Anda di halaman 1dari 11

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP)


Diet Tinggi Energi Tinggi Protein (TKTP) adalah diet yang mengandung
energi dan protein diatas kebutuhan normal. Diet diberikan dalam bentuk
makanan biasa ditambah dengan bahan makanan sumber protein tinggi seperti
susu, telur, dan daging, atau dalam bentuk minuman Enternal Tinggi Protein Diet
ini diberikan bila pasien telah mempunyai cukup nafsu makan dan dapat
menerima makanan lengkap. Dalam diet TKTP dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Diet Energi Tinggi Protein Tinggi I (ETPT I) Energi 2600 kkal, Protein 100 g
( 2 g/ kg BB)
2. Diet Energi Tinggi Protein Tinggi II (ETPT II) Energi 300 kkal, Protein 125 g
(2,5 g/kg BB)
Tujuan diberikannya diet TKTP adalah untuk memenuhi kebutuhan energi
dan protein yang meningkat untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan
tubuh, dan juga untuk menambah berat badan hingga mencapai berat badan
normal (Hartono, 2006).

5.2 Formula Enteral Diet TKTP


Nutrisi enteral merupakan salah satu terapi tambahan pada pasien-pasien
dengan penyakit kritis dengan fungsi gastrointestinal baik namun intake oral tidak
dapat diberikan. Keuntungan nutrisi enteral adalah meningkatkan integritas
mukosa intestinal absorbs nutrisi, memperbaiki respon metabolik dan imun, dan
komplikasi serta harga lebih kurang bila dibandingkan dengan nutrisi parenteral.
Manfaat nutrisi enteral tidak jauh berbeda dengan cara pemberian per oral yaitu
proses pencernaan dan absorbsi nutrisi dapat berlangsung secara aman, mendekati
fungsi fisiologis, mampu menjaga imunitas saluran cerna, mengurangi
pertumbuhan bakteri yang berlebihan, menjaga keseimbangan mikrorganisme
saluran cerna, mudah, dan lebih murah dari segi financial.
Formula enteral TKTP bukan hanya diperuntukkan bagi orang dengan
penyakit tertentu saja, tapi bisa juga diberikan kepada orang yang sehat. Formula
ini bisa digunakan untuk menambah energi orang yang melakukan aktifitas berat
tanpa merasa lapar. Karena kandungan energi dan protein dari formula tersebut
lebih besar dari pada minuman berenergi yang ada di pasaran contohnya seperti
energen.
Tujuan diet TKTP adalah untuk memberikan makanan secukupnya atau
lebih dari pada biasa untuk memenuhi kebutuhan protein dan kalori. Maksudnya,
jumlah makanan khusus kebutuhan protein dan kalori dibutuhkan dalam jumlah
lebih dari pada kebutuhan biasa. Selain itu juga berfungsi untuk menambah berat
badan hingga mencapai normal. Penambahan berat badan hingga mencapai
normal menunjukkan kecukupan energi. Untuk mengetahui berat badan yang
normal, seseorang dapat menggunakan kartu menuju sehat (KMS), untuk anak
balita, anak sekolah, remaja, ibu hamil dan kelompok usia lanjut. Bagi orang
dewasa digunakan Indek MasaTtubuh (IMT). Formula TKTP juga dapat
mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan. Artinya, dengan terpenuhinya
kebutuhan energi / kalori dan protein di dalam tubuh, sehingga menjamin
terbentuknya sel-sel baru di dalam jaringan tubuh.

5.3 Formula Enteral Substitusi Kacang Merah dan Kandungan Gizi


Makanan enteral merupakan Salah satu teknik pemberian makanan di rumah
sakit untuk pasien yang sakit berat, seperti bedah, penderita kanker, malnutrisi,
anoreksia, depresi berat, luka bakar yang tidak dapat makan secara oral dengan
keadaan saluran gastrointestinal yang berfungsi dengan baik. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan pada pemberian nutrisi enteral ialah jalur masuknya makanan,
ukuran pipa makanan yang digunakan, volume formula yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan pasien, toleransi sistem saluran cerna dan kondisi klinis
pasien.
Pada acara praktikum yang telah dilaksanakan, dilakukan pembuatan
formula enteral dengan diet tinggi kalori tinggi protein. Formula enteral dibuat
dengan bahan berupa kacang merah sebagai bahan utama, susu full cream,
maltodekstrin, minyak sayur dan gula. Formula ini dibuat untuk tujuan
pemenuhan kebutuhan zat gizi tubuh baik orang yang sakit maupun orang sehat.
Setelah dibuat formula substitusi kacang merah dilakukan perhitungan zat
gizinya. Kandungan zat gizi formula ini yaitu energi sebesar 204,38 kkal, protein
5,9 gram, lemak 9,24 gram, dan karbohidrat sebesar 24,52 gram. Dalam
pembuatan formula enteral ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, salah
satunya yaitu dalam 1 cc formula harus mengandung 1 kkal energi. Hal itu
menunjukkan bahwa kandungan zat gizi formula enteral substitusi kacang merah
telah memenuhi syarat formula enteral pada umumnya. Karena sebanyak 200 ml
formula enteral substitusi kacang merah telah mengandung energi sebesar 204,38
kkal.
Alasan lain dari penggunaan kacang merah sebagai subtitusi formula enteral
ini karena kacang merah merupakan salah satu jenis kacang-kacangan yang
memiliki kandungan protein yang cukup tinggi. selain itu, kandungan serat
didalamnya juga cukup tinggi sehingga dapat menurunkan kadar kolsterol dalam
darah dan juga dapat memberikan rasa kenyang yang lebih lama. Selain
kandungan protein dan serat yang tinggi, kacang merah juga mengandung zat gizi
lain seperti asam folat, karbohidrat kompleks, kalsium, vitamin B6, fosfor,
tiamin, mangan dan besi.

5.4 Uji Kesukaan


Uji kesukaan dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah formula
enteral substitusi tepung kacang merah disukai atau tidak disukai oleh panelis
semi terlatih yang berjumlah 14 orang dengan skala penilaian sebagai berikut: 5)
sangat suka, 4) suka, 3) agak suka, 2) tidak suka, 1) sangat tidak suka.. Uji
kesukaan ini meliputi aspek warna, rasa, aroma, kekentalan. Pada pembutaan
formula enteral dengan substitusi tepung kacang merah dilakukan oleh 2
kelompok praktikan yaitu kelompok 3 (formula 1) dan kelompok 4 (formula 2)
dengan formulasi enteral yang sama. Dari hasil uji kesukaan dilakukan pengujian
secara statistik untuk mengetahui tingkat distribusi kesukaan panelis terhadap
formula, dan juga dilakukan uji kruskal wallis untuk mengetahui tingkat
perbedaan yang bermakna terhadap tingkat kesukaan panelis antara formula
substitusi tepung kacang merah yang dibuat oleh kelompok 3 dengan kelompok 4

5.4.1 Warna
Warna merupakan komponen yang sangat penting untuk menentukan
kualitas derajat penerimaan suatu bahan pangan. Intensitas warna mempengaruhi
persepsi rasa suatu makanan atau minuman, oleh karena itu penentuan mutu suatu
bahan pangan pada umumnya tergantung pada warna karena tampil terlebih
dahulu (Estiasih, 2009).

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Kesukaan Warna Formula Enteral


Substitusi Tepung Kacang merah
Formula 1 Formula 2
kategori
N % N %
Sangat tidak suka 0 0 0 0
Tidak suka 0 0 0 0
Agak suka 4 28,6 1 7,1
Suka 10 71,4 13 92,9
Sangat suka 0 0 0 0
Total 14 100 14 100
Mean 3,71 3,93
Keterangan : N = Jumlah panelis
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi uji kesukaan dari aspek warna dengan
14 panelis semi terlatih, pada formula enteral substitusi tepung kacang merah
yang pertama (formula 1) menunjukkan bahwa tingkat kesukaan terbesar pada
kategori suka yaitu dengan 10 panelis (71,4%). Pada formula enteral substitusi
tepung kacang merah yang kedua (formula 2), frekuensi tingkat kesukaan paling
banyak pada kategori suka dengan 13 panelis (92,9%). Dari perbandingan dua
formula enteral substitusi tepung kacang merah dengan formulasi yang sama,
panelis cenderung menyukai formula 2 yang dibuat oleh kelompok 4. Hal ini
dikarenakan pada formula 1 warnanya lebih pucat dibandingkan formula 2
sehingga panelis kurang menyukainya. Berdasarkan uji yang telah dilakukan dari
kedua formula rata-rata daya terima terhadap warna berkisar antara 3,71-3,93
yaitu berada pada rentang kategori agak suka mendekati kategori suka.
Hasil uji kruskal wallis yang telah dilakukan menunjukkan nilai p
value=0,146 > =0,05 , hal ini berarti bahwa tidak ada perbedaan nyata penilaian
uji kesukaan dari aspek warna. Rata-rata panelis agak suka dengan warna formula
1 dan formula 2 pada formula enteral substitusi tepung kacang merah.

5.4.2 Rasa
Rasa merupakan faktor yang penting dalam menentukan keputusan bagi
konsumen untuk menerima atau menolak suatu makanan. Meskipun parameter
lainnya dinilai baik, jika rasa tidak enak atau tidak disukai maka produk tersebut
akan ditolak (Sholihah, 2014)

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Kesukaan Rasa Formula Enteral Substitusi
Tepung Kacang merah
Formula 1 Formula 2
kategori
N % N %
Sangat tidak suka 0 0 0 0
Tidak suka 3 21,4 3 21,4
Agak suka 9 64,3 9 64,3
Suka 2 14,3 2 14,3
Sangat suka 0 0 0 0
Total 14 100 14 100
Mean 2,93 2,93
Keterangan : N = Jumlah panelis
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi uji kesukaan dari aspek rasa dengan
14 panelis semi terlatih, pada formula enteral substitusi tepung kacang merah
yang pertama (formula 1) dan yang kedua (formula 2) mempunyai distribusi
tingkat kesukaan yang sama yaitu dengan distribusi kategori tidak suka sebanyak
3 panelis (21,4%), kategori agak suka sebanyak 9 panelis (64,3%), dan kategori
suka dengan 2 panelis (14,3%). Dari perbandingan dua formula enteral substitusi
tepung kacang merah dengan formulasi yang sama dan distribusi tingkat kesukaan
yang sama, panelis cenderung agak suka dengan formula tersebut dengan nilai
rata-rata sebesar 2,93.
Hasil uji kruskal wallis yang telah dilakukan menunjukkan nilai p value=1,0
> =0,05 , hal ini berarti bahwa tidak ada perbedaan nyata penilaian uji kesukaan
dari aspek rasa. Rata-rata panelis agak suka formula enteral substitusi tepung
kacang merah, panelis tidak begitu menyukai rasa dari formula enteral tersebut
dikarenakan ketika mencicipi formula berasa seperti mencicipi tepung karena
adanya endapan pada formula yang telah dibuat. Hal ini kemungkinan dapat
terjadi karena tidak ada proses pemanasan setelah semua bahan formula
dicampurkan.

5.4.3 Aroma
Aroma merupakan sifat sensori yang paling sulit untuk diklasifikasikan dan
dijelaskan karena ragamnya yang begitu banyak. Tanggapan terhadap sensori bau
atau aroma biasanya diinterpretasikan dengan bau produk/senyawa tertentu yang
sudah umum dikenal (Sholihah, 2014).

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Kesukaan Aroma Formula Enteral


Substitusi Tepung Kacang merah
Formula 1 Formula 2
kategori
N % N %
Sangat tidak suka 0 0 0 0
Tidak suka 2 14,3 2 14,3
Agak suka 9 64,3 10 71,4
Suka 3 21,4 2 14,3
Sangat suka 0 0 0 0
Total 14 100 14 100
Mean 3,07 3,00
Keterangan : N = Jumlah panelis
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi uji kesukaan dari aspek aroma dengan
14 panelis semi terlatih, pada formula enteral substitusi tepung kacang merah
yang pertama (formula 1) menunjukkan bahwa tingkat kesukaan terbesar pada
kategori agak suka yaitu dengan 9 panelis (64,3%). Pada formula enteral
substitusi tepung kacang merah yang kedua (formula 2), frekuensi tingkat
kesukaan paling banyak pada kategori agak suka dengan 10 panelis (71,4%).
Berdasarkan uji yang telah dilakukan dari kedua formula rata-rata daya terima
terhadap warna berkisar antara 3,00-3,07 yaitu berada pada rentang kategori agak
suka. panelis agak suka atau bisa dikatakan kurang menyukai aroma dari formual
enteral substitusi tepung kacang merah dikarenakan aromanya sangtakhas bau
tepung. Tidak beraroma yang dapat menimbulkan tingkat kesukaan panelis.
Hasil uji kruskal wallis yang telah dilakukan menunjukkan nilai p
value=0,73 > =0,05 , hal ini berarti bahwa tidak ada perbedaan nyata penilaian
uji kesukaan dari aspek aroma. Rata-rata panelis agak suka dengan aroma formula
1 dan formula 2 pada formula enteral substitusi tepung kacang merah.

5.4.4 Kekentalan
Kekentalan adalah sifat suatu zat cair yang sangat berpengaruh pada aliran
cairan. Kekentalan formula enteral substitusi tepung kacang merah berpengaruh
pada kecepatan formula mnegalir pada slang NGT. Slang NGT yang digunakan
dalam praktikum kali ini untuk mengalirkan formula enteral substitusi tepung
kacang merah adalah slang NGT ukuran 16 Fr yang diameternya relatif kecil.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Kesukaan Kekentalan Formula Enteral


Substitusi Tepung Kacang merah
Formula 1 Formula 2
kategori
N % N %
Sangat tidak suka 0 0 0 0
Tidak suka 1 7,1 1 7,1
Agak suka 11 78,6 11 78,6
Suka 2 14,3 2 14,3
Sangat suka 0 0 0 0
Total 14 100 14 100
Mean 3,07 3,07
Keterangan : N = Jumlah panelis
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi uji kesukaan dari aspek rasa dengan
14 panelis semi terlatih, pada formula enteral substitusi tepung kacang merah
yang pertama (formula 1) dan yang kedua (formula 2) mempunyai distribusi
tingkat kesukaan yang sama yaitu dengan distribusi kategori tidak suka sebanyak
1 panelis (7,1%), kategori agak suka sebanyak 11 panelis (78,,6%), dan kategori
suka dengan 2 panelis (14,3%). Dari perbandingan dua formula enteral substitusi
tepung kacang merah dengan formulasi yang sama dan distribusi tingkat kesukaan
yang sama, panelis cenderung agak suka dengan formula tersebut dengan nilai
rata-rata sebesar 3,07.
Hasil uji kruskal wallis yang telah dilakukan menunjukkan nilai p value=1,0
> =0,05 , hal ini berarti bahwa tidak ada perbedaan nyata penilaian uji kesukaan
dari aspek kekentalan. Rata-rata panelis agak suka terhadap kekentalan formula
enteral substitusi tepung kacang merah, hal ini dikarenakan adanya penambahan
tepung kacang merah pada formula enteral menyebabkan adanya sedikit endapan.

5.5 Viskositas
Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan,
kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk
mengalir. Viskositas merupakan salah satu karakteristik yang paling penting pada
makanan semi padat dan formula enteral (Howard, 1987). Setiap zat cair memiliki
viskositas (kekentalan) yang berbeda-beda. Hal ini menyebabkan daya alir setiap
zat cair pun berbeda-beda. Bila suatu cairan dalam viscometer mengalir dengan
cepat, maka viskositas dari cairan tersebut rendah dan bila suatu cairan mengalir
dengan lambat, maka cairan tersebut viskositasnya tinggi
Cara yang paling mudah yang dapat dilakukan untuk mengukur viskosias
adalah dengan mengukur laju cairan yang melalui tabung. Dalam praktikum ini,
laju cairan yang diukur adalah kecepatan formula enteral substitusi tepung kacang
merah yang mengalir melewati slang NGT dengan ukuran 16 Fr. Laju cairan pada
formula 1 dan formula 2 dari formula enteral substitusi tepung kacang merah
berbeda pada jumlah volume yang sama dan dengan formulasi yang sama. Pada
formula 1 kecepatan formula melewati NGT adalah 36 detik dengan suhu 70 0C.
Pada formula 2 kecepatan formula melewati NGT dengan ukuran slang 16 Fr 31
detik, dengan suhu formula yang sama yaitu 700C. Perbedaan viskositas atau laju
cairan formula ini mugkin dapat terjadi akibat setelah suhu formula diukur tidak
segera dialirkan pada slang NGT sehingga suhunya menurun. Dengan suhu yang
lebih rendah, viskositas atau laju cairan akan lebih cepat daripada formula dengan
suhu yang tinggi. Hal ini sesuai dengan teori yang ada menurut Bird (1987) bahwa
faktor temperatir mempengaruhi viskositas.
Viskositas dari formula enteral substitusi tepung kacang merah lebih tinggi
daripada formula WHO atau formula komersil yang dilakukan pada praktikum
yang sebelumnya. Hal ini dikarenakan konsentrasi formula enteral substitusi
tepung kavcang merah lebih tinggi daripada formula WHO an formula komersil
seperti diabetasol atau tropicana. Konsentrasi yang tinggi ini disebabkan karena
adanya endapan pada formula enteral substitusi tepung kacang merah.

5.6 Osmolalitas
Osmolalitas merupakan ukuran jumlah partikel dalam larutan yang dinyatakan
dalam miliosmol per kg (mOsm/kg). Ukuran ini dapat dipakai untuk menentukan
kemampuan larutan dalam menahan air atau menarik air lewat membran semi-
permeabel. Formula enteral dengan osmolalitas yang tinggi dan diberikan dengan
cepat akan menarik cairan kedalam usus dan mengakibatkan gejala kram, mual,
muntah, atau diare. Osmolalitas bukan masalah jika formula enteral diberikan
secara perlahan-lahan atau dengan cara tetesan yang konstan (model infus).
Semakin rendah osmolalitas, semakin cepat formula enteral dapat diberikan.
Osmolalitas diartikan sebagai konsentrasi sebuah larutan atau jumlah partikel
yang larut dalam suatu larutan. Pada orang sehat, konsentrasi plasma manusia
adalah 285 10 mOsm/kg H20. Pada formula enteral, osmolalitas ditentukan oleh
konsentrasi gula, asam amino, dan elektrolit. Osmolalitas formula enteral akan
meningkat jika kandungan asam amino bebas, monosakakrida, disakarida, dan
elektrolit bertambah. Lemak, protein utuh dan pati secara osmotis tidak begitu
aktif.
Setelah dilakukan perhitungan osmolalitas dari kedua kelompok dengan
formula yang sama didapatkan hasil osmolalitas yang sama yaitu 233 mOsm/kg.
nilai tersebut menunjukkan bahwa nilai osmolalitas dari kedua produk formula
termasuk normal. Karena nilai osmolalitas normal yaitu kurang dari 500
mOsm/kg atau sama seperti osmolalitas darah yaitu 300 mOsm/kg. Formula
dengan osmolalitas yang lebih tinggi dari 300 mOsm/kg digolongkan sebagai
formula yang hipertonik atau hiperosmolar. Formula yang isotonik atau sedikit
hipertonik umumnya dapat ditolerir oleh sebagian pasien. Formula enteral yang
tepat harus memiliki osmolalitas kurang dari 500 mOsm/kg air agar formula
tersebut bersifat isotonik atau sedikit hipertonik dan tidak menarik cairan kedalam
rongga usus (Hartono, 2006).
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
1. Formula enteral substitusi kacang merah adalah formula enteral yang
tinggi akan kandungan energi dan kandungan protein. Kandungan protein
tinggi berasal dari protein nabati yaitu dari kacang merah.
2. Kandungan zat gizi formula enteral substitusi tepung kacang merah per
200 ml yaitu energi sebesar 204,38 kkal, protein 5,9 gram, lemak 9,24
gram, dan karbohidrat sebesar 24,52 gram. Hal ini menunjukkan setiap 1
cc formula mengandung 1 kkal.
3. Hasil uji kruskal wallis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata
tingkat kesukaan terhadap warna, rasa, aroma, dan kekentalan dengan nilai
p value >
4. Nilai viskositas pada formula 1 dan formula 2 cenderung tinggi yaitu 36
detik dan 31 detik, dikarenakan konsentrasi formula tinggi akibat adanya
endapan.
5. Hasil osmolalitas pada kedua formula adalah 233 mOsm/kg, yang
termasuk normal. Karena nilai osmolalitas normal yaitu kurang dari 500
mOsm/kg atau sama seperti osmolalitas darah yaitu 300 mOsm/kg

6.2 Saran
1. Sebaiknya pada pembuatan formula, dilakukan pemanasan kurang lebih 4
menit setelah pencampuran semua bahan sehingga dapat mengurangi rasa
formula yang masih khas tepung kacang merah
2. Sebaiknya ketika akan melakukan uji viskositas dengan mengalirkan
formula pada slang NGT, sesegera mungkin untuk mengalirkannya setelah
diukur suhu formula, sehingga tidak terdapat perbedaan nilai viskositas
akibat penurunan suhu.

Anda mungkin juga menyukai