Anda di halaman 1dari 13

ABSTRAK

LATAR BELAKANG : Gangguan penglihatan merupakan salah satu


masalah penting yang menyertai lanjutnya usia. Akibat dari masalah ini
seringkali tidak disadari oleh masyarakat bahkan oleh para lanjut usia sendiri.
Dengan berkurangnya penglihatan, mereka akan kehilangan kemampuan
untuk membaca atau melihat televisi serta dapat mengalami kehilangan rasa
percaya diri dengan penglihatan yang tidak begitu jelas, hal tersebut
menyebabkan para lansia tidak dapat bergerak ke sana kemari dengan aktif.
Hal tersebut juga dapat menurunkan aspek sosialisasi dari para lanjut usia,
mengisolasi mereka dari dunia luar yang pada akhirnya pun dapat
menyebabkan depresi dan terjadinya hal hal buruk. Atas berbagai alasan
itulah maka masalah gangguan penglihatan merupakan topik penting bagi
disiplin geriatri. Contoh dari salah satu masalah penglihatan pada usia lanjut
adalah entropian, dimana pada usia yang lanjut akan terjadi proses penuaan,
dan hal tersebut dapat menjadi salah satu faktor yang dapat dibahas pada
kasus ini.

PRESENTASI KASUS : Tn.A berusia 61 th di Panti Sosial Tresna Werdha


Budi Mulia 1 Cipayung merasakan sulit dalam beraktivitas dikarenakan
penglihatannya yang kurang baik sejak beberapa tahun yang lalu. Aktivitas
Tn.A sehari hari yaitu berjemur di pagi hari, mendengarkan pengajian,
mendengarkan radio dan juga berkumpul bersama teman sebaya. Sewaktu
muda beliau merasa penglihatannya sangat baik namun seiring lanjutnya usia,
Tn.A mengeluhkan adanya rasa sakit pada mata, berair dan terasa gatal serta
ada yang mengganjal, sehingga beliau mengalami kesulitan untuk melihat
dengan jelas. Mata Tn.A terlihat memerah , kornea berwarna abu abu
keputihan, dan terlihat bulu mata yang mengarah kedalam, dimana kelopak
mata Tn.A mengalami inversi. Dengan adanya gangguan pada mata Tn.A hal
tersebut juga mengakibatkan beliau harus menggunakan tongkat saat
berjalan. Tn.A mengatakan bahwa beliau mendapatkan pengobatan berupa
obat tetes mata yaitu Cloramphenicol yang di teteskannya pada kedua mata
saat pagi dan sore hari serta di edukasi untuk menjaga kesehatan matanya.

DISKUSI : Gangguan penglihatan yang dialami Tn.A yang disebabkan oleh


terjadinya retraksi pada kedua mata (entropion), hal tersebut dapat
berhubungan dengan lanjutnya usia, dimana pada lanjutnya usia akan ada hal
hal yang berkaitan dengan penuaan. Entropion merupakan suatu keadaan
melipatnya kelopak mata bagian tepi atau margo palpebra ke arah dalam. Hal
ini menyebabkan bulu mata tumbuh ke arah dalam sehingga menggeser
jaringan konjungtiva dan kornea. Keadaan ini disebut trikiasis. Pada lanjut
usia, entropion diakibatkan oleh degenerasi jaringan kelopak mata, dimana
terjadi pula melemahnya otot – otot pada bola mata. Penanganan pada kasus
entropion dapat dilakukan dengan cara pemberian lensa kontak, tindakan
untuk pengembalian kelopak mata yang terlipat kearah dalam sampai
pemberian obat obatan misalnya chloramphenicol jika terjadi suatu infeksi.

1
KESIMPULAN : pada kasus ini, entropion merupakan salah satu penyebab
gangguan penglihatan yang salah satu faktornya disebabkan oleh proses
penuaan, pentingnya penanganan pada kasus entroion dapat dilakukan segera
karena jika tidak di tangani dapat menimbulkan infeksi berkelanjutan, dimana
pasien pun akan mengalami keterbatasan aktivitas lainnya. Penanganan pada
kasus ini dapat berupa farmakologi maupun non-farmakolgi

Kata Kunci : Entropion, Gangguan penglihatan, Lansia, Penuaan

2
ABSTRACT

BACKGROUND: Impaired vision is one of the important problems that


accompany aging. The consequences of this problem are often not realized by the
public even by the elderly themselves. With reduced vision, they will lose the
ability to read or see television and can experience loss of confidence with less
clear vision, which causes older people to be unable to move to and fro actively.
It can also reduce the socialization aspect of the elderly, isolating them from the
outside world which in the end can cause depression and the occurrence of bad
things. For these various reasons, the problem of visual impairment is an
important topic for geriatric discipline. An example of one of the vision problems
in the elderly is entropian, where at an advanced age an aging process will occur,
and this can be one of the factors that can be discussed in this case.
CASE PRESENTATION: Mr. A. 61 years old at the Tresna Werdha Social
Home Budi Mulia 1 Cipayung felt difficult in his activities due to his poor vision
since a few years ago. The daily activities of Mr. A. are sunbathing in the
morning, attending recitations and also gathering with peers. When he was young
he felt his eyesight was very good but as he continued to age, Mr A complained of
eye pain, watering and itching and a blockage, so he had difficulty seeing clearly.
TN's eyes look red, the cornea is whitish gray, and visible eyelashes point inward,
where the eyelids are inversed. With a disturbance in Mr. A's eyes, this also
resulted in him having to use a stick while walking. Mr. A. said that he received
treatment in the form of eye drops, namely Cloramphenicol, which he drops on
both eyes in the morning and evening and in education to maintain the health of
his eyes.
DISCUSSION: A visual impairment experienced by Tn.A caused by the
retraction of both eyes (entropion), this can be related to advanced age, where in
the future there will be things related to aging. Entropion is a condition of folding
the edge of the eyelid or palpebral margo inward. This causes the eyelashes to
grow inward, shifting the conjunctival and corneal tissue. This condition is called
trikiasis. In the elderly, entropion is caused by degeneration of the eyelid tissue,
where there is also a weakening of the muscles in the eyeball. Handling in cases
of entropion can be done by giving contact lenses, an action to return the eyelids
that are folded inward until the administration of drugs such as chloramphenicol
if an infection occurs.
CONCLUSION: In this case, entropion is one of the causes of visual impairment
which is one of the factors caused by the aging process, the importance of
handling in cases of entroion can be done immediately because if it is not handled
it can cause ongoing infection, where patients will experience other limitations.
Treatment in this case can be either pharmacological or non-pharmacological
Keywords: Entropion, Vision disorders, Elderly, Aging

3
LATAR BELAKANG

Mata adalah salah satu indera yang penting bagi manusia, melalui mata
manusia menyerap informasi visual yang digunakan untuk melaksanakan
berbagai kegiatan. Gangguan penglihatan merupakan salah satu masalah
penting yang menyertai lanjutnya usia. Akibat dari masalah ini seringkali
tidak disadari oleh masyarakat bahkan oleh para lanjut usia sendiri. Dengan
berkurangnya penglihatan, mereka akan kehilangan kemampuan untuk
membaca atau melihat televisi serta dapat mengalami kehilangan rasa percaya
diri dengan penglihatan yang tidak begitu jelas, hal tersebut menyebabkan
para lansia tidak dapat bergerak bebas dengan aktif. Hal tersebut juga dapat
menurunkan aspek sosialisasi dari para lanjut usia, mengisolasi mereka dari
dunia luar yang pada akhirnya pun dapat menyebabkan depresi dan terjadinya
hal hal buruk. Atas berbagai alasan itulah maka masalah gangguan
penglihatan merupakan topik penting bagi disiplin geriatri. Contoh dari salah
satu masalah penglihatan pada usia lanjut adalah entropion, dimana pada usia
yang lanjut akan terjadi proses penuaan.¹

Penuaan adalah perubahan fisiologis yang terjadi seiring dengan bertambahnya


usia kronologis dan akan terjadi pada semua makhluk hidup. Pada penuaan
terjadi disfungsi bertahap semua organ yang terjadi pada manusia. Fenomena
fisiologis yang terjadi seperti berkurangnya jumlah sel jaringan, menurunnya
laju metabolisme, juga menigkatnya kejadian penyakit. Penuaan juga
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti stress, olahraga berlebihan,
merokok, dan adanya radiasi sinar ultraviolet.16
Perubahan kondisi fisiologis pada lansia meliputi perubahan pada musku-
loskeletal, pendengaran, penglihatan, sel, kardiovaskuler, respirasi, kulit, dll.
persyarafan, gastrointestinal, genitourinaria, vesika urinaria, vagina, endokrin ,
dan kulit.16

Entropion adalah gangguan umum pada orang dewasa setengah baya dan
lebih tua. Prevalensi keseluruhan kelopak mata akan mengalami kekenduran
di usia ≧ 45 tahun dilaporkan 33%, terdiri dari 19% pria dan 14% wanita.²

Entropion merupakan suatu keadaan melipatnya kelopak mata bagian tepi


atau margo palpebra ke arah dalam. Hal ini menyebabkan bulu mata tumbuh
ke arah dalam sehingga menggeser jaringan konjungtiva dan kornea. Keadaan
ini disebut trikiasis. Pada lanjut usia, entropion diakibatkan oleh degenerasi
jaringan kelopak mata, disebut entropion senilis.¹

PRESENTASI KASUS

Tn.A berusia 61 th di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung


merasakan sulit dalam beraktivitas dikarenakan penglihatannya yang kurang
baik sejak beberapa tahun yang lalu. Aktivitas Tn.A sehari hari yaitu berjemur
di pagi hari, mendengarkan pengajian, mendengarkan radio dan juga

4
berkumpul bersama teman sebaya. Sewaktu muda beliau merasa
penglihatannya sangat baik namun seiring lanjutnya usia, Tn.A mengeluhkan
adanya rasa sakit pada mata, berair dan terasa gatal serta ada yang
mengganjal, sehingga beliau mengalami kesulitan untuk melihat dengan jelas.
Mata Tn.A terlihat memerah , kornea berwarna abu abu keputihan, dan
terlihat bulu mata yang mengarah kedalam, dimana kelopak mata Tn.A
mengalami inversi. Dengan adanya gangguan pada mata Tn.A hal tersebut
juga mengakibatkan beliau harus menggunakan tongkat saat berjalan. Tn.A
mengatakan bahwa beliau mendapatkan pengobatan berupa obat tetes mata
yaitu Cloramphenicol yang di teteskannya pada kedua mata saat pagi dan sore
hari serta di edukasi untuk menjaga kesehatan matanya.

DISKUSI

Menurut World Health Organization (WHO), lanjut usia adalah usia 60 tahun
keatas yang terdiri dari 3 bagian yaitu usia lanjut (elderly) 60-74 tahun, usia
tua (old) 75-9- tahun dan usia lanjut (very old) diatas 90 tahun. Berdasarkan
kasus ini, pasien merupakan usia lanjut (elderly).³

Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, proporsi lansia di Indonesia


sebesar 7,59%. Artinya terdapat 18,04 juta jiwa lansia di Indonesia. Jumlah
lansia perempuan adalah 9,75 juta, lebih banyak daripada lansia laki-laki yaitu
8,29 juta. Berdasarkan jenis tempat tinggal, lansia di pedesaan (10,36 juta),
lebih banyak daripada di perkotaan (7,69 juta). Berdasarkan umurnya,
sebagian besar lansia di Indonesia merupakan lansia muda yang berumur
antara 60–69 tahun dengan jumlah 10,75 juta jiwa. 4

Mata adalah salah satu indera yang penting bagi manusia, melalui mata
manusia menyerap informasi visual yang digunakan untuk melaksanakan
berbagai kegiatan. Namun gangguan terhadap penglihatan banyak terjadi
mulai dari gangguan ringan hingga berat yang menyebabkan berkurangnya
daya penglihatan. 5 Masalah gangguan penglihatan saat ini merupakan topik
penting bagi disiplin geriatri karena meningkatnya angka lansia di Indonesia.
Contoh dari salah satu masalah penglihatan pada usia lanjut adalah entropion,
dimana pada usia yang lanjut akan terjadi proses penuaan dimana hal tersebut
berkaitan dengan penuruan degenarasi jaringan pada kelopak mata.1,4

Penuaan adalah perubahan fisiologis yang terjadi seiring dengan bertambahnya


usia kronologis dan akan terjadi pada semua makhluk hidup. Pada penuaan
terjadi disfungsi bertahap semua organ yang terjadi pada manusia. Fenomena
fisiologis yang terjadi seperti berkurangnya jumlah sel jaringan, menurunnya
laju metabolisme, juga menigkatnya kejadian penyakit. Penuaan juga
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti stress, olahraga berlebihan,
merokok, dan adanya radiasi sinar ultraviolet.16

Perubahan kondisi fisiologis pada lansia meliputi perubahan pada musku-


loskeletal, pendengaran, penglihatan, sel, kardiovaskuler, respirasi, kulit, dll.

5
persyarafan, gastrointestinal, genitourinaria, vesika urinaria, vagina,
endokrin , dan kulit.16

Gangguan penglihatan merupakan salah satu hal yang berhubungan dengan


lanjutnya usia seperti entropion, dimana lempeng tarsal pada seseorang yang
mengalami lanjut usia akan memiliki kecenderungan untuk mengalami atrofi
atau mengerut dengan penurunan struktur serat elastis di otot oculi orbikularis
pretarsal yang menyebabkan kekenduran pada otot bagian tarsal, jaringan
jaringan adneksa okuler yang mengalami perubahan progresif, serta etiologi
lainnya yang berhubungan dengan proses penuaan. Pada entropion , ada
korelasi yang signifikan antara kelonggaran kelopak mata horizontal dan
komponen matriks ekstraseluler, termasuk kolagen dan serat elastis, sehingga
kedua komponen dipengaruhi oleh kemampuan degenerasi. Penuaan kulit
ditandai dengan peningkatan kelemahan dan penurunan jumlah kolagen dan
serat elastis. Dimana kolagen dan serat elastis merupakan komponen penting
dari matriks ekstraseluler kelopak mata dan bertanggung jawab untuk
fungsinya. Serat kolagen bertanggung jawab untuk kekuatan tarik sedangkan
serat elastis yang bertanggung jawab untuk fleksibilitas dan ketahanan.²

Entropion merupakan suatu keadaan inversi atau berputarnya margo palpebra


kearah bola mata yang dapat disertai dengan kulit palpebra karena
bertambahnya usia. Entropion involusional biasanya mengenai palpebra bawah
dan 94% ditemui pada usia lebih dari 70 tahun. Kelainan ini menyebabkan
iritasi permukaan bola mata sehingga menyebabkan kerusakan bola mata
permanen sampai kebutaan. Keadaan yang dapat memicu timbulnya entropion
involusional adalah 6,7 :
1. Overriding otot protraktor palpebra inferior
Otot orbikularis pretarsal merekat erat ke tarsus, sedangkan preseptal
tidak melekat erat ke septum orbita sehingga pada waktu menutup mata,
otot orbikularis preseptal mempunyai kecenderungan overriding ke
pretarsal. Kondisi ini akan mengakibatkan pinggir bawah tarsus
menjauhi bola mata dan tekanan palpebra atas ke palpebra bawah pada
waktu menutup mata sehingga menyebabkan margo palpebra berputar
ke arah bola mata.

2. Disinsersi atau kelemahan otot retraktor palpebra inferior


Ligamentum kapsulopalpebra berfungsi untuk stabilitas vertikal
palpebra inferior. Apabila terjadi kelemahan ligamentum
kapsulopalpebra, kondisi ini akan mengakibatkan pinggir bawah tarsus
berpindah ke anterior, sehingga margo palpebra berputar ke arah bola
mata.

3. Kelemahan palpebra horizontal


Tendon kantus lateral dan medial berfungsi untuk menyangga palpebra
inferior. Dengan bertambahnya usia akan terjadi regangan di
ligamentum kantus terutama lateral sehingga terjadi kelemahan terutama

6
di ligamentum kantus lateral dan tarsus yang menjadi tipis dan atropi
sehingga memudahkan margo palpebra inversi ke arah bola mata

Entropion dapat ditemukan pada seluruh kelompok umur, dan lebih sering
pada wanita, ini mungkin disebabkan lempeng tarsal pada wanita rata-rata
lebih kecil dibandingkan pada pria. Entropion dapat unilateral ataupun
bilateral. Entropion dapat menimbulkan komplikasi seperti konjungtivitis,
keratitis, ulkus kornea, dan komplikasi bedah seperti perdarahan, infeksi, dan
nyeri.8,9

Diagnosis entropion umumnya dapat ditegakkan dengan anamnesis,


manifestasi klinis, dan pemeriksaan fisik. Manifestasi klinis antara lain
sesuatu yang mengganjal di mata dan terkadang menimbulkan nyeri. Gejala
lain antara lain epifora, fotofobia, mata merah, kelopak mata menjadi keras,
kotoran mata, dan pandangan buram. 6,10 Perlu ditanyakan riwayat trauma dan
riwayat tindakan bedah pada mata.8,11 Pada inspeksi palpebra, harus
diperhatikan adanya tanda-tanda iritasi atau inflamasi kulit dan spasme otot-
otot wajah. Pada pemeriksaan oftalmologi, margo palpebra harus diperhatikan
untuk evaluasi adanya trikiasis, distikiasis, dan epiblefaron yang dapat
menyerupai entropion. Dapat ditemukan kerusakan epitel konjungtiva atau
kornea akibat trauma, hiperemia konjungtiva.6,10

Penatalaksanaan entropion umumnya nonfarmakologis, terapi sementara yaitu


dengan penarikan kulit palpebra ke arah pipi, sehingga menjauh dari bola
mata, pencukuran bulu mata di lokasi trikiasis, lensa kontak untuk melindungi
kornea, dan air mata artifisial dan salep mata lubrikan untuk melindungi
permukaan mata, peletakan tape untuk mengurangi laxitas tarsus horizontal
dan memungkinkan eversi tepi palpebra. Serta jika terjadi infeksi makan dapat
diberikan antibiotik berupa obat tetes mata. 12,13

Terdapat pula berbagai teknik operasi untuk mengatasi entropion kelopak mata
bawah dan kelopak mata atas. Prosedur operasi biasanya dibagi atas tiga
kelompok yaitu: temporizing measures,prosedur horizontal tightening, dan
memperbaiki retraktor. 7,17 :
1. Quickert sutures
merupakan teknik menggunakan jahitan sementara sering dipilih untuk
mengatasi entropion. Akan tetapi teknik ini memiliki angka rekurensi yang
cukup tinggi. 7,17
2. Wies prosedure
merupakan salah satu teknik operasi yang dapat digunakan untuk
memperbaiki kelopak mata atas maupun kelopak mata bawah. Prosedur
blefarotomi transversal dan rotasi marginal kelopak mata tesebut dapat
dilakukan dengan anestesi lokal. 7,17
3. Lateral tarsal stripdan horizontal tightening(shortening)
teknik operasi ini bertujuan memperbaiki kelemahan horizontal kelopak
mata. Teknik ini bermanfaat untuk memperbaiki keadaan entropion

7
terutama pada kasus entropion involusional yang disebabkan oleh
kelemahan horizontal kelopak mata. 7,17,18

Berbakti kepada Orang Tua

Berbakti kepada keduanya merupakan perintah utama ajaran Islam. Allah


Ta’ala sampai mengulang-ulang perintah ini di dalam Al-Qur’an setelah
perintah mentauhidkan-Nya:

‫ار ِذي‬ ِ J‫ا ِكي ِن َو ْال َج‬J‫ا َمى َو ْال َم َس‬Jَ‫رْ بَى َو ْاليَت‬Jُ‫ ِذي ْالق‬Jِ‫انا ً َوب‬J‫ َد ْي ِن إِحْ َس‬Jِ‫وا بِ ِه َشيْئا ً َوبِ ْال َوال‬
ْ ‫ُوا هّللا َ َوالَ تُ ْش ِر ُك‬
ْ ‫َوا ْعبُد‬
ً‫اال‬JJَ‫انَ ُم ْخت‬JJ‫انُ ُك ْم إِ َّن هّللا َ الَ يُ ِحبُّ َمن َك‬JJ‫ت أَ ْي َم‬
ْ ‫ا َملَ َك‬JJ‫بِي ِل َو َم‬J‫الس‬
َّ ‫ب َوا ْب ِن‬
ِ ‫ال َجن‬JJِ‫ب ب‬ ِ ‫ا ِح‬J‫الص‬ َّ ‫ب َو‬ ُ ْ
ِ ‫ار ال ُجن‬ ِ J‫رْ بَى َوال َج‬JJُ‫ْالق‬
ْ
ً‫فَ ُخورا‬

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan


sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapakmu.” (An-
Nisa [4]: 36).

Pada ayat yang lain juga Allah Ta’ala tegaskan. “Dan Tuhanmu telah
memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia.” (Al-Isra` [17]: 23

Dari dua ayat di atas, kita dapat pahami bahwa birrul walidain (berbakti kepada
ibu dan bapak) adalah perkara utama wajib hukumnya bagi seorang anak untuk
berbakti kepada orang tuanya. Berbakti kepada kedua orangtua bisa diwujudkan
dengan cara senantiasa mengasihi, menyayangi, mendoakan, taat dan patuh,
melakukan hal-hal yang membahagiakan hati serta menjauhi hal-hal yang tidak
disukai oleh mereka. Inilah yang dimaksud dengan birrul walidain.14

Karena berbakti kepada ibu dan bapak adalah perintah utama, maka hukumnya
jelas, berbaktinya seorang anak kepada Orangtuanya adalah hak yang Allah
berikan kepada ibu dan bapaknya. Jadi, manakala ada seorang anak yang tidak
berbakti kepada ibu bapaknya, maka baginya adalah dosa besar, meskipun alasan
tidak berbaktinya karena dalam rangka taat kepada Allah Ta’ala. Suatu ketika
datang seseorang lalu berkata kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, saya ingin ikut
1

8
berjihad, tapi saya tidak mampu!” Rasulullah bertanya, “Apakah orangtuamu
masih hidup?” Orang itu menjawab,“Ibu saya masih hidup.” Maka Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallammenjelaskan: “Temuilah Allah dengan berbakti
kepada kedua orangtuamu (birrul walidain). Jika engkau melakukannya, samalah
dengan engkau berhaji, berumrah dan berjihad.” (HR. Thabrani).

Dalam hadits lain disebutkan, “Bersimpuhlah kau di kakinya (orangtuamu), di


sana terdapat surga”

Pentingnya Berbakti Kepada Orangtua


Ada setumpuk bukti, bahwa berbakti kepada kedua orang tua –dalam wacana
Islam- adalah persoalan utama, dalm jejeran hukum-hukum yang terkait dengan
berbuat baik terhadap sesama manusia. Allah  sudah cukup menegaskan wacana
‘berbakti’ itu, dalam banyak firman-Nya, demikian juga Rasulullah dalam banyak
sabdanya, dengan memberikan ‘bingkai-bingkai’ khusus, agar dapat diperhatikan
secara lebih saksama. Di antara tumpukan bukti tersebut adalah sebagai berikut:

1. Allah menggandengkan’ antara perintah untuk beribadah kepada-Nya,


dengan perintah berbuat baik kepada orang tua:

Artinya :
“Allah telah menetapkan agar kalian tidak beribadah melainkan kepada-
Nya; dan hendaklah kalian berbakti kepada kedua orang tua.” (Q.S. Al-Israa
(17) : 23)

2.  Allah memerintahkan setiap muslim untuk berbuat baik kepada orang


tuanya, meskipun mereka kafir

Artinya “Kalau mereka berupaya mengajakmu berbuat kemusyrikan yang


jelas-jelas tidak ada pengetahuanmu tentang hal itu, jangan turuti; namun
perlakukanlah keduanya secara baik di dunia ini.” (Q.S.Luqmaan (31) : 15)

3. Berbakti kepada kedua orang tua adalah jihad.

9
Abdullah bin Amru bin Ash meriwayatkan bahwa ada seorang lelaki
meminta ijin berjihad kepada Rasulullah, Beliau bertanya, “Apakah kedua
orang tuamu masih hidup?” Lelaki itu menjawab, “Masih.” Beliau
bersabda, “Kalau begitu, berjihadlah dengan berbuat baik terhadap
keduanya.” (HR Al-Bukhari dan Muslim)

4. Taat kepada orang tua adalah salah satu penyebab masuk Surga.

Rasulullah bersabda, “Sungguh kasihan, sungguh kasihan, sungguh kasihan.”


Salah seorang sahabat bertanya, “Siapa yang kasihan, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Orang yang sempat berjumpa dengan orang tuanya,
kedua-duanya, atau salah seorang di antara keduanya, saat umur mereka
sudah menua, namun tidak bisa membuatnya masuk Surga.” (Riwayat
Muslim)

Usia lanjut itu memiliki kesan tersendiri. Kondisi lemah di usia lanjut juga
memiliki insprasinya sendiri. Kat‫دك‬JJJ‫ عن‬a yang artinya “di sisimu”
menggambarkan makna mencari perlindungan dan pengayoman dalam
kondisi lanjut usia dan lemah. “Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan ‘ah’, dan janganlah kamu membentak mereka…”
Ini adalah tingkatan pertama di antara tingkatan-tingkatan pengayoman dan
adab, yaitu seorang anak tidak boleh mengucapkan kata-kata yang
menunjukkan kekesahan dan kejengkelan, serta kata-kata yang mengesankan
penghinaan dan etika yang tidak baik. Dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia. Ini adalah tingkatan yang paling tinggi, yaitu berbicara
kepada orang tua dengan hormat dan memuliakan.

Belaian anak saat orang tua telah berumur lanjut ialah kenikmatan yang tak
terhingga. Wajarlah kiranya al-Quran memberikan pengkhususan
dalam birrul walidain ini saat kondisi mereka tua renta, yaitu:

1. Jangan mengatakan kata uffin (ah)


2. Jangan membentak
3. Ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
4. Rendahkanlah dirimu terhadap mereka dengan penuh kesayangan
5.Dan do’akanlah mereka.

Kata uffin dalam bahsa Arab berati ar-rafdu (menolak). Jadi janganlah kita


mengatakan kata-kata yang mengandung makna menolak, terkhusus dalam
memenuhi kebutuhan mereka. Karena pada umur lanjut inilah kebutuhan
mereka memuncak, hampir pada setiap hitungan jam mereka membutuhkan
kehadiran kita disisinya.15

10
KESIMPULAN

Gangguan penglihatan berupa entropian yang salah satu faktornya disebabkan


oleh penuaan. Pasien sudah di kategorikan sebagai lanjut usia (elderly) 3
dimana pada usia tersebut serat kolagen dan serat elastis merupakan
komponen penting dari matriks ekstraseluler kelopak mata dan bertanggung
jawab untuk fungsinya sudah mengalami penurunan.2 Serat kolagen
bertanggung jawab untuk kekuatan tarik sedangkan serat elastis yang
bertanggung jawab untuk fleksibilitas dan ketahanan. Penatalaksaan entropion
dapat berupa nonfarmakologi dan farmakologi jika terjadi suatu infeksi serta
pemberian edukasi untuk mengurangi komplikasi. 12,13. Terdapat pula berbagai
teknik operasi untuk mengatasi entropion kelopak mata bawah dan kelopak
mata atas. Prosedur operasi biasanya dibagi atas tiga kelompok yaitu,
temporizing measures,prosedur horizontal tightening, dan memperbaiki
retraktor. 7,17. Sebagai anak yang sholeh dan sholehah wajib hukumnya bagi
kita untuk merawat orang tua atau birrul walidain.

ACKNOWLEDGE

Terimakasih kepada Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung yang
telah memberikan kesempatan untuk berkunjung dan mengumpulkan data.
Terimakasih kepada dr Hj. Susilowati, Mkes selaku koordinator Blok Elektif
sehingga dapat terlaksananya kegiatan yang bermanfaat ini, serta saya
ucapkan terima kasih pula kepada dr. Edward Syam dan dr. Faisal Sp.PD,
atas bimbingannya selama ini sehingga laporan ini selesai dengan baik serta
teman – teman kelompok III kepeminatan geriatri.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Mareta Meilisa, Gangguan Penglihatan pada Lanjut Usia 2009;


2. Renato Wendell, Eyelid aging: pathophysiology and clinical management:
Arq. Bras. Oftalmol. vol.78 no.5 São Paulo Sept./Oct. 2015
3. WHO. 2009. Mental Helath: Depression http: www.who.intimedial;healt
immagement depression depresionph.en Diakses pada 17 November 2018
4. Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Penduduk Lanjut Usia 2010. Jakarta;
Subdirektorat Statistik Pendidikan dan Kesejahteraan Sosial: 37–43.
5. Pusat Data dan Infromasi Kementerian Kesehatan RI, 2014. Situasi
Gangguan Penglihatan dan Kebutaan. 2014 : hal 2
6. Nerad JA. Diagnosis and Treatment of Entropion. Dalam: Techniques in
Ophthalmic Plastic Plastic Surgery. USA: Elsevier; 2010. Hlm.99-113.
7. Skorin, Jr. L. 2003. A Review of Entropion and Its Management. British
Contact Lens Association 26. 2003.p.95-100
8. Faria-e-Sousa SJ, Vieira MdPG, Silva JV. Uncovering intermittent
entropion. Clin Ophthalmol. 2013; 7: 385–388
9. Lo C, Glavas I. Diagnosis and management of involutional entropion.
Eyenet Magazine. San Fransisco: American Academy of Ophthalmology;
2016. Available from: https://www.aao.org/eyenet/article/diagnosis-
management-of-involutional-entropion CDK-261/ vol. 45 no. 2 th. 2018
TEKNIK CDK-261/ vol. 45 no. 2 th. 2018 155
10. Weber AC, Chundury RV, Perry JD. Entropion. San Fransisco: American
Academy of Ophthalmology; 2016. Available from:
http://eyewiki.aao.org/Entropion
11.Nagaraju G, Chhabria KP, Samhitha HR. Dynamics of Lower Lid
Malpositions. Journal of Evidence based Medicine and Healthcare. 2015; 2
(9): 1295-1301.
12. Borrelli M, Geerling G. Current concepts of ocular adnexal surgery. GMS
Interdiscip Plast Reconstr Surg DGPW. 2013; 2: Doc06
13. Levine MR, El-Toukhy E, Schaefer AJ. Entropion. Available at:
http://sites.surgery.northwestern.edu/reading/documents/curriculum/back_rec
on_eyes/ Di470_0401271607.pdf
14.Binongko, bara fereggaso.2011”Berbakti Kepada Orangtua”. Blog.
http://baranakbinongko.blogspot.com/ di akses 17/11/2018
15. http://m.abdullah-syauqi.abatasa.co.id/ diakses 17/11/2018
16. Pangkahila,Wimpie. ANTI-AGING Medicine Memperlambat Penuaan,
Meningkatkan Kualitas Hidup. 2007
17. Collin J. R. O. A Manual of Systematic Eyelid Surgery. Second Edition.
Churchill Livingstone. 1989.p.7-26
18. Wright M, Bell D, Scott C, and Leatherbarrow B. Everting Suture
correction of lower lid Involutional entropion. British Journal of
Ophthalmology. Vol 83. 1999. hlm. 1060-1063

12
13

Anda mungkin juga menyukai