Anda di halaman 1dari 14

REFERAT

ANESTESI UMUM

Oleh:

Nia Nilawati

03015137

Pembimbing:

dr. Ucu Nurhadiat, Sp.An

dr. Ade Nurkacan, Sp.An

dr. Catur Pradono, Sp.An

Departemen Anestesi RSUD Karawang

Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

10 Juni 2019 – 12 Juli 2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Baik


berupa kesehatan fisik ataupun akal pikiran sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas referat dalam Kepaniteraan Klinik Anestesi RSUD
Karawang yang berjudul “Anestesi Umum”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan
didalamnya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang
telah memberikan dukungan baik berupa bantuan, atapun doa. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih sebesar-besarnya
kepada para pembimbing atas masukan dan pengarahannya selama penulis
belajar dalam kepaniteraan klinik Anestesi.

Penulis berharap agar referat ini berguna serta bermanfaat, dapat


dimengerti oleh setiap pihak yang membaca, berharap atas kritik dan saran dari
pembaca, dan mohon maaf apabila terdapat banyak kekurangan,

Karawang, Juni 2019

Nia nilawati

iv
Referat dengan judul :

“ Anestesi Umum”

Referat dengan judul “Anestesi Umum”. Telah diterima dan disetujui oleh
pembimbing, sebagai syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik
anestesi RSUD Karawang periode 10 Juni – 12 Juli 2019.

Karawang, Juni 2019

Pembimbing

dr. Ucu Nurhadiat, Sp.An

dr. Ade Nurkacan, Sp.An

dr. Catur Pradono, Sp.An

5
DAFTAR ISI

BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II..................................................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 2

BAB III ................................................................................................................... 8

KESIMPULAN ...................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN

Anestesi umum adalah keadaan hilangnya nyeri di seluruh tubuh dan hilangnya
kesadaran sementara yang dihasilkan melalui penekanan sistem saraf pusat karena adanya
induksi secara farmakologi atau penekanan sensori pada saraf. Anestesi umum merupakan
kondisi yang dikendalikan dengan ketidaksadaran yang bersifat reversibel dan diperoleh
melalui penggunaan obat-obatan secara injeksi dan inhalasi yang ditandai dengan hilangnya
respons rasa nyeri (analgesik), hilangnya ingatan (amnesia), hilangnya respons terhadap
rangsangan atau reflek, hilangnya gerak spontan (immobility), serta hilangnya kesadaran
(unconsciousness).1

Anestesi umum yang poten diberikan secara inhalasi atau suntikan intravena. Awitan
dan durasi merupakan efek farmakokinetik yang paling penting pada anestetik intravena ketika
digunakan sebagai induksi anestesi. Anestesi intravena dapat menghasilkan berbagai manfaat
dan efek samping (seperti depresi atau stimulasi kardiovaskular, nyeri pada sisi injeksi, mual
dan muntah, depresi atau stimulasi pernafasan, eksitasi atau perlindungan central nervous
system, supresi adenocorticoid). Pemilihan anestesi intravena sebaiknya berdasarkan
karakteristik pasien dan kondisi yang berhubungan dengan operasi.2

Pada anestesi umum akan diperoleh trias anestesia, yaitu : Hipnotik, analgetik dan
relaksasi otot. Tujuan anestesi secara umum adalah untuk menciptakan ketidaksadaran yang
aman dan reversibel, mengoptimalkan respon fisiologis, dan menciptakan keadaan operasi
yang kondusif. 2

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Tujuan Anetesi Umum

Anestesi umum adalah keadaan hilangnya nyeri di seluruh tubuh dan hilangnya
kesadaran sementara yang dihasilkan melalui penekanan sistem saraf pusat karena adanya
induksi secara farmakologi atau penekanan sensori pada saraf. Anestesi umum merupakan
kondisi yang dikendalikan dengan ketidaksadaran yang bersifat reversibel dan diperoleh
melalui penggunaan obat-obatan secara injeksi dan inhalasi yang ditandai dengan hilangnya
respons rasa nyeri (analgesik), hilangnya ingatan (amnesia), hilangnya respons terhadap
rangsangan atau reflek, hilangnya gerak spontan (immobility), serta hilangnya kesadaran
(unconsciousness).1

Tujuan anestesi umum sebagai berikut: Hipnotik/sedasi hilangnya kesadaran.


Analgesia hilangnya respon terhadap nyeri. Muscle relaxant untuk merelaksasi otot rangka.
Keuntungan Anestesi Umum Pasien tidak sadar, mencegah ansietas pasien selama prosedur
medis berlangsung. Efek amnesia akan menghilangkan memori buruk pasien yang didapat
akibat ansietas dari berbagai kejadian intraoperatif yang mungkin memberikan trauma
psikologis. Dapat melakukan prosedur dalam jangka waktu lama dan memudahkan kontrol
penuh ventilasi pasien.
Kerugian Anestesi Umum Sangat memengaruhi fisiologi. Hampir semua regulasi tubuh
menjadi tumpul di bawah anestesia umum. Perlu pemantauan yang lebih holistik dan rumit
Tidak dapat mendeteksi gangguan susunan saraf pusat, misalnya perubahan kesadaran, Resiko
komplikasi pascabedah lebih besar, dan memerlukan persiapan pasien yang lebih seksama.

2.2 stadium anastesi umum

Stadium anestesi umum dibagi menjadi empat tingkatan (stadium). Stadium I


(analgesik) dimulai dari saat pemberian zat anastetik sampai hilangnya kesadaran. Pada
stadium ini penderita masih dapat mengikuti perintah dan rasa sakit hilang (analgesik). Pada
stadium ini dapat dilakukan tindakan pembedahan ringan seperti cabut gigi, biopsi kelenjar dan
sebagainya. Stadium II (delirium/eksitasi) dimulai dari hilangnya kesadaran sampai permulaan
stadium pembedahan. Pada stadium ini terlihat jelas adanya eksitasi dan gerakan yang tidak
menurut kehendak, berteriak, pernafasan tidak teratur, kadang-kadang apnea dan hipernea. Hal
ini terutama terjadi karena adanya hambatan pada sistem saraf pusat. Pada stadium ini dapat

2
terjadi kematian, karena itu stadium harus cepat dilewati. Stadium III (pembedahan) dimulai
dengan teraturnya pernafasan sampai pernafasan spontan hilang. Tanda yang harus dikenal
adalah pernafasan yang tidak teratur pada stadium II menghilang, pernafasan menjadi spontan
dan teratur oleh karena tidak ada pengaruh psikis, sedangkan pengontrolan kehendak hilang,
refleks kelopak mata dan konjungtiva hilang, gerakan bola mata yang tidak menurut kehendak
merupakan tanda spesifik untuk permulaan stadium III. Stadium IV (paralisis medula
oblongata), dimulai dengan melemahnya pernafasan perut dibanding stadium III, tekanan darah
tidak dapat diukur karena kolaps pembuluh darah, berhentinya denyut jantung dan dapat
disusul kematian. Pada stadium ini kelumpuhan pernafasan tidak dapat diatasi dengan
pernafasan buatan.1

2.3 induksi anestesia

Induksi anestesia adalah membuat pasien sadar menjadi tidak sadar, sehingga dimungkinkan
untuk memulai anestesi dan pembedahan. Induksi anetesia dapat dikerjakan secara intravena,
inhalasi, atau intramuskular.3

2.3.1 Induksi intravena


- Tiopental: dalam ampul 500mg atau 1000mg, dilarutkan dalam akuades steril sampai
kepekatan 2,5%, hanya boleh digunakan dengan dosis 3-7 mg/kgbb iv
- Propofol: kepekatan 1% (1ml = 10mg), dosis bolus untuk induksi 2-2,5mg/kgbb iv
- Ketamin: kurang digemari untuk induksi anestesi karena menimbulkan takikardi,
hipertensi, hipersalivasi, nyeri kepala, dosis bolus induksi intravena 1mg/kgbb iv &
intramuskular 3-10mg/kgbb iv
- Opioid; diberikan dosis tinggi, tidak menganggu kardiovaskular sehingga banyak
digunakan pada pasien kelainan jantung, fentanil dosis induksi 1-3ug/kgbb iv
2.3.2 Induksi inhalasi

Anestesi umum inhalasi merupakan salah satu metode anestesi umum yang dilakukan
dengan cara memberikan agen anestesi yang berupa gas dan atau cairan yang mudah menguap
melalui alat anestesi langsung ke udara inspirasi, hanya dikerjakan dengan halotan atau
sevofluran. Induksi dengan sevofluran lebih disenangi karena pasien jarang batuk, walaupun
langsung diberikan dengan konsentrasi tinggi sampai 8 vol%. Seperti dengan halotan
konsentrasi dipertahankan sesuai kebutuhan. Induksi dengan enfluran, isofluran atau desfluran
jarang dilakukan karena pasien sering batuk dan waktu induksi menjadi lama. Induksi halotan

3
memerlukan gas pendorong O2 atau campuran N2O dan O2. Induksi dimulai dengan aliran
O2>4 liter/menit ata campuran N2O:O2=3:1 aliran 4 liter/menit, dimulai dengan halotan 0,5
vol sampai konsentrasi yang dibutuhkan. kalau pasien batuk konsentrasi halotan diturunkan
untuk kemudian kalau sudah tenang dinaikkan lagi sampai konsentrasi yang diperlukan.3

2.3.3 Induksi Intramuskular

Hanya ketamin yang dapat diberikan intramuskular dengan dosis 5-7mg/kgbb iv.

Sebelum memulai induksi anestesi perlu dipersiapkan peralatan yang diperlukan, mengingat
kata STATICS.3

1. S = Scope Stetoscope, untuk mendengarkan suara paru dan jantung Laringo-scope, pilih
ukuran yang sesuai dengan pasien dan lampu harus terang
2. T = Tubes Pipa trakea, pilih sesuai ukuran pasien. <5 tahun tanpa cuffed dan >5 tahun
dengan cuffed
3. A = Airway Guedel, orotracheal airway/nasotracheal airway. Alatini berfungsi untuk
menahan lidahh saat pasien tidak sadar untuk menjaga supaya lidah tidak menyumbat
jalan napas
4. T = Tape Plaster untuk fiksasi pipa
5. I = Inroducer mandrin atau stilet dari kawat yang dibungkus plastik yang mudah
dibengkokan untuk pemandu supaya pipa trakea mudah dimasukka
6. C = Connector Penyambung antara pipa dengan alat anestesia
7. S = Suction Penyedot lendir, ludah dan lain-lainnya

Persiapan mesin

1. cek apakah halotan/isofluran dalam keadaan terisi penuh  bila tidak, lakukan
pengisian
2. pasang kabel mesin dan nyalakan
3. pasang pipa oksigen dan N2O
4. cek pompa oksigen, apakah dapat terpompa
5. cek apakah pipa pembuangan gas sudah terpasang dan terbuang di tempat yang tepat

4
Hal-hal yang penting diketahui:
1. Aliran oksigen ada dua jalur: jalur untuk masker dan ada jalur untuk nasal
2. Pembuangan udara akan melalui sodalime (batu-batu) yang berfungsi mengikat
CO2. Laporkan bila sodalime sudah berubah warna sangat tua)
3. Monitor mesin penting untuk mengetahui keadaan nafas pasien k.
4. Alat pengatur respirasi dari spontan ke control

2.4 Tahapan tindakan anastesi umum


Preanestesi adalah pemberian zat kimia sebelum tindakan anestesi umum dengan tujuan
utama menenangkan pasien, menghasilkan induksi anestesi yang halus, mengurangi dosis
anestetikum, mengurangi atau menghilangkan efek samping anestetikum, dan mengurangi
nyeri selama operasi maupun pasca operasi.
Premedikasi adalah pemberian obat dalam waktu 1-2 jam sebelum operasi untuk
melancarkan induksi yang berguna untuk : Meredakan kecemasan dan ketakutan memperlancar
induksi anestesia, mengurangi kelenjar lundah dan bronkus, meminimalkan jumlah obat
anestesi, mengurangi mual-muntah pasca bedah, Menciptakan amnesia, mengurangi isi cairan
lambung dan mengurangi refleks yang membahayakan. 2

2.5 Klasifikasi status fisik


Klasifikasi yang lazim digunakan untuk menilai kebugaran fisik seseorang yaitu
berdasarkan The American Society of Anesthesiologist (ASA): Kelas I: Pasien sehat organik,
fisio- logik, psikiatrik, biokimiawi. Kelas II: Pasien dengan penyakit sis- temik ringan atau
sedang. Kelas III: Pasien dengan penyakit sis- temik berat sehinga aktivitas rutin terbatas.
Kelas IV: Pasien dengan penyakit sis- temik berat, tidak dapat melakukan aktivitas rutin, dan
penyakitnya merupakan ancaman kehidupan setiap saat. Kelas V: Pasien sekarat yang di-
perkirakan dengan atau tanpa pembedahan hidupnya tidak akan lebih dari 24 jam. Kelas E:
Bila tindakan pembedahan dilakukan secara darurat, dicantumkan tanda E (emergency) di
belakang angka. 4

2.6 Anamnesis, Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboraturium

a. anamnesis

Riwayat anestesi sangat penting untuk mengetahui pasien memiliki alergi, mual-
muntah, nyeri otot, gatal-gatal, sesak napas pasca bedah, sehingga dapat melaksanakan
anestesi berikutnya dengan lebih baik. Kebiasaan merokok sebaiknya dihentikan 1-2

5
hari sebelum melakukan pembedahan untuk mengeliminasi nikotin yang
mempengaruhi sistem kardiosirkulasi, dihentikan beberapa hari untuk mengaktifkan
kerja silia jalan pernapasan sputum. Kebiasaan minum alkohol juga harus diperhatikan
apabila adanya penyakit hepar.

b. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan keadaan umum, pemeriksaan gigi-geligi, tindakan buka mulut, lidah


relatif besar sangat penting untuk mengetahui adanya penyulit saat dilakukan intubasi.
c. Pemeriksaan laboratorium

Uji laboratorium dilakukan sesuai dengan indikasi penyakit yag dicurigai seperti
pemeriksaan Hb, leukosit, masa perdarahan dan masa pembekuan. Usia pasien diatas
50 tahun dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan EKG dan foto toraks.3

2.7 Periode Pasca bedah


Pasien yang sejak prabedah sudah direncanakan menjalani perawatan di ICU/PACU,
setelah operasi akan segera dibawa meuju ruang tersebut. Semua pasien yang tidak
memerlukan perawatan intensif harus segera diobservasi diruang pemulihan. Pemantauan
standar dilakukan sesuai kriteria Aldrette yang dimodifikasi, yaitu:

No Kriteria Nilai
1 Aktivitas motorik
a. Mampu menggerakan 4 ekstremitas 2
b. Mampu menggerakan 2 ekstremitas 1
c. Tidak mampu menggrekan ektremitas 0
2 Respirasi
a. Mampu nafas dalam, batuk dan tangis kuat 2
b. Sesak atau pernafasan terbatas 1
c. Henti nafas 0
3 Tekanan darah
a. Berubah sampai 20% dari pra bedah 2
b. Berubah 20-50% dari prabedah 1
c. Berah > 50 % dari prabedah 0

6
4 Keasadaran
a. Sadar baik dan orientasi baik 2
b. Sadar setelah dipanggil 1
c. Tak ada tanggapan terhadap rangsangan 0
5 Warna kulit
a. Warna kulit 2
b. Pucat 1
c. Sianosis 0
Untuk dapat keluar dari ruang pemulihan dibutuhkan skor ≥ 9.

7
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Anastesi umum adalah suatu tindakan meniadakan nyeri secara sentral, disertai
hilangnya kesadaran dan bersifat reversible yang terdiri dari hipnotik, analgesia dan relaksasi.
Sebelum dilakukan anastesi umum, harus dilakukan penilaian pada pasien yang mencakup
beberapa hal yaitu status kesehatan pasien, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboraturium serta
menentukan klasifikasi status fisik menurut The American Society Of Anaesthesiologi (ASA).
Selama proses anestesi, dilakukan pemantauan keadaan umum, kesadaran, tekanan
darah, nadi, pernafasan, suhu dan perdarahan. Jika terdapat kesulitan selama melaksanakan
anestesi umum, seperti jalan nafas dan intubasi, harus ditangani dengan benar.
Proses induksi anestesi dapat dilakukan dengan cara induksi intravena, intramuskular,
inhalasi. Apabila pembiusan sudah dimulai dan pasien tidak sadar, perlu dilakukan monitoring
serta manajemen jalan nafas yang baik agar pernafasan tetap adekuat. Selesainya proses
pembedahan maka pasien akan dipindahkan ke ruang recovery room dan dievaluasi sesuai
kriteria Aldrette yang dimodifikasi. Dibutuhkan skor ≥ 9 untuk dapat keluar dari recovery
room.

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Fadhli c, syafrudin, sayuti arman et al. Perbadingan onset dan sedasi ketamin- xilazin
dan profopol. Banda aceh: fakultas kedokteran hewan universitas syiah kuala. Vol 10
no2;2016.
2. Istiqoma DK, Ikawati zullies, Inayati. Evaluasi Efektivitas dan Keamanan penggunaan
obat anestesi umum. Yogjakarta:RS PKU Muhammadiyah Yogjakarta.

3. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan M. Petunjuk Klinis Anestesiologi. Jakarta : Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universits Indonesia. Ed 2.
2007;29-48.

4. Lucky TK, Anjte AW, Magdelena FS. Keamanan dalam tindakan anestesi. Manado:
Fakultas kedokteran universitas sam manado. Vol4. 2016;200-202

9
10

Anda mungkin juga menyukai