Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH REFERAT

FISTULA ANI

Logo univ………………

Disusun oleh
…………………………..

Pembimbing
………………………………

……………………………..
……………………..
………..
BAB I

PENDAHULUAN

Hampir semua fistula ani, yang biasanya disebut fistel perianal atau fistel

pra-anal,disebabkan oleh perforasi atau penyaliran abses anorektum, sehingga

kebanyakan fistel mempunyai satu muara di kripta diperbatasan anus dan rectum

dan lobang lain di perineumdi kulit perianal.Kadang fistel disebabkan oleh colitis

yang disertai proktitis, seperti TBC, amubiasis,atau morbus Crohn.

Fistel dapat terletak disubkutis, submukosa, antar sfingter, ataumenembus

sfingter, mungkin fistel terletak anterior, lateral, atau posterior. Bentuknya mungkin

lurus, bengkok, atau mirip sepatu kuda. Umumnya sfingter bersifat tunggal,kadang

ditemukan yang kompleks.Fistel dengan lubang kripta di sebelah anterior umumnya

berbentuk lurus, fisteldengan lobang yang berasal dari kripta di sebelah dorsal

umumnya tidak lurus, tetapibengkok ke depan karena radang dan pus terdorong ke

anterior di sekitar m.puborektalisdan dapat membentuk satu lobang perforasi atau

lebih di sebelah anterior, sesuai Hukum Hoodsall.

Oleh karena itu, penatalaksanaan fistula ani sangat diperlukan terutama

bertujuan untuk eradikasi sepsis tanpa menyebabkan inkonstinensia. Makalah

referat ini membahas tentang anatomi anus dan fistula ani sampai tatalaksananya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI

Gambar 1.Anatomi Canalis Analis

Kanalis analis berasal dari proktoderm yang merupakan invaginasi

ektoderm, sedangkan rektum berasal dari endoderm. Karena perbedaan asal anus

dan rektum ini, maka pendarahan, persarafan, serta penyaliran vena dan limfenya

berbeda juga, demikian pula epitel yang menutupinya. Rektum dilapisi oleh mukosa

glanduler usus sedangkan kanalis analis oleh anoderm yang merupakan lanjutan

epitel berlapis gepeng kulit luar. Tidak ada yang disebut mukosa anus. Daerah batas

rectum dan kanalis analis ditandai dengan perubahan jenis epitel. Kanalis analis dan
kulit luar disekitarnya kaya akan persarafan sensoris somatik dan peka terhadap

rangsangan nyeri, sedangkan mukosa rectum mempunyai persarafan otonom dan

tidak peka terhadap nyeri.1,2

Kanalis analis berukuran panjang 2,5 cm sampai 4 cm, mulai dari flexura

perinealis recti. Biasanya canalis analis dalam keadaan tertutup dan baru terbuka

pada waktu defekasi. Selaput lendir canalis mempunyai sejumlah 5-10 lipatan-

lipatan vertikal yang tetap dan dinamakan columnae rectales (columna anales)

Morgagni. Biasanya columna anales Morgagni berukuran panjang 8 mm – 12 mm,

lebar 3 mm – 6 mm dan membentang sampai 12 mm – 20 mm di dalam orifisium

analis. Diantara columna anales morgagni terdapat lekukan-lekukan yang

menyerupai kantong-kantong kecil yang dinamakan sinus rectalis (sinus analis,

crypta analis). Lipatan yang terdapat pada ujung columna analis dan membatasi

sinus rectalis membentuk suatu katup yang dinamakan valvula analis Morgagni.

Columna anales mempunya puncak yang sering kalimenjulang ke atas tepi bawah

columna rectalis dan berbentuk seperti tonjolan kecil yang dinamakan papillae

anales. Bersama-sama tepi atas valvula anales membentuk suatu garis bergerigi

yang dinamakan linea pectinea (linea dentata). Selaput lendir di atas linea pectinea

mempunyai epitel silindris sedangkan dibawahnya epitel gepeng. Didaerah ini

terdapat kripta anus dan kelenjar muara anus antara kolumna rektum. Infeksi yang

terjadi disini dapat menimbulkan abses anorektum yang dapat membentuk fistel.

Lekukan antar sfingter sirkuler dapat diraba di dalam kanalis analis sewaktu

melakukan colok dubur, dan menunjukkan batas antara sfingter interna dan sfingter

eksterna ( garis Hilton ).1,2


Cincin sfingter anus melingkari kanalis analis dan terdiri dari sfingter

interna dan eksterna. Sisi posterior dan lateral cincin ini terbentuk dari fusi sfingter

interna, otot longitudinal, bagian tengah dari otot levator ( puborektalis ), dan

komponen m. sfingter eksternus. Muskulus sfingter ani internus terdiri atas serabut

otot polos, sedangkan muskulus sfingter ani eksternus terdiri atas serabut otot

lurik.1,2

Gambar 2. Anatomi Kanalis Analis

Keterangan: (1). Rektum dilapisi mukosa usus(2). Lapisan otot sirkuler dinding

rectum(3). Lapisan otot longitudinal dinding rektum(4). Tulang panggul(5).m.obturator

internus(6). m.levator anus(7). m.pubo-rektal(8). m.sfingter internus(9). m.sfingter externus(10).

Garis atas-sfingter (dari hilton ) merupakan perbatasan antara sfingter intern danekstern yang dapat

diraba(11). Tonjolan rektum atau kolumna morgagni dengan muara kelenjar rektum diantaranyadi
dalam kripta(12).Garis mokokuktan atau linea pektinata merupakan perbatasan antara selaput

lendir (mukosa) rektum dan kutis (kulit) anus(13). Kanalis analis dengan epitel gepeng

1. PERDARAHAN ARTERI1,2,4

Rectum dan canalis analis mendapat perdarahan dari :

1. Arteri hemoroidales superior adalah kelanjutan langsung a.

Mesenterikainferior.

2. Arteri hemoroidalis medialis merupakan percabangan anterior a.iliaka

interna.

3. Arteri hemoroidalis inferior adalah cabang dari arteri pudenda interna.

Arteri hemoroidales superior merupakan nadi utama untuk rectum.

Anastomasis tersebut kepembuluh kolateral hemoroid inferior dapat menjamin

pendarahan di keduaekstremitas bawah.Pendarahan di pleksus hemoroidalis

merupakan kolateral luas dan kaya sekali darah.

Gambar 3. Pendarahan Arteri-arteri rektum


Keterangan:(1).a.hemoroidalis inferior(2).a.pudenda (3).a.hemoroidalis media(4). a.iliaka

interna(5). a.hemoroidalis superior (6). Cabang arteri sigmoidea(7).a.iliaka komunis dextra (8).

a.mesenterika inferior(9). Aorta(10). v.kava inferior (11). a.sakralis

2. PERDARAHAN VENA

Vena hemoroidalis superior berasal dari pleksus hemoroidalis internus dan

berjalan ke arah cranial ke dalam vena mesenterika inferior dan seterusnya melalui

vena lienalis ke vena porta. Vena ini tidak terkatup sehingga tekanan rongga perut

menentukan tekanan didalamnya. Vena hemoroidalis inferior mengalirkan darah ke

dalam vena pudenda interna dan ke dalam vena iliaka interna dan sistem kava.

3. ALIRAN LIMFE

Pembuluh limfe dari kanalis membentuk pleksus halus yang menyalirkan

isinya menuju ke kelenjar limfe inguinal, selanjutnya dari sini cairan limfe terus

mengalir sampai ke kelenjar limfe ilaka. Infeksi dan tumor ganas di daerah anus

dapat mengakibatkan limfadenopati inguinal. Pembuluh limfe dari rectum diatas

garis anorektum berjalan seirung dengan v.hemoroidalis superior dan melanjut ke

kelenjar limfe mesenterika inferior dan aorta. Operasi radikal untuk eradikasi

karsinoma rectum dan anus didasarkan pada anatomi saluran limfe ini
Gambar 4. Aliran Limfe
Keterangan :(1). Kelenjar inguinal (2). Kelenjar iliaka interna(3).Kelenjar parakolik (4).

Kelenjar dimesenterium(5). Kelenjar para aorta

4. PERSARAFAN

Persarafan rektum terdiri atas sistem simpatik dan parasimpatik. Serabut

simpatik berasal dari pleksus mesenterikus inferior dan dari sistem parasakral yang

terbentuk dari ganglion simpatis lumbal ruas kedua, ketiga, dan keempat. Unsur

simpatis plesksus ini menuju ke arah struktur genital dan serabut otot polos yang

mengendalikan emisi air mani dan ejakulasi. Persarafan parasimpatis (nervi

ergentes) berasal dari saraf sacral kedua, ketiga, keempat dan kelima. Serabut saraf

ini menuju ke jaringan erektil penis dan klitoris serta mengendalikan ereksi dengan

cara mengatur aliran darah ke dalam jaringan ini.

Muskulus puborektal mempertahankan sudut anorectum; otot ini

mempertajam sudut tersebut bila meregang dan meluruskan usus bila mengendur.
2.2 FISIOLOGI

Normalnya, kelenjar rektum yang terdapat di kripta antarkolumna rektum

berfungsi sebagai barrier terhadap lewatnya mikroorganisme penyebab infeksi

yang berasal dari lumen usus ke daerah perirektal. Kelenjar ini mengeluarkan

semacam lendir, berguna sebagai pelicin/lubrikasi. Saluran ini memiliki klep satu

arah agar produksi bisa keluar tapi feses tidak bisa masuk. Terhalangnya jalan

keluar produksi dari kelenjar ini akibat stasis menyebabkan kuman dan cairan feses

masuk ke dalam kelenjar. Feses yang banyak kumannya berkembang biak ke dalam

kelenjar, membentuk peradangan yang jadi abses. Abses akan mencari jalan keluar

dan membentuk semacam pipa yang menembus kulit. Akibatnya, kulit jadi tampak

seperti bisul lalu pecah.Pecahan ini tidak bisa menutup karena nanah selalu keluar

dan tidak bisa kering karena berhubungan dengan feses.Kondisi ini bisa

berlangsung berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.4

2.3 DEFINISI FISTULA ANI


Fistula ani adalah hubungan abnormal antara epitel dari kanalis anal dan

epidermis dari kulit perianal.Biasanya merupakan kelanjutan dari abses anorektal,

sehingga fistula ani merupakan bentuk kronis dari abses anorektal.Dalam muara

interna (primer) hampir selalu berada dalam kripta, fistula biasanya tunggal dan

hanya melibatkan bagian muskulus sfingter; fistula majemuk atau fistula-fistula

yang melibatkan seluruh muskulus sfingter eksterna kurang lazim ditemukan. 1-3

Hampir semua fistula anus disebabkan oleh perforasi atau penyaliran abses

anorektum, sehingga kebanyakan fistula mempunyai satu muara di kripta di

perbatasan anus dan rectum dan lubang lain di perineum di kulit perianal. Kadang,
fistula disebabkan oleh colitis disertai proktitis seperti TBC, amobiasis dan morbus

Crohn. Bila gejala diare menyertai fistula anorektal yang berulang, perlu dipikirkan

penyakit Crohn, karena 50 % penderita penyakit Crohn mengalami fistula anus.

Fistula dapat terletak di subkutis, submukosa, antar sphingter atau

menembus sfingter. Fistula mungkin terletak di anterior, lateral atau posterior.

Bentuknya mungkin lurus, bengkok, atau mirip sepatu kuda. Umumnya fingter

bersifat tunggal, kadang ditemukan yang kompleks.

2.4 INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI

Fistula perianal sering terjadi pada laki laki berumur 20 – 40 tahun, berkisar

1-3 kasus tiap 10.000 orang.Sebagian besar fistula terbentuk dari sebuah abses (tapi

tidak semua abses menjadi fistula). Sekitar 40% pasien dengan abses akan terbentuk

fistula.2

2.5 ETIOLOGI

Kebanyakan fistula berawal dari kelenjar dalam di dinding anus atau

rektum.Kadang-kadang fistula merupakan akibat dari pengeluaran nanah pada

abses anorektal.Terdapat sekitar 7-40% pada kasus abses anorektal berlanjut

menjadi fistel perianal.Namun lebih sering penyebabnya tidak dapat diketahui.

Organisme yang biasanya terlibat dalam pembentukan abses adalah Escherichia

coli, Enterococcus sp dan Bacteroides sp. Fistula juga sering ditemukan pada

penderita dengan penyakit Crohn, tuberkulosis, devertikulitis, kanker atau cedera

anus maupun rektum, aktinomikosis dan infeksi klamidia. Fistula pada anak-anak

biasanya merupakan cacat bawaan. Fistula yang menghubungkan rektum dan


vagina bisa merupakan akibat dari terapi sinat x, kanker, penyakit Crohn dan cedera

pada ibu selama proses persalinan.

2.6 PATOFISIOLOGI

Pada kanalis anal terdapat kelenjar kriptoglandur yang mengalir menuju

kripta pada linea dentata.Bila kelenjar mengalami infeksi dan salurannya tersumbat

akan menyebabkan abses anorektal. Dapat berada pada perianal, ischiorectal space,

intersphincteric space, dan pelvirectal space.

Bila keadaan ini terus berlanjut akan berlanjut menjadi fistula dimana abses

akan berusaha mencari jalan keluar dan dapat timbul juga setelah drainase, kadang

jaringan granulasi berlapis dapat tertinggal dan menyebabkan gejala berulang.

Gambar 5. Teori asli kriptoglandular 6


2. 7 KLASIFIKASI

Fistula diklasifikasikan berdasarkan hubungannya dengan kompleks anal

sphincter sebagai berikut:

• Fistula intersphincteric →berawal dalam ruang diantara M. Sfingter

Eksterna dan Interna dan bermuara berdekatan dengan lubang anus.

Gambar 6. Fistula intersphincteric.6

• Fistula transsphincteric →berawal dalm ruang diantara M. Sfingter Eksterna

dan Interna, kemudian melewati M. Sfingter Eksterna dan bermuara

sepanjang ½ inchi di luar lubang anus.


Gambar 7. Fistula transsphincteric.6

• Fistula suprasphincteric →berawal dari ruang diantara M. Sfingter Eksterna

dan Interna dan membelah ke atas M. Puborektalis lalu turun diantara

puborektal dan M. Levator ani lalu muncul ½ inchi di luar anus.

Gambar 8. Fistula suprasphincteric.6


• Fistula extrasphincteric →berawal dari rektum/colon sigmoid dan

memanjang ke bawah, ,elewati M. Levator ani dan berakhir di sekitar anus.

Biasanya akibat dari trauma, Chron’s Disease, PID, dan abses supralevator.

Gambar 9. Fistula extrasphincteric.6


Gambar 10. Klasifikasi fistula Ani.7

HUKUM GOODSALL

Fistula ani terdiri lubang interna dan eksterna.Dengan melihat adanya

lubang externa dapat diperkirakan letak lubang internanya dan salurannya dengan

Goodsall’s rule.Secara umum, jika lubang eksterna berada di sebelah anterior dari

anal tranversal line maka salurannya berjalan radier membentuk garis lurus.

Sebaliknya bila lubang eksterna berada di sebelah posterior dari anal transversal

line maka saluran akan melengkung menuju posterior midline.


Gambar 11. Hukum Goodsal.7

2.8 PENEGAKAN DIAGNOSA

1. Anamnesis

Dari anamnesis biasanya ada riwayat kekambuhan abses perianal dengan

selang waktu diantaranya, disertai dengan pengeluaran nanah sedikit-sedikit.Pada

pemeriksaan colok dubur umumnya fistel dapat diraba antara telunjuk dianus

(bukan di rectum) dan ibu jari dikulit perineum sebagai tali setebal kira-kira 3mm

(colok dubur bidigital).Jika fistel agak lurus dapat disonde sampai sonde keluar di

kripta asalnya.Fistel perineum jarang menyebabkan gangguan sistemik, fistel

kronik yang lama sekalidapat mengalami degenerasi maligna menjadi karsinoma

planoseluler kulit. Sering memberikan sejarah yang dapat diandalkan nyeri

sebelumnya, bengkak, dan spontanatau drainase bedah direncanakan dari abses

anorektal.1,2,3

Tanda dan gejala sebagai berikut :

✓ Nyeri pada saat bergerak, defekasi dan batuk


✓ Ulkus

✓ Keluar cairan purulen

✓ Benjolan (Massa fluktuasi)

✓ Pruritus ani

✓ Demam

✓ Kemerahan dan iritasi kulit di sekitar anus

✓ General malaise

Fistula kompleks adalah sebagai berikut:

✓ Radang usus

✓ Divertikulitis

✓ Sebelumnya terapi radiasi untuk kanker prostat atau dubur

✓ Tuberkulosis

✓ Terapi steroid

✓ Infeksi HIV

1. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik di daerah anus (dengan pemeriksaan

digital/rectal toucher) ditemukan satu atau lebih eksternal opening fistula

atau teraba adanya fistula di bawah permukaan kulit. Eksternal opening

fistula tampak sebagai bisul (bila abses belum pecah) atau tampak sebagai

saluran yang dikelilingi oleh jaringan granulasi. Internal opening fistula

dapat dirasakan sebagai daerah indurasi/ nodul di dinding anus

setinggi garis dentata. Terlepas dari jumlah eksternal opening, terdapat

hampir selalu hanya satu internal opening.


2. Pemeriksaan Penunjang

✓ Pemeriksaan Laboratorium

Tidak ada studi laboratorium khusus yang diperlukan; studi pra

operasi normal dilakukanberdasarkan usia dan komorbiditas.

✓ Pemeriksaan Radiologi

- Fistulografi : Injeksi kontras melalui pembukaan internal, diikuti

dengan anteroposterior, lateral dan gambaran X-ray oblik untuk

melihat jalur fistula.

- Ultrasound endoanal / endorektal : Menggunakan transduser 7

atau 10 MHz ke dalam kanalis ani untuk membantu melihat

differensiasi muskulus intersfingter dari lesi transfingter. Transduser

water-filled ballon membantu evaluasi dinding rectal dari beberapa

ekstensi suprasfingter.

- MRI : MRI dipilih apabila ingin mengevaluasi fistula kompleks,

untuk memperbaiki rekurensi.

- CT- Scan : CT Scan umumnya diperlukan pada pasien dengan

penyakit crohn atau irritable bowel syndrome yang memerlukan

evaluasi perluasan daerah inflamasi. Pada umumnya memerlukan

administrasi kontras oral dan rektal.

- Barium Enema : untuk fistula multiple, dan dapat mendeteksi

penyakit inflamasi usus.

- Anal Manometri : evaluasi tekanan pada mekanisme sfingter

berguna pada pasien tertentu seperti pada pasien dengan fistula


karena trauma persalinan, atau pada fistula kompleks berulang yang

mengenai sphincter ani.

3. Diagnosis Banding

• Hidranitis supurativa: Merupakan radang kelenjar keringat apokrin

yang membentuk fistula multiple subkutan. Predileksi di perineum,

perianal, ketiak dan tidak meluas ke struktur yang lebih dalam.

• Sinus pilonidalis: Terdapat di lipatan sakrokoksigeal, berasal dari

rambut dorsal tulang koksigeus/ ujung os sacrum. Gesekan rambut,

peradangan dan infeksi akut sampai abses dan terbentuk fistel

setelah abses pecah.

• Fistel proktitis: Fistel proktitis dapat terjadi pada morbus Crohn, tbc,

amubiasis, infeksi jamur, dan divertikulitis. Kadang disebabkan

benda asing atau trauma.

2.9 PENATALAKSANAAN

Tujuan terapi dari fistula ani adalah eradikasi sepsis tanpa menyebabkan

inkonstinensia.Terapi dari fistula tergantung dari jenis fistulanya sendiri.

Simple intersphincteric fistula sering diterapi dengan fistulotomy

(membuka tract fistula), kuretase, dan penyembuhan sekunder.


Gambar 12. Fistulotomi. 6

1. Pada fistula transsphinteric terapi tergantung dari lokasi kompleks sphincter

yang terkena. Bila fistula kurang dari 30% otot sphincter yang terkena dapat

dilakukan sphincterotomy tanpa menimbulkan inkonstinensia yang berarti.

Bila fistulanya high transsphincteric dapat dilakukan dengan pemasangan

seton.

2. Pada fistula suprasphenteric biasanya diterapi juga dengan pemasangan

seton.

3. Pada fistula extrasphincteric terapi tergantung dari anatomi dari fistula,

biasanya bila fistula diluar sphincter dibuka dan didrainase.

Seton digunakan untuk identifikasi tract, sebagai drainase, dan

merangsang terjadinya fibrosis dengan tetap menjaga fungsi dari sphincter.

Cutting seton terbuat dari karet yang diletak pada fistula untuk merangsang

fibrosis. Noncutting seton terbuat dari plastic yang digunakan sebagai drainase.

Beberapa metode telah diperkenalkan untuk mengidentifikasi tract fistula

saat beradadi kamar operasi:


• Memasukkan probe melalui lubang eksternal sampai ke bukaan internal,

atau sebaliknya.

• Menginjeksi cairan warna seperti methylene blue, susu, atau hidrogen

peroksida, dan memperhatikan titik keluarnya di linea dentata.

• Mengikuti jaringan granulasi pada traktus fistula.

• Memperhatikan lipatan kripta anal saat traksi dilakukan pada traktus. Hal

ini dapat berguna pada fistula sederhana namun kurang berhasil pada varian

yang kompleks

Terapi Konservatif Medikamentosa dengan pemberian analgetik, antipiretik

serta profilaksis antibiotik jangka panjang untuk mencegah fistula rekuren.

Terapi pembedahan:

- Fistulotomi: Fistel di insisi dari lubang asalnya sampai ke lubang kulit,

dibiarkan terbuka, sembuh per sekundam intentionem. Dianjurkan sedapat

mungkin dilakukan fistulotomi.

- Fistulektomi:Jaringan granulasi harus di eksisi keseluruhannya untuk

menyembuhkan fistula. Terapi terbaik pada fistula ani adalah

membiarkannya terbuka.

- Seton :Benang atau karet diikatkan malalui saluran fistula. Terdapat dua

macam Seton, cutting Seton, dimana benang Seton ditarik secara gradual

untuk memotong otot sphincter secara bertahap, dan loose Seton, dimana

benang Seton ditinggalkan supaya terbentuk granulasi dan benang akan

ditolak oleh tubuh dan terlepas sendiri setelah beberapa bulan.


- Advancement Flap: Menutup lubang dengan dinding usus, tetapi

keberhasilannya tidak terlalu besar.

- Fibrin Glue: Menyuntikkan perekat khusus (Anal Fistula Plug/AFP) ke

dalam saluran fistula yang merangsang jaringan alamiah dan diserap oleh

tubuh. Penggunaan fibrin glue memang tampak menarik karena sederhana,

tidak sakit, dan aman, namun keberhasilan jangka panjangnya tidak tinggi,

hanya 16%.

Pasca Operasi

Pada operasi fistula simple, pasien dapat pulang pada hari yang sama setelah

operasi. Namun pada fistula kompleks mungkin membutuhkan rawat inap

beberapa hari. Setelah operasi mungkin akan terdapat sedikit darah ataupun

cairan dari luka operasi untuk beberapa hari, terutama sewaktu buang air besar.

Perawatan luka pasca operasi meliputi sitz bath (merendam daerah pantat dengan

cairan antiseptik), dan penggantian balutan secara rutin. Obat obatan yang

diberikan untuk rawat jalan antara lain antibiotika, analgetik dan laksatif.

Aktivitas sehari hari umumnya tidak terganggu dan pasien dapat kembali bekerja

setelah beberapa hari. Pasien dapat kembali menyetir bila nyeri sudah berkurang.

Pasien tidak dianjurkan berenang sebelum luka sembuh, dan tidak disarankan

untuk duduk diam berlama-lama.

2.10 KOMPLIKASI

Komplikasi dini pascaoperasi, sebagai berikut :

• Retensi urin
• Pendarahan

• Impaksi tinja

• Thrombosed wasir

Komplikasi tertunda pascaoperasi, sebagai berikut :

• Inkontinensia

Munculnya inkontinensia berkaitan dengan banyaknya otot sfingter

yang terpotong, khususnya pada pasien dengan fistula kompleks

seperti letak tinggi dan letak posterior.Drainase dari pemanjangan

secara tidak sengaja dapat merusak saraf-saraf kecil dan

menimbulkan jaringan parut lebih banyak.Apabila pinggiran

fistulotomi tidak tepat, maka anus dapat tidak rapat menutup, yang

mengakibatkan bocornya gas dan feces.Risiko ini juga meningkat

seiring menua dan pada wanita.

• Rekurens

Terjadi akibat kegagalan dalam mengidentifikasi bukaan primer

atau mengidentifikasi pemanjangan fistula ke atas atau ke

samping.Epitelisasi dari bukaan interna dan eksterna lebih

dipertimbangkan sebagai penyebab persistennya fistula.Risiko ini

juga meningkat seiring penuaan dan pada wanita.

• Stenosis kanalis

Proses penyembuhan menyebabkan fibrosis pada kanalis anal.

Penyembuhan luka yang lambat. Penyembuhan luka membutuhkan


waktu kurang lebih 12 minggu, kecuali ada penyakit lain yang

menyertai (seperti penyakit Crohn).

2.11 PROGNOSIS

Fistel dapat kambuh bila lubang dalam tidak turut dibuka atau dikeluarkan,

cabang fisteltidak turut dibuka, atau kulit sudah menutup luka sebelum jaringan

granulasi menempelpermukaan.Setelah fistulotomy standar, tingkat kekambuhan

dilaporkan adalah 0-18% dan tingkat darisetiap inkontinensia tinja adalah 3-

7%.Setelah menggunakan Seton, melaporkan tingkat kekambuhan adalah 0-17%

dan tingkatdari setiap inkontinensia feses adalah 0-17%.Setelah flap mukosa

kemajuan, tingkat kekambuhan dilaporkan adalah 1-17% dan tingkatdari setiap

inkontinensia feses adalah 6-8%.


BAB III
KESIMPULAN

Hampir semua fistula ani yang biasanya disebut fistel perianal atau fistel pra

anal, disebabkan oleh perforasi atau penyaliran abses anorektum, sehingga

kebanyakan fistel mempunyai satu muara di kripta di perbatasan anus dan rektum

dan lobang lain di perineum di kulit perianal. Kadang fistel disebabkan oleh colitis

yang disertai proktitis, seperti TBC, amubiasis, atau morbus crohn.

Fistel dapat terletak di subkutis, submukosa, antar sfingter atau menembus

sfingter. Mungkin fistel terletak anterior, lateral atau posterior. Bentuknya mungkin

lurus, bengkok, atau mirip sepatu kuda. Umunya sfingter bersifat tunggal. Kadang

ditemukan yang kompleks. Fistel dan lubang kripta disebelah anterior umunya

berbentuk lurus, tetapi bengkok kedepan karena radang dan pus terdorong ke

anterior di sekitar m.puborektalis dan membentuk satu lobang perforasi atau lebih

disebelah anterior, sesuai hukum goodsall.

Penatalaksaan fistula ani bertujuan untuk cradikasi sepsis tanpa

menyebabkan inkontinensia. Terapi dari fistula tergantung dari jenis fistulanya

sendiri. Terapi konservatif medikamentosa dengan pemberian analgetik, antipiretik,

serta profilaksis antibiotik jangka panjang untuk mencegah fistula rekuren.


DAFTAR PUSTAKA

1. Sabiston D, Oswari J.Buku Ajar Bedah. Jakarta : Penerbit Buku


KedokteranEGC.1994.
2. Schwartz, Shires, Spencer. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Edisi 6.
Jakarta :EGC.2000.
3. Sjamsuhidajat R, De Jong Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta
:Penerbit Buku Kedokteran EGC.2004.Hal 747-748
4. Grace P, Borley N. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi ketiga.Jakarta :
Erlangga.2006.
5. Reksoprodjo S. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Binarupa Aksara.
2000.
6. Corman, M.L. Colon and Rectal Surgery 5th Ed. Lippincott Williams &
Wilkins. 2005.
7. M. Courtney, et.al. Sabiston Textbook of Surgery, 17th edition.

Anda mungkin juga menyukai