat waktu. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT, dan juga kepada dr.
Guntur M. Taqwin, Sp. An selaku pembimbing yang telah meluangkan waktunya
dan juga memberikan bimbingan sehingga referat ini dapat diselesaikan.
Akhir kata peneliti berharap Allah SWT berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Penulis berharap semoga skripsi ini
dapat memberikan ilmu yang berguna dan bermanfaat bagi pengembagan ilmu
pengetahuan.

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.....................................................................................i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 2
BAB III KESIMPULAN ....................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Kata anestesi diperkenalkan oleh Oliver Wendell Holmes yang


menggambarkan keadaan tidak sadar yang bersifat sementara karena pemberian
obat dengan tujuan untuk menghilangkan nyeri pembedahan. Anestesiologi adalah
ilmu kedokteran yang pada awalnya berprofesi menghilangkan nyeri dan rumatan
pasien sebelum, selama, dan sesudah pembedahan.
Seperti diketahui oleh masyarakat bahwa setiap pasien yang akan menjalani
tindakan invasif, seperti tindakan bedah akan menjalani prosedur anestesi. Anestesi
sendiri secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika
melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa
sakit pada tubuh.
Obat untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam 2 kelompok, yaitu
analgetik dan anestesi. Analgetik adalah obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya
perasaan secara total. seseorang yang mengkonsumsi analgetik tetap berada dalam
keadaan sadar. Analgetik tidak selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi
selalu meringankan rasa nyeri. Beberapa jenis anestesi menyebabkan hilangnya
kesadaran, sedangkan jenis yang lainnya hanya menghilangkan nyeri dari bagian
tubuh tertentu dan pemakainya tetap sadar.
Terdapat beberapa tipe anestesi, yang pertama anestesi total , yaitu
hilangnya kesadaran secara total, anestesi lokal -, yaitu hilangnya rasa pada daerah
tertentu yang diinginkan (pada sebagian kecil daerah tubuh), anestesi regional yaitu
hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari tubuh oleh blokade selektif pada
jaringan spinal atau saraf yang berhubungan dengannya.
Pembiusan lokal atau anestesi lokal adalah salah satu jenis anestesi yang
hanya melumpuhkan sebagian tubuh manusia dan tanpa menyebabkan manusia
kehilangan kesadaran. Obat bius jenis ini bila digunakan dalam operasi
pembedahan, maka setelah selesai operasi tidak membuat lama waktu
penyembuhan operasi.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Anatomi
a. Vertebrae

Columna vertebralis adalah pilar utama tubuh. Merupakan struktur


fleksibel yang dibentuk oleh tulang-tulang tak beraturan, disebut vertebrae.
Vertebrae dikelompokkan sebagai berikut :
- Cervicales (7)
- Thoracicae (12)

6
- Lumbales (5)
- Sacroles (5, menyatu membentuk sacrum)
- Coccygeae
Pada tulang belakang terdapat bantalan yaitu intervertebral disc yang
terdapat di sepanjang tulang belakang sebagai sambungan antar tulang dan
berfungsi melindungi jalinan tulang belakang. Bagian luar dari bantalan ini terdiri
dari annulus fibrosus yang terbuat dari tulang rawan dan nucleus pulposus yang
berbentuk seperti jeli dan mengandung banyak air.
Selain itu pada tulang belakang terdapat beberapa ligamentum dimana
terdiri dari lig. Capituli costae radiatum, lig. Costotransversarium anterior,
lig.Capituli costaeinterarticulare
Pada prosesus spinosus cervical 2 akan teraba langsung dibawah oksipital
sedangkan prosesus spinosus cervical 7 paling menonjol dan disebut sebagai
vertebra prominens. Terdapat garis lurus yang menghubungkan kedua krista iliaka
tertinggi akan memotong prosesus spinosus L4 atau antara L3-L5.(1,2)

b. Medula Spinalis

Medulla spinalis merupakan bagian dari susunan saraf pusat lanjutan dari
medulla oblongata yang menembus foramen occipital magnum, dikelilingi dan
dilindungi oleh tulangbelakang (vertebrae) dibungkus oleh tiga lapisan mening
yaitu;
1. Duramater
2. Arachnoid
3. Piamater

Medulla spinalis berakhir di caudal sebagai conus medularis yang berbentuk


kerucut setinggi V. Lumbal 1 – 2. Piamater berlanjut ke caudal daripuncak conus
medullaris sebagai filum terminalis sampai ke segmen pertama vertebrae
coccygeus.(2)

7
C. Cairan Serebrospinal
Cairan serebrospinalis merupakan ultra filtrasi dari plasma yang berasal dari
pleksus arteria coroidalis yang terletak di ventrikel 3-4 dan lateral. Cairan ini jernih

8
tidak berwarna, mengisi ruang subaraknoid dengan jumlah total 100-150 ml,
sedangkan yang di punggung sekitar 24-45 ml.(3)

2. Definisi Anestesi Regional


Anestesi regional adalah pemberian obat analgesia secara lokal dan terjadi
hambatan impuls sensorik sehingga impuls nyeri dari suatu bagian tubuh diblokir
untuk sementara. (2,3)

Klasifikasi Anestesi Regional


- Blok sentral yang meliputi blok spinal, epidural, dan kaudal
- Blok perifer seperti blok pleksus brakialis, aksilaris, analgesia regional
intravena

BLOK SENTRAL
2.1 Analgesia Spinal
Pemberian obat anastetik lokal kedalam ruang subarachnoid anestesi
spinal dapat dilakukan dengan cara menyuntkkan anestesi lokal kedalam
subarachnoid. Untuk mencapai cairan serebro spinalis, maka jarum suntik akan
menembus kulit – subkutis - lig.supraspinosum - lig. Interspinosum – lig. Flavum -
ruang epidural - duramater – ruang subarachnoid.

2.1.1 Indikasi Anestesi Apinal

- Bedah ekstremitas bawah

- Bedah panggul

- Tindakan sekitar ektur-perineum

- Bedah obstetri-ginekologi

- Bedah urologi

- Bedah abdomen bawah

2.1.2 Kontra Indikasi

1. Tekanan intracranial yang meninggi

9
2. Skin infection didaerah tusukan

3. Gross obesity (Relatif)

4. Blood discrasia

5. Patient with full anticoagulant therapy

6. Intra dan ekstra cranial bleeding

7. Penderita menolak

8. Hypotensi

9. Bradikardi, hipotensi dll

2.1.3 Teknik Anestesi Spinal

 Posisikan pasien pada misalnya dalam posisi dekubituslateral


 Cari garis yang menghubungkan antara krista iliaka dengan tulang
pungung untuk menuntukanletak L4- L5, kemudian tentukan tentukan
tempat tusukan misalnya L3-L4 atau L4-L5. Dengan cara tusukan medial
atau paramedial
 Sterilkan tempat tusukan
 Beri anestesi lokal pada tempat tusukan misalnya lidokain 1-2%

2.1.4 Anestesi Lokal yang Sering Digunakan

10
1. Lidokaine (xylocain, lignokain) 2%: berat jenis 1.006, sifat isobarik, dosis
20-100mg (2-5ml)
2. Lidokaine (xylocain,lignokain) 5% dalam dextrose 7.5%: berat jenis 1.033,
sifat hyperbarik, dosis 20-50 mg (1-2ml)
3. Bupivakaine (markaine) 0.5% dalam air: berat jenis 1.005, sifat isobarik,
dosis 5-20mg (1-4ml)
4. Bupivakaine (markaine) 0.5% dalam dextrose 8.25%: berat jenis 1.027,
sifat hiperbarik, dosis 5-15mg (1-3ml).(2,3)

2.2 Analgesi Epidural


Blokade saraf dengan menempatkan obat ruang epidural. Ruang epidural
berada diantara lig.flavum dan duramater. Obat yang dimasukkan akan bekerja
langsung pada akar saraf spinal yang terletak di lateral.
Teknik:
 Posisi pasien pada saat tususkan sama seperti pada anestesi spinal
 Tusukan pada L3-L4 karena jarak antara ligamentum flafum – duramater
pada ketinggian ini adalah yang terlebar
 Teknik yang paling sering digunakan untuk menentukan jarum suntik tepat
mengenai ruang epidural adalah teknik hilangnya resistensi (loss of
resistance) yaitu dengan cara jarum ditembuskan melewati subkutan dengan
stilet masih terpasang sampai ligamentum interspinosum yang ditandai
dengan meningkatnya resistensi jaringan, kemudian stilet diganti dengan
spuit berisi cairan 2 cc dan bila diberi suntikan perlahan-lahan suntikan tidak
dapat dilakukan. Kemudian jarum dimasukan lagi secara perlahan dan dijak
telah memasuki ruang epidural maka akan adanya loss of resisten dan
injeksi mudah dilakukan.(2,3)

11
2.3 Analgesi Kaudal
Anestesi pada ruang kaudal melalui hiatus sakralis, dimana hiatus sakralis
ditutup oleh ligamentum sakrokogsigeal tanpa tulang dengan gabungan antara
lig. Suspansorium, lig. interspinosum dan lig. flavum. ruang kaudal berisi saraf
sakral pleksus venosus, felum terminale dan kantong dura.

2.3.1 Indikasi
Bedah didaerah perineum, anorektal, contohnya hemoroid, fistula paraanal.

2.3.2 Tindakan
 Posisi pasien telungkup dengan simfisis diganjal, atau bisa dengan posisi
decubitus lateral
 Tentukan letak hiatus sakralis dengan cara menemukan kornu sakralis
kanan dan kiri dan spina iliakan posterior kemudian hubungkan ketiga
tulang tersebut.
 Aseptic pada daerah hiatus sakralis, tusukan jarum yang mula-mula 90°
terhadap kulit, setelah diyakini masuk kanalis sakralis arah jarum diubah
45°-60° dan jarum didorong sedalam 1-2 cm. kemudian suntikkan NaCl
sebanyak 5 ml secara agak cepat sambil meraba apakah ada

12
pembengkakan di kulit untuk menguji apakah cairan masuk dengan benar
di kanalis kaudalis.

2.4 Persiapan Anestesi Regional

Persiapan anestesi regional sama dengan persipan anestesi general mulai dari
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Persiapan pada anestesi
regional ini disamakan dengan persiapan pada anestesi umum karena untuk
mengantisipasi toksis sistemik reaction yang berakibat fatal sehingga perlu
persiapan resusitasi.

2.5 Keuntungan Anestesi Regional

- Tidak menggunakan banyak peralatan sehingga biaya lebih murah


- Tidak ada komplikasi jalan nafas karena pasien tidak menggunakan alat
bantu pernafasan
- Tidak ada polusi kamar operasi oleh gas anaestesi
- Resiko mual dan muntah lebih sedikit karena pasein sadar
- Perawatan pasien pasca operasi lebih mudah

2.6 Kerugian Anestesi Regional

- Tidak semua pasien senang dilakukan anestesi regional


- Sulit diterapkan pada pasien anak-anak

13
- Terdapat kemungkinan kegagalan pada teknik anestesi regional

2.7 Kegagalan dalam Anestesi Regional

Kegagalan dalam anestesi regional yang dapat terjadi seperti kegagalan


pungsi lumbal, yang dapat terjadi karena posisi pasien yang tidak tepat dan insersi
jarum yang tidak benar, terdapat kelainan pada tulang belakang (kiposis, skoliosis).
(2,3)

BLOK PERIFER

3.1 Definisi

Anestesi lokal adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila digunakan
secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar yang cukup. Obat bius lokal bekerja
pada tiap bagian susunan saraf.

Anestesi lokal ialah obat yang menghasilkan blockade koduksi atau


blockade lorong natrium pada dinding saraf secara sementara terhadap rangsang
transmisi sepanjang saraf, jika digunakan pada saraf sentral atau perifer.
Anestetik lokal setelah keluar dari saraf diikuti oleh pulihnya konduksi saraf secara
spontan dan lengkap tanpa diikuti oleh kerusakan struktur saraf.

3.2 Persyaratan obat yang boleh digunakan sebagai anestesi lokal:

1. Tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara permanen.


2. Batas keamanan harus lebar.
3. Efektif dengan pemberian secara injeksi atau penggunaan setempat pada
membran mukosa.
4. Mulai kerjanya harus sesingkat mungkin dan bertahan untuk jangka waktu
yang yang cukup lama.
5. Dapat larut air dan menghasilkan larutan yang stabil, juga stabil terhadap
pemanasan.

14
Anestesi lokal sering kali digunakan secara parenteral (injeksi) pada
pembedahan kecil dimana anestesi umum tidak perlu atau tidak diinginkan. Di
Indonesia, yang paling banyak digunakan adalah lidokain dan bupivakain.

3.3 Mekanisme kerja

Obat bekerja pada reseptor spesifik pada saluran natrium (sodium channel),
mencegah peningkatan permeabilitas sel saraf terhadap ion natrium dan kalium
sehingga terjadi depolarisasi pada selaput saraf dan hasilnya, tidak terjadi konduksi
saraf.

Potensi dipengaruhi oleh kelarutan dalam lemak, makin larut makin poten.
Ikatan dengan protein (protein binding) mempengaruhi lama kerja dan konstanta
dissosiasi (pKa) menentukan awal kerja.

Konsentrasi minimal anestetika lokal (analog dengan MAC, minimum


alveolar concentration) dipengaruhi oleh:

1. Ukuran, jenis dan mielinisasi saraf


2. pH (asidosis menghambat blockade saraf)
3. Frekuensi stimulasi saraf

Awal bekerja bergantung beberapa factor, yaitu:

1. pKa mendekati pH fisiologis sehingga konsentrasi bagian tak terionisasi


meningkat dan dapat menembus membrane sel saraf sehingga
menghasilkan mula kerja cepat
2. Alkalinisasi anestetika lokal membuat awal kerja cepat
3. Konsentrasi obat anestetika lokal

Lama kerja dipengaruhi oleh:

1. Ikatan dengan protein plasma karena reseptor anestetika lokal adalah


protein

15
2. Dipengaruhi oleh kecepatan absorpsi
3. Dipengaruhi oleh banyaknya pembuluh darah perifer di daerah pemberian

3.4 Farmakokinetik

a. Absorpsi sistemik dipengaruhi oleh:


1. Tempat suntikan
- Kecepatan absorpsi sistemik sebanding dengan banyaknya
vaskularisasi tempat suntikan : absorpsi intravena > trakeal >
interkostal > kaudal > paraservikal > epidural > plexus brakial >
skiatik > subkutan
2. Penambahan vasokonstriktor
- Adrenalin 5 µg/ml atau 1:200 000 membuat vasokonstriksi
pembuluh darah pada tempat suntikan sehingga dapat
memperlambat absorpsi sampai 50%
3. Karakteristik obat anestesi lokal
- Obat anestesi lokal terikat kuat pada jaringan sehingga dapat
diabsorpsi secara lambat
b. Distribusi dipengaruhi oleh ambilan organ (organ uptake) dan ditentukan
oleh factor-faktor:
1. Perfusi jaringan
2. Koefisen partisi jaringan/darah
- Ikatan kuat dengan protein plasma  obat lebih lama di darah
- Kelarutan dalam lemak tinggi  meningkatkan ambilan jaringan
3. Massa jaringan
- Otot merupakan tempat reservoir bagi anestetika lokal
c. Metabolisme dan ekskresi
1. Golongan ester
- Metabolisme oleh enzim pseudo-kolinesterase (kolinesterase
plasma). Hidrolisa ester sangat cepat dan kemudian metabolit
diekskresi melalui urin
2. Golongan amida

16
- Metabolisme terutama oelh enzim mikrosomal di hati.
Kecepatan metabolisme tergantung kepada spesifikasi obat
anestesi lokal. Metabolisme nya lebih lamabat dari hidrolisa
ester. Metabolit lewat urindan sebagian diekskresi dalam
bentuk utuh.

3.5 Efek samping terhadap sistem tubuh


Sistem kardiovaskular
- Depresi automatisasi miokard
- Depresi kontraktilitas miokard
- Dilatasi arteriolar
- Dosis besar dapat menyebabkan disritmia/kolaps sirkulasi

Sistem pernafasan
- Relaksasi otot polos bronkus
- Henti nafas akibat paralisis saraf frenikus
- Paralisis interkostal
- Depresi langsung pusat pengaturan nafas

Sistem saraf pusat


- Parestesia lidah
- Pusing
- Tinnitus
- Pandangan kabur
- Agitasi
- Depresi pernafasan
- Tidak sadar
- Konvulsi
- Koma

17
Imunologi
- Reaksi alergi

Sistem musculoskeletal
- Miotoksik (bupivakain > lidokain > prokain)

18
BAB III

KESIMPULAN

Anestesi regional dibagi menjadi dua yaitu blok sentral dan blok perifer
dengan persiapan yang sama pada anestesi umum, obat yang sering digunakan pada
anestesi regional ini seperti Lidokain, Prokain, Bupivakain dan Kokain yang
bekerja langsung pada sel saraf dan menghambat kemampuan sel saraf
mentransmisi implus melalui akson, walaupun anestesi regional masih memiliki
kerugian seperti Tidak semua pasien senang dilakukan anestesi regional, Sulit
diterapkan pada pasien anak- anak. Tetapi anestesi regional lebih banyak digunakan
karena memiliki keuntungan seperti lebih aman digunakan karena memiliki
keuntungan seperti biaya lebih murah,Tidak ada komplikasi jalan nafas, Tidak ada
polusi kamar operasi oleh gas anaestesi, Resiko mual dan muntah lebih sedikit
karena pasein sadar, Perawatan pasien pasca operasi lebih mudah.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Netter FH. Atlas of Human Anatomy.Ed 5


2. Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Morgan & Mikhail’s clinical
Anesthesiology. MC Graw Hill Education.Ed 5
3. Latief SA, Suryadi KA, Dachan MR. Petunjuk praktis Anestesiologi. Jakarta:
Departemen Anestesiologi dan Intensive Care Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2010. Ed 2

20

Anda mungkin juga menyukai