Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tidur merupakan salah satu kebutuhan setiap manusia, dengan tidur tubuh
dapat beristirahat sejenak sebelum kembali beraktivitas. Namun, tidak semua
orang dapat merasakan tidur dengan nyenyak. Berdasarkan epidemiologi
sepertiga dari semua orang di Amerika mengalami satu jenis gangguan tidur
selama hidupnya. Gangguan tidur yang paling sering terjadi adalah Insomnia.1
Setiap tahun diperkirakan sekitar 20-50% orang dewasa melaporkan adanya
gangguan tidur dan sekitar 17% dari mereka mengalami gangguan tidur yang
serius.2
International Data Base tahun 2004 terhadap penduduk Indonesia
menyatakan bahwa dari 238,452 juta jiwa penduduk Indonesia, sebanyak
28,035 juta jiwa(11,7%) menderita insomnia.3
Insomnia didefinisikan sebagai keluhan sulit tidur, mempertahankan tidur,
dan siaga tidur, serta tidak merasa segar ketika tidur di malam hari yang terjadi
minimal 3 kali dalam seminggu selama minimal satu bulan.4
Gangguan terhadap tidur pada malam hari (insomnia) akan menyebabkan
mengantuk pada hari berikutnya. Mengantuk merupakan faktor risiko untuk
terjadinya kecelakaan, jatuh, penurunan stamina dan secara ekonomi
mengurangi produktivitas seseorang.5
Masalah tidur ini dapat memberikan dampak negatif terhadap aktivitas dan
pekerjaan seseorang. Dimana pada era globalisasi sekarang ini manusia dituntut
untuk berkerja karena kebutuhan manusia semakin meningkat.5 Berdasarkan
uraian diatas, kelompok yang paling mungkin mengalami dampak dari
insomnia adalah karyawan.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2007, gangguan
kejiwaan yang berkaitan dengan emosional dan perilaku terjadi paling sering
pada usia produktif atau usia kerja. Jika dibandingkan dengan negara lain yang
memiliki budaya berbeda, memang tugas pekerjaan yang dilakukan pekerja
Indonesia lebih berat secara fisik.4
Menurut Kenny, penyebab terumum dari terjadinya insomnia adalah stres,
kecemasan, dan depresi yang dapat disebabkan oleh masalah karir atau problem
rumah tangga. Namun ada pula faktor lainnya seperti kerentanan terhadap
insomnia karena beberapa orang cenderung lebih rentan dari orang lain, stres
yang terus menerus dan masalah psikiatri seperti orang yang mengalami
depresi, kecemasan dan kelainan psikiatri lainnya.6
Stres merupakan kondisi yang dapat dialami oleh semua orang, termasuk
karyawan. Stres pada karyawan dapat disebabkan oleh berbagai masalah.
Seperti masalah pekerjaan, masalah ekonomi, masalah rumah tangga dan
masalah lingkungan sekitar. Dari waktu ke waktu stres pada karyawan akan
menjadi masalah yang serius bagi organisasi. Muatan tugas yang begitu besar
cenderung merupakan penyebab stres yang dominan karena karyawan harus
bekerja lebih banyak dengan kemampuan yang dimiliki. Pada tahapan
selanjutnya, stres akan berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Di samping itu,
juga dapat berakibat pada kebiasaan pola makan, meningkatnya konsumsi
rokok dan alkohol, bicara cepat, gelisah, dan gangguan tidur.7
Health and Safety Executive (HSE) Inggris menyebutkan stres, depresi, dan
ansietas sebagai salah satu dari tujuh penyakit yang paling sering terjadi di
tempat kerja.4
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kim Hwan Cheol et al tentang
hubungan antara stres kerja dan insomnia, ditemukan hubungan yang signifikan
antara kedua variabel. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Megumi
Utsugi et al juga didapatkan adanya hubungan antara stres dan insomnia pada
karyawan dengan persentasi 23,9% pada pria dan 31,4% pada wanita.8,9
Berdasarkan hal-hal yang tertera pada latar belakang ini penulis tertarik
untuk meneliti lebih lanjut tentang hubungan antara stres dan insomnia pada
karyawan yang bekerja di kantor Bupati Kabupaten Kuantan Singingi.

1.2 Perumusan Masalah


Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:
Apakah ada hubungan antara stres dengan insomnia pada karyawan di Kantor
Bupati Kabupaten X ?

1.3 Hipotesis
Terdapat hubungan antara stres dengan angka kejadian insomnia pada
karyawan.

1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
- Untuk meningkatkan kesehatan karyawan di Kantor Bupati Kabupaten
Kuantan Singingi
Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui angka kejadian stress pada karyawan
- Untuk mengetahui angka kejadian insomnia pada karyawan
- Untuk mengetahui adanya hubungan antara stres dan insomnia pada
karyawan

1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat untuk ilmu pengetahuan
- Diharapkan penilitian ini dapat ini dapat memberi ilmu tambahan
khususnya dalam bidang medis tepatnya yang berhubungan dengan
kesehatan kerja. Sehingga dokter-dokter diharapkan dapat
mengidentifikasi lebih awal kejadian stress pada karyawan dan bisa
mencegah dampak buruknya.
1.5.2 Manfaat untuk profesi
- Memberikan pengetahuan pada karyawan tentang dampak dari stress
dan diharapkan karyawan dapat meningkatkan produktifitas dalam
melakukan pekerjaan.

1.5.3 Manfaat untuk masyarakat


- Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada
masyarakat khususnya karyawan bahwa stres dapat menyebabkan
gangguan tidur seperti insomnia.

BAB II
TINJAUAN, RINGKASAN PUSTAKA, DAN
KERANGKA TEORI
2.1 Tidur
2.1.1 Definisi Tidur
Tidur adalah salah satu kebutuhan manusia yang harus dipenuhi sebab tidur
merupakan kebutuhan dasar manusia. Sementara itu, jika kebutuhan tidur tidak
terpenuhi maka akan membawa dampak kesehatan bagi individu itu sendiri.
Berdasarkan definisi tidur adalah kondisi organisme yang sedang istirahat
secara regular, berulang dan reversible dalam keadaan mana ambang rangsang
terhadap rangsangan dari luar lebih tinggi jika dibandingkan dengan keadaan
terjaga.1
2.1.2 Fisiologi Tidur
Tidur terdiri dari keadaan fisiologis: nonrapid eye movement (NREM) dan
rapid eye movement (REM). Pada tidur NREM terdiri dari tahap 1 sampai 4,
sebagian besar fungsi fisiologis berkurang dibandingkan dengan keadaan terjaga.
Tidur REM merupakan jenis tidur yang secara kualitatif berbeda, ditandai dengan
tingginya tingkat aktivitas otak dan tingkat aktivitas fisiologis yang menyerupai
tingkat kativitas terjaga. Kira-kira 90 menit setelah awitan tidur, NREM
menghasilkan episode REM pertama malam tersebut. Latensi REM 90 menit ini
merupakan temuan yang konsisten pada orang dewasa normal.1
Pada orang normal, tidur NREM merupakan keadaan tentram dibandingkan
saat terjaga. Denyut jantung secara khas melambat lima hingga sepuluh denyut per
menit di bawah tingkat saat terjaga sedang istirahat dan sangat teratur denyutnya.1
Bagian tidur NREM yang paling dalam- tahap ketiga dan keempat- kadang
disertai ciri bangkitan ynag tidak biasa. Jika orang dibangunkan 30 menit hingga
satu jam setelah awitan tidur biasanya pada gelombang pendek mereka akan
mengalami disorientasi dan pikiran menjadi kacau. Membangunkan dengan cepat
dari tidur gelombang pendek juga menyebabkan amnesia terhadap peristiwa selama
dibangunkan tersebut.1
Sifat siklik pada tidur adalah keadaan regular dan dapat dipercaya. Periode
REM terjadi kira-kira setiap 90 hingga 100 menit sepanjang malam. Periode REM
pertama cenderung menjadi yang paling singkat, biasanya berlangsung selama 10
menit, periode REM selanjutnya berlangsung 15 hingga 40 menit. Sebagian besar
periode REM terjadi pada dua pertiga akhir malam, sedangkan sebagian besar tidur
tahap 4 terjadi pad sepertiga pertama malam.1

Gambar (1). waktu tidur (NREM dan REM) dan bangun pada neonatus
hingga dewasa

Pola tidur ini berubah selama rentang hidup seseorang. Pada periode
neonatus, tidur REM menunjukkan lebih dari 50 persen waktu tidur, dan pola EEG
bergerak dari keadaan siaga langsung ke keadaan REM tanpa melalui tahap satu
sampai empat. Saat dewasa muda, distribusi tahap tidur menjadi berubah yaitu
NREM 75 persen di mana tahap pertama lima persen, tahap kedua 45 persen, tahap
ketiga 12 persen dan tahap keempat 13 persen serta REM 25 persen.1

2.1.3 Fungsi Tidur


Tidur merupakan kebutuhan manusia. Fungsi tidur juga telah diteliti oleh
peneliti melalui berbagai cara. Sebagian besar peneliti menyimpulkan bahwa tidur
memberikan fungsi homeostatik yang bersifat menyegarkan dan tampak penting
untuk termoregulasi normal dan penyimpanan energi. Karena tidur NREM
meningkat setelah olahraga dan kelaparan, tahap ini mungkin terkait dengan
kebutuhan metabolik yang memuaskan.1

2.1.4 Gangguan Tidur


Kebutuhan tidur tiap orang berbeda-beda. Kebanyakan orang adalah
penidur panjang (long-sleeper) yang memerlukan tidur hingga 9 sampai 10 jam
tidur di malam hari dan yang lainnya adalah penidur pendek (short-sleeper), tetapi
lama tidur tidak selalu berhubungan dengan gangguan tidur.1
Gangguan tidur merupakan suatu kumpulan kondisi yang dicirikan dengan
gangguan dalam jumlah, kualitas, atau waktu tidur pada seseorang individu.10
Diagnostic And Statistical Manual of Mental Disorders edisi ke empat
(DSM-IV) mengklasifikasikan gangguan tidur berdasarkan kriteria diagnosis klinis
dan perkiraan etiologi. Ketiga kategori utama gangguan tidur ialah gangguan tidur
primer, gangguan tidur yang berkaitan dengan gangguan jiwa lainnya, dan
gangguan tidur akibat keadaan medis umum atau yang dicetuskan oleh zat.1
Gangguan tidur primer terdiri atas dissomnia dan parasomnia. Dissomnia
terdiri dari insomnia primer, hipersomnia primer, narkolepsi dan gangguan tidur
yang berhubungan dengan pernafasan.1

2.2 Insomnia
2.2.1 Definisi Insomnia
Berdasarkan DSM-IV insomnia adalah suatu kesulitan dalam memulai
tidur, mempertahankan tidur, atau tidur yang tidak menyegarkan selama satu bulan
atau lebih di mana keadaan sulit tidur ini harus menyebabkan gangguan klinis yang
signifikan.1
2.2.2 Klasifikasi Insomnia
Para ahli mengklasifikasikan insomnia menjadi 2 jenis yaitu insomnia
jangka pendek (akut) dan insomnia jangka panjang (kronik). Jenis insomnia yang
paling sering dijumpai adalah insomnia jangka pendek, dimana setiap individu
pernah mengalaminya dan umumnya meminta bantuan kepada dokter. Keadaan ini
dapat dijumpai pada keadaan stres. Insomnia jangka pendek pada umumnya tidak
menimbulkan komplikasi, berbeda dengan insomnia jangka panjang yang dapat
mengganggu kualitas hidup, gangguan mental dan fisik.11

2.2.3 Faktor Risiko Insomnia


2.2.3.1 Jenis Kelamin
Wanita lebih cenderung sering mengalami insomnia, hal ini disebabkan oleh
karena kadar serotonin pada wanita lebih rendah daripada pria dimana pada wanita
kecepatan biosintesis serotonin lebih rendah dibanding pria sehingga lebih mudah
mengalami depresi, dan depresi ini akan menyebabkan insomnia.12
Penyebab lain yang diperkirakan berhubungan dengan insomnia pada
wanita ialah menopause. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan di
Prancis pada 1000 orang wanita berusia paruh baya. Hasil penelitian menunjukkan
adanya hubungan antara menopause dengan kejadian gangguan tidur. Diperkirakan
hal ini terjadi karena perubahan endokrin. Karena pada sebagian wanita yang
diberikan fitoestrogen dilaporkan mengalami perbaikan dalam tidurnya.10
2.2.3.2 Merokok dan Alkoholisme
Perilaku merokok sudah menjadi gaya hidup pada sebagian masyarakat.
Merokok dapat menyebabkan gangguan tidur karena nikotin yang terkandung
didalam rokok tersebut adalah zat yang dapat mempengaruhi stimulasi otak.
Berdasarkan penelitian Rompas et al tentang dampak merokok terhadap pola tidur
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara perilaku merokok dan stress dengan
insomnia.10
Dewasa ini mengkonsumsi alkohol merupakan kebiasaan bagi masyarakat.
Mengkonsumsi alkohol dalam jumlah yang rendah hingga sedang dapat
memberikan efek yang berbeda mulai dari menghilangkan kecemasan sampai
bahkan sampai memberikan rasa tenang dan euphoria. Alkohol juga dapat
menyebabkan depresi yang kemudian depresi ini dapat menyebabkan terjadinya
insomnia pada orang yang mengkonsumsi alkohol.10
2.2.3.3 Konsumsi Kafein
Kopi merupakan minuman yang tidak asing lagi di masyarakat. Terutama
pada golongan karyawan dan pekerja lainnya. Kopi merupakan salah satu sumber
kafein, yaitu senyawa alkaloida turunan xanthine (basa purin) yang berwujud
Kristal berwarna putih. Kafein bersifat psikoaktif digunakan sebagai stimulant
sistem saraf pusat dan mempercepat metabolism diuretic. Dampak dari konsumsi
kafein antara lain meningkatkan kewaspadaan, menghilangkan kantuk dan
menaikkan mood.10
Efek fisiologis kafein yang beraneka ragam disebabkan oleh mekanisme
antagonis reseptor adenosin. Adenosin berfungsi untuk mengurangkan kadar
ledakan neuron selain menghambat transmisi sinaptik dan pelepasan
neurotransmitter.10
Adenosin merupakan neurotransmitter yang efeknya mengurangi aktivitas
sel terutama sel saraf. Oleh sebab itu apabila reseptor adenosine berkaitan dengan
kafein, akan menghasilkan efek yang berlawanan. Walaupun mekanisme utama
kafein adalah antagonisme adenosine, hal ini akan menjurus ke efek sekunder dari
berbagai jenis neurotransmitter seperti norepinefrin, dopamine, asetilkolin,
glutamate dan GABA sehingga akan mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh yang
berbeda.10
2.2.3.4 Stres
Insomnia dapat disebabkan oleh stres maupun gangguan dalam siklus
bangun-tidur yang normal. Stres yang disebabkan oleh faktor lingkungan, kondisi
ekonomi, kehilangan pasangan atau saudara telah diteliti terdapat kaitan yang
signifikan dengan insomnia. Mekanisme timbulnya stres dan insomnia berkaitan
dengan peningkatan kadar hormon kortisol pada saat invidu mengalami stres yang
akan mengaktifkan HPA-axis yang menyebabkan insomnia.12

2.2.5 Jenis Insomnia


Insomnia dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu:
1. Insomnia jangka pendek
Sangat sering dijumpai dan sebagian besar individu pernah
mengalaminya dan umumnya jarang meminta pertolongan ke dokter.
Kejadian yang dapat dijumpai misalnya ada keluarga yang meninggal,
sakit keras, usahanya mendadak rugi, gagal ujian serta contoh lainnya.
2. Insomnia jangka panjang
Merupakan insomnia yang dapat mengganggu aktivitas hidup individu,
juga mengganggu mental dan fisik. Insomnia jangka panjang ini
berdampak terhadap kegiatan individu sehari-hari misalnya rentan
terhadap hal yang berkaitan dengan lelah, kecelakaan mengendara.
Penderita insomnia jangka panjang cenderung mengeluarkan stamina
yang buruk untuk menyelesaikan tugas rutinnya dan sulit
berkonsentrasi. Insomnia jangka panjang ini juga berpengaruh terhadap
mood penderita. Penderitanya akan mudah tersinggung, iritabel dan
nervous.
3. Insomnia idiopatis
Insomnia yang tidak ada kaitannya dengan gangguan seperti stress,
ansietas, depresi, nyeri atau alergi.
4. Insomnia persisten
Adalah jenis insomnia yang cukup sering. Gangguan ini terdiri dari
sekelompok kondisi dimana masalah yang paling sering adalah
kesulitan jatuh tidur, bukannya dalam tetap tidur dan melibatkan dua
masalah yang kadang-kadang terpisah tapi sering digabungkan. Contoh
ketegangan dan kecemasan yang disomatisasi dan suatu respon asosiatif
yang terbiasakan.6

2.3 Stres
2.3.1 Definisi Stres
Dalam pengertian umum, stres adalah suatu keadaan di mana seseorang
merasa tertekan. Menurut Bartsch dan Evelyn, stres adalah ketegangan, beban yang
menarik seseorang dari segala penjuru, tekanan yang dirasakan pada saat
menghadapi tuntutan atau harapan yang menantang kemampuan seseorang untuk
mengatasi atau mengelola hidup.13
Menurut National Safety Council, stres adalah ketidakmampuan mengatasi
ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional dan spiritual yang pada suatu
saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut.14
Dari beberapa definisi stres yang dikemukakan para ahli dapat disimpulkan
bahwa stres merupakan kejadian yang dapat menyebabkan seorang menjadi tegang
sehingga terjadi respon umum dari tubuh terhadap segala jenis tuntutan.
2.3.2 Penyebab dan Sumber Stres
Penyebab stres dikenal pula dengan istilah stressor. Potter dan Perry
mengklasifikasikan stressor menjadi dua, yaitu stressor internal dan stressor
eksternal. Stressor internal adalah penyebab stres yang berasal dari dalam diri
individu, dan stressor eksternal adalah penyebab stres yang berasal dari luar diri
individu.15
Berdasarkan definisi stres banyak hal yang dapat menjadi sumber
netmunculnya stres itu sendiri, Sarafino membedakan sumber stres menjadi
beberapa sumber, yaitu dari dalam individu, keluarga, komunitas, dan masyarakat.
1. Individu
Menurut Sarafino kadang sumber stres itu berada dalam diri seseorang.
Tingkatan stres tergantung pada seberapa besar keadaan sakit dan usia
individu.
2. Keluarga
Stres di sini dapat bersumber dari interaksi di antara anggota pada
keluarga tersebut.
3. Komunitas
Beberapa pengalaman stres orangtua bersumber dari pekerjaannya, dan
lingkungan yang stressfull sifatnya.
4. Pekerjaan
Di antara faktor-faktor yang membuat suatu pekerjaan itu stressfull
adalah tuntutan kerja.
5. Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud di sini adalah lingkungan fisik, seperti:
kebisingan, suhu terlalu panas, kesesakan.16
2.3.3 Respons Tubuh terhadap Stres
Berkaitan dengan proses reaksi fisik dari tubuh terhadap tuntutan ataupun
gangguan yang memicu timbulnya stres, Davis mengutip pernyataaan Selye,
seorang peneliti pertama tentang stres, yang telah menguji secara pasti apa yang
terjadi di dalam tubuh pada saat respon melawan atau melarikan diri. Selye
menentukan bahwa: Setiap masalah, khayalan atau kenyataan dapat menyebabkan
korteks serebri mengirim tanda bahaya ke hipotalamus yang merupakan tempat
utama respons stres.17
Hipotalamus kemudian menstimulasi sistem saraf simpatis untuk membuat
serangkaian perubahan pada tubuh. Denyut jantung, curah jantung, tekanan darah
semua meninggi. Tubuh berkeringat, tangan dan kaki menjadi dingin karena darah
dialirkan dari anggota gerak dan sistem pencernaan ke otot besar yang akan
membantu untuk melawan atau lari. Diagfagma dan dubur terkunci. Pupil dilatasi
untuk mempertajam penglihatan dan pendengaran menjadi lebih tajam.17
Berdasarkan pernyataan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa saat
mengalami stres, tubuh menimbulkan reaksi yakni terjadinya perubahan
mekanisme sistem kerja saraf sehingga terjadi hal-hal seperti peningkatan denyut
jantung, berkeringat, tangan dan kaki menjadi dingin, susah buang air besar, dan
lain-lain.17
Pada saat menghadapi stressor tubuh mengeluarkan reaksi yang disebut
General Adaption Syndrome (GAS). GAS terdiri dari tiga tahapan yaitu alarm
reaction dimana terjadi persiapan untuk melawan stressor, resistance dimana
terjadi perlawanan stressor, dan exhaustion yaitu melemahkan perlawanan akibat
keberadaan stressor yang berkepanjangan.
1. Alarm reaction
Organisme berorientasi pada tuntutan yang diberikan oleh
lingkungannya dan mulai menghayati berbagai ancaman.
2. Resistance
Organisme memobilisasi sumber-sumbernya supaya mampu
menghadapi tuntutan yang ada.
3. Exhaustion
Jika tuntutan berlangsung lama, maka sumber-sumber penyesuaian ini
mulai habis dan organisme akan kehabisan tenaga. Jika reaksi badan
tidak cukup, berlebihan, atau salah, maka reaksi badan itu sendiri dapat
menimbulkan penyakit (disease of adaptation).18

2.3.4 Jenis – jenis Stres


Quick mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu: (1) Eustress, adalah
akibat positif yang ditimbulkan oleh stres yang berupa timbulnya rasa gembira,
perasaan bangga,menerima sebagai tantangan, merasa cakap dan mampu,
meningkatnya motivasi untuk berprestasi, semangat kerja tinggi, produktivitas
tinggi, timbul harapan untuk memenuhi tuntutan pekerjaan, serta meningkatnya
kreativitas dalam situasi kompetitif. (2) Distress, adalah akibat negatif yang
merugikan dari stres, misalnya perasaan bosan, frustrasi, kecewa, kelelahan fisik,
gangguan tidur, mudah marah, sering melakukan kesalahan dalam pekerjaan,
timbul sikap keragu-raguan, menurunnya motivasi, meningkatnya absensi, serta
timbulnya sikap apatis.19

2.4 Pengaruh Stres terhadap Insomnia


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hwang Cheol Kim, et al
mengenai hubungan antara stres kerja dengan insomnia pada karyawan di Korea
didapatkan hasil bahwa adanya hubungan antara kedua variabel. Selain itu
penelitian yang sama yang dilakukan oleh Megumi Utsugi, et al pada karyawan di
Jepang juga menunjukkan adanya hubungan antara stres dan insomnia.8,9
Stres akan mempengaruhi Hypothalamic-pituitary-adrenal axis (HPA axis)
yang akan meningkatkan kadar hormon kortisol. Stres cenderung menyebabkan
gangguan tidur secara akut dan kortisol merupakan hormon kunci sebagai respon
terhadap stres. Hal ini terbukti berdasarkan penelitian terbaru yang dilakukan oleh
Vgontzas et al. dan Rodenback et al.20
Pada dasarnya stres fisik atau stres mental dapat berdampak pada
peningkatan sekresi hormon adrenocorticotropic (ACTH) dan akibatnya sekresi
kortisol juga meningkat. Hal ini telah diteliti oleh Edy Mustofa bahwa pemberian
stres terbukti memberikan pengaruh terhadap peningkatan kortisol. Dan hormon
kortisol inilah yang akan menyebabkan terjadinya insomnia.21
Mekanisme penyebab hubungan antara stres dan kesehatan tidur belum
dijelaskan secara rinci, namun para peneliti mempercayai penyebab stres dan
insomnia mungkin dapat dijelaskan dengan beberapa hal berikut ini. Pertama,
beberapa studi menemukan bahwa terdapat hubungan antara stres kerja dan
peningkatan kortisol dan aktivitas dari HPA axis yang dihubungkan dengan
gangguan tidur. Kedua, stres psikososial termasuk stres kerja dapat menyebabkan
kebiasaan yang tidak sehat seperti alkoholisme, kebiasaan merokokok dan olahraga
yang kurang dan kebiasaan-kebiasaan ini dapat menjadi faktor terjadinya gangguan
tidur.8
2.5 Karyawan
2.5.1 Definisi Karyawan
Berdasarkan KBBI, definisi karyawan ialah orang yang bekerja pada suatu
lembaga seperti contohnya kantor, perusahaan dengan mendapat gaji atau upah.
Istilah karyawan memiliki arti yang sama dengan pegawai atau pekerja.22
Menurut Departemen Tenaga Kerja, usia produktif ialah mulai dari 15
hingga 64 tahun. Namun, pada penelitian ini dibatasi yaitu 19 – 56 tahun mengingat
kantor tersebut hanya memperkerjakan karyawan dengan pendidikan SMA dengan
usia ≥19 tahun dan mempensiunkan karyawan pada usia ≥56 tahun.23
2.7 Ringkasan Pustaka
Tabel 2.1 Ringkasan Pustaka
Peneliti Lokasi Studi Desain Subjek Variabel yang Lama Hasil
diteliti waktu
Studi
Hwang Cheol Korea Cross-sectional 8.155 Variabel bebas : 2006 – Kejadian insomnia tinggi pada
Kim, et al karyawan Usia, jenis kelamin, 2011 usia lebih tua, jenis kelamin
status pernikahan, wanita, pada karyawan yang
konsumsi alkohol, mengalami perceraian,
perilaku merokok, konsumsi alkohol >3 kali atau
stres kerja lebih seminggu, serta pada
Variabel karyawan yang merokok. Stres
tergantung : kerja (OR: 1,57,95% CI: 1.10-
Insomnia 1.60) secara signifikan
berpengaruh terhadap
insomnia.
Megumi Jepang Cross-sectional 6.997 Variabel bebas : 2003 – Kasus insomnia berkorelasi
Utsugi, et al. karyawan Usia, status 2005 dengan peningkatan usia,
pria pernikahan, status pernikahan yang telah
1.773 kebiasaan menikah, konsumsi alkohol
karyawan merokok, konsumsi dan kebiasaan merokok serta
wanita alkohol, stres kerja stress kerja.
Variabel (p< 0,001)
tergantung :
Insomnia

Muldianto Manado Cross- 48 Variable bebas : 2014 – Mahasiswa perempuan lebih


Oktavianus, sectional mahasiswa Stres, merokok 2015 banyak mengalami stres dan
Bidjuni Variable insomnia daripada laki-laki. P
Hendro, tergantung : value penelitian ini yaitu
Lolong Jill Insomnia 0,517.24
2.8 Kerangka Teori

Karyawan

Faktor Stressor Stressor


sosiodemografi internal eksternal

Usia Status Perilaku Status Interaksi Faktor


Pernika merokok kesehatan dengan Pekerjaan
han individu anggota
keluarga

Stres
Jenis kelamin Kebiasaan
Wanita merokok

HPA axis activation

Efek stimulant nikotin


↓ kadar estrogen CRH ↑
Dan depresi SSP

Hormon kortisol ↑

Insomnia

Gambar (2). Skema kerangka teori


BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI
OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep


Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu variabel
bebas dan variabel tergantung. Variabel bebas yaitu variabel yang apabila ia
berubah akan mengakibatkan perubahan pada variabel lain dan variabel yang
berubah akibat perubahan variabel bebas ini disebut variabel tergantung.
Adapun gambaran kerangka konsep pada penelitian ini:

Variabel bebas Variabel tergantung

Insomnia pada
Stres Karyawan

Usia
Jenis kelamin
Status perkawinan
Kebiasaan merokok

Gambar(3). Skema Kerangka Konsep

1.2 Variabel Penelitian


1.2.1 Variabel Tergantung
- Insomnia
3.2.2 Variabel Bebas
- Stres
- Jenis Kelamin
- Usia
- Status Perkawinan
- Kebiasaan Merokok
1.3 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Variabel Alat ukur & cara ukur Hasil pengukuran Skala pengukuran Referensi
Insomnia Kondisi yang biasanya ditandai Insomnia Rating Scale 1. Insomnia Nominal Direktorat
dengan kesulitan untuk memulai ( <8) Kesehatan
atau mempertahankan tidur, disertai 2. Tidak Jiwa Depkes
dengan gejala atau iritabilitas atau insomnia RI, 1993
rasa kelelahan ketika terjaga dari (≥8)
tidur.
Stres Gangguan atau kekacauan mental Perceive Stress Scale 1. Stres Nominal Cohen &
dan emosional yang disebabkan oleh (>7) Wiliamson,
faktor luar. 2. Tidak Stres 1988
(0-7)
Usia Usia kronologis responden pada saat Kuesioner 1. 19- 25 tahun Ordinal Depkes RI,
2009
pelaksanaan penelitian 2. 26-35 tahun
3. 36-45 tahun
4. 46-55 tahun
Jenis Kelamin Perbedaan antara perempuan dan Kuesioner 1. Laki-laki Nominal Hungu, 2007
laki-laki secara biologis sejak 2. Perempuan
seseorang lahir.
Status Keadaan responden dimana lengkap Kuesioner 1. Belum kawin Nominal Cahyono, 2012
Perkawinan tidaknya pasangan hidup yang 2. Kawin
terikat perkawinan atau yang belum 3. Cerai
terikat perkawinan
Kebiasaan Keadaan dimana merokok Kuesioner 1. Merokok Nominal Donald, 2012
Merokok merupakan suatu aktivitas yang 2. Tidak
rutin dilakukan oleh responden merokok
Menopause Terhentinya siklus haid karena Kuesioner 1.Sudah menopause Nominal Nelson,2008
penurunan hormon estrogen 2.Belum menopause
progesteron
BAB IV
METODE

4.1 Desain penelitian


Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
observasional dengan pendekatan cross-sectional.

4.2 Lokasi dan waktu penelitian


Lokasi penelitian dilakukan di kantor Bupati Kabupaten Kuantan Singingi.
Pelaksanaan penelitian akan dilakukan pada bulan Oktober sampai November
2015.

4.3 Populasi dan sampel penelitian


Populasi penelitian ini adalah seluruh karyawan kantor Bupati Kabupaten
Kuantan Singingi. Populasi sasarannya adalah karyawan pada kantor tersebut.
Populasi terjangkau atau sampel untuk penelitian ini adalah karyawan kantor yang
berusia 17 – 54 tahun dan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai
berikut:

Kriteria inklusi penelitian, yaitu :


1. Karyawan yang berusia 19 – 56 tahun
2. Karyawan yang bersedia mengikuti penelitian
Kriteria eksklusi penelitian, yaitu :
1. Karyawan wanita yang sudah mengalami menopause
2. Karyawan yang mengundurkan diri dari penelitian

Pengambilan data kriteria inklusi dan eksklusi ini diambil dengan


menggunakan kuesioner. Sampel yang di ambil dalam penilitian ini adalah
karyawan yang dapat mewakili populasi terjangkau dengan menggunakan rumus

22
Rumus populasi infinit

Zα2 x P x Q
No =
d2

n0 = besar sampel optimal yang dibutuhkan

z = pada tingkat kemaknaan 95% besarnya 1,96

p = prevalensi yang mengalami peristiwa pada penelitian sebelumnya di


Manado (0,566)(24)

q = prevalensi yang tidak mengalami peristiwa yang diteliti = 1 - p

d= Presisi pengukuran yang diinginkan untuk p < 10% (0,05)

Perhitungan :

(1,96)2 x 0,566 x 0,434

No =

(0,05)2

No = 377,46
No = 377

Rumus populasi finit

No
n=
1 + (No/N)

23
n= besar sampel yang dibutuhkan untuk populasi
yang finit
No = besar sampel dari populasi infinit
N = besar sampel populasi finit

Perhitungan :

377

n=

1 + (377/150)

n = 107

Besar sample minimal yang dibutuhkan pada penelitian ini sebanyak 107
responden. Dengan perikiraan drop out sebanyak 15% dari jumlah sampel yang
telah didapatkan, maka:
n = 107 x 15%
= 16,05  107 + 16 = 123 responden
Setelah ditambah drop out sebesar 15% sehingga pada penelitian ini
didapatkan jumlah besar sampel sebanyak 123 responden dibulatkan menjadi 125
responden.
Jumlah besar sampel yang akan diteliti akan diperoleh dengan teknik
probability sampling yaitu cluster sampling dan simple random sampling di mana
setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel
dalam penelitian. Tahap pertama, akan dibuat sub-kelmpok berdasarkan bidang
kerja karyawan yaitu bagian umum, keuangan, hukum, kesejahteraan sosial, dan
perlengkapan. Kemudian dari masing-masing kelas akan dipilih sampel
menggunakan cara simple random sampling dengan presentase yang sama dari tiap
kelas. Apabila subjek memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, subjek tersebut akan
dipilih menjadi sampel penelitian.

24
4.4 Bahan dan Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini instrumen penelitian yang digunakan beberapa
instrumen antara lain :

a. Kuesioner Karakteristik Responden


Kuesioner ini berisi data personal dari responden yang berisi usia
saat ini, jenis kelamin, riwayat kebiasaan merokok, dan riwayat menopause
bagi karyawan wanita.

b. Kuesioner Perceived Stress Scale (PSS)


Kuesioner ini terdiri dari 10 pertanyaan yang didesain untuk
mendiagnosis stres pada seseorang. Kuesioner Perceived Stress Scale juga
telah diuji reabilitas dan validitas sebelumnya.25

c. Kuesioner Insomnia Rating Scale (IRS)


Kuesioner penilaian ini disusun oleh Kelompok Studi Psikiatrik
Biologi Jakarta (KSPBJ). Kuesioner ini mengukur insomnia secara
terperinci, misalnya masalah gangguan masuk tidur, lamanya tidur, kualitas
tidur, serta kualitas setelah terbangun.4

4.5 Analisis Data


4.5.1 Analisis univariat
Analisis univariat digunakan digunakan untuk melihat, menyajikan
dan mendeskripsikan karakteristik data variabel tergantung yaitu insomnia
maupun variabel bebas yaitu stres dan faktor sosiodemografi.
4.5.2 Analisis bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk melihat kemungkinan adanya
hubungan yang bermakna antara variabel tergantung yaitu insomnia dengan
variabel bebas yaitu stres dan faktor sosiodemografi.
Analisis bivariat ini menggunakan uji chi-square dengan rumus:
X2 = ∑ ( O – E )2

25
E
Df = (b-1) (k-1)
Keterangan:
X2 = chi square
O = nilai observasi (pengamatan)
E = nilai expected (harapan)
b = jumlah baris
k = jumlah kolom

Melalui uji statistik chi square akan diperoleh nilai p, di mana dalam
penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0,05. Penelitian antara
dua variabel dikatakan bermakna jika mempunyai nilai p≤0,05 artinya
terdapat hubungan yang bermakna antara variabel tergantung dan variabel
bebas. Namun sebaliknya, bila nilai p > 0,05 berarti tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara variabel tergantung dengan variabel bebas. Untuk
tahap analisis, data diolah menggunkan program komputer Microsoft excel
2010 dan Statistical Program for Social Science (SPSS) versi 17.0.

4.6 Alur kerja penelitian

26
Alur penelitian berisi gambar alur atau skema pelaksanaan dalam
pengambilan data.

Karyawan di Kantor Bupati


Kuantan Singingi

Pembagian kuesioner

Pengumpulan data dan


mengeksklusi responden yang
tidak memenuhi kriteria inklusi

Analisis data

Gambar 4. Skema alur penelitian

4.7 Etika penelitian


Penelitian akan dilakukan setelah mendapat persetujuan kaji etik dari
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. Sebelum pengambilan data
dilakukan, terlebih dahulu dijelaskan tujuan penelitian serta permohonan
bantuan untuk mengikuti penelitian. Penjelasan ini diberikan kepada Kepala
Bagian Umum Kantor Bupati Kabupaten Kuantan Singingi untuk meminta
izin meneliti karyawan di kantor tersebut. Setelah diberikan izin, selanjutnya
diberikan persetujuan tertulis (informed consent) kepada responden yaitu
karyawan di Kantor tersebut untuk ikut serta sebagai subyek penelitian secara
sukarela. Data yang diperoleh akan dijamin kerahasiaannya dan hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian.

4.8 Penjadwalan penelitian

27
Tabel 4.1 Penjadwalan penelitian

Kegiatan WAKTU

Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar

Persiapan dan
pengumpulan
data
Penyusunan dan
penyelesaian
BAB I

Penyusunan dan
penyelesaian
BAB II

Penyusunan dan
penyelesaian
BAB III

Penyusunan dan
penyelesaian
BAB IV
Penyusunan dan
penyelesaian
BAB V
Penyusunan dan
penyelesaian
BAB VI
Penyusunan dan
penyelesaian
BAB VII
Persiapan ujian
skripsi

Penyusunan
manuskrip
publikasi E-
Jurnal

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock BJ, Sadock VA, Muttaqin H, Sihombing RN, editors. Kaplan &
Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. 2nd ed. Jakarta. 2010.
2. Amir N. Gangguan Tidur pada Lanjut Usia. Cermin Dunia Kedokteran.
2007;157:196-206.
3. Permana C. Insomnia and correlation with psychosocial factors in primary
health 2013;2(2):237-53.
4. Afrianti R, Widyahening IS, Amri Z, Kusumawardhani AA. Stressor kerja
dan Insomnia pada Petugas Pemadam Kebakaran di Jakarta Selatan
2011;61:488-92.
5. Heny LP, Sutresna IN, Wira KP. Pengaruh Masase Punggung terhadap
Kualitas tidur pada lansia dengan Insomnia di Panti Sosial Tresna Werdha
Wana Seraya Denpasar 2013;2(2):39-44.
6. Mulyono A. Hubungan antara perilaku workaholic dengan timbulnya
insomnia. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;2007.
7. Setyono A, Rahardjo M, Nugraheni R, Rahardja E. Analisis Faktor-faktor
yang mempengaruhi job stress serta pengaruhnya terhadap kepuasan kerja
dan kinerja salesman. Manajemen 2007;4(2):70-81.
8. Kim HC, Kim BK, Min KB, Min JY, Hwang SH, Park SG. Association
between Job Stress and Insomnia in Korean Workers. Occupational health
2011;53:164-74.
9. Utsugi M, Saijo Y, Yoshioka E, Naoko H,Tetsuro S, Gong Y, et al.
Relationships of Occupational Stress to Insomnia and Short Sleep in
Japanese Workers. Sleep 2005;28(6):728-735.
10. Natalita C, Sekartini R, Poesponegoro H. Skala Gangguan Tidur untuk
Anak sebagai Instrumen Skrining Gangguan Tidur pada Anak Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama. 2011;12(6):365-72.
11. Imanudin MI. Prevalensi Insomnia pada mahasiswa FKIK UIN angkatan
2011 pada tahun 2012. Universitas Islam Negeri Jakarta;2012.
12. Hulisz D, Duff D. Asisting Seniors with Insomnia: A comprehensive
Approach. Pharmacology. 2009;34(6):38-43.
13. Kholidah EN, Alsa A. Berpikir Positif untuk Menurunkan Stres dan
Psikologis. Psikologi 2012;39(1):67-75.
14. Ulfah FH. Hubungan Insomnia dengan Tingkat Stres pada Mahasiswi
tingkat akhir. Universitas Muhammadiyah Surakarta;2014.
15. Mardiana Y, Zelfino. Hubungan antara Tingkat Stres Lansia dan Kejadian
Hipertensi di RW 01 Kunciran Tangerang 2014;11(2):261-8.
16. Rozaq A. Tingkat Stres Mahasiswa dalam Proses Mengerjakan Skripsi.
Universitas Sunan Ampel Surabaya;2014.
17. Samosir ZZ, Syahfitri I. Faktor Penyebab Stres Kerja Pustakawan pada
Perpustakaan Universitas Sumatera Utara. Studi Perpustakaan
2008;4(2):61-71.

29
18. Sari DN. Hubungan antara Stres terhadap Guru dengan Prokrastinasi
Akademik pada Siswa SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Universitas
Ahmad Dahlan;2013.
19. Almasitoh UH. Stres Kerja Ditinjau dari Konflik Peran Ganda dan
Dukungan Sosial pada Perawat. Psikologi 2011;8(1):63-82.
20. Pillai V, Roth T, Mullins HM, Drake LC. Moderators and Mediators of the
Relationships between Stress and Insomnia. Sleep 2014;37(7):1199-1208.
21. Mustofa E. Efek stress fisik dan psikologis pada Kortisol, PGE2, BAFF,
IL21, SigA, dan Candidiasis vulvovaginal 2012;27:21-28.
22. Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia.3rded.
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional dan Balai Pustaka.2005.
23. Novanda AW, Dwiyanti E. Hubungan Pemenuhan Kebutuhan dengan
Produktivitas di Pabrik Sepatu. 2014;3(2):117-27.
24. Muldianto O, Bidjuni H, Lolong J. Perbandingan tingkat stres antara
mahasiswa program lanjutan dan regular dihubungkan dengan insomnia
mahasiswa semester akhir dalam penyelesaian skripsi Universitas Sam
Ratulangi Manado 2015;3:1-7.
25. Cohen S, Kamarck T, Merlmelstein R. A Global Measure of Perceived
Stress. Health and Social Behaviour. 1983;24:386-96.

30
Lampiran 1. Lembar Informed Consent

INFORMED CONSENT
Penjelasan mengenai penelitian

Penelitian ini merupakan proses skripsi Fakultas Kedokteran Universitas


Trisakti. Penelitian ini mengenai hubungan antara stres dan insomnia pada
karyawan. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti ada tidaknya hubungan antara
stres dan angka kejadian insomnia pada karyawan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan petunjuk dan informasi
para karyawan bahwa mungkin dapat ditemukannya angka kejadian insomnia yang
berhubungan oleh faktor stres pada karyawan sehingga dapat menjadi suatu
pencegahan agar tidak terjadi dampak stres dan insomnia lebih lanjut.
Oleh karena itu, kami mengharapkan para karyawan di Kantor Bupati
Kuantan Singingi untuk ikut serta dalam penelitian ini sebagai peserta penelitian.
Bila bersedia maka peneliti akan memberikan kuesioner. Hasil dari kuesioner ini
akan dirahasiakan.
Bila ada pertanyaan, peserta penelitian dapat menghubungi peneliti di
nomor telepon 081314308776 atas nama Alfarezi Ramadhan.
Para karyawan bebas untuk menolak ikut dalam penelitian ini. Bila anda
bersedia ikut dalam penelitian ini kami mohon untuk membubuhkan tanda tangan
pada formulir persetujuan di bawah ini.

Jakarta,

Alfarezi Ramadhan

31
Formulir Persetujuan

Semua penjelasan diatas telah disampaikan kepada saya dan telah saya
pahami. Dengan menandatangani formulir ini saya SETUJU SECARA
SUKARELA untuk ikut dalam penelitian ini.

Nama peserta penelitian :

Tanda tangan :

Tanggal :

Jakarta,

Peserta

32
Lampiran 2. Lembar Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN ANTARA STRES DAN INSOMNIA PADA
KARYAWAN

No. Responden :
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :

Jawab pertanyaan dibawah ini dengan melingkari jawaban yang sesuai


dengan anda dan mengisi pada tempat yang disediakan (dengan angka)
A. Karakteristik Sosiodemografi
A.1 Apakah anda mempunyai kebiasaan merokok?
a. YA
b. TIDAK
A.2 Apakah status perkawinan anda saat ini?
a. KAWIN
b. BELUM KAWIN
c. CERAI
A.3* Apakah anda telah mengalami menopause? (terhentinya siklus mens)
a. SUDAH
b. BELUM

*khusus wanita

33
B. Kuesioner Kejadian Stres
Perceived Stress Scale (PSS)

Petunjuk pengisian
Bacalah pertanyaan berikut dengan seksama. Berilah tanda silang (X) angka yang
tertera pada tabel di bawah ini dengan gejala yang sesuai dengan yang anda alami.
0 = tidak pernah 3 = cukup sering
1 = hampir tidakpernah 4 = sangat sering
2 = kadang-kadang

Dalam sebulan terakhir, seberapa sering anda


merasa terganggu karena sesuatu yang terjadi secara 0 1 2 3 4
tiba-tiba?
Dalam sebulan terakhir, seberapa sering anda
merasakan tidak dapat mengontrol hal-hal yang 0 1 2 3 4
penting bagi hidup anda?
Dalam sebulan terakhir, seberapa sering anda
merasa gelisah dan “stres”? 0 1 2 3 4
Dalam sebulan terakhir, seberapa sering anda
merasa hal-hal berjalan sesuai keinginan anda? 0 1 2 3 4
Dalam sebulan terakhir, seberapa sering anda
menemukan bahwa anda tidak bisa menyelesaikan 0 1 2 3 4
segala sesuatu hal yang anda harus lakukan?
Dalam sebulan terakhir, seberapa sering anda
berhasil mengatasi gangguan dalam hidup anda? 0 1 2 3 4

34
Dalam sebulan terakhir, seberapa sering anda
merasa bisa mengendalikan segala sesuatu? 0 1 2 3 4
Dalam sebulan terakhir, seberapa sering anda
merasa mudah marah karena hal-hal terjadi diluar 0 1 2 3 4
kendali anda?
Dalam sebulan terakhir, seberapa sering anda
merasakan begitu banyak masalah sehingga anda 0 1 2 3 4
tidak bisa menyelesaikannya?

C. Kuesioner Insomnia
KSPBJ – Insomnia Rating Scale

Petunjuk pengisian

Dibawah ini terdapat pertanyaan berilah lingkaran (O) yang sesuai dengan keadaan
Bapak/Ibu/Saudara untuk setiap nomor pertanyaan.

1) Berapa jam Bapak/Ibu/Saudara tidur dalam sehari?


0 = Lebih dari 6,5 jam
1 = antara 5 jam 30 menit – 6 jam 29 menit
1 = antara 4 jam 30 menit – 5 jam 29 menit
3= kurang dari 4 jam 30 menit

2) Apakah Bapak/Ibu/Saudara mengalami mimpi saat tidur?


0 = tidak bermimpi
1 = kadang- kadang terdapat mimpi (yang menyenangkan)
2 = selalu mimpi (yang mengganggu)
3 = mimpi buruk

3) Bagaimana Kualitas tidur Bapak/Ibu/Saudara?


0 = tidur dalam sulit dibangunkan

35
1 = tidur sedang, tetapi sulit dibangunkan
2 = tidur sedang, mudah dibangunkan
3 = tidur dangkal mudah terbangun

4) Berapa lama waktu yang Bapak/Ibu/Saudara butuhkan untuk masuk


tidur?
0 = kurang dari 15 menit
1 = antara 15 – 29 menit
2 = antara 30 – 60 menit
3 = lebih dari 60 menit

5) Berapa kali Bapak/Ibu/Saudara terbangun saat tidur?


0 = tidak terbangun
1 = terbangun 1-2 kali
2= terbangun 3-4 kali
3= lebih dari 4 kali

6) Berapa lama waktu yang Bapak/Ibu/Saudara butuhkan untuk


kembali tidur setelah terbangun malam hari?
0 = kurang dari 15 menit
1 = antara 15 – 29 menit
2 = antara 30 – 60 menit
3 = lebih dari 60 menit

7) Pada pagi hari apakah anda terbangun?


0= tidak dapat terbangun dini hari/ bangun pada saat terbiasa bangun
1= setengah jam lebih awal dan tidak dapat tidur lagi
2= satu jam bangun lebih awal dan tidak dapat tidur lagi
3= lebih dari satu jam bangun lebih awal dan tidak dapat tidur lagi

36
8) Apakah anda merasa segar waktu bangun tidur?
0 = merasa segar
1 = tidak begitu segar
2 = perasaan tidak segar
3 = sangat tidak segar.

37

Anda mungkin juga menyukai