Anda di halaman 1dari 28

Referat

ANESTESI PADA KEHAMILAN

Oleh:

....................................................

Pembimbing:

Dr. dr. Rose Mafiana, Sp.An, KNA, KAO, MARS

DEPARTEMEN ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2021

1
HALAMAN PENGESAHAN

Referat
ANESTESI PADA KEHAMILAN

Oleh:
.........................................................

Dosen Pembimbing:
Dr. dr. Rose Mafiana, Sp.An, KNA, KAO, MARS

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan
Klinik Senior di Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang
periode .............................

Palembang, Desember 2021

Dr. dr. Rose Mafiana, Sp.An, KNA, KAO, MARS

2
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya bagi Allah Subhana wa Ta‟ala, karena atas
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Anestesi Pada
Kehamilan” sebagai salah satu tugas dalam kepaniteraan klinik di Departemen
Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Rumah
Sakit Mohammad Hoesin Palembang. Di kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. dr. Rose Mafiana, Sp.An, KNA, KAO, MARS
selaku pembimbing laporan kasus ini yang telah memberikan bimbingan dan nasihat
dalam penyusunan telaah ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan referat ini, sehingga referat
ini dapat diselesaikan oleh penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan referat ini masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan. Demikianlah penulisan referat ini, semoga dapat
bermanfaat bagi semua pihak.

Palembang, Desember 2021

Penulis

3
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................................................................2
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................3
DAFTAR ISI................................................................................................................................................4
BAB I...........................................................................................................................................................5
PENDAHULUAN........................................................................................................................................5
BAB II..........................................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................................................6
2.1 Perubahan Fisiologi Selama Kehamilan..................................................................................................6
2.1.1 Sistem pernapasan.................................................................................................................6
2.1.2 Sistem kardiovaskular...........................................................................................................6
2.1.3 Sistem gastrointestinal..........................................................................................................7
2.1.4 Perubahan Farmakokinetik dan Farmakodinamik........................................................................7
2.2 Guideline Anestesi Obstetri 2015.......................................................................................................8
2.2.1 Evaluasi Perianestesi dan Persiapan.............................................................................................8
2.2.2 Pencegahan Aspirasi....................................................................................................................8
2.2.3 Anestesi bagi Persalinan dan Melahirkan Pervaginam.................................................................9
2.2.4 Pelepasan Plasenta.....................................................................................................................10
2.2.5 Anestesi untuk Operasi Sesar.....................................................................................................11
2.2.6 Ligasi Tuba Postpartum.............................................................................................................12
2.2.7 Penanganan bagi Kasus Kegawatdaruratan Kehamilan..............................................................12
2.3 Algoritma Intubasi pada Anestesi Umum Obstetri............................................................................14
2.4 Anestesi pada Ibu hamil dengan Operasi Non Obstetri.....................................................................16
2.4.1 Penggunaan Obat Anestesi.........................................................................................................16
2.4.2 Asfiksi dan Monitoring pada Fetus............................................................................................17
2.4.3 Pembedahan Non-Obstetri.........................................................................................................17
BAB III.......................................................................................................................................................19
KESIMPULAN..........................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................20

4
BAB I
PENDAHULUAN

Anestesi merupakan tindakan menghilangkan nyeri dan rumatan pasien sebelum,


selama dan sesudah pembedahan. Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak,
tanpa" dan aesthtos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan
menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang
menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel
Holmes Sr pada tahun 1846.1
Setiap pembedahan akan menjalani prosedur anestesi.2 Diperkirakan bahwa sekitar 2%
wanita hamil menjalani anestesi selama kehamilan, untuk operasi yang tidak terkait dengan
persalinan. Angka ini mungkin jauh lebih tinggi pada trimester pertama dimana kehamilan
mungkin tidak terdeteksi pada saat operasi. Sekitar 42% dari prosedur terjadi pada trimester
pertama, 35% selama trimester kedua dan 23% selama trimester ketiga. 3 Usus buntu, torsi
ovarium dan trauma adalah indikasi yang lebih umum untuk intervensi bedah. Untuk memberikan
anestesi yang aman bagi ibu dan janin, perlu pertimbangan mengenai perubahan fisiologis dan
farmakologis yang terjadi selama kehamilan, karena perubahan ini dapat menimbulkan bahaya
bagi mereka berdua.4
Seperti yang diuraikan diatas bahwa tindakan anestesi selama kehamilan,
diperlukan pertimbangan yang baik untuk keselamatan ibu dan janin. Oleh karena itu dalam
referat ini akan dibahas mengenai perubahan fisiologis pada ibu hamil, guideline penanganan
anestesi maupun jalan napas bagi wanita hamil, dan penanganan anestesi bagi wanita hamil yang
menjalani operasi yang tidak berhubungan dengan kehamilannya.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perubahan Fisiologi Selama Kehamilan


Selama kehamilan, peningkatan konsentrasi hormon pada ibu hamil akan mempengaruruhi
perkembangan uterus dan metabolik secara signifikan.5

1 Sistem pernapasan

Kebutuhan oksigen selama kehamilan meningkat hingga 60%. Selain itu, Cardiac output
dan ventilasi permenit juga meningkat. Meningkatnya ventilasi permenit diakibatkan karena
meningkatnya laju napas dan volume tidal hingga 45% hingga menyebabkan alkalosis pernapasan
ringan. Peningkatan ventilasi permenit dimediasi oleh progesteron yang menstimulasi
pernapasan. Peningkatan pH akan dibatasi dengan peningkatan eksresi bikarbonat di ginjal.
Relatif hipokapnia dipertahan karena peningkatan PaCO2 pada ibu dapat membatasi gradient
untuk difusi dari ddarah ibu ke janin yang dapat mengakibatkan asidosis janin. Plasma.
Functional residual capacity (FRC) menurun sampai 15-20%, cadangan oksigen juga berkurang,
yang merupakan cadangan oksigen dalamm keadaan apnoe. Hal ini karena desakan uterus
terhadap diafragma.3,5,6
Airway manajemen mungkin menantang selama kehamilan. Tas-mask ventilasi mungkin
lebih sulit karena jaringan lunak meningkat di leher. Laringoskopi dapat terhalang oleh
penambahan berat badan dan payudara yang membengkak. Peningkatan edema pita suara karena
peningkatan permeabilitas kapiler dapat menghambat intubasi dan meningkatkan risiko
perdarahan. Hal ini dapat membuat upaya lebih lanjut di intubasi lebih sulit dan meningkatkan
kejadian intubasi gagal. Peningkatan konsumsi oksigen ibu dan dikurangi hasil FRC di desaturasi
oksigen cepat selama upaya intubasi. Intubasi nasal harus dihindari karena vaskularisasi
meningkat pada membran mukosa.3,5,6

2 Sistem kardiovaskular

Peningkatan isi sekuncup/stroke volume sampai 30%, hingga peningkatan frekuensi


denyut jantung sampai 15%, peningkatan curah jantung sampai 40%. Volume plasma meningkat
sampai 45% sementara jumlah eritrosit meningkat hanya sampai 25%, menyebabkan terjadinya
6
dilution anemia of pregnancy. Meskipun terjadi peningkatan isi dan aktifitas sirkulasi,
penekanan/kompresi vena cava inferior dan aorta oleh massa uterus gravid dapat menyebabkan
terjadinya supine hypertension syndrome. Jika tidak segera dideteksi dan dikoreksi, dapat terjadi
penurunan vaskularisasi uterus sampai asfiksia janin. 6 Pada sectio cesarea, dapat terjadi
perdarahan sampai 1000 cc. Meskipun demikian jarang diperlukan transfusi. Hal itu karena
selama kehamilan normal terjadi juga peningkatan faktor pembekuan VII, VIII, X, XII dan
fibrinogen sehingga darah berada dalam hypercoagulable state.5,6

3 Sistem gastrointestinal

Beredar progesteron mengurangi tonus sfingter esofagus bawah, meningkatkan kejadian


refluks esofagus. Hal ini lebih diperburuk oleh perubahan anatomi. Uterus gravid menyebabkan
peningkatan tekanan intragastrik dan perubahan sudut gastroesophageal junction, sehingga
meningkatkan kemungkinan terjadinya regurgitasi dan aspirasi pulmonal isi lambung. Selain itu,
dalam keadaan yang sama, produksi asam lambung meningkat. Hal ini dapat meningkatkan resiko
dan keparahan pneumonitis aspirasi dengan anestesi umum. Hal ini tejadi terutama pada usia
gestasi 16-20 minggu.3,6
Disarankan bahwa dari 16 minggu usia kehamilan pasien yang menjalani anestesi umum
harus diberikan profilaksis terhadap pneumonitis aspirasi. Hal ini biasanya diberikan antasida
non-partikulat tersebut sebagai natrium sitrat 0.3M 30ml dan reseptor H2 antagonis misalnya
ranitidin 150 mg oral atau 50 mg intravena. Beberapa anestesi juga dapat memilih untuk
memberikan prokinetik seperti metoclopramide. Induksi anestesi harus dengan teknik urutan yang
cepat dengan tekanan krikoid. Pada saat diekstubasi pasien benar dijaga pada posisi lateral.3

4 2.1.4 Perubahan Farmakokinetik dan Farmakodinamik

Akibat peningkatan endorphin dan progesteron pada wanita hamil, konsentrasi obat
inhalasi yang lebih rendah cukup untuk mencapai anestesia; kebutuhan halotan menurun sampai
25%, isofluran 40%, metoksifluran 32%. Pada anestesi epidural atau intratekal (spinal),
konsentrasi anestetik lokal yang diperlukan untuk mencapai anestesi juga lebih rendah. Hal ini
karena pelebaran vena-vena epidural pada kehamilan menyebabkan ruang subarakhnoid dan
ruang epidural menjadi lebih sempit. Faktor yang menentukan yaitu peningkatan sensitifitas
serabut saraf akibat meningkatnya kemampuan difusi zat-zat anestetik lokal pada lokasi membran
reseptor. 3,5,6
Transfer obat dari ibu ke janin melalui sirkulasi plasenta juga menjadi pertimbangan,
karena obat-obatan anestesia yang umumnya merupakan depresan, dapat juga menyebabkan

7
depresi pada janin. Harus dianggap bahwa semua obat dapat melintasi plasenta dan mencapai
sirkulasi janin. 3,5,6.
2.2 Guideline Anestesi Obstetri 2015.7
5 2.2.1 Evaluasi Perianestesi dan Persiapan

Pada persiapan anestesi, hal yang perlu dilakukan antara lain:


 Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan untuk menentukan anestesi
yang akan digunakan, selain itu juga menjalin komunikasi antara pasien
maupun semua pihak yang terkait seperti dokter obsgyn, dan lainnya.
Jika akan dilakukan regional anestesi, perlu dilakukan pemeriksaan pad
punggung pasien.
 Jumlah Platelet Intrapartum
Jumlah platelet berhubungan dengan frekuensi kejadian perdarahan
postpartum dan berguna untuk diagnosis pada hipertensi dalam kehamilan.
Pemeriksaan jumlah platelet dilakukan berdasarkan riwayat pasien dan
pemeriksaan fisik yang didapatkan.
 Golongan Darah dan Screening
Pemeriksaan golongan darah dan cross match tidak rutin dilakukan bagi
ibu hamil yang sehat dan tanpa komplikasi, pemeriksaan dilakukan
berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik.
 Pola Denyut Jantung Janin
Denyut jantung janin (DJJ) di monitor sebelum dan sesudah dilakukan
regional anestesi.

6 2.2.2 Pencegahan Aspirasi7

Pencegahan aspirasi yang dilakukan, meliputi :


 Cairan
Pada ibu hamil tanpa komplikasi, oral intake dalam jumlah moderate
diperbolehkan. Pada pasien dengan operasi terencana, oral intake masih
dapat diberikan sampai 2 jam sebelum induksi.
Pemberian cairan juga harus mempertimbangakan jenis cairan yang
diberkikan.

8
 Makanan Padat
Pasien dipuasakan 6-8 jam sebelum operasi, namun pada pasien dengan
faktor risiko aspirasi yang lebih tinggi diperlukan pertimbangan khusus
untuk lamanya jam puasa dan pertimbangan dilakukan berdasarkan setiap
kasus yang ada.
 Pemberian Obat untuk Mencegah Aspirasi
Pemberian obat seperti antasida, H2 reseptor agonis dan metoclopramid
diberikan sebagai profilaksis pada ibu hamil untuk mengurangi risiko dari
aspirasi.
Menurut penelitian yang ada, penggunaan antacid bermanfaat untuk
menaikkan pH selama periode peripartum dan penggunaan metoclopramid
dihubungkan dengan penurunan mual dan muntah pada saat peripartum.

7 2.2.3 Anestesi bagi Persalinan dan Melahirkan Pervaginam 7

 Waktu Anestesi Regional dan Hasil Persalinan


Berdasarkan hasil penelitian, ASA dan konsultan anestesi berpendapat
bahwa sebaiknya anestesi regional dilakukan pada saat dilatasi serviks
<5cm selama kondisi masih memungkinkan. Pemilihan anestesi regional
berdasarkan pertimbangan kasus setiap individu.
 Anestesi Regional dan Persalinan setelah Riwayat Sesar
Anetesi regional disarankan bagi setiap ibu hamil yang memiliki riwayat
sesar dan ingin mencoba melahirkan secara pervaginam. Anestesi regional
yang lebih disarankan yaitu anestesi dengan menggunakan kateter,
sehingga bila persalinan pervaginam gagal dan harus dilakukan operasi
sesar, tidak akan mengalami kesulitan.
 Teknik Anestesi
1. Penggunaan kateter pada anestesi regional untuk persalinan dengan
komplikasi
Penggunaan kateter disaranakan bagi ibu hamil dengan penyulit seperti
preeklamsi, kehamilan ganda, atau dengan indikasi anestesi sepeti
obesitas dan penyulit jalan napas, hal ini dipertimbangkan bila terjadi
kondisi darurat untuk mengurangi risiko penggunaan anestesi umum.
2. CIE (Continous Infusion Epidural) Analgesia
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penggunaan metode CIE lebih
9
efektif dibandingkan dengan pemberian single shoot opioid pada saat

10
persalinan berkaitan dengan penurunan kesakitan dan rasa tidak
nyaman pada ibu hamil. Pada penggunaan CIE, penambahan
penggunaan opioid tetap dapat dipertimbangkan sesuai kasus.
3. Pengunaan dosis rendah dan tinggi pada anestesi regional
Berdasarkan penelitian yang ada, ASA setuju untuk menggunakan obat
lokal anestesi dengan konsentasi dilusi yang ditambahkan dengan
opioid untuk menurunkan saraf motorik yang terblok oleh obat
anestesi.
4. Pemberian opioid dengan atau tanpa anestesi lokal
Penelitian menunjukkan penggunaan opioid spinal memiliki durasi
yang lebih panjang dibandingkan dengan opioid yang diberikan secara
intavena. Dengan penambahan anestesi lokal pada penggunaan opioid
spinal, maka akan menambah durasi dan meningkatkan efek analgesik.
5. Penggunaan jarum spinal
Penggunaan jarum spinal yang disarakan adalah pencil point spinal
needles dibandingkan dengan cutting bevel spinal needles untuk
mengurangi risiko teradinya PDPH (post dural puncture headache).
6. CSE (Combine Spinal and Epidural) analgesia
Teknik CSE digunakan untuk efek analgesik yang lebih cepat dan
efektif selama persalinan. Teknik ini dipertimbangkan bila
diperkirakan kemungkinan dilakukannya operasi sesar atau persalinan
yang lama melebihi durasi dosis obat analgesik spinal yang diberikan.
7. PCEA (Patient Controlled Epidural Analgesia)
Teknik PCEA digunakan sebagai pendekatan yang lebih efektif dan
fleksibel dalam melakukan maintenance obat analgesik selama
persalinan dan disarankan untuk CIE dengan dosis yang sudah pasti
sehingga meminimalisasi intervensi anestesi dan dapat mengurangi
dosis lokal anestesi yang digunakan

8 2.2.4 Pelepasan Plasenta7

Teknik
Anestesi
Pemeriksaan status hemodinamik pasien harus dilakukan sebelum
menggunakan teknik regional anetesi, bila status hemodinamik tidak stabil

11
harus dipertimbangkan penggunaan teknik anestesi umum.
Profilaksis untuk mencegah aspirasi harus diberikan pada setiap pasien dan
titrasi obat sedasi/analgesik yang digunakan harus dipertimbangkan
dengan

12
baik untuk mencegah terjadinya depresi napas dan asipirasi pulmoner
selama periode postpartum
 Pemberian Nitrogliserin untuk Relaksasi Uterus
Nitrogliserin dapat digunakan sebagai pengganti terbutalin sulfat/ anestesi
umum endotrakeal/agen halogen untuk relaksasi uterus selama proses
pengeluaran plasenta.

9 2.2.5 Anestesi untuk Operasi Sesar7

 Sarana dan Prasarana


Tersedianya sarana dan prasarana untuk persiapan operasi, persiapan
tatalaksana bila terjadi komplikasi, hingga tatalaksana pemulihan dari efek
regional anestesi maupun anestesi umum.
 Pemilihan Anestesi (Umum/Spinal/Epidural/CSE)
Penelitian randomized controlled trial pada penggunaan teknik anestesi
epidural dibandingkan dengan anestesi umum, didapatkan APGAR score
yang lebih tinggi pada penggunaan tekik anestesi epidural. Tidak ada
perbedaan APGAR score pada penggunaan anestesi umum dibandingkan
dengan anestesi spinal. Penggunaan teknik anestesi spinal, epidural
maupun CSE juga tidak memiliki perbedaan yang bermakna pada APGAR
score, waktu persalinan, maupun efek hipotensi.
Setiap teknik yang digunakan harus mempertimbangkan risiko anestesi,
risiko ibu dan fetus. Teknik regional anestesi lebih disarankan
dibandingkan anestesi umun, anestesi umum dilakukan dengan
pertimbangan seperti terjadinya bradikardi pada fetus, ruptur uterus,
perdarahan masif, abrupsio plasenta, prolaps tali pusat, dan bayi prematur
letak kaki.
Penatalaksanaan uterus displacement dilakukan selama jalannya operasi.
 Cairan Intravena
Pemberian cairan intravena dapat mengurangi risiko hipotensi maternal
setelah dilakukannya anestesi spinal pada operasi sesar. Pemberian cairan
ini tidak akan mempengaruhi anestesi spinal yang dilakukan.
 Efedrin dan Fenilefedrin
Pemberian efedrin maupun fenilefedrin dapat digunakan untuk hipotensi
akibat teknik regional anestesi. Bila tidak terdapat bradikardi pada ibu
13
hamil, pemberian fenilefedrin lebih disarankan untuk meningkatkan fetal
acid base untuk persalinan tanpa komplikasi.

14
 Pemberian Opioid pada Anestesi Regional untuk Analgesik Postoperatif
Pemberian opioid pada saat dilakukan anestesi lebih disarankan
dibandingkan pemberian opioid secara intravena.

10 2.2.6 Ligasi Tuba Postpartum7

Pada ligasi tuba post partum, pasien harus puasa selama 6-8 jam.
Pemilihan anestesi yang digunakan didasarkan pada pertimbangan setiap kasus
individu namun lebih disarakan penggunaan regional anestesi dibandingakan
anestesi umum.Perlu diperhatikan pengosongan lambung akan terhambat pada
pasien yang menerima terapi opioid selama persalinan.

11 2.2.7 Penanganan bagi Kasus Kegawatdaruratan Kehamilan7

Managemen anestesi pada kasus kegawatdaruratan meliputi perdarahan,


penyulit pada jalan napas dan diperlukannya resusitasi jantung paru, oleh
karena itu diperlukannya sarana dan prasaranna yang menunjang bila terjadi
untuk mengurangi risiko kematian pada ibu maupun janin. Penangannan
perdarahan yang baik dapat mengurangi komplikasi pada maternal, sedangkan
penanganan jalan napas dapat mengurangi komplikasi bagi ibu, fetus maupun
neonatus. Penanganan jalan napas juga termasuk keterdiaan alat pulse
oximetry dan CO2 detector. American Heart Assiciation mengungkapkan
survival rate pada infant dengan usia gestasi >24/25 minggu pada ibu dengan
henti jantung yaotu kurang dari 5 menit. Oleh karena itu dibutuhkan
pengangan yang cepat pada kasus henti jantung ibu hamil. Sarana dan
prasarana yang dibutuhkan terdapat pada gambar 2.1, gambar 2.2 dan gambar
2.3.

15
Gambar 2.1 Suggsted Resource for Obstetric Hemorrhagic Emergencies. 7

16
Gambar 2.2 Suggsted Resource for Airway Management.7

Gambar 2.3 Suggsted Content of a Portable storage Unit for Difficult Airway.7

17
2.3 Algoritma Intubasi pada Anestesi Umum Obstetri.6,8

Gambar 2.4 Algoritma Intubasi pada Anestesi Umum.8

Gambar 2.5 Algoritma Intubasi pada Anestesi Umum (1).8

18
Gambar 2.6 Algoritma Intubasi pada Anestesi Umum (2)

Gambar 2.7 Algoritma Intubasi pada Anestesi Umum (3)

19
Gambar 2.8 Manajemen Setelah Gagal Intubasi pada Wanita Hamil.8

2.4 Anestesi pada Ibu hamil dengan Operasi Non Obstetri

12 2.4.1 Penggunaan Obat Anestesi

Sampai saat ini belum ada penelitian yang dapat menunjukkan secara
langsung efek penggunaan obat anestesi terhadap fetus, hal ini dikarenakan hal
tersebut dilarang dan tidak ada hewan yang dapat digunakan sebagai
perbandingan dengan manusia. Menurut penelitian retrospektif dengan sampel
anak yang dilahirkan dari ibu yang pernah melakukan operasi selama masa
kehamilan didapatkan adanya peningkatan bayi yang lahir dengan LBW (low
birth weught) yaitu <1500 g akibat dari kelahiran preterm atau IUGR
(intrauterine growth restriction) dan adanya neural defek khususnya pada ibu
yang memiliki riwayat operasi pada trimester pertama.9
Pemilihan teknik anestesi yang digunakan juga harus mempertimbangkan
jalan napas ibu dan pembatasan terpapar dengan obat anestesi. Dengan
pertimbangan tersebut, maka lebih disarankan penggunaan teknik anestesi
20
regional.9

21
Penelitian lainnya didapatkan adanya efek teratogenik pada penggunaan
N2O (nitrous oxide) pada hewan, cleft palate dan kelainan jantung pada
penggunaan benzodiazepin.
Penggunaan obat anestesi seperti propofol, barbiturat, opioid, pelumpuh
otot, dan anestesi lokal aman digunakan pada ibu selama masa kehamilan.

13 2.4.2 Asfiksi dan Monitoring pada Fetus

Pada fetus sangatlah penting melakukan pengendalian hipoksia dan


hipotensi pada ibu karena kekurangan oksigen pada ibu dalam jangka waktu yang
lama, akan menyebabkan vasokonstriksi dan penurunan perfusi pada sirkulasi
uteroplasenta dimana hal ini akan menyebabkan hipoksia pada fetus , asidosis dan
kematian. Sebaliknya keadaan hiperkapnia akan menyebabkan asidosis
respiratorius pada fetus dimana hal ini akan menyebabkan depresi pada otot
jantung, vasokonstriksi pada arteri uterus dan menurunkan aliran darah ke uterus.
Penggunaan efedrin dan fenilefedrin dapat mengontol tekanan darah pada
ibu hamil. Menurut penelitian penggunaan fenilefedrin lebih aman dan efektif
dibandingkan efedrin dalam mencegah hipotensi pada ibu hamil dan sekuele dari
hipotensi, selain itu penggunaan efedrin dihubungkan dengan penurunan pH pada
neonatus dan meningkatkan asidosis pada neonatus.
Monitoring denyut jantung janin (DJJ) sangat penting untuk dilakukan,
penurunan DJJ pada saat dilakukan anestesi tidak selalu dikaitkan dengan stress
pada janin, namun hal ini diakibatkan dari efek anestesi pada sistem otonon pada
fetus..DJJ yang semakin menurun harus diperhatikan sebagai tanda hipoksia pada
fetus dan asidosis, dimana hal ini berkaitan dengan keadaan ibu (obat anestesi,
respiratori asidosis pada ibu, penurunan temperatur).8,9

14 2.4.3 Pembedahan Non-Obstetri

• Pembedahan
Jantung
Pada masa kehamilan terjadi peningkatan volum darah dan cardiac output
sebesar 30-50% khususnya akan mengalami puncak pada minggu ke 24-
28 kehamilan. Pada ibu dengan penyakit jantung hal ini akan
penyebabkan cardiac stress pada jantung khusunya pada trimester kedua
dan ketiga dimana bila hal ini semakin berat maka dibutuhkan tindakan

22
operasi.9

23
Untuk tindakan pembedahan jantung, salah satu alternatif yang
dapat dilakukan dengan cara intervensi secara perkutan karena hal ini
menurunkan mortalitas fetus.
Pada pembedahan jantung, perlu dilakukan maintenance dari
sirkulasi uteroplasenta dengan cara pemantauan tekanan perfusi
(>70mmHg), Ht >28%, dan kapasitas pompa jantung >2.5L/menit/m2.9
 Pembedahan Saraf
Pada umumnya anestesi pembedahan sarah harus diperhatikan
kontrol terhadap hipotensi, hipotermi, hiperventilasi dan diuresis dimana
pada ibu hamil, hal ini harus lebih diperhatikan lagi.
Untuk mengontrol hipotensi dapat digunakan obat seperti sodium
nitroprusid atau nitrogliserin. Pemberian nitroprusid memiliki efek toxic
yang dapat menyebabkan kematian pada fetus, sehingga pemberian yang
boleh diberikan hanya 0.5mg/kg/jam.
Hipotermia dilakukan pada pembedahan saraf dengan tujuan
menurunkan metaboleisme yang dibutuhkan otek dan menurunkan aliran
darah ke otak , dimana target yang ingin dicapai adalah 30OC.
Hiperventilasi dilakukan untuk menurunkan PaCo2 dan aliran
darah ke otak, dimana PaCO2 akan dipertahankan di 4-4.1kPa.
Manitol digunakan sebagai obat diuresis yang diberikan pada ibu
hamil, manitol akan berakumulasi pada fetus sehingga mengakibatkan
hiperosmolaritas dimana akan menyebabkan perubahan seperti penurunan
produksi cairan pada paru, penurunan aliran darah ke renal dan
peningkatan kadar natrium di plasma. Dosis yang diberikan adalah 0.25-
0.5 mg/kg sehingga tidak menimbulkan efek pada fetus dan aman untuk
digunakan.9
 Laparoskopi
Pada pembedahan dengan laparoskopi seringkali dikhawatirkan
mengenai asidosis fetus akibat absorbsi CO 2, peningkatan tekanan
intraabdomen, cardiac output ibu, dan penurunan perfusi uteroplasental.
Penelitan menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan outcome yang terjadi
pada fetus dengan penggunaan teknik laparotomi maupun laparoskopi.
Sebaiknya operasi dilakukan pada trimester kedua bila
memungkinkan dan perlunya pemantauan terhadap PCO2 dan gas darah
24
ibu.9

25
BAB III
KESIMPULAN

 Pada masa kehamilan terjadi perubahan fisiologis sehingga membutukan penanganan


anestesi yang berbeda dibandingkan pasien pas umunya.
 Seorang dokter harus mampu membuat keputusan medis bagi wanita hamil yang
hendak menjalani proses melahirkan, dimulai dari pre operatif, manajemen anestesi
yang dipilih dan dilakukan, hingga manajemen pemulihan.
 Pemilihan teknik anestesi yang digunakan berbeda pada setiap individu dan
dipertimbangkan setiap kasusnya dengan mempertimbangkan keadaan ibu maupun
janin.
 Adanya peningkatan bayi yang lahir dengan LBW (low birth weught) yaitu <1500 g
akibat dari kelahiran preterm atau IUGR (intrauterine growth restriction) pada ibu
dengan riwayat operasi selama masa kehamilan dan defek khususnya pada ibu yang
memiliki riwayat operasi pada trimester pertama.
 Operasi non-obsterti pada masa kehamilan harus dipertimbangkan dengan baik dan
dilakukan pemilihan obat dengan baik sehingga memiliki efek yang minimal terhadap
ibu maupun janin.
 Pentingnya melakukan pemantauan pada janin dan ibu selama operasi khususnya
pemantauan terhadap hipotensi dan hipoksia untuk menghindari terjadinya asidosis
dan kematian pada janin.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Latief SA, Suryadi KA. Dahlan, M.R., 2007. Anestesiologi. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia

2. Li G, Huang MS, Lena S. 2009. Epidemiology of Anesthesia-related Mortality in the


United State, 1999-2005. Anesthesiology 110 (40): 759-765

3. Hool A. 2010. Anaesthesia In Pregnancy For Non-Obstetric Surgery. World


Federation of Societies of Anesthesiologist 185: 1-9

4. Walton NKD, Melachuri VK. 2006. Anaesthesia for non-obstetric surgery during
pregnancy. Contin Educ Anaesth Crit Care Pain 6 ( 2): 83-85

5. Miller RD,Eriksson LI,Fleisher LA, Chruchill. 2010. Miller’s anesthesia: 7th ed,
Livingstone Elsevier

6. Jr.Morgan G E,Mikhail M S,Murray M J. 2013. Maternal & Fetal Physiology &


Anesthesia. Lnage 5th ed.Mcgraw-Hill Companies;825-39

7. Practice Guideline for Obstetric Anesthesia: An Updated Report by the American


Society of Anesthesiologists Task Force on Obstetric Anesthesia and the Society for
Obstetric Anesthesia and Perinatology 124:270-300. 2016. The Amercian Society of
Anesthesiologist.

8. Mushambi, M C, et all. 2015. Obstetric Anaesthetists’ Association and Difficult


Airway Society Guidelines for The Management of Difficult and Failed Tracheal
Intubation in Obstetrics. Association of Anaesthetists of Great Britain and Ireland.

9. Reitman,E, P.Flood. 2011. Anasthetic Consideration for Non-Obstetric Surgery


during Pregnancy.British Jurnal Anasthesi.
3

Anda mungkin juga menyukai