Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perilaku gangguan makan di kalangan remaja dan dewasa semakin


berkembang, besarnya masalah pada kelainan gangguan makan pada saat ini
meningkat pesat dan mengakibatkan dampak yang signifikan pada kesehatan
masyarakat.(1) Menurut penelitian Pike KM, pada abad 20 perilaku gangguan makan
meningkat secara drastis di Asia.(2) Gangguan ini salah satunya adalah Night Eating
Syndrome (NES), dimana NES sendiri merupakan salah satu bagian dari diagnosis
kejiwaan dalam Diagnostik dan Statistik Manual Mental Disorders (DSM-5).(1)
NES menjadi salah satu jenis perilaku gangguan makan, dengan tiga kriteria utama
menurut Stunkard, et al, yaitu tidak ada keinginan untuk sarapan pagi, makan
banyak di malam hari, dan sulit tidur hingga larut malam maupun terbangun di
malam hari dan sulit tidur kembali.(3)

Penelitian menunjukan bahwa NES sudah banyak terjadi di wilayah Asia,


dan terus meluas hingga ke Asia Tenggara.(4) NES adalah gangguan pola makan
yang tertunda dimana berulangnya episode makan pada malam hari yang
bermanifestasi dengan terbangunnya dari tidur untuk makan atau konsumsi
makanan yang berlebihan setelah makan malam.(5) Menurut penelitian di Korea
pada usia 15-65 tahun ditemukan sebanyak 15,1% pengidap NES.(6)

Terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan terjadinya NES, salah


satunya adalah stres, orang yang mengalami tingkat stres yang tinggi lebih mungkin
untuk terlibat dalam makan malam.(7) Stres adalah kondisi yang disebabkan oleh
interaksi antara individu dengan lingkungan, menimbulkan persepsi jarak antara
tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi yang bersumber pada sistem biologis,
psikologis, dan sosial dari seseorang.(8) Salah satu jenis stres itu sendiri adalah stres
kerja, stres kerja merupakan suatu kondisi yang diakibatkan tekanan beban kerja,

1
maupun adanya masalah individual atau kelompok, yang berpotensi mengakibatkan
terganggunya produktivitas kerja daei karyawan.(14)

Di Indonesia ditemukan sekitar 10% dari total penduduk Indonesia yang


mengalami stres. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013,
menyebutkan bahwa sekitar 1,33 juta penduduk DKI Jakarta mengalami stres
dimana angka tersebut mencapai 14% dari total penduduk dengan tingkat stres akut
mencapai 1-3% dan stres berat mencapai 7- 10%.(9)

Menurut penelitian Sevincer GM, terdapat hubungan yang signifikan antara


stres dengan terjadinya NES, tetapi menurut Colles SL, NES saja tidak terdapat
hubungan antara hal tersebut.(10) Karena terdapat perbedaan dari hasil penelitian
tersebut maka NES perlu di teliti lebih lanjut, khususnya hubungannya dengan
komorbiditas psikiatrik, usia timbulnya NES, dan dikarenakan perjalanan NES
yang semakin meningkat dari waktu ke waktu.(11)

Dalam beberapa dekade ini hanya sedikit studi yang telah dilakukan untuk
menentukan prevalensi dan masalah tentang NES, hal ini menyebabkan sulitnya
untuk menilai secara akurat hubungan antara makan malam dengan gejala yang
terkait yaitu obesitas, gangguan tidur, dan gangguan psikologis. (12)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas, maka dapat


dirumuskan pertanyaan penelitian adalah apakah terdapat hubungan antara stres
kerja dengan terjadinya Night Eating Syndrome pada karyawan x?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk meningkatkan kesehatan dan produktifitas kerja pada karyawan x.

2
1.3.2 Tujuan Khusus

 Menentukan prevalensi terjadinya Night Eating Syndrome pada


karyawan x.
 Menentukan hubungan antara karakteristik responden (jenis kelamin
dan usia) dengan Night Eating Syndrome pada karyawan x.
 Menentukan hubungan antara stres kerja dengan terjadinya Night
Eating Syndrome pada karyawan x.

1.4 Hipotesis Penelitian

Terdapat hubungan antara stres kerja dengan terjadinya Night Eating


Syndrome pada karyawan x.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan referensi sebagai landasan untuk
penelitian selanjutnya.

1.5.2 Bagi Profesi Kedokteran

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai stres kerja


dengan terjadinya Night Eating Syndrome pada karyawan x serta dapat dijadikan
sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya untuk permasalahan yang sama.

1.5.3 Bagi Masyarakat

Memberi informasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai


stres kerja, dampaknya bagi kesehatan dan kaitannya dengan terjadinya Night
Eating Syndrome.

3
BAB II

TINJAUAN, RINGKASAN PUSTAKA, DAN KERANGKA TEORI

2.1 Night Eating Syndrome (NES)


2.1.1 Definisi
Night Eating Syndrome (NES) adalah suatu kondisi yang ditandai oleh
gangguan irama sirkadian yang berkaitan dengan sistem Hypothalamic-Pituitary
Adrenal (HPA) yang pertama kali ditemukan pada orang dengan obesitas, dimana
terdapat anoreksia pada pagi hari dan makan malam lebih dari 25% setelah jam
makan malam. (13)

2.1.2 Etiologi

Penyebab NES tidak sepenuhnya diketahui, tetapi NES juga dikaitkan


dengan gangguan mood, depresi, anxietas, stres dan gangguan tidur.(14) Tetapi ada
beberapa mekanisme yang terlibat dalam gangguan ini yaitu peran beberapa
hormon seperti melatonin, serotonin, kortisol, dan leptin. Melatonin disekresikan di
otak dan membantu mengatur hormon lain yang berfungsi dalam ritme sirkadian,
pada penderita NES terdapat penurunan pada kadar melatonin dan serotonin hal ini
menyebabkan gangguan tidur, dan gangguan irama makan. Leptin adalah hormon
lain yang di produksi oleh jaringan adipose yang mengatur berat badan dan
metabolisme, hormon ini menekan nafsu makan terutama saat tidur, namun pada
penderita NES ditemukan penurunan pada hormon leptin yang dapat menyebabkan
keinginan mengonsumsi makanan pada malam hari. (15)

2.1.3 Epidemiologi

Menurut penelitian di Korea pada usia antara 15-65 tahun ditemukan


(6)
sebanyak 15,1% pengidap NES. Dalam studi terbesar NES sampai saat ini,
diperkirakan 30% kelompok NES adalah pria. Selain itu, Grilo dan Masheb
melaporkan bahwa 8,8% pria dan 9,2% wanita dengan gangguan makan malam
menunjukan prevalensi yang sama di seluruh jenis kelamin. Sebuah penelitian di
Amerika Serikat (di University of Minnesota dan University of Pennsylvania)

4
melaporkan tingkat prevalensi NES yang cukup tinggi pada orang yang mempunyai
gangguan psikiatri sebanyak 16,5%. (16) Seiring usia, gangguan makan pada malam
hari ini lebih sering di temukan, dimana didapatkan prevalensi sebesar 6,5% pada
usia 9 tahun lalu dapat meningkat sampai 21% pada usia 19 tahun dan prevalensi
ini menurun pada usia diatas 65 tahun. (17)

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi NES

2.1.4.1 Usia

Kondisi NES lebih umum ditemukan usia dewasa muda (18-30 tahun)
daripada orang dewasa yang lebih tua. (14)

2.1.4.2 Jenis Kelamin

Dalam sebuah penelitian untuk menyelidiki estimasi heritabilitas untuk


NES pada kedua jenis kelamin, didapatkan prevalensi NES pada laki-laki lebih
besar dari pada perempuan. Hal ini bisa terkait dengan kehidupan kerja pria yang
lebih aktif dari pada wanita dan kemungkinan kebiasaan makan yang buruk di
tempat kerja. (18)

2.1.4.3 Gangguan Tidur

Gangguan tidur dapat memicu terjadinya NES, literatur yang ada


menunjukan bahwa pasien dengan NES mengalami kesulitan untuk memulai dan
mempertahankan tidur. Pasien NES dengan gangguan tidur merespon pada
pengobatan standar dari NES, khususnya SSRI. Literatur terbaru menunjukan
bahwa hubungan antara NES dan gangguan tidur terus meningkat. Gangguan tidur
tidak hanya berkaitan dengan NES tetapi juga terdapat pada Sleep Related Eating
Disorder (SRED), hanya yang membedakan antara gangguan tidur tersebut adalah
pada SRED adalah ketidaktahuan episode makan nokturnal, komorbiditas yang
lebih tinggi dengan gangguan tidur lainnya seperti sleepwalking, dan berhubungan
dengan obat penenang seperti triazolam. Konsumsi makanan dan/atau zat yang
tidak bisa dimakan juga terlihat pada SRED, dan makanan yang paling umum
dikonsumsi pada NES adalah roti, roti lapis, dan permen. NES di obati dengan SSRI

5
sedangkan SRED diobati dengan benzodiazepine, penstabil suasana hati (misalnya,
topiramate), atau obat dopaminergik. Oleh karena itu, riwayat tidur menyeluruh
sangat penting untuk membedakan NES dan SRED. (5)

2.1.4.4 Depresi

Pada studi cross-sectional menunjukan bahwa pasien dengan NES memiliki


gejala depresi dan kecemasan yang lebih tinggi dari pada individu non-NES.
mengungkapkan korelasi yang substansial antara skor NEQ dan depresi pada pasien
yang memiliki obesitas kelas II dan III. Kami memiliki pengetahuan yang terbatas
tentang prevalensi dan gambaran klinis spesifik NES pada populasi Turki. Orhan,
et al dan Kucukgoncu, et al, melaporkan masing-masing 35,2% dan 21,3% pasien
dengan depresi menderita NES. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa
Binge Eating Disorder (BED) mungkin merupakan faktor perancu pada hubungan
antara SEN dan depresi. Skor skor depresi kami yang lebih tinggi antara kelompok
NES konsisten dengan studi tersebut. (19)

2.1.4.5 Pengaruh Keluarga

NES dikaitkan dengan kebiasaan makan malam orang tua, sesuai dengan
penelitian yang melibatkan anak-anak Jerman di mana risiko makan malam tujuh
kali lebih tinggi pada anak-anak dengan ibu yang suka mengkonsumsi makanan
pada malam hari. Terdapat bukti bahwa preferensi dan pemilihan makanan sangat
dipengaruhi oleh orang tua. (6)

2.1.4.6 Konsumsi Camilan pada Malam Hari

NES sering dikaitkan dengan asupan tinggi makanan lengkap dan camilan
selama jam makan malam. Namun, makan malam juga ditemukan terkait energi
yang signifikan yang diperoleh dari makanan ringan. Pola ini menunjukan titik
intervensi yang memungkinkan untuk makan malam. (6)

6
2.1.4.7 Beban Kerja

Waktu kerja atau kerja malam dihubungkan dengan hipertensi, sindrom


metabolik, kanker, dan penyakit lainnya. Penyebab dari kejadian patologik ini
akibat disosiasi antara sinyal sementara jam biologis dan jadwal kegiatan pekerja
malam. Asupan makan yang disesuaikan dengan aktivitas normal akan mencegah
terjadinya peningkatan berat badan atau kegemukan. Waktu kerja atau kerja malam
memaksa seseorang untuk tetap aktif ketika malam hari dimana seharusnya mereka
tidur. Telah dibuktikan bahwa waktu kerja atau kerja malam memicu
penyimpangan pola makan dan pada akhirnya menyebabkan peningkatan asupan
makanan di waktu yang seharusnya untuk beristirahat. Pekerja malam umumnya
mengatur jam makan di sekitar waktu kerja mereka dan banyak diketahui pula
bahwa mereka cenderung mengonsumsi makanan yang tinggi karbohidrat. (20)

2.1.5 Patofisiologi

Stres dan faktor gen memperlihatkan hubungan terhadap irama sirkadian


(circardian rhythm) secara hormonal, dimana tertundanya irama sirkardian pada
pola makan merupakan aspek utama penderita NES dan faktor stres ikut
mempengaruhi pola makan melalui serotonin transporter, disebut sebagai sistem
serotonorgik, dimana interaksi antara stres dan kerentanan gen menyebabkan
meningkatnya Serotonin Transporter (SERT) lalu menyebabkan menurunnya
serotonin postinaptik yang akan mengacaukan ritme sirkadian dan mengurangi rasa
kenyang. Dengan pemberiaan Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs) dapat
mengurangi SERT yang meningkatkan serotonin postsinaptic lalu memulihkan
ritme dan rasa kenyang. (21)

Hormon glukokortikoid sedikit sekali disimpan di dalam sel korteks


adrenal, karena hormon ini selalu dilepaskan ke dalam setelah selesai di buat.
Glukokortikoid plasma mulai meningkat sesudah tengah malam dan mencapai
kadar puncak plasma (kira-kira 15 mikrogram per desiliter) antara pukul 06.00
sampai pukul 08.00 pagi. Sesudah pukul 08.00 pagi sekresi glukokortikoid
menurun, dan mencapai titik terendah (kira-kira 6 mikrogram/desiliter) antara

7
pukul 18.00 dan tengah malam. Selama waktu ini glukokortikoid tidak disekresi
terus menerus, sekresi dalam jumlah besar terjadi pada pagi hari, kecuali dalam
keadaan stres irama diurnal dilampaui dan kadar glukokortikoid dalam plasma
dapat melebihi 25 mikrogram per desiliter. Pada titik ini kapasitas protein pengikat
plasma utama meningkat dan globulin pengikat steroid dilampaui serta kadar
glukokortikoid plasma meningkat. (22)

Selain itu juga terdapat sistem glukokortikoid, yang bertanggung jawab


terhadap kondisi stres dan tentunya dapat menjelaskan siklus hormonal pengaruh
stres terhadap pola sirkadian asupan makan seseorang. Sistem glukokortikoid
menjadi penjelasan yang penting untuk mekanisme NES karena:

1. Hypothalamic-Pituitary Adrenal (HPA) bertanggung jawab terhadap kondisi


stres, yang merupakan peran penting terjadinya NES.

2. Hasil akhir sistem glukokortikoid menyebabkan bertambahnya nafsu makan.

3. Pola sirkardian akibat hormon penambah nafsu makan, Agouti-Related Protein


(AgRP), merupakan target dari proses glukokortikoid. (21)

8
Stres Genetik

Selective Serotonin meningkatkan


menurunkan
Serotonin Transporter Postsynaptic
Reuptake (SERT) serotonin
Inhibitor (SSRI)

menurunkan
memulihkan

Postsynaptic
Irama
serotonin Rasa kenyang
sirkardian

disregulasi menurunkan

Irama
Rasa kenyang
sirkadian

Night Eating Syndrome

Gambar 1. Patofisiologi Stres Menyebabkan NES. (21)

9
2.1.6 Kriteria Diagnostik

Tabel 1. Kriteria Diagnostik NES

A. Pola makan sehari-hari menunjukkan asupan yang meningkat secara


signifikan di malam hari, sebagaimana dinyatakan oleh satu atau kedua hal
berikut:
 Setidaknya 25% dari asupan makanan dikonsumsi setelah jam makan
malam.

 Setidaknya dua episode makan malam per minggu.

B. Terdapat kesadaran episode makan malam.

C. Gambaran klinis ditandai oleh setidaknya tiga hal berikut:


 Kurangnya keinginan untuk makan di pagi hari selama 4 atau lebih dalam
seminggu.
 Adanya keinginan kuat untuk makan di antara makan malam sampai
waktunya tidur.
 Insomnia selama 4 kali atau lebih dalam seminggu.
 Adanya keyakinan bahwa seseorang harus makan untuk memulai atau
kembali tidur.

 Suasana hati sering tertekan dan/atau suasana hati memburuk di malam


hari.
D. Gangguan ini terkait dengan kesulitan dan/atau gangguan fungsi yang
signifikan.

E. Pola makan yang tidak teratur telah dipertahankan setidaknya selama 3 bulan.

F. Gangguan ini bukan karena penyalahgunaan atau ketergantungan zat,


gangguan medis, dan pengobatan.(3)

10
Tingkat keparahan NES pasien dapat di nilai melalui kuesioner Night Eating
Diagnostic Questionnaire (NEDQ) kuesioner ini terdiri dari 21 pertanyaan, tentang
jadwal makan dan tidur, apakah responden menyadari bahwa dirinya sebagai night
eater, kesadaran akan night eating, keadaan distress serta bagaimana keadaan mood
pada malam hari. Keuntungan dari penggunaan kuesioner ini adalah system skoring
dengan sistem hierarki yang memungkinkan untuk klasifikasikan NES kedalam
kategori ringan, sedang, dan berat. Validasi dari kuesioner ini telah dilakukan di
New York Obesity Research Centre. (24)

2.2 Stres Kerja

2.2.1 Definisi

Stres kerja merupakan suatu kondisi yang diakibatkan tekanan beban kerja,
maupun adanya masalah individual atau kelompok, yang berpotensi mengakibatkan
terganggunya produktivitas kerja dari karyawan. Orang-orang yang mengalami
stres menjadi cemas dan merasakan kekhawatiran berlebihan sehingga mereka
sering marah, agresif, tidak dapat rileks dan memperlihatkan sikap yang tidak
kooperatif.(26)

2.2.2 Epidemiologi

Berdasarkan data World Health Organization (WHO), sekitar 450 juta


orang di dunia mengalami stres. Untuk di Indonesia ditemukan sekitar 10% dari
total penduduk Indonesia yang mengalami stres. Data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) pada tahun 2013, menyebutkan bahwa sekitar 1,33 juta penduduk DKI
Jakarta mengalami stres dimana angka tersebut mencapai 14% dari total penduduk
dengan tingkat stres akut mencapai 1-3% dan stres berat mencapai 7- 10%.(9)

2.2.3 Tahap Respon Stres

Pada tahun 1976, Selye mengidentifikasi 3 tahap dari respon stres, yaitu: (27)

2.2.3.1 Tahap Alarm

Tahap yang mempersiapkan seseorang untuk memberi respon terhadap

11
suatu kondisi ancaman. Pada tahap ini tingkat hormon kortisol meningkat, emosi
meninggi, dan ketegangan meningkat.

2.2.3.2 Tahap Resistensi

Tahap dimana tingkat hormon kortisol tetap, ada usaha fisiologis untuk
mengatasi kapasitas penuh, dan meningkatnya perlawanan melalui mekanisme
pertahanan diri dan strategi mengatasi stres.

2.2.3.3 Tahap Kelelahan

Tahap dimana perlawanan terhadap stres yang berkepanjangan mulai


menurun. Fungsi otak terganggu oleh perubahan-perubahan metabolisme, sistem
kekebalan tubuh menjadi kurang efisien, dan penyakit yang serius mulai timbul
pada saat kondisi menurun.

2.2.4 Faktor Penyebab Stres Kerja (Stresor):

Berbagai faktor dapat menyebabkan stres akibat stresor yang harus dihadapi
seorang individu. Faktor individu seorang pekerja juga dapat berdampak stres kerja
misalnya kondisi ekonomi pribadi atau adanya masalah keluarga. Kemudia stresor
juga dapat timbul karena faktor lingkungan pekerjaan misalnya kondisi lingkungan
tempat kerja (kebisingan atau pencahayaan yang kurang tepat) yang dapat
menimbulkan stress kerja.(28) Selain itu terdapat juga faktor lain yaitu faktor
organisasi yang dapat menimbulkan stresor misalnya tuntutan tugas dan beban kerja
yang tinggi.(29)

Menurut Luthans, terdapat empat jenis stresor: (30)

1. Extra organizational stressors


Terdiri dari keadaan ekonomi, keadaan keluarga, ras, kondisi keuangan,
keadaan tempat tinggal.
2. Organizational stressors
Meliputi kebijakan organisasi, struktur organisasi, keadaan dalam
berorganisasi, dan proses yang terjadi dalam berorganisasi.

12
3. Group stressors
Terdiri dari kurangnya kebersamaan dalam kelompok, kurangnya dukungan
sosial, dan konflik dengan sesama.
4. Individual stressors
Terdiri dari terjadinya konflik dan ketidakjelasan peran.

2.3 Hubungan Antara NES dan Stres Kerja

Pada penderita NES ditemukan memiliki kadar kortisol atau hormon stres
yang tinggi hal ini menunjukan terdapat hubungan antara stres dan terjadinya
NES.(15) NES pertama kali dideskripsikan pada tahun 1955 oleh Stunkard, et al
sebagai sindrom yang berpotensi menjadi salah satu jenis perilaku makan yang
menyimpang, menurut studi terhadap penderita NES ditemukan level kortisol yang
tinggi pada malam hari dibandingkan dengan orang tanpa NES, hal ini yang akan
menyebabkan peningkatan konsumsi makanan dan rasa lapar pada malam hari dan
juga penderita NES menunjukan asupan makanan pada malam hari yang lebih
tinggi, meskipun total kalori harian mereka mirip dengan kontrol.(22)

Pada tingkat kecemasan dan stres yang lebih tinggi didapatkan hubungan
yang signifikan pada skor Night Eating Questionnaire (NEQ), sebagian besar
peserta memiliki tingkat depresi yang rendah (normal atau ringan) 57,5%;
kecemasan 70,5%; dan stres 93,0%. (1)

NES di temukan pada mahasiswa 6 hingga 9 kali lebih tinggi dari pada
populasi umum, hal ini di kaitkan dengan fakta bahwa mahasiswa memiliki tingkat
stres yang lebih tinggi dan memiliki lebih banyak masalah tidur dari pada populasi
umum.(23) Pada orang dewasa muda memiliki risiko mempunyai prevalensi
hiperfagia malam yang lebih tinggi dari pada kelompok usia lainnya, orang yang
mempunyai tingkat stres yang tinggi, pola tidur yang berantakan, dan gangguan
makan, lebih memiliki risiko khusus untuk terkena NES. (31)

13
2.4 Ringkasan Pustaka
Tabel 2. Ringkasan Pustaka

Peneliti Lokasi Studi Subjek studi Variabel yang Lama waktu Hasil
penelitian desain diteliti studi

Sevincer GM, Turki Cross- 99 pria dan 111 Variabel bebas: - Dari partisipasi
Ince E, Taymur I, sectional wanita impulsive, depresi, ditemukan sebanyak
Konuk N. dan kecemasan 9,5% positif NES, dan
terdapat hubungan yang
Variabel tergantung: signifikan terhadap
NES depresi, kecemasan, dan
stres. (20)

Borges KM, Juazeiro do Cross- 200 mahasiswa Variabel bebas: 3 bulan Dari 200 mahasiswa,
Figueiredo Norte, sectional perilaku, faktor 15% menunjukan hasil
FWDS, Souto Ceará, emosional, dan NEQ skor ≥ 25 dan
RPD. Brazil lingkungan ditemukan terdapat
hubungan antara stres
Variabel tergantung: dengan terjadinya NES.
NES (1)

14
Ngan SW, et al. Malaysia Cross- 320 mahasiswa Variabel bebas: stres 3 bulan Tidak ada hubungan
sectional yang signifikan antara
Variabel tergantung: stres dan terjadinya
Gangguan makan risiko gangguan
makan.(32)
Huang C, et al. China Cohort 376 orang Jepang Variabel bebas: 2 tahun Kebiasan ngemil setelah
usia 24-83 tahun gejala depresi makan malam secara
signifikan terkait dengan
Variabel tergantung: gejala depresi. (33)
gangguan makan

15
2.5 Kerangka Teori

Faktor lingkungan: Faktor psikologis: Faktor kebiasaan:

 Beban kerja  Stres  Konsumsi camilan


 Pengaruh keluarga pada malam hari

Serotonin
Transporter
(SERT)

Postsynaptic
Serotonin
menurun

Gangguan Rasa kenyang


irama sirkadian menurun
Faktor lain:
 Usia
 Jenis kelamin Night Eating Syndrome
 Status Gizi
 Gangguan Tidur

Gambar 2. Kerangka teori

16
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Tergantung

 Stres kerja
 Karakteristik responden
Night Eating Syndrome
(usia, jenis kelamin)

Gambar 3. Kerangka Konsep

3.2 Variabel Penelitian

Variabel penelitian disini terdiri dari variabel bebas yang diteliti yaitu stres
kerja, sedangkan variabel tergantungnya adalah Night Eating Syndrome.

17
3.3 Definisi Operasional
Tabel 3. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil pengukuran Skala Referensi

1 Night Berulangnya episode makan pada Pengisisan Night Eating Ringan: pemakan malam Ordinal DSM V.(34)
Eating malam hari yang bermanifestasi kuesioner Diagnostic memiliki 1 kriteria dari I (tetapi
Syndrome dengan terbangunnya dari tidur Questionnaire tidak memenuhi kriteria NE atau
(NES) untuk makan atau konsumsi (NEDQ) NES)
makanan yang berlebihan setelah Sedang: makan malam memiliki
1 kriteria dari I ditambah ≥ 3
makan malam, menyadari dan
dari 5 kualifikasi dari kriteria III
mengingat kejadian tersebut dan (tetapi tidak memenuhi kriteria
hal ini tidak dapat dijelaskan NE atau NES)
dengan lebih baik pada pengaruh
dari luar yang menyebabkan Berat: pemakan malam sindrom
perubahan dalam siklus tidur- penuh memiliki ≥ 1 dari I
bangun seseorang. ditambah > 3 dari 5 kualifikasi
dari kriteria III ditambah IV dan
V

18
2 Usia Umur responden dalam tahun Kartu Tanda Wawancara Usia dalam tahun Nominal Riset Kesehatan
saat penelitian dilaksanakan Penduduk Dasar, 2018.(35)
berdasarkan tanggal lahir.
3 Jenis Karakteristik biologis pada Kartu Tanda Wawancara 1. Laki-laki Nominal Riset Kesehatan
Kelamin manusia yang membedakan laki- Penduduk 2. Perempuan Dasar, 2018.(35)
laki dan perempuan.
4 Stres Tekanan, ketegangan, atau Pengisian Depression Anxiety 0 – 29: Normal Ordinal Legiran, M. Zalili
gangguan yang tidak Kuesioner Stress Scale (DASS) Azis NB. (8)
menyenangkan yang berasal dari 30 – 59: Ringan
luar diri seseorang.
60– 89: Sedang
90 – 119: Berat
>120: Sangat berat

19
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang dipergunakan pada penelitian ini adalah penelitian


analitik dengan studi cross sectional. Pengambilan data variabel terikat dan variabel
bebas dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Dipilihnya desain studi cross
sectional karena lebih mudah dilakukan, waktu yang digunakan lebih efisien, dan
sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk melihat hubungan antara stres kerja
dengan terjadinya Night Eating Syndrome pada karyawan di kantor x yang
diobservasi pada saat yang sama.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kantor x. Waktu penelitian pada bulan Juli –


November 2019

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah karyawan usia 20 sampai 56 tahun. Populasi


sasaran adalah karyawan di kantor x.

4.3.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah mereka yang memenuhi kriteria inklusi dan


terbebas dari kriteria eksklusi.

4.3.2.1 Kriteria Inklusi

1. Karyawan usia 20 sampai 56 tahun.

2. Bersedia menjadi responden.

20
4.3.2.2 Kriteria Eksklusi

1. Mengonsumsi SSRI (obat depresi).

2. Mengonsumsi obat pencahar.

3. Memuntahkan makanan secara paksa setelah makan.

4.4 Besar Sampel

Populasi Infinit

𝑧2 𝑥 𝑝 𝑥 𝑞
𝑛0 =
𝑑2

1,962 𝑥 0,151 𝑥 0,849


𝑛0 =
0,052

𝑛0 = 197

Keterangan

𝑛0 : Besar sampel optimal yang dibutuhkan

z : Pada tingkat kemaknaan 95% besarnya 1,96

p : Prevalensi kelompok yang mengalami Night Eating Syndrome

q : Prevalensi kelompok yang tidak mengalami Night Eating Syndrome (1-p)

d : Akurasi dari ketepatan pengukuran, untuk p = > 10 % adalah 0,05

21
Populasi Finit

𝑛0
𝑛 =
1 + (𝑛0 ⁄𝑁)

197
𝑛 =
197
1+( )
250

𝑛 = 110

Keterangan

n : Besar sampel yang dibutuhkan untuk populasi yang finit

𝑛0 : Besar sampel dari populasi infinit

N : Besar populasi finit (jumlah karyawan usia 20 sampai 56).

Berdasarkan rumus di atas, diperoleh sampel finit sebesar dan dengan


ditambahkan jumlah sampel yang drop out sebesar 15% menjadi:

1
𝑛 = 𝑥 110 = 129,41
1 − 0,15

Sehingga besar sampel yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah 110
menjadi 129,41 orang atau dibulatkan menjadi 130 orang, tetapi semua populasi
tetap dipakai dalam penelitian ini.

4.5 Pemilihan Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik Stratified Random


Sampling, yaitu suatu teknik pengambilan sampel dengan memperhatikan suatu
tingkatan (strata) pada elemen populasi. Elemen populasi dibagi menjadi beberapa
tingkatan berdasarkan karakter yang melekat padanya.

22
4.6 Bahan dan Instrumen Penelitian

4.6.1 Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan adalah data primer mengenai stres kerja dan
Night Eating Syndrome yang diukur dengan menggunakan kuesioner.

4.6.2 Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua jenis kuesioner sebagai instrument


penelitian, yaitu kuesioner Night Eating Diagnostic Questionnaire (NEDQ) untuk
mengukur Night Eating Syndrome. Depression Anxiety Stress Scale (DASS) untuk
mengukur stres.

4.7 Analisais Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini dimasukkan
 menggunakan program

komputer SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 24 for Machintos.
Proses pengolahan data sebagai berikut:

 Data entry :
Memasukkan hasil kuesioner sesuai kode yang telah ditentukan untuk masing
masing variabel sehingga menjadi suatu data dasar dalam SPSS.
 Data cleaning :
Merupakan analisis data awal, dimana dilakukan penggolongan, pengurutan
dan penyerderhanaan data, sehingga mudah dibaca dan diinterpretasikan.
 Editing :
Dilakukan pemeriksaan seluruh kuesioner atau seluruh formulir isian setelah
data terkumpul.

23
 Coding :
Memberi angka atau kode tertentu yang telah disepakati terhadap jawaban
pertanyaan dalam kuesioner, sehingga memudahkan pada saat memasukan
data ke komputer.

4.7.1 Analisis Univariat


Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik masing-
masing variabel yang diteliti. Pada penelitian ini, dilakukan analisis univariat
terhadap stres dengan terjadinya Night Eating Syndrome

Manajemen univariat digunakan untuk melihat penyajian distribusi


frekuensi dari karakterisitik responden yaitu usia dan jenis kelamin pada penderita
Night Eating Syndrome.

Data variabel tergantungnya adalah Night Eating Syndrome. Data variabel


bebasnya adalah stres kerja. Data tersebut disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi menggunakan persentase.

4.7.2 Analisis Bivariat

Manajemen bivariat digunakan untuk menilai hubungan antara variabel


bebas dan variabel tergantung. Dalam penelitian ini dilakukan analisis data
menggunakan uji Chi-square, tetapi apabila hal ini tidak memenuhi syarat maka
akan dilakukan uji pengganti yaitu uji Fisher Exact.

24
4.8 Alur Kerja Penelitian

Survei awal dan meminta izin dengan memberikan surat izin


penelitian kepada pihak kantor

Identifikasi subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan terbatas


kriteria eksklusi

Informed consent

Karyawan bersedia Karyawan tidak bersedia

Wawancara subjek untuk Selesai


mengisi kuisioner NEQS
dan DASS

Pengolahan
dan analisis data

Gambar 4. Alur Kerja Penelitian

4.9 Etika Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan setelah dilakukan penilaian dan dinyatakan lolos


uji etik oleh Komisi Etik Riset Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti.
Responden diberikan keterangan dan penjelasan mengenai tujuan penelitian secara

25
lisan dan tertulis, bila responden bersedia untuk diminta tanda tangan informed
consent. Ethical clearance diajukan ke komite etik Fakultas Kedokteran
Universitas Trisakti.

4.10 Penjadwalan Penelitian

Waktu Dalam Bulan


Tahapan Kegiatan 2019 - 2020
Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb
A Perencanaan
1 Pemilihan Topik
2 Pembuatan Proposal
3 Konsultasi Pembimbing
4 Presentasi Proposal
B Pelaksanaan
1 Pengumpulan data
2 Pengolahan Data
3 Konsultasi Pembimbing
C Pelaporan Hasil
1 Penulisan
3 Diskusi
4 Presentasi Hasil
5 Perbaikan

Gambar 5. Penjadwalan Penelitian

26
4.11 Pembiayaan Penelitian

Pemasukan

Dana Pribadi Rp 500.000,00,-

Pengeluaran

Fotokopi kuesioner Rp 200.000,00,-

Biaya Lain-lain Rp 300.000,00,-

Total Pengeluaran Rp 500.000,00,-

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Borges KM, Figueiredo FW dos S, do Souto RP. Night eating syndrome and
emotional states in university students. J Hum Growth Dev. 2017;27(3):332–41.

2. Pike KM, Dunne PE. The rise of eating disorders in Asia: A review. J Eat Disord.
2015;3(1):1–14. Available from: http://dx.doi.org/10.1186/s40337-015-0070-2

3. Rutering J, Ilmer M, Recio A, Coleman M, Vykoukal J, Alt E, et al. HHS Public


Access. 2016;5(6):1–8.

4. Omar A. Night Eating Syndrome with Morbid Obesity and Dysthymia: A Case
Report -A Psychobiological Approach. Med Heal. 2007;2(22):154–7. Available
from: http://journalarticle.ukm.my/1986/1/Page_154-157__MH_049.pdf

5. Kucukgoncu S, Midura M, Tek C. Neuropsychiatric Disease and Treatment


Dovepress Optimal management of night eating syndrome: challenges and
solutions. 2015; 751–60. Available from: http://dx.doi.org/
10.2147/NDT.S70312

6. Hernandez E, Kim M, Kim WG, Yoon J. Nutritional aspects of night eating and
its association with weight status among Korean adolescents. Nutr Res Pract.
2016;10(4):448–55.

7. Manley G. Public Access NIH Public Access. 2013;13(3):202–6.

8. Legiran, M. Zalili Azis NB. Faktor Risiko Stres dan Perbedaannya pada
Mahasiswa Berbagai Angkatan di Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang. J Kedokteran Dan Kesehatan, Vol 2, No 2, April
2015. 2015;2(2):197–202.

9. Kementerian Kesehatan RI. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun


2015. p. 248. Available from: http://www.depkes.go.id/resources/
download/info-publik/Renstra-2015.

28
10. Colles SL, Dixon JB, O’Brien PE. Night eating syndrome and nocturnal
snacking: Association with obesity, binge eating and psychological distress. Int
J Obes. 2007;31(11):1722–30.

11. Cleator J, Abbott J, Judd P, Sutton C, Wilding JPH. Night eating syndrome:
Implications for severe obesity. Nutr Diabetes. 2012;2(SEPTEMBER):e44-10.
Available from: http://dx.doi.org/10.1038/nutd.2012.16

12. Tholin S, Lindroos A, Tynelius P, Åkerstedt T, Albert J. Europe PMC Funders


Group Europe PMC Funders Author Manuscripts PREVALENCE OF NIGHT
EATING IN OBESE AND NON-OBESE. 2010;17(5):1050–5.

13. Gallant A, Drapeau V, Allison KC, Tremblay A, Lambert M, O’Loughlin J, et


al. Night eating behavior and metabolic health in mothers and fathers enrolled
in the QUALITY cohort study. Eat Behav 2014;15:186-91.

14. Nolan LJ, Geliebter A. Night Eating is Associated with Emotional and External
Eating in College Students. Eat Behav 2012;14:139-47.

15. Wong C, Mabourakh D, Jl L, Shoar S. Night Eating Syndrome : Etiology ,


Diagnosis and Treatment. 2017;4(1):1–2.

16. Reardon JPO, Peshek A, Allison KC. Diagnosis , Epidemiology and


Management. 2015.

17. Morrow J, Gluck M, Lorence M, Flancbaum L, Geliebter A. Night eating status


and influence on body weight, body image, hunger, and cortisol pre- and post-
Roux-en-Y Gastric Bypass (RYGB) surgery. Eat Weight Disord 2008;13:96-9

18. D, Hospital R, Clinic FM, Clinic FM. Relationship Between Night Eating
Disorders and Obesity Gece Yeme Bozukluklar ı ile Obezite Aras ı ndaki İ li ş
ki. 2018;18(1):22–7.

19. Prof A, Mukaddes G, Ince E, Ibrahim AP, Konuk PN. Night Eating Syndrome
Frequency in University Students : Association with Impulsivity , Depression ,

29
and Anxiety Night Eating Syndrome Frequency in University Students :
Association with Impulsivity , Depression , and Anxiety. 2016;7833.

20. Salgado-delgado R, Osorio AT, Saderi N, Escobar C. Disruption of Circadian


Rhythms : A Crucial Factor in the Etiology of Disruption of Circadian Rhythms :
A Crucial Factor in the Etiology of Depression. 2011;(June 2014).

21. Stunkard AJ, Allison KC, Lundgren JD, O’Reardon JP. A biobehavioural model
of the night eating syndrome. Obes Rev. 2009;10(SUPPL. 2):69–77.

22. Mekanisme Dan Regulasi Hormon Glukokortikoid Pada Manusia Aprizal


LUKMAN Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan P MIPA, FKIP
Universitas Jambi Jl. Raya Jambi – Ma. Bulian Km 15, Mendalo Darat, JAMBI
36124. 2008;1(1).

23. Mekanisme Dan Regulasi Hormon Glukokortikoid Pada Manusia Aprizal


LUKMAN Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan P MIPA, FKIP
Universitas Jambi Jl. Raya Jambi – Ma. Bulian Km 15, Mendalo Darat, JAMBI
36124. 2008;1(1).

24. Shillito JA, Lea J, Tierney S, Cleator J, Tai S, Wilding JPH. Why I eat at night:
A qualitative exploration of the development, maintenance and consequences
of Night Eating Syndrome. Appetite [Internet].

25. Irkhami F L. Faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada penyelam di
PT.X. Journal occupational and safety and health: 2015
26. Emre O, Elci M. Commuting related problems in the workplace. Journal of
business studies quarterly: 2015

27. Penelitian C. Faktor Risiko Hipertensi pada Wanita Pekerja dengan Peran Ganda
Kabupaten Bantul Tahun 2011 Bantul Regency in 2011. 2012;28(2):55–62.

28. Muzdalifah M R. Stres Dan Penyesuaian Diri Remaja. Idea Pres.


Yogyakarta:2009

30
29. Sutapa M. Stres dan konflik dalam organisasi. Universitas Negeri
Yogyakarta.Yogyakarta:2007

30. Luthans, Fred. Organizational behavior. Twelfth edition. The Mc graw hill
companies; New York: 2011

31. Runfola CD, Ph D, Allison KC, Ph D, Hardy KK, Ph D, et al. Prevalence and
Clinical Signi fi cance of Night Eating Syndrome in University Students. J
Adolesc Heal. 2014;55(1):41–8.

32. Ngan SW, Chong B, Chern K, Rajarathnam DD, Balan J, Hong TS, et al. The
Relationship between Eating Disorders and Stress among Medical
Undergraduate : A Cross-Sectional Study. 2017;85–95.

33. Huang C, Momma H, Cui Y, Chujo M, Otomo A. Independent and combined


relationship of habitual unhealthy eating behaviors with depressive symptoms :
A prospective study. 2017;27:42–7.

34. Disorders M. UPDATE DSM-5 ® Supplement to DIAGNOSTIC AND


STATISTICAL MANUAL OF MENTAL DISORDERS. 2016; Available
from:http://dsm.psychiatryonline.org/pbassets/dsm/update/DSM5Update2016.p
df

35. Kemenkes RI 2018. Profile Kesehatan Indonesia Tahun 2017 [Internet].


Ministry of Health Indonesia. 2018. 107–108 p. Available from: website:
http://www.kemkes.go.id

31
Lampiran 1. Lembar Informed Consent

INFORMED CONSENT
Assalamualaikum Wr. Wb.
Nama saya Lu Aimee Ananda Putri, mahasiswi S1 Fakultas Kedokteran
Universitas Trisakti. Saya melakukan penelitian dengan judul Hubungan Antara
Stres dengan Terjadinya Night Eating Syndrome pada karyawan. Melalui penelitian
ini dapat mengetahui apakah terdapat hubungan antara stres dengan terjadinya
Night Eating Syndrome.
Oleh karena itu, kami mengharapkan anda untuk ikut serta dalam penelitian
ini. Apabila anda bersedia ikut serta dalam penelitian, maka akan dilakukan
pengisian kuesioner. Kuesioner yang akan diisi adalah:
1. Depression Anxiety Stress Scale

2. Night Eating Diagnostic Questionnaire


Anda bebas menolak ikut serta dalam penelitian ini dan tidak akan dikenakan
sanksi apapun, bila anda bersedia ikut dalam penelitian ini, anda dapat mengisi
formulir persetujuan. Bila ada pertanyaan anda dapat menghubungi peneliti di
nomor 081276009779.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, Juni 2019

Lu Aimee Ananda Putri

32
Lampiran 2. Lembar Persetujuan

FORMULIR PERSETUJUAN

Semua penjelasan telah disampaikan kepada saya dan telah saya pahami.
oleh karena itu saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Jenis Kelamin* : 1) Laki – laki


2) Perempun
Umur :

Tanda tangan :

Tanggal :

Menyatakan bersedia dan mau berpartisipasi menjadi responden/subjek


penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Stres dengan Terjadinya Night Eating
Syndrome pada Karyawan”.

33
Harap pertanyaan dibawah ini dijawab dengan benar dan jujur:
Coret yang tidak perlu pada pertanyaan dengan tanda (*)

 Apakah anda sedang mengonsumsi obat anti depresi? Ya/Tidak*


 Apakah anda sedang mengonsumsi obat pencahar? Ya/Tidak*
 Apakah anda mempunyai kebiasaan memuntahkan makanan yang telah
anda makan secara paksa? Ya/Tidak*
 Apakah anda mempunyai stres

34
Lampiran 3. Lembar Kuesioner Stres

FORMAT PENGUKURAN TINGKAT STRES

DEPRESSION ANXIETY STRESS SCALE (DASS)

Nama :

Usia :

Tanggal :

Silakan membaca setiap pernyataan dan beri contreng pada kolom angka 1, 2, 3, 4,
5, 6, atau 7 yang menunjukkan berapa banyak pernyataan yang diterapkan untuk
Anda selama seminggu terakhir. Tidak ada jawaban benar atau salah. Jangan
menghabiskan waktu terlalu banyak pada pernyataan apapun. Skala peringkat
adalah sebagai berikut:

0: Tidak terjadi pada saya sama sekali.

1: Terjadi pada saya untuk beberapa derajat, atau beberapa waktu.

2: Terjadi pada saya untuk tingkat yang cukup, atau cukup baik dalam waktunya.

3: Terjadi pada saya sangat banyak, atau sebagian besar waktu.

35
No. Pertanyaan Skor

1 Tujuan tugas-tugas dan pekerjaan saya tidak jelas 1 2 3 4 5 6 7

Saya mengerjakan tugas-tugas atau proyek-proyek yang


2 1 2 3 4 5 6 7
tidak perlu

Saya harus membawa pulang pekerjaan ke rumah setiap


3 1 2 3 4 5 6 7
sore hari atau akhir pekan agar dapat mengejar waktu

Tuntutan-tuntutan mnegenai mutu pekerjaan terhadap saya


4 1 2 3 4 5 6 7
keterlaluan

Saya tidak mempunyai kesempatan yang memadai untuk


5 1 2 3 4 5 6 7
maju dalam organisasi ini

Saya bertanggung jawab untuk pengembangan karyawan


6 1 2 3 4 5 6 7
lain

Saya tidak jelas kepada siapa harus melapor dan/atau siapa


7 1 2 3 4 5 6 7
yang melapor kepada saya

Saya terjepit ditengah-tengah antara atasan dan bawahan


8 1 2 3 4 5 6 7
saya

Saya menghabiskan waktu terlalu banyak untuk pertemuan-


9 1 2 3 4 5 6 7
pertemuan yag tidak penting uang menyita waktu saya

Tugas-tugas yang diberikan kepada saya kadang-kadang


10 1 2 3 4 5 6 7
terlalu sulit dati/atau terlalu kompleks

Kalau saya ingin naik pangkat, saya harus mencari


11 1 2 3 4 5 6 7
pekerjaan pada satuan kerja lain

Saya bertanggung jawab untuk membimbing dan/atau


12 1 2 3 4 5 6 7
membantu bawahan saya menyelesaikan problemnya

Saya tidak mempunyai wewenang untuk melaksanakan


13 1 2 3 4 5 6 7
tanggung jawab pekerjaan saya

14 Jalur perintah yang format tidak dipatuhi 1 2 3 4 5 6 7

Saya bertanggung jawab atas semua proyek pekerjaan


15 dalam waktu bersamaan yang hamper tidak dapat 1 2 3 4 5 6 7
dikendalikan

36
Tugas-tugas tampaknya makin hari makin menjadi
16 1 2 3 4 5 6 7
kompleks

Saya merugikan kemajuan karir saya dengan menetap pada


17 1 2 3 4 5 6 7
organisasi ini

Saya merabertindak atau membuat keputusan-keputusan


18 yang mempengaruhi keselamatan dan kesejahteraan orang 1 2 3 4 5 6 7
lain

Saya tidak mengerti sepenuhnya apa yang di harapkan dari


19 1 2 3 4 5 6 7
saya

Saya melakukan peekerjaan yang diterima oleh satu orang


20 1 2 3 4 5 6 7
tapi tidak diterima oleh yang lain

Saya benar-benar mempunyai pekerjaan yang lebih banyak


21 1 2 3 4 5 6 7
dari pada yang biasanya dapat dikerjakan dalam sehari

Organisasi mengharapkan saya melebihi keterampilan


22 1 2 3 4 5 6 7
dan/atau kemampuan yang saya miliki

Saya hanya mempunyai sedikit kesempatan untuk


23 berkembang dan belajar pengetahuan dan keterampilan 1 2 3 4 5 6 7
baru dalam pekerjaan saya

Tanggung jawab saya dalam organisasi ini lebih mengenai


24 1 2 3 4 5 6 7
orang dari pada barang

Saya tidak mengerti bagian yang diperankan pekerjaan saya


25 1 2 3 4 5 6 7
dalam memenuhi tujuan organisasi keseluruhan

Saya menerima permintaan-permintaan yang saling


26 1 2 3 4 5 6 7
bertentangan dari satu orang atau lebih

Saya merasa bahwa saya betul-betul tidak punya waktu


27 1 2 3 4 5 6 7
untuk beristirahat berkala

Saya kurang terlatih dan/atau kurang pengalaman untuk


28 1 2 3 4 5 6 7
melaksanakan tugas-tugas secara memadai

29 Saya merasa mandeg dalam karir saya 1 2 3 4 5 6 7

30 Saya bertanggung jawab atas hari depan (karir) orang lain 1 2 3 4 5 6 7

37
TOTAL SKOR

Interpretasi skor:

0 – 29 : Normal

30 – 59 : Ringan

60– 89 : Sedang

90 – 119 : Berat

>120 : Sangat Berat

38
Lampiran 4. Lembar Kuesioner NES

Silakan anda menjawab dengan angka atau memberi contreng pada pilihan
yang tersedia atau coret yang tidak perlu pada pertanyaan dengan tanda (*).

No. Pertanyaan Jawaban

Jam berapa biasanya anda tidur (mematikan lampu


1
untuk tidur)?

2 Jam berapa biasanya anda bangun pada pagi hari?

Apakah anda sering kehilangan nafsu makan pada


3 Ya / Tidak*
pagi hari?

4 Seberapa sering kamu sarapan pagi? (setelah


bangun tidur) ______kali/minggu
5 Pukul berapa biasanya anda makan pertama kali?

Berapa banyak makanan yang anda konsumsi


6 setelah jam 7 malam? Nyatakan dalam persen dari
______persen
0 sampai 100 (diminta spesifik, misalnya 15%)

7 Jam berapa biasanya anda makan malam?


______ malam
Berapa banyak makanan yang anda konsumsi
______persen
setelah makan malam? Nyatakan dalam persen
dari dari 0 sampai 100? (diminta spesifik,

8 misalnya 15%)
______tahun
a. Sudah berapa lama anda mengonsumsi
______bulan
makanan seperti yang disebutkan diatas
setelah makan malam?

Apakah anda sering merasakan keinginan untuk


9 makan pada waktu setelah makan malam dan
Ya / Tidak*
sebelum tidur dan atau selama malam hari?

39
Apakah anda mempunyai masalah tidur? Ya / Tidak*
10
a. Jika Ya, berapa kali dalam seminggu? ______kali/minggu

Apakah anda mempunyai masalah dalam Ya / Tidak*


mempertahankan tidur?

______ kali/minggu
a. Jika Ya, berapa kali seminggu?
11

b. Jika Ya, berapa kali dalam seminggu anda


______kali/minggu
bangun dari tempat tidur anda setelah
bangun?

Berapa kali dalam seminggu anda bangun dari


12 ______kali/minggu
tidur untuk menggunakan kamar mandi?

Apakah anda terbangun dari tidur malam dan


Ya / Tidak*
setelahnya anda makan malam?

Jika Tidak, lanjut ke pertanyaan nomor 14

a. Jika Ya, berapa kali dalam seminggu? ______ kali/minggu

b. Sudah berapa lama anda terbangun dari ______ tahun


tidur malam untuk makan? ______ bulan
13

c. Apakah anda percaya bahwa anda harus Ya / Tidak*


makan agar dapat tidur kembali setelah
terbangun pada malam hari?

d. Seberapa sadarkah anda akan kebiasaan ______tidak sama sekali


______sedikit
makan pada malam hari? ______sangat

40
e. Seberapa sering anda mengingat apa yang ______tidak sama seklai
______sedikit
anda makan selama malam hari pada ______sangat
keesokan harinya?

Apakah anda menganggap diri anda sebagai night Ya/Tidak*


eater?

Jika Tidak, lanjut ke pertanyaan nomor 15


______tidak sama sekali
______sedikit
a. Jika Ya, seberapa kecewanya anda tentang ______sangat
kebiasaan tersebut?

14
______tidak sama sekali
b. Jika Ya, seberapa mengganggunya ______sedikit
kebiasaan tersebut terhadap diri anda atau ______sangat

kehidupan keseharian anda?

______kurang dari 3 bulan


c. Sudah berapa lama anda mengalami ______3-6 bulan
______6-12 bulan
kebiasaan makan pada malam hari ini? ______lebih dari 1 tahun

Apakah anda mempunyai riwayat henti nafas saat


15 Ya/Tidak*
tidur?

Ya/Tidak*
Apakah anda bekerja pada sistem shift?
______ dari pukul 6 sore
a. Jika Ya, apakah saat sampai 12 malam
16 ______dari pukul 6 sore
sampai 6 pagi

41
b. Jika Ya, seberapa lama anda telah bekerja ______bergilir
pada shift ini?
______tahun
______bulan

Apakah anda pernah merasa depresi atau murung


17 Ya/Tidak*
dikebanyakan hari?

______saat pagi hari


Secara umum, kapan anda merasa depresi atau ______saat siang hari
18 ______saat malam hari
murung yang paling parah dalam sehari? ______tidak dapat
dijelaskan

Apakah sekarang anda sedang menjalani diet


Ya/Tidak*
untuk menurunkan berat badan?

19 a. Jika Ya, berapa banyak berat badan yang


______kg
berhasil anda turunkan dalam waktu 3
bulan?

Berapa berat badan dan tinggi ada sekarang? ______tinggi(m)


20 ______berat(kg)
(tanpa pakaian / sepatu)

Silakan luangkan waktu anda sejenak untuk


Ya/Tidak*
21 melihat apakah anda telah menjawab semua
pertanyaan diatas dengan sempurna?

Untuk dapat didiagnosis dengan NES, seseorang harus memiliki yang berikut:

I. Pola makan sehari-hari menunjukkan peningkatan asupan yang signifikan


di malam hari dan / atau malam hari, sebagaimana dinyatakan oleh satu atau
kedua hal berikut:
A. Setidaknya 25% dari asupan makanan dikonsumsi setelah makan malam P
8 > 25% dan P 8a> 3 bulan
B. B. Setidaknya dua episode makan nokturnal per minggu P 13 = ya DAN P
13a> 2 hari / minggu DAN Q 13b> 3 bulan

42
II. Kesadaran dan mengingat episode makan malam dan nokturnal hadir. P 13d
= agak atau sangat dan / atau P 13e = kadang-kadang atau selalu
III. Gambaran klinis ditandai oleh setidaknya tiga fitur berikut:
A. Kurangnya keinginan untuk makan di pagi hari dan/atau sarapan
dihilangkan pada empat atau lebih pagi per minggu P3 = ya ATAU P4 <3
kali/minggu
B. Adanya keinginan kuat untuk makan antara makan malam dan onset tidur
dan/atau pada malam hari P 9 = ya
C. Awal tidur dan / atau insomnia pemeliharaan tidur terjadi empat atau lebih
malam per minggu P 10 atau P 11 = Ya dan P 10a atau P 11a> 4 kali/minggu
D. Adanya keyakinan bahwa seseorang harus makan untuk memulai atau
kembali tidur P 13c = Ya
E. Suasana hati sering tertekan dan / atau suasana hati memburuk di malam
hari P 17 = ya ATAU P 18 = malam / malam hari
IV. Gangguan ini terkait dengan kesulitan dan / atau gangguan fungsi yang
signifikan. P 14a ATAU P 14 b = agak atau sangat
V. Pola makan yang tidak teratur telah dipertahankan selama minimal 3 bulan.
14c = 3-6 bulan ATAU 6-12 bulan ATAU lebih dari 1 tahun
VI. Gangguan ini bukan sekunder akibat penyalahgunaan atau ketergantungan
zat, gangguan medis, pengobatan, atau gangguan kejiwaan lainnya: Ini tidak
dapat dinilai menggunakan kuesioner tetapi harus dicatat.

Penilaian Eksperimental Hirarki:

1. Ringan: Pemakan malam memiliki 1 kriteria dari I. (tetapi tidak


memenuhi kriteria NE atau NES)
2. Sedang: Makan malam memiliki 1 kriteria dari I ditambah ≥ 3 dari 5
kualifikasi dari kriteria III. (tetapi tidak memenuhi kriteria NE atau NES)
3. Berat: Pemakan malam sindrom penuh memiliki ≥ 1 dari I
ditambah > 3 dari 5 kualifikasi dari kriteria III ditambah IV dan V.

43

Anda mungkin juga menyukai