Anda di halaman 1dari 7

Catatan Koass Anestesi

By : Samuel Hananiel Rory

Anestesi
Anestesi dibagi menjadi 2 yakni General anestesi (anestesi umum) dan Regional anestesi

GENERAL ANESTESI

Komponen Trias Anestesi:

1. Hipnosis/sedasi
2. Analgesia
3. Relaksasi

Anestesi umum termasuk anestesi inhalasi, intravena, intramuskular, dan per rectal.

Tahapan anestesi umum terdiri dari:

1.Induksi

Adalah tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi tidak sadar. Hal yang harus dipersiapkan
sebelum dilakukan induksi ialah: STATICS

a. Scope: Stetoskop dan laringoskop


b. Tube: pipa trakea, pilih sesuai usia. Usia <5 tahun tanpa balon (cuff) dan > 5 tahun
dengan balon (cuff)
c. Airways: pipa mulut faring (Guedel, OPA) atau pipa hidung-faring (NPA)untuk
menahan lidah tidak jatuh ke posterior saat pasien tidak sadar.
d. Tape: Plester fiksasi pipa trakea
e. Introducer: Mandrin atau stilet dari kawat dibungkus plastik (kabel) yang mudah
dibengkokkan untuk pemandu supaya pipa trakea mudah dimasukkan.
f. Connector: penyambung antara pipa dan a;lat anestesia
g. Suction

1.1.Induksi Intravena

Obat anestesi intravena antara lain:

Sifat fisik Mekanisme kerja farmakokinetik ESO


Tiopental Bentuk garam, - menghambat Distribusi: half life -cvs: hipotensi,
pH basa 10,8. pelepasan redistribusi 3-12 takikardia
Karena sifat yg neurotransmiter jam -RR: depresi
basa inilah maka asetilkolin di Metab hati dan napas,
kalo mau suntik sinaps ekskresi ginjal. hipersalivasi
harus perlahan - inhibisi Dosis induksi 3-6 -Otak:
karena neurotransmiter mg/kgBB dan menurunkan CBF
menimbulkan GABA dosis sedasi 0,5 – & TIK (proteksi
nyeri, 1,5 mg/kg. otak),
vasokonstriksi meningkatkan
dan nekrosis CPP (MAP-TIK),
(sebaiknya menurunkan
diberikan CMRO2
llidokain dulu) -Ginjal:
menurunkan RBF,
GFR, urine
-Hepar:
menurunkan HBF

Propofol Bentuk emulsi Inhibisi Distribusi: half life -cvs: hipotensi,


lemak (oil, neurotransmiter redistribusi 2-8 takikardia
gliserol, egg (GABA) menit -napas: depresi
lesitin) nyeri Metabolisme hati napasapneu
saat injeksi 10x lbh cepat dari - Otak :
pentotal menurunkan CBF
dan eksresi urin dan TIK, proteksi
(shg propofol fokal iskemia.
biasanya dipakai Karakteristik unik:
untuk prosedur antiemetik,
bedah yang antipruritus,
singkat) antikonvulsan,
Dosis induksi (1- sifat ansiolitik.
2,5 mg/kgbb),
rumatan (50-200
mikrogr/kgBB/mt)
sedasi (25-100
mikrogr/kgBB/mt)
Benzodiazepin Ada 3 macam. Inhibisi Diazepam -CVS: hipotensi,
Ketiganya memp neurotransmiter -larut lemak dan COP tetap dan HR
onset kerja yg GABA nembus BBB (efek bervariasi
cepat, namun anti kejang) - RR: depresi
masa kerja -metab hati napasapneu
berbeda. lambat, half life 30 -otak:
a.Diazepam jam menurunkan CBF,
(masa kerja -dosis premed oral TIK dan CMRO2
panjang) (0,2-0,5 mg/kgBB), -efek anti cemas
b. Lorazepam sedasi (0,004-0,2 saat premedikasi
(masa kerja mg/kg), induksi
intermediate) (0,3-0,6 mg/kg)
c. Midazolam Midazolam
(masa kerja -larut air dan hal
singkat) life redistribusi 3-
10 menit
-,metab hati
cepat, half life 2
jam
-dosis premed IM
(0,07-0,15 mg/kg),
sedasi Iv (0,01-0,1
mg/kg), induksi IV
(0,1-0,4 mg/kg)
Ketamin Ketamin Inget KI ketamin: -Distribusi: half life ESO ketamin
digunakan utk obstruksi jal redistribusi 10-15 sangat
induksi anestesi napas atas, TIK menit berlawanan
pada keadaan meningkat, HT, - Metabolisme: dengan anestesi
khusus. Ketamin peny jantung, half life 2 jam. intravena yg
menyebabkan pasien rawat -Dosis induksi : IV lainnya.
terjadinya jalan. (1-2 -CVS: stimulasi
halusinasi shg mg/kgBB)inget simpatik
harus dibarengi harus diencerkan , meningkatkan BP,
dengan sedativa IM (3-5 HR, CO
spt midazolam. mg/kgBB)kalo IM -RR: tidak mudah
Ketamin juga gak perlu depresi napas,
menyebabkan diencerkan. efek
pasien tidak -Dosis rumatan, bronkodilator,
sadar dengan drip 2-4 mg/kgBB hipersalivasi
membuka -Otak:
matanya shg meningkatkan
harus diplester. CBF, TIK, CMRO2,
efek halusinasi
Golongan OPIOD Contoh: morfin, Dosis untuk
petidin, fentanil induksi: 20-50
mg/kg
Digunakan pada
pasien dengan
kelainan jantung
karena tidak
mempunyai efek
terhadap jantung.
Inget setelah
p0emberian
opioid beri
antagonisnya
yakni nalokson.
1.2. Induksi Intramuskular

 Hanya Ketamin (ketalar) yg digunakan untuk induksi IM dengan dosis 3-5 mg/kgBB dan gak
perlu diencerkan, setelah 3-5 mt pasien tidur.

1.3. Induksi inhalasi

 Perlu diingat bahwa induksi anestesia dengan inhalasi hanya dikerjakan pada bayi atau anak
yang belum terpasang jalur vena atau pada dewasa yang takut disuntik
 Induksi dengan halotan dan sevofluran, sevo lebih disukai karena pasien jarang batuk.
Sementara induksi dengan enfluran, isofluran atau desfluran tidak dilakukan karena
menyebabkan pasien batuk2 sehingga induksi menjadi lama. Induksi dengan halotan
memerlukan gas pendorong O2 >4 L/m atau campuran N2O:O2=3:1 aliran 4L/m, dimulai
dengan halotan 0,5 vol%.
 Kata dr Ben, kalo induksi pada anak yg belum bisa diajari tuh langsung aja pake capuran O2
dan halotan. Tapi kalo induksi pada anak yg sudah diajari kasih aja O2 dulu suruh dia hirup
(utk adaptasi) baru kemudian berikan gas inhalasi. (disebut slow induction).

Anestesi inhalasi

 Farmakokinetik ialah mempelajari apa yg dilakukan badan terhadap obat sampai


menimbulkan efek (ADME).
 Farmakodinamik ialah apa yang dilakukan obat terhadap badan dimana terjadi perubahan
reversibel yang ditandai dengan trias anestesia.
 Pengukuran potensi obat anestesi dengan MAC (minimum alveolar concentration)
konsentrasi obat anestesi pada tek 1 atm yang menghasilkan imobilisasi dari 50% pasien
dengan rangsangan standar.
 MAC dipengaruhi oleh:
a. Temperatur: makin tinggi suhu MAC meningkat(makin susah dibius)
b. Umur: makin tua MAC turun (shg dosis obat perlu dikurangi)
c. Alkohol: bila baru maka MAC meningkat. Namun bila kasusnya kronik maka justru
kebalikannya MAC menurun.
d. MAP <40 mmHgMAC turun
e. PaO2 <40
f. PaCo2 >95
g. Hamil
h. Benzodiazepin dan elektrolit

N2O N2O digunakan -CVS: perubahan tak berarti


dengan O2 pada - napas: meningkatkan RR
kons 50:50 atau -Otak: meningkatkan TIK dan CBF,
70:30. Tidak boleh menurunkan CMRO2
diberikan N2O -GI: PONV (beri antiemetik)
murni karena pada
akhir anestesi
setelah N2O
dihentikan maka
N2O akan cepat
keluar dan mengisi
alveoli shg terjadi
pengenceran O2
dan terjadilah
hipoksia difusi.
Halotan Disimpan dalam Penggunaan klinik: -CVS: (TD turun, Nadi turun) depresi
botol gelap karena biasanya untuk miokard, menurunkan metabolik miokard,
terurai oleh rumatan anestesi, bradikardia. Kombinasi dengan adrenalin
cahaya. Berbau namun juga bisa sering menyebabkan disritmia shg
enak dan tidak untuk induksi penggunaan adrenalin harus segera
merangsang jalan anestesi. dibatasi (>1:100.000 10 cc selama 10
napas (namun Bagus untuk orang menit/ 30cc/jam)
masih bisa bikin yang sakit asma -napas: napas cepat dan dangkal, depresi
batuk sih..) (karena mrp napas, bronkodilator poten dan depresi
bronkodilator fungsi mukosilier.
poten) dan -otak: menyebabkan vasodilatasi
takikardia (karena serebralmeningkatkan CBF, TIK
efeknya justru -Neuromuskuler: relaksasi otot, potensiasi
bikin bradi) dengan non depol relaksan, hipertemia
Halotan tidak malignan
dipakai untuk KI halotan: multiple exposure (<3 bl) dan
bedah otak karena wanita gemuk,
meningkatkan CBF
dan TIK
Isofluran Isofluran dapat -CVS: TD turun, nadi meningkat
digunakan untuk -Napas: depresi napas, bronkodilator
bedah otak, -Otak: meningkatkan CBF dan TIK
karena meski - neuromuskuler: relaksasi otot
menyebabkan
peningkatan CBF
dan TIK namun
dapat dikurangi
dengan teknik
anestesi
hiperventilasi
Sevofluran Tidak berbau Induksi cepat dan -CVS: depresi miokard minimal
menyengat, pulih sadar cepat. (halotan>isofluran>sevofluran)
kelarutan dalam Lebih disenangi -Napas: depresi, bronkodilator
darah rendah. sbg induksi -otak: sedikit meningkatkan CBF dan TIK
anestesi karena -neuromuskuler: relaksasi otot.
tidak
menyebabkan
batuk
1.4. Induksi per rektal:

 Hanya digunakan pada bayi atau anak dengan tiopental atau midazolam.

2. Rumatan Anestesia

 Nah, setelah dilakukan induksi anestesia, maka kita akan masuk ke dalam fase maintenance.
Dapat dikerjakan melalui beberapa cara:
a. Intravena total
b. Inhalasi
c. Campuran intravena inhalasi
 Tujuan rumatan ialah tetap mengacu pada trias anestesi agar pasien tetap tidur/tidak sadar,
tidak nyeri dan relaks otot.
 Rumatan inhalasi lebih sering dipakai. Biasanya menggunakan campuran N2O dan O2 3:1
ditambah halotan 0,5-2 vol% atau enfluran/isofluran/sevofluran 2-4 vol%, bergantung
apakah pasien bernapas spontan, dibantu (assisted) atau dikendalikan (controlled).

3.Recovery (pulih sadar)


NICE TO KNOW

Nah ada juga yang namanya anestesi inhalasi dengan eter yang sekarang udah jarang dipakai karena
eter yg berbau menyengat, tajam dan keras. Jika memakai anestesi eter, maka induksi, pemeliharaan
dan pulih akan berlangsung lambat sehingga stadium anestesi yang disusun oleh Guedel dapat
terlihat jelas.

 Stadium I: Analgesia
Mulai induksi sampai pasien mulai tidak sadar
 Stadium II: Eksitasi, delirium
Mulai tidak sadar sampai mulai napas teratur otomatis. Pada stadium ini pasien batuk, mual-
muntah, dll
 Stadium III: Anestesia bedah
Mulai napas otomatis sampai mulai napas berhenti.
Plana 1: mulai napas otomatis sampai gerak bola mata berhenti
Plana 2: mulai gerak bola mata terhenti sampai napas torakal melemah
Plana 3: mulai napas torakal melemah sampai napas torakal berhenti
Plana 4: mulai napas torakal berhenti hingga napas diafragma berhenti
 Stadium IV: Intoksikasi
Mulai paralisis diafragma sampai henti jantung atau meninggal

Kalau anestesi inhalasi murni harus masuk ke stadium 3, tapi bila ditambah dengan pelumpuh otot,
maka cukup sampai ke stadium 2 saja.

Muscle Relaxant
Klasifikasi:

1. Pelumpuh otot depolarisasi (non kompetitif): efek kerja seperti asetil kolin, tapi di celah
saraf otot tak dirusak oleh kolinesterase, shg cukup lama berada di celah sinap timbul
depolarisasi disusul fasikulasi dan kemudian relaksasi.
Contoh: suksinilkolin
2. Pelumpuh otot non depolarisasi (kompetitif inhibitor): menduduki respetor nikotinik-
kolinergik shg asetil kolin gak bisa masuktidak terjadi depolarisasi.
Contoh: long act (pancuronium), intermediate (atracurium, vecuronium, rucoronium), Short
(Mivacurium).

Farmakologik:

1.Suksinil kolin - Dosis: 1-2 mg/kgBB - mialgia


- Onset: 30-60 s - peningkatan TIO, TIK, TIG
- Durasi 3-5 menit - Peningkatan kadar kalium
- Drug of choice intubasi - CVS: aritmia dan bradikardia
2.Atracurium -Dosis : intubasi n relaksasi -vagolitik dan takikardia
(0,5-0,6 mg/kgBB)
- Onset: 2-3 menit
- Durasi: 25-35 menit

onset durasi dosis


Suksinil kolin 30-60 detik 3-10 menit 1-2 mg/kgBB
Atracurium 2-3 menit 25-40 menit 0,5-0,6
Rocuronium 2-3 menit 30-60 menit 0,6-1
Pilihan pelumpuh otot:

1. Untuk gangguan ginjal dan hati: sebaiknya gunakan atracurium


2. Untuk kasus cedera kepala sebaiknya gunakan vecuronium atau rocuronium ok (-) histamin
release

Tanda kekurangan pelumpuh otot:

1. Cegukan
2. Dinding perut kaku
3. Ada tahanan pada inflasi paru

Penawar pelumpuh otot (Reverse): antikolinesterase yakni neostigmin dengan dosis 0,04-0,08
mg/kgBB. Kerja obat ini ialah menghambat pemecahan asetilkolin dan berefek muskarinik
(parasimpatis) shg tjd efek samping dari neostigmin yaknihipersalivasi, keringatan, bradikardia,
kejang bronkus, hipermotilitas usus dan pandangan kabur sehingga sebaiknya pemberian neostigmin
dibarengi dengan obat vagolitik yakni sulfas atropin (dosis 0,01-0,02 mg/kgBB).

Anda mungkin juga menyukai