ANESTESI REGIONAL:
SPINAL, EPIDURAL, DAN KAUDAL BLOK
Disusun oleh:
DIMAS BAMBANG FRASESA
030.14.053
Pembimbing:
dr. Guntur M. Taqwin, Sp. An
i
Referat dengan judul:
“ANESTESI REGIONAL:
SPINAL, EPIDURAL, DAN KAUDAL BLOK”
Pembimbing,
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan nikmat-
Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan referat yang berjudul “Anestesi
Regional: Spinal, Epidural, dan Kaudal Blok”. Penulis referat ini merupakan salah
satu syarat untuk mengikuti ujian akhir kepaniteraan klinik ilmu anestesi di RSUD
dr. Soeselo Kabupaten Tegal
Penulis menyadari bahwa dalam penuisan referat ini masih banyak sekali
kekurangan. Namun dengan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, maka
referat ini dapat diselesaikan tepat waktu. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT, dan juga kepada dr.
Guntur M. Taqwin, Sp. An selaku pembimbing yang telah meluangkan waktunya
dan juga memberikan bimbingan sehingga referat ini dapat diselesaikan.
Akhir kata peneliti berharap Allah SWT berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Penulis berharap semoga skripsi ini
dapat memberikan ilmu yang berguna dan bermanfaat bagi pengembagan ilmu
pengetahuan.
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN.....................................................................................i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 2
BAB III KESIMPULAN ....................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi
a. Vertebrae
6
- Lumbales (5)
- Sacroles (5, menyatu membentuk sacrum)
- Coccygeae
Pada tulang belakang terdapat bantalan yaitu intervertebral disc yang
terdapat di sepanjang tulang belakang sebagai sambungan antar tulang dan
berfungsi melindungi jalinan tulang belakang. Bagian luar dari bantalan ini terdiri
dari annulus fibrosus yang terbuat dari tulang rawan dan nucleus pulposus yang
berbentuk seperti jeli dan mengandung banyak air.
Selain itu pada tulang belakang terdapat beberapa ligamentum dimana
terdiri dari lig. Capituli costae radiatum, lig. Costotransversarium anterior,
lig.Capituli costaeinterarticulare
Pada prosesus spinosus cervical 2 akan teraba langsung dibawah oksipital
sedangkan prosesus spinosus cervical 7 paling menonjol dan disebut sebagai
vertebra prominens. Terdapat garis lurus yang menghubungkan kedua krista iliaka
tertinggi akan memotong prosesus spinosus L4 atau antara L3-L5.(1,2)
b. Medula Spinalis
Medulla spinalis merupakan bagian dari susunan saraf pusat lanjutan dari
medulla oblongata yang menembus foramen occipital magnum, dikelilingi dan
dilindungi oleh tulangbelakang (vertebrae) dibungkus oleh tiga lapisan mening
yaitu;
1. Duramater
2. Arachnoid
3. Piamater
7
C. Cairan Serebrospinal
Cairan serebrospinalis merupakan ultra filtrasi dari plasma yang berasal dari
pleksus arteria coroidalis yang terletak di ventrikel 3-4 dan lateral. Cairan ini jernih
8
tidak berwarna, mengisi ruang subaraknoid dengan jumlah total 100-150 ml,
sedangkan yang di punggung sekitar 24-45 ml.(3)
BLOK SENTRAL
2.1 Analgesia Spinal
Pemberian obat anastetik lokal kedalam ruang subarachnoid anestesi
spinal dapat dilakukan dengan cara menyuntkkan anestesi lokal kedalam
subarachnoid. Untuk mencapai cairan serebro spinalis, maka jarum suntik akan
menembus kulit – subkutis - lig.supraspinosum - lig. Interspinosum – lig. Flavum -
ruang epidural - duramater – ruang subarachnoid.
- Bedah panggul
- Bedah obstetri-ginekologi
- Bedah urologi
9
2. Skin infection didaerah tusukan
4. Blood discrasia
7. Penderita menolak
8. Hypotensi
10
1. Lidokaine (xylocain, lignokain) 2%: berat jenis 1.006, sifat isobarik, dosis
20-100mg (2-5ml)
2. Lidokaine (xylocain,lignokain) 5% dalam dextrose 7.5%: berat jenis 1.033,
sifat hyperbarik, dosis 20-50 mg (1-2ml)
3. Bupivakaine (markaine) 0.5% dalam air: berat jenis 1.005, sifat isobarik,
dosis 5-20mg (1-4ml)
4. Bupivakaine (markaine) 0.5% dalam dextrose 8.25%: berat jenis 1.027,
sifat hiperbarik, dosis 5-15mg (1-3ml).(2,3)
11
2.3 Analgesi Kaudal
Anestesi pada ruang kaudal melalui hiatus sakralis, dimana hiatus sakralis
ditutup oleh ligamentum sakrokogsigeal tanpa tulang dengan gabungan antara
lig. Suspansorium, lig. interspinosum dan lig. flavum. ruang kaudal berisi saraf
sakral pleksus venosus, felum terminale dan kantong dura.
2.3.1 Indikasi
Bedah didaerah perineum, anorektal, contohnya hemoroid, fistula paraanal.
2.3.2 Tindakan
Posisi pasien telungkup dengan simfisis diganjal, atau bisa dengan posisi
decubitus lateral
Tentukan letak hiatus sakralis dengan cara menemukan kornu sakralis
kanan dan kiri dan spina iliakan posterior kemudian hubungkan ketiga
tulang tersebut.
Aseptic pada daerah hiatus sakralis, tusukan jarum yang mula-mula 90°
terhadap kulit, setelah diyakini masuk kanalis sakralis arah jarum diubah
45°-60° dan jarum didorong sedalam 1-2 cm. kemudian suntikkan NaCl
sebanyak 5 ml secara agak cepat sambil meraba apakah ada
12
pembengkakan di kulit untuk menguji apakah cairan masuk dengan benar
di kanalis kaudalis.
Persiapan anestesi regional sama dengan persipan anestesi general mulai dari
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Persiapan pada anestesi
regional ini disamakan dengan persiapan pada anestesi umum karena untuk
mengantisipasi toksis sistemik reaction yang berakibat fatal sehingga perlu
persiapan resusitasi.
13
- Terdapat kemungkinan kegagalan pada teknik anestesi regional
BLOK PERIFER
3.1 Definisi
Anestesi lokal adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila digunakan
secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar yang cukup. Obat bius lokal bekerja
pada tiap bagian susunan saraf.
14
Anestesi lokal sering kali digunakan secara parenteral (injeksi) pada
pembedahan kecil dimana anestesi umum tidak perlu atau tidak diinginkan. Di
Indonesia, yang paling banyak digunakan adalah lidokain dan bupivakain.
Obat bekerja pada reseptor spesifik pada saluran natrium (sodium channel),
mencegah peningkatan permeabilitas sel saraf terhadap ion natrium dan kalium
sehingga terjadi depolarisasi pada selaput saraf dan hasilnya, tidak terjadi konduksi
saraf.
Potensi dipengaruhi oleh kelarutan dalam lemak, makin larut makin poten.
Ikatan dengan protein (protein binding) mempengaruhi lama kerja dan konstanta
dissosiasi (pKa) menentukan awal kerja.
15
2. Dipengaruhi oleh kecepatan absorpsi
3. Dipengaruhi oleh banyaknya pembuluh darah perifer di daerah pemberian
3.4 Farmakokinetik
16
- Metabolisme terutama oelh enzim mikrosomal di hati.
Kecepatan metabolisme tergantung kepada spesifikasi obat
anestesi lokal. Metabolisme nya lebih lamabat dari hidrolisa
ester. Metabolit lewat urindan sebagian diekskresi dalam
bentuk utuh.
Sistem pernafasan
- Relaksasi otot polos bronkus
- Henti nafas akibat paralisis saraf frenikus
- Paralisis interkostal
- Depresi langsung pusat pengaturan nafas
17
Imunologi
- Reaksi alergi
Sistem musculoskeletal
- Miotoksik (bupivakain > lidokain > prokain)
18
BAB III
KESIMPULAN
Anestesi regional dibagi menjadi dua yaitu blok sentral dan blok perifer
dengan persiapan yang sama pada anestesi umum, obat yang sering digunakan pada
anestesi regional ini seperti Lidokain, Prokain, Bupivakain dan Kokain yang
bekerja langsung pada sel saraf dan menghambat kemampuan sel saraf
mentransmisi implus melalui akson, walaupun anestesi regional masih memiliki
kerugian seperti Tidak semua pasien senang dilakukan anestesi regional, Sulit
diterapkan pada pasien anak- anak. Tetapi anestesi regional lebih banyak digunakan
karena memiliki keuntungan seperti lebih aman digunakan karena memiliki
keuntungan seperti biaya lebih murah,Tidak ada komplikasi jalan nafas, Tidak ada
polusi kamar operasi oleh gas anaestesi, Resiko mual dan muntah lebih sedikit
karena pasein sadar, Perawatan pasien pasca operasi lebih mudah.
19
DAFTAR PUSTAKA
20