Anda di halaman 1dari 16

ANESTESI UMUM

NIA NILAWATI
03015137
ANESTESI UMUM
Anestesi umum merupakan kondisi yang dikendalikan dengan
ketidaksadaran yang bersifat reversibel dan diperoleh melalui
penggunaan obat-obatan secara injeksi dan inhalasi yang ditandai
dengan hilangnya respons rasa nyeri (analgesik), hilangnya ingatan
(amnesia), hilangnya respons terhadap rangsangan atau reflek,
hilangnya gerak spontan (immobility), serta hilangnya kesadaran
(unconsciousness).1
trias anestesia, yaitu : - Hipnotik = hilangnya kesadaran
- analgetik = hilangnya respon terhadap nyeri
- muscle relaxant = relaksasi otot rangka

Tujuan anestesi secara umum adalah untuk menciptakan


ketidaksadaran yang aman dan reversibel, mengoptimalkan respon
fisiologis, dan menciptakan keadaan operasi yang kondusif.
KEUNTUNGAN ANESTESI UMUM
a. Pasien tidak sadar, mencegah ansietas pasien selama prosedur
medis berlangsung.
b. Efek amnesia akan menghilangkan memori buruk pasien yang
didapat akibat ansietas dari berbagai kejadian intraoperatif yang
mungkin memberikan trauma psikologis.
c. Dapat melakukan prosedur dalam jangka waktu lama
d. memudahkan kontrol penuh ventilasi pasien.
KERUGIAN ANESTESI UMUM
a. Sangat memengaruhi fisiologi. Hampir semua regulasi tubuh
menjadi tumpul di bawah anestesia umum.
b. Perlu pemantauan yang lebih holistik dan rumit
c. Tidak dapat mendeteksi gangguan susunan saraf pusat, misalnya
perubahan kesadaran.
d. Resiko komplikasi pascabedah lebih besar,
e. memerlukan persiapan pasien yang lebih seksama.
Tahapan tindakan anestesi umum
• Preanestesi adalah pemberian zat kimia sebelum tindakan anestesi
umum dengan tujuan utama menenangkan pasien, menghasilkan
induksi anestesi yang halus, mengurangi dosis anestetikum,
mengurangi atau menghilangkan efek samping anestetikum, dan
mengurangi nyeri selama operasi maupun pasca operasi.
Premedikasi adalah pemberian obat dalam waktu 1-2 jam sebelum
operasi untuk melancarkan induksi yang berguna untuk :
a. Meredakan kecemasan dan ketakutan
b. memperlancar induksi anestesia
c. mengurangi kelenjar lundah dan bronkus
d. meminimalkan jumlah obat anestesi
e. mengurangi mual-muntah pasca bedah
f. Menciptakan amnesia
g. mengurangi isi cairan lambung
h. mengurangi refleks yang membahayakan.
Klasifikasi status fisik
Klasifikasi yang lazim digunakan untuk menilai kebugaran fisik seseorang
yaitu berdasarkan The American Society of Anesthesiologist (ASA):
1. ASA I: Pasien sehat organik, fisio- logik, psikiatrik, biokimiawi.
2. ASA II: Pasien dengan penyakit sis- temik ringan atau sedang.
3. ASA III: Pasien dengan penyakit sis- temik berat sehinga aktivitas rutin
terbatas.
4. ASA IV: Pasien dengan penyakit sis- temik berat, tidak dapat melakukan
aktivitas rutin, dan penyakitnya merupakan ancaman kehidupan setiap
saat.
5. ASA V: Pasien sekarat yang di- perkirakan dengan atau tanpa
pembedahan hidupnya tidak akan lebih dari 24 jam.
6. ASA E: Cito atau emergency.
Persiapan alat
Untuk persiapan alat anestesi digunakan metode STATICS
a. S = Scope Stetoscope, untuk mendengarkan suara paru dan jantung Laringo-
scope, pilih ukuran yang sesuai dengan pasien dan lampu harus terang
b. T = Tubes Pipa trakea, pilih sesuai ukuran pasien. <5 tahun tanpa cuffed dan >5
tahun dengan cuffed
c. A = Airway Guedel, orotracheal airway/nasotracheal airway. Alatini berfungsi
untuk menahan lidahh saat pasien tidak sadar untuk menjaga supaya lidah
tidak menyumbat jalan napas
d. T = Tape Plaster untuk fiksasi pipa
e. I = Inroducer mandrin atau stilet dari kawat yang dibungkus plastik yang mudah
dibengkokan untuk pemandu supaya pipa trakea mudah dimasukka
f. C = Connector Penyambung antara pipa dengan alat anestesia
g. S= Suction Penyedot lendir, ludah dan lain-lainnya
Persiapan mesin
a. cek apakah halotan/isofluran dalam keadaan terisi penuh  bila tidak, lakukan
pengisian
b. pasang kabel mesin dan nyalakan
c. pasang pipa oksigen dan N2O
d. cek pompa oksigen, apakah dapat terpompa
e. cek apakah pipa pembuangan gas sudah terpasang dan terbuang di tempat yang tepat

Hal-hal yang penting diketahui:

a. Aliran oksigen ada dua jalur: jalur untuk masker dan ada jalur untuk nasal
b. Pembuangan udara akan melalui sodalime (batu-batu) yang berfungsi mengikat CO2.
Laporkan bila sodalime sudah berubah warna sangat tua)
c. Monitor mesin penting untuk mengetahui keadaan nafas pasien.
d. Alat pengatur respirasi dari spontan ke control
a. anamnesis
Riwayat anestesi sangat penting untuk mengetahui pasien memiliki alergi,
mual-muntah, nyeri otot, gatal-gatal, sesak napas pasca bedah, sehingga
dapat melaksanakan anestesi berikutnya dengan lebih baik. Kebiasaan
merokok sebaiknya dihentikan 1-2 hari sebelum melakukan pembedahan
untuk mengeliminasi nikotin yang mempengaruhi sistem kardiosirkulasi,
dihentikan beberapa hari untuk mengaktifkan kerja silia jalan pernapasan
sputum. Kebiasaan minum alkohol juga harus diperhatikan apabila
adanya penyakit hepar.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan keadaan umum, pemeriksaan gigi-geligi, tindakan buka
mulut, lidah relatif besar sangat penting untuk mengetahui adanya
penyulit saat dilakukan intubasi.
c. Pemeriksaan laboratorium
Uji laboratorium dilakukan sesuai dengan indikasi penyakit yag dicurigai
seperti pemeriksaan Hb, leukosit, masa perdarahan dan masa
pembekuan. Usia pasien diatas 50 tahun dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan EKG dan foto toraks.
Stadium anestesi umum
1. Stadium I (analgesik) = penderita mengalami analgesi, rasa nyeri hilang,
kesadaran berkurang
2. Stadium II (delirium/eksitasi) hilangnya kesadaran, penderita mengalami
gerakan yang tidak menurut kehendak berteriak, pernafasan tidak teratur,
kadang-kadang apnea dan hipernea.
3. Stadium III (pembedahan) dimulai dengan teraturnya pernafasan sampai
pernafasan spontan hilang. pernafasan yang tidak teratur pada stadium II
menghilang, pernafasan menjadi spontan dan teratur oleh karena tidak ada
pengaruh psikis, (pengontrolan kehendak hilang, refleks kelopak mata dan
konjungtiva hilang.
4. Stadium IV (paralisis medula oblongata), dimulai dengan melemahnya
pernafasan perut dibanding stadium III, tekanan darah tidak dapat diukur
karena kolaps pembuluh darah, berhentinya denyut jantung dan dapat disusul
kematian. Pada stadium ini kelumpuhan pernafasan tidak dapat diatasi dengan
pernafasan buatan
Induksi anestesi umum
a. Induksi intravena
Tiopental: dalam ampul 500mg atau 1000mg, dilarutkan dalam akuades
steril sampai kepekatan 2,5%, hanya boleh digunakan dengan dosis 3-7
mg/kgbb iv
Propofol: kepekatan 1% (1ml = 10mg), dosis bolus untuk induksi 2-
2,5mg/kgbb iv
Ketamin: kurang digemari untuk induksi anestesi karena menimbulkan
takikardi, hipertensi, hipersalivasi, nyeri kepala, dosis bolus induksi
intravena 1mg/kgbb iv & intramuskular 3-10mg/kgbb iv
Opioid; diberikan dosis tinggi, tidak menganggu kardiovaskular sehingga
banyak digunakan pada pasien kelainan jantung, fentanil dosis induksi 1-
3ug/kgbb iv
b. Induksi Intramuskular
Hanya ketamin yang dapat diberikan intramuskular dengan dosis 5-
7mg/kgbb iv.
c. Induksi inhalasi
metode anestesi umum yang dilakukan dengan cara memberikan agen anestesi
yang berupa gas dan atau cairan yang mudah menguap melalui alat anestesi
langsung ke udara inspirasi, hanya dikerjakan dengan halotan atau sevofluran.
a. Induksi dengan sevofluran lebih disenangi karena pasien jarang batuk,
walaupun langsung diberikan dengan konsentrasi tinggi sampai 8 vol%. Seperti
dengan halotan konsentrasi dipertahankan sesuai kebutuhan.
b. Induksi dengan enfluran, isofluran atau desfluran jarang dilakukan karena
pasien sering batuk dan waktu induksi menjadi lama. Induksi halotan
memerlukan gas pendorong O2 atau campuran N2O dan O2. Induksi dimulai
dengan aliran O2>4 liter/menit ata campuran N2O:O2=3:1 aliran 4 liter/menit,
dimulai dengan halotan 0,5 vol sampai konsentrasi yang dibutuhkan. kalau
pasien batuk konsentrasi halotan diturunkan untuk kemudian kalau sudah
tenang dinaikkan lagi sampai konsentrasi yang diperlukan.3
Periode Pasca bedah
Pemantauan standar dilakukan sesuai kriteria Aldrette, yaitu:
Untuk dapat keluar dari ruang pemulihan dibutuhkan skor ≥ 9.

No Kriteria Nilai
1 Aktivitas motorik
a. Mampu menggerakan 4 ekstremitas 2
b. Mampu menggerakan 2 ektremitas 1
c. Tidak mampu menggerakan ektremitas 0
2 Respirasi
a. Mampu nafas dalam, batuk dan tangis kuat 2
b. Sesak atau pernafasan terbatas 1
c. Henti nafas 0
3 Tekanan darah
a. Berubah sampai 20% dari prabedah 2
b. Berubah 20-50% dari prabedah 1
c. Berubah >50% dari prabedah 0
4 Kesadaran
a. Kesadaran baik dan orientasi baik 2
b. Sadar setelah dipanggil 1
c. Tidak ada tanggapan terhadap rangsangan 0
5 Warna kulit
a. Kemerahan 2
b. Pucat 1
c. Sianosis 0
Kesimpulan
• Anastesi umum adalah suatu tindakan meniadakan nyeri secara sentral, disertai
hilangnya kesadaran dan bersifat reversible yang terdiri dari hipnotik, analgesia
dan relaksasi. Sebelum dilakukan anastesi umum, harus dilakukan penilaian pada
pasien yang mencakup beberapa hal yaitu status kesehatan pasien, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan laboraturium serta menentukan klasifikasi status fisik menurut
The American Society Of Anaesthesiologi (ASA).
• Selama proses anestesi, dilakukan pemantauan keadaan umum, kesadaran,
tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu dan perdarahan. Jika terdapat kesulitan
selama melaksanakan anestesi umum, seperti jalan nafas dan intubasi, harus
ditangani dengan benar.
• Proses induksi anestesi dapat dilakukan dengan cara induksi intravena,
intramuskular, inhalasi. Apabila pembiusan sudah dimulai dan pasien tidak sadar,
perlu dilakukan monitoring serta manajemen jalan nafas yang baik agar
pernafasan tetap adekuat. Selesainya proses pembedahan maka pasien akan
dipindahkan ke ruang recovery room dan dievaluasi sesuai kriteria Aldrette yang
dimodifikasi. Dibutuhkan skor ≥ 9 untuk dapat keluar dari recovery room

Anda mungkin juga menyukai