SLE adalah gangguan jaringan penyambung generalisata kronik yang dapat bersifat
ringan hingga fulminans dimana adanya temuan autoantibodi yang menyerang komponen
sitoplasma dan inti sel, ditandai oleh adanya erupsi kulit, atralgia, arthritis, nefritis, pleuritis,
pericarditis, leucopenia atau trombositopenia, anemia hemolitik, lesi organ, manifestasi
neurologik, limfadenopati, demam dan berbagai gejala konstitusional lainnya.
Sebelas kriteria telat dibentuk oleh World Health Organization (WHO) untuk
mendiagnosa SLE. Kriterianya adalah ruam, lesi discoid, fotosensitifitas, ulkus oral, artritis
non-erosif, serositis, keterlibatan pada ginjal, kejang atau psikosis, kelainan hematologic,
kelainan imunologi, dan hasil tes positif pada pemeriksaan antibodi antinuklear.
Berbeda dengan kriteria WHO, tidak ada pencitraan yang diterima secara universal
untuk menegakkan diagnosis SLE, dan tidak semua pasien dengan SLE membutuhkan
pencitraan karena pada pemeriksaan laboratorium sudah dapat ditegakkan. Keparahan dari
SLE terpapar dari seberapa banyak sistem organ yang terpengaruh, bukan dari komplikasi dan
komplikasi terapi.Lalani TA, Kanne JP, Hatfield GA, Chen P. Imaging findings in systemic lupus erythematosus. J Clin Med
2004;7:1-12. Crossref, Google Scholar