PEMBAHASAN
5.4.1 Warna
Warna merupakan komponen yang sangat penting untuk menentukan
kualitas derajat penerimaan suatu bahan pangan. Intensitas warna mempengaruhi
persepsi rasa suatu makanan atau minuman, oleh karena itu penentuan mutu suatu
bahan pangan pada umumnya tergantung pada warna karena tampil terlebih
dahulu (Estiasih, 2009).
5.4.2 Rasa
Rasa merupakan faktor yang penting dalam menentukan keputusan bagi
konsumen untuk menerima atau menolak suatu makanan. Meskipun parameter
lainnya dinilai baik, jika rasa tidak enak atau tidak disukai maka produk tersebut
akan ditolak (Sholihah, 2014)
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Kesukaan Rasa Formula Enteral Substitusi
Tepung Kacang merah
Formula 1 Formula 2
kategori
N % N %
Sangat tidak suka 0 0 0 0
Tidak suka 3 21,4 3 21,4
Agak suka 9 64,3 9 64,3
Suka 2 14,3 2 14,3
Sangat suka 0 0 0 0
Total 14 100 14 100
Mean 2,93 2,93
Keterangan : N = Jumlah panelis
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi uji kesukaan dari aspek rasa dengan
14 panelis semi terlatih, pada formula enteral substitusi tepung kacang merah
yang pertama (formula 1) dan yang kedua (formula 2) mempunyai distribusi
tingkat kesukaan yang sama yaitu dengan distribusi kategori tidak suka sebanyak
3 panelis (21,4%), kategori agak suka sebanyak 9 panelis (64,3%), dan kategori
suka dengan 2 panelis (14,3%). Dari perbandingan dua formula enteral substitusi
tepung kacang merah dengan formulasi yang sama dan distribusi tingkat kesukaan
yang sama, panelis cenderung agak suka dengan formula tersebut dengan nilai
rata-rata sebesar 2,93.
Hasil uji kruskal wallis yang telah dilakukan menunjukkan nilai p value=1,0
> =0,05 , hal ini berarti bahwa tidak ada perbedaan nyata penilaian uji kesukaan
dari aspek rasa. Rata-rata panelis agak suka formula enteral substitusi tepung
kacang merah, panelis tidak begitu menyukai rasa dari formula enteral tersebut
dikarenakan ketika mencicipi formula berasa seperti mencicipi tepung karena
adanya endapan pada formula yang telah dibuat. Hal ini kemungkinan dapat
terjadi karena tidak ada proses pemanasan setelah semua bahan formula
dicampurkan.
5.4.3 Aroma
Aroma merupakan sifat sensori yang paling sulit untuk diklasifikasikan dan
dijelaskan karena ragamnya yang begitu banyak. Tanggapan terhadap sensori bau
atau aroma biasanya diinterpretasikan dengan bau produk/senyawa tertentu yang
sudah umum dikenal (Sholihah, 2014).
5.4.4 Kekentalan
Kekentalan adalah sifat suatu zat cair yang sangat berpengaruh pada aliran
cairan. Kekentalan formula enteral substitusi tepung kacang merah berpengaruh
pada kecepatan formula mnegalir pada slang NGT. Slang NGT yang digunakan
dalam praktikum kali ini untuk mengalirkan formula enteral substitusi tepung
kacang merah adalah slang NGT ukuran 16 Fr yang diameternya relatif kecil.
5.5 Viskositas
Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan,
kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk
mengalir. Viskositas merupakan salah satu karakteristik yang paling penting pada
makanan semi padat dan formula enteral (Howard, 1987). Setiap zat cair memiliki
viskositas (kekentalan) yang berbeda-beda. Hal ini menyebabkan daya alir setiap
zat cair pun berbeda-beda. Bila suatu cairan dalam viscometer mengalir dengan
cepat, maka viskositas dari cairan tersebut rendah dan bila suatu cairan mengalir
dengan lambat, maka cairan tersebut viskositasnya tinggi
Cara yang paling mudah yang dapat dilakukan untuk mengukur viskosias
adalah dengan mengukur laju cairan yang melalui tabung. Dalam praktikum ini,
laju cairan yang diukur adalah kecepatan formula enteral substitusi tepung kacang
merah yang mengalir melewati slang NGT dengan ukuran 16 Fr. Laju cairan pada
formula 1 dan formula 2 dari formula enteral substitusi tepung kacang merah
berbeda pada jumlah volume yang sama dan dengan formulasi yang sama. Pada
formula 1 kecepatan formula melewati NGT adalah 36 detik dengan suhu 70 0C.
Pada formula 2 kecepatan formula melewati NGT dengan ukuran slang 16 Fr 31
detik, dengan suhu formula yang sama yaitu 700C. Perbedaan viskositas atau laju
cairan formula ini mugkin dapat terjadi akibat setelah suhu formula diukur tidak
segera dialirkan pada slang NGT sehingga suhunya menurun. Dengan suhu yang
lebih rendah, viskositas atau laju cairan akan lebih cepat daripada formula dengan
suhu yang tinggi. Hal ini sesuai dengan teori yang ada menurut Bird (1987) bahwa
faktor temperatir mempengaruhi viskositas.
Viskositas dari formula enteral substitusi tepung kacang merah lebih tinggi
daripada formula WHO atau formula komersil yang dilakukan pada praktikum
yang sebelumnya. Hal ini dikarenakan konsentrasi formula enteral substitusi
tepung kavcang merah lebih tinggi daripada formula WHO an formula komersil
seperti diabetasol atau tropicana. Konsentrasi yang tinggi ini disebabkan karena
adanya endapan pada formula enteral substitusi tepung kacang merah.
5.6 Osmolalitas
Osmolalitas merupakan ukuran jumlah partikel dalam larutan yang dinyatakan
dalam miliosmol per kg (mOsm/kg). Ukuran ini dapat dipakai untuk menentukan
kemampuan larutan dalam menahan air atau menarik air lewat membran semi-
permeabel. Formula enteral dengan osmolalitas yang tinggi dan diberikan dengan
cepat akan menarik cairan kedalam usus dan mengakibatkan gejala kram, mual,
muntah, atau diare. Osmolalitas bukan masalah jika formula enteral diberikan
secara perlahan-lahan atau dengan cara tetesan yang konstan (model infus).
Semakin rendah osmolalitas, semakin cepat formula enteral dapat diberikan.
Osmolalitas diartikan sebagai konsentrasi sebuah larutan atau jumlah partikel
yang larut dalam suatu larutan. Pada orang sehat, konsentrasi plasma manusia
adalah 285 10 mOsm/kg H20. Pada formula enteral, osmolalitas ditentukan oleh
konsentrasi gula, asam amino, dan elektrolit. Osmolalitas formula enteral akan
meningkat jika kandungan asam amino bebas, monosakakrida, disakarida, dan
elektrolit bertambah. Lemak, protein utuh dan pati secara osmotis tidak begitu
aktif.
Setelah dilakukan perhitungan osmolalitas dari kedua kelompok dengan
formula yang sama didapatkan hasil osmolalitas yang sama yaitu 233 mOsm/kg.
nilai tersebut menunjukkan bahwa nilai osmolalitas dari kedua produk formula
termasuk normal. Karena nilai osmolalitas normal yaitu kurang dari 500
mOsm/kg atau sama seperti osmolalitas darah yaitu 300 mOsm/kg. Formula
dengan osmolalitas yang lebih tinggi dari 300 mOsm/kg digolongkan sebagai
formula yang hipertonik atau hiperosmolar. Formula yang isotonik atau sedikit
hipertonik umumnya dapat ditolerir oleh sebagian pasien. Formula enteral yang
tepat harus memiliki osmolalitas kurang dari 500 mOsm/kg air agar formula
tersebut bersifat isotonik atau sedikit hipertonik dan tidak menarik cairan kedalam
rongga usus (Hartono, 2006).
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Formula enteral substitusi kacang merah adalah formula enteral yang
tinggi akan kandungan energi dan kandungan protein. Kandungan protein
tinggi berasal dari protein nabati yaitu dari kacang merah.
2. Kandungan zat gizi formula enteral substitusi tepung kacang merah per
200 ml yaitu energi sebesar 204,38 kkal, protein 5,9 gram, lemak 9,24
gram, dan karbohidrat sebesar 24,52 gram. Hal ini menunjukkan setiap 1
cc formula mengandung 1 kkal.
3. Hasil uji kruskal wallis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata
tingkat kesukaan terhadap warna, rasa, aroma, dan kekentalan dengan nilai
p value >
4. Nilai viskositas pada formula 1 dan formula 2 cenderung tinggi yaitu 36
detik dan 31 detik, dikarenakan konsentrasi formula tinggi akibat adanya
endapan.
5. Hasil osmolalitas pada kedua formula adalah 233 mOsm/kg, yang
termasuk normal. Karena nilai osmolalitas normal yaitu kurang dari 500
mOsm/kg atau sama seperti osmolalitas darah yaitu 300 mOsm/kg
6.2 Saran
1. Sebaiknya pada pembuatan formula, dilakukan pemanasan kurang lebih 4
menit setelah pencampuran semua bahan sehingga dapat mengurangi rasa
formula yang masih khas tepung kacang merah
2. Sebaiknya ketika akan melakukan uji viskositas dengan mengalirkan
formula pada slang NGT, sesegera mungkin untuk mengalirkannya setelah
diukur suhu formula, sehingga tidak terdapat perbedaan nilai viskositas
akibat penurunan suhu.