ANESTESI UMUM
Oleh:
Nia Nilawati
03015137
Pembimbing:
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan
didalamnya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang
telah memberikan dukungan baik berupa bantuan, atapun doa. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih sebesar-besarnya
kepada para pembimbing atas masukan dan pengarahannya selama penulis
belajar dalam kepaniteraan klinik Anestesi.
Nia nilawati
iv
Referat dengan judul :
“ Anestesi Umum”
Referat dengan judul “Anestesi Umum”. Telah diterima dan disetujui oleh
pembimbing, sebagai syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik
anestesi RSUD Karawang periode 10 Juni – 12 Juli 2019.
Pembimbing
5
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II..................................................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 2
KESIMPULAN ...................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN
Anestesi umum adalah keadaan hilangnya nyeri di seluruh tubuh dan hilangnya
kesadaran sementara yang dihasilkan melalui penekanan sistem saraf pusat karena adanya
induksi secara farmakologi atau penekanan sensori pada saraf. Anestesi umum merupakan
kondisi yang dikendalikan dengan ketidaksadaran yang bersifat reversibel dan diperoleh
melalui penggunaan obat-obatan secara injeksi dan inhalasi yang ditandai dengan hilangnya
respons rasa nyeri (analgesik), hilangnya ingatan (amnesia), hilangnya respons terhadap
rangsangan atau reflek, hilangnya gerak spontan (immobility), serta hilangnya kesadaran
(unconsciousness).1
Anestesi umum yang poten diberikan secara inhalasi atau suntikan intravena. Awitan
dan durasi merupakan efek farmakokinetik yang paling penting pada anestetik intravena ketika
digunakan sebagai induksi anestesi. Anestesi intravena dapat menghasilkan berbagai manfaat
dan efek samping (seperti depresi atau stimulasi kardiovaskular, nyeri pada sisi injeksi, mual
dan muntah, depresi atau stimulasi pernafasan, eksitasi atau perlindungan central nervous
system, supresi adenocorticoid). Pemilihan anestesi intravena sebaiknya berdasarkan
karakteristik pasien dan kondisi yang berhubungan dengan operasi.2
Pada anestesi umum akan diperoleh trias anestesia, yaitu : Hipnotik, analgetik dan
relaksasi otot. Tujuan anestesi secara umum adalah untuk menciptakan ketidaksadaran yang
aman dan reversibel, mengoptimalkan respon fisiologis, dan menciptakan keadaan operasi
yang kondusif. 2
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anestesi umum adalah keadaan hilangnya nyeri di seluruh tubuh dan hilangnya
kesadaran sementara yang dihasilkan melalui penekanan sistem saraf pusat karena adanya
induksi secara farmakologi atau penekanan sensori pada saraf. Anestesi umum merupakan
kondisi yang dikendalikan dengan ketidaksadaran yang bersifat reversibel dan diperoleh
melalui penggunaan obat-obatan secara injeksi dan inhalasi yang ditandai dengan hilangnya
respons rasa nyeri (analgesik), hilangnya ingatan (amnesia), hilangnya respons terhadap
rangsangan atau reflek, hilangnya gerak spontan (immobility), serta hilangnya kesadaran
(unconsciousness).1
2
terjadi kematian, karena itu stadium harus cepat dilewati. Stadium III (pembedahan) dimulai
dengan teraturnya pernafasan sampai pernafasan spontan hilang. Tanda yang harus dikenal
adalah pernafasan yang tidak teratur pada stadium II menghilang, pernafasan menjadi spontan
dan teratur oleh karena tidak ada pengaruh psikis, sedangkan pengontrolan kehendak hilang,
refleks kelopak mata dan konjungtiva hilang, gerakan bola mata yang tidak menurut kehendak
merupakan tanda spesifik untuk permulaan stadium III. Stadium IV (paralisis medula
oblongata), dimulai dengan melemahnya pernafasan perut dibanding stadium III, tekanan darah
tidak dapat diukur karena kolaps pembuluh darah, berhentinya denyut jantung dan dapat
disusul kematian. Pada stadium ini kelumpuhan pernafasan tidak dapat diatasi dengan
pernafasan buatan.1
Induksi anestesia adalah membuat pasien sadar menjadi tidak sadar, sehingga dimungkinkan
untuk memulai anestesi dan pembedahan. Induksi anetesia dapat dikerjakan secara intravena,
inhalasi, atau intramuskular.3
Anestesi umum inhalasi merupakan salah satu metode anestesi umum yang dilakukan
dengan cara memberikan agen anestesi yang berupa gas dan atau cairan yang mudah menguap
melalui alat anestesi langsung ke udara inspirasi, hanya dikerjakan dengan halotan atau
sevofluran. Induksi dengan sevofluran lebih disenangi karena pasien jarang batuk, walaupun
langsung diberikan dengan konsentrasi tinggi sampai 8 vol%. Seperti dengan halotan
konsentrasi dipertahankan sesuai kebutuhan. Induksi dengan enfluran, isofluran atau desfluran
jarang dilakukan karena pasien sering batuk dan waktu induksi menjadi lama. Induksi halotan
3
memerlukan gas pendorong O2 atau campuran N2O dan O2. Induksi dimulai dengan aliran
O2>4 liter/menit ata campuran N2O:O2=3:1 aliran 4 liter/menit, dimulai dengan halotan 0,5
vol sampai konsentrasi yang dibutuhkan. kalau pasien batuk konsentrasi halotan diturunkan
untuk kemudian kalau sudah tenang dinaikkan lagi sampai konsentrasi yang diperlukan.3
Hanya ketamin yang dapat diberikan intramuskular dengan dosis 5-7mg/kgbb iv.
Sebelum memulai induksi anestesi perlu dipersiapkan peralatan yang diperlukan, mengingat
kata STATICS.3
1. S = Scope Stetoscope, untuk mendengarkan suara paru dan jantung Laringo-scope, pilih
ukuran yang sesuai dengan pasien dan lampu harus terang
2. T = Tubes Pipa trakea, pilih sesuai ukuran pasien. <5 tahun tanpa cuffed dan >5 tahun
dengan cuffed
3. A = Airway Guedel, orotracheal airway/nasotracheal airway. Alatini berfungsi untuk
menahan lidahh saat pasien tidak sadar untuk menjaga supaya lidah tidak menyumbat
jalan napas
4. T = Tape Plaster untuk fiksasi pipa
5. I = Inroducer mandrin atau stilet dari kawat yang dibungkus plastik yang mudah
dibengkokan untuk pemandu supaya pipa trakea mudah dimasukka
6. C = Connector Penyambung antara pipa dengan alat anestesia
7. S = Suction Penyedot lendir, ludah dan lain-lainnya
Persiapan mesin
1. cek apakah halotan/isofluran dalam keadaan terisi penuh bila tidak, lakukan
pengisian
2. pasang kabel mesin dan nyalakan
3. pasang pipa oksigen dan N2O
4. cek pompa oksigen, apakah dapat terpompa
5. cek apakah pipa pembuangan gas sudah terpasang dan terbuang di tempat yang tepat
4
Hal-hal yang penting diketahui:
1. Aliran oksigen ada dua jalur: jalur untuk masker dan ada jalur untuk nasal
2. Pembuangan udara akan melalui sodalime (batu-batu) yang berfungsi mengikat
CO2. Laporkan bila sodalime sudah berubah warna sangat tua)
3. Monitor mesin penting untuk mengetahui keadaan nafas pasien k.
4. Alat pengatur respirasi dari spontan ke control
a. anamnesis
Riwayat anestesi sangat penting untuk mengetahui pasien memiliki alergi, mual-
muntah, nyeri otot, gatal-gatal, sesak napas pasca bedah, sehingga dapat melaksanakan
anestesi berikutnya dengan lebih baik. Kebiasaan merokok sebaiknya dihentikan 1-2
5
hari sebelum melakukan pembedahan untuk mengeliminasi nikotin yang
mempengaruhi sistem kardiosirkulasi, dihentikan beberapa hari untuk mengaktifkan
kerja silia jalan pernapasan sputum. Kebiasaan minum alkohol juga harus diperhatikan
apabila adanya penyakit hepar.
b. Pemeriksaan fisik
Uji laboratorium dilakukan sesuai dengan indikasi penyakit yag dicurigai seperti
pemeriksaan Hb, leukosit, masa perdarahan dan masa pembekuan. Usia pasien diatas
50 tahun dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan EKG dan foto toraks.3
No Kriteria Nilai
1 Aktivitas motorik
a. Mampu menggerakan 4 ekstremitas 2
b. Mampu menggerakan 2 ekstremitas 1
c. Tidak mampu menggrekan ektremitas 0
2 Respirasi
a. Mampu nafas dalam, batuk dan tangis kuat 2
b. Sesak atau pernafasan terbatas 1
c. Henti nafas 0
3 Tekanan darah
a. Berubah sampai 20% dari pra bedah 2
b. Berubah 20-50% dari prabedah 1
c. Berah > 50 % dari prabedah 0
6
4 Keasadaran
a. Sadar baik dan orientasi baik 2
b. Sadar setelah dipanggil 1
c. Tak ada tanggapan terhadap rangsangan 0
5 Warna kulit
a. Warna kulit 2
b. Pucat 1
c. Sianosis 0
Untuk dapat keluar dari ruang pemulihan dibutuhkan skor ≥ 9.
7
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Anastesi umum adalah suatu tindakan meniadakan nyeri secara sentral, disertai
hilangnya kesadaran dan bersifat reversible yang terdiri dari hipnotik, analgesia dan relaksasi.
Sebelum dilakukan anastesi umum, harus dilakukan penilaian pada pasien yang mencakup
beberapa hal yaitu status kesehatan pasien, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboraturium serta
menentukan klasifikasi status fisik menurut The American Society Of Anaesthesiologi (ASA).
Selama proses anestesi, dilakukan pemantauan keadaan umum, kesadaran, tekanan
darah, nadi, pernafasan, suhu dan perdarahan. Jika terdapat kesulitan selama melaksanakan
anestesi umum, seperti jalan nafas dan intubasi, harus ditangani dengan benar.
Proses induksi anestesi dapat dilakukan dengan cara induksi intravena, intramuskular,
inhalasi. Apabila pembiusan sudah dimulai dan pasien tidak sadar, perlu dilakukan monitoring
serta manajemen jalan nafas yang baik agar pernafasan tetap adekuat. Selesainya proses
pembedahan maka pasien akan dipindahkan ke ruang recovery room dan dievaluasi sesuai
kriteria Aldrette yang dimodifikasi. Dibutuhkan skor ≥ 9 untuk dapat keluar dari recovery
room.
8
DAFTAR PUSTAKA
1. Fadhli c, syafrudin, sayuti arman et al. Perbadingan onset dan sedasi ketamin- xilazin
dan profopol. Banda aceh: fakultas kedokteran hewan universitas syiah kuala. Vol 10
no2;2016.
2. Istiqoma DK, Ikawati zullies, Inayati. Evaluasi Efektivitas dan Keamanan penggunaan
obat anestesi umum. Yogjakarta:RS PKU Muhammadiyah Yogjakarta.
3. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan M. Petunjuk Klinis Anestesiologi. Jakarta : Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universits Indonesia. Ed 2.
2007;29-48.
4. Lucky TK, Anjte AW, Magdelena FS. Keamanan dalam tindakan anestesi. Manado:
Fakultas kedokteran universitas sam manado. Vol4. 2016;200-202
9
10