Anda di halaman 1dari 30

REFERAT

“PNEUMONIA”

Oleh:
Merry Kartika
030.13.237

Pembimbing:
dr. Taufik Sp. P

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


PERIODE 28 AGUSTUS – 4 NOVEMBER 2017
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Anugerah Keselamatan dan
Belas Kasih-Nya yang telah memampukan penulis sehingga dapat menyelesaikan
tugas makalah dengan judul “PNEUMONIA”. Makalah ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas dalam Kepaniteraan Klinik di Stase Ilmu Penyakit Dalam di Rumah
Sakit Umum Daerah Bekasi.

Penulis sangat terbuka dalam menerima kritik dan saran karena penyusunan
Referat ini masih jauh dari kata sempurna. Semoga ini bisa bermanfaat bagi setiap
orang yang membacanya.

Bekasi, 11 Oktober 2017

Penulis

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Referat dengan Judul

“PNEUMONIA”

Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing, sebagai syarat untuk menyelesaikan
tugas kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Dalam di RSUD Bekasi

Periode 28 Agustus – 4 November 2017

Bekasi, 10 Oktober 2017

(dr. Taufik Sp. P)

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................................iii

DAFTAR ISI .........................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................2

BAB III KESIMPULAN......................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................24

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Infeksi saluran napas bawah akut menimbulkan angka kesakitan dan kematian
yang tinggi serta kerugian produktivitas kerja. Infeksi saluran nafas akut dapat
dijumpai dalam berbagai bentuk, tersering adalah dalam bentuk pneumonia.(1) Secara
gender, laki-laki lebih sering terkena dibanding perempuan. Berdasarkan umur,
pneumonia dapat menyerang siapa saja. Meskipun lebih banyak ditemukan pada
anak-anak dan usia lanjut. Pada berbagai usia penyebabnya cenderung berbeda-beda,
dan dapat menjadi pedoman dalam memberikan terapi.(1,7,4)
Klasifikasi pneumonia dapat berdasarkan klinis dan epidemiologinya,
etiologinya, dan predileksi infeksi. Secara klinis dan epidemiologinya pneumonia
dapat diklasifikasikan sebagai pneumonia komuniti, pneumonia nosokomial,
pneumonia aspirasi, dan pneumonia pada penderita immunocompromised. Secara
etiologi dapat dibedakan atas pneumonia tipikal (bakteri), pneumonia atipikal,
pneumonia virus, dan pneumonia jamur. Sedangkan menurut predileksi infeksinya
diklasifikasikan sebagai pneumonia lobaris, pneumonia lobularis (bronkopneumonia),
dan pneumonia interstisial. Pembagian dibuat untuk memudahkan dalam menentukan
kemungkinan jenis mikroorganisme penyebabnya.(1-3,6)
Identifikasi pneumonia dengan modalitas radiologi akan memberikan
gambaran yang sangat bervariasi mengingat pneumonia memiliki banyak penyebab.
Modalitas yang dapat digunakan saat ini berupa foto konvensional X-Ray Thorax,
High Resolution CT-Scan Thorax. Selain itu pemeriksaan lain seperti laboratorium,
dan diagnostic intervensional lainnya juga dapat digunakan untuk menujang diagnosis
pneumonia.(7)

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Pneumonia dalam arti umum adalah infeksi saluran nafas akut yang menyebabkan
peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti
bakteri, virus, jamur, parasit, namun pneumonia juga dapat disebabkan oleh penyebab
selain mikroorganisme (fisik, kimiawi, alergi) sering disebut sebagai pneumonitis.
Pneumonia merupakan proses konsolidasi rongga udara akibat rongga udara alveolar
terisi dengan eksudat inflamatori yang disebabkan oleh adanya infeksi.(1-4)

B. EPIDEMIOLOGI
Infeksi Mycoplasma pnemonia dapat dijumpai di seluruh dunia dan bersifat
endemik. WHO memperkirakan bahwa hingga 1 juta kematian disebabkan oleh
bakteri Streptococcus pneumonia dan lebih dari 90% dari kematian ini terjadi di
negara-negara berkembang. Infeksi tersebar luas dari satu orang ke orang lain dengan
percikan air liur (droplet) sewaktu batuk. Itulah sebabnya infeksi kelihatan menyebar
lebih mudah antara populasi yang padat manusianya misalnya di sekolah, asrama,
pemukiman yang padat.
Kejadian pneumonia nosokomial (hospital-acquired) di ICU lebih sering
daripada pneumonia nosokomial (hospital-acquired) di ruangan umum, yaitu dijumpai

2
pada hampir 25% dari semua infeksi di ICU, dan 90% terjadi pada saat ventilasi
mekanik.(1) Pneumonia semakin sering dijumpai pada orang-orang lanjut usia (lansia)
dan seiring terjadi pada penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Juga dapat terjadi
pada pasien dengan penyakit lain seperti diabetes mellitus (DM), payah jantung,
penyakit arteri koroner. Juga adanya tindakan infasive seperti infuse, intubasi,
traekostomi, atau pemasangan ventilator. Perlu diteliti faktor lingkungan khususnya
tempat kediaman misalnya di rumah jompo atau panti, penggunaan antibiotik, obat
suntik IV, serta keadaan alkoholik yang meningkatkan kemungkinan terinfeksi kuman
gram negative. Pasien-pasien pneumonia komunitas juga dapat terinfeksi oleh
berbagai jenis patogen yang baru.(1,8)

C. ETIOLOGI
Etiologi pneumonia berbeda-beda pada berbagai tipe dari pneumonia, dan hal
ini berdampak kepada obat yang akan diberikan. Pneumonia dapat disebabkan oleh
berbagai macam mikroorganisme, yaitu bakteri, virus, jamur dan protozoa. Dari
kepustakaan pneumonia komuniti (community-acquired) yang diderita oleh
masyarakat luar negeri banyak disebabkan bakteri Gram positif, sedangkan
pneumonia di rumah sakit (nosokomial-acquired) banyak disebabkan bakteri Gram
negatif sedangkan pneumonia aspirasi banyak disebabkan oleh bakteri anaerob.
Akhir-akhir ini laporan dari beberapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa bakteri
yang ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita pneumonia komuniti adalah bakteri
gram negatif.(1,2)

Tabel 1.1
Penyebab paling sering pneumonia yang di dapat di masyarakat (komunitas) dan nosokomial (rumah sakit) (3)

3
D. ASPEK ANATOMI THORAX
Paru-paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut, dan letaknya
berada di rongga thorax. Masing-masing paru mempunyai apex yang tumpul, yang
menjorok ke atas, masuk ke leher sekitar 2,5 cm di atas clavicula, facies costalis yang
konveks, yang berhubungan dengan dinding dada, dan facies mediastinalis yang
konkaf yang membentuk cetakan pada pericardium dan struktur mediastinum lain.
Sekitar pertengahan permukaan kiri, terdapat hillus pulmonis, suatu lekukan dimana
bronchus, pembuluh darah masuk ke paru-paru untuk membentuk radix pulmonis. (9)

Paru-paru terbagi menjadi beberapa lobus : atas, tengah, dan bawah di kanan,
dan atas dan bawah kiri. Paru-paru dibungkus oleh suatu kantung tipis, pleura. Pleura
visceralis terdapat tepat di atas parenkim paru-paru, sedangkan pleura parietalis
melapisi dinding dada. Kedua pleura ini saling meluncur satu sama lain selama
inspirasi dan ekspirasi.(10)
Bronkus utama kiri dan kanan tidak simetris. Cabang utama bronkus kanan
dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan bronkus segmentalis.
Percabangan ini berjalan terus menjadi bronkus yang ukurannya semakin kecil sampai
akhirnya menjadi bronkiolus terminalis. Alveolus dipisahkan dari alveolus di
dekatnya oleh dinding tipis atau septum. Alveolus pada hakekatnya merupakan
suatugelembung gas yang dikelilingi oleh jaringan kapiler sehingga batas antara
cairan dan gas membentuk tegangan permukaan yang cenderung mencegah
pengembangan saat inspirasi dan cenderung kolaps pada waktu ekspirasi.(9,12)

4
Fissura interlobaris yang diperlihatkan pada gambar di bawah ini terletak di
antara lobus paru-paru. Paru-paru kanan dan kiri mempunyai fissure obliq yang
dimulai pada dada anterior setinggi iga keenam pada garis midclavicula dan
memanjang lateral atas ke iga kelima di garis aksillaris media, berakhir pada dada
posterior pada prosessus spinosus T3. Lobus bawah kanan terletak di bawah fissure
obliq kanan, lobus atas dan tengah kanan terletak di atas fissure obliq kanan. Lobus
bawah kiri terletak di bawah fissure obliq kiri, lobus atas kiri terletak di atas fissure

obliq kiri. Fissura horizontal hanya ada di bagian kanan dan memisahkan lobus atas
kanan dan lobus tengah kanan. Fissura memanjang dari iga keempat pada tepi
sternum ke iga kelima pada garis aksillaris media. (10)

E. PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan sehat, tidak terjadi pertumbuhan mikroornagisme di paru.
Keadaan ini disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru. Apabila terjadi
ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dapat berkembang
biak dan menimbulkan penyakit. Resiko infeksi di paru sangat tergantung pada
kemampuan mikroorganisme untuk sampai dan merusak permukaan epitel saluran
napas. Ada beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan :
 Inokulasi langsung
 Penyebaran melalui pembuluh darah
 Inhalasi bahan aerosol
 Kolonisasi dipermukaan mukosa

5
Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah secara kolonisasi. Secara
inhalasi terjadi pada infeksi virus, mikroorganisme atipikal, mikrobakteria atau jamur.
Kebanyakan bakteri dengan ukuran 0,5 -2,0 mm melalui udara dapat mencapai
bronkus terminal atau alveoli dan selanjutnya terjadi proses infeksi. Bila terjadi
kolonisasi pada saluran napas atas (hidung, orofaring) kemudian terjadi aspirasi ke
saluran napas bawah dan terjadi inokulasi mikroorganisme, hal ini merupakan
permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru.(2)
Setelah mikroba sampai ke saluran napas bawah, maka ada empat rute masuknya
mikroba tersebut ke dalam saluran napas bagian bawah yaitu :
 Aspirasi, merupakan rute terbanyak pada kasus-kasus tertentu seperti kasus
neurologis dan usia lanjut
 Inhalasi, misalnya kontaminasi pada alat-alat bantu napas yang digunakan
pasien
 Hematogenik
 Penyebaran langsung

Terjadi infeksi dalam alveoli, membran paru mengalami peradangan dan


berlubang-lubang sehingga cairan dan bahkan sel darah merah dan sel darah putih
keluar dari pembuluh darah masuk ke dalam alveoli. Dengan demikian, alveoli yang
terinfeksi disebarkan oleh perpindahan bakteri dari alveolus ke alveolus. Lobus
bagian bawah paru paling sering terkena karena mikroorganisme penyebab yang
paling sering adalah bakteri anaerob sehingga oksigenasi berkurang atau tidak terlalu
dibutuhkan, disamping itu juga karena efek gravitasi.(5,3,14)
Adapun cara terjadinya penularan berkaitan dengan jenis kuman, misalnya
infeksi melalui droplet sering disebabkan Streptococcus pneumoniae, melalui selang
infus oleh Staphylococcus aureus sedangkan infeksi pada pemakaian ventilator oleh
Pseudomonas aeruginosa dan Enterobacter.(1)
Faktor resiko yang berkaitan dengan pneumonia yang disebabkan oleh
mikroorganisme adalah usia lanjut, penyakit jantung, alkoholisme, diabetes melitus,
penggunaan ventilator mekanik, PPOK, immune defect, serta terapi khusus.(6)

6
F. GEJALA KLINIS
Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia. Secara umum
pneumonia mempunyai trias gejala khas yang telah banyak dikenal yaitu: demam,
sesak dan batuk yang tersering adalah berdahak. Gejala-gejala meliputi:
 Demam dan menggigil akibat proses peradangan
 Batuk yang sering produktif dan purulen walaupun dapat juga non produktif
 Sputum berwarna merah karat atau kehijauan dengan bau khas
 Sesak, berkeringat, nyeri dada
Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya serius. Gambaran
klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian atas selama beberapa
hari, kemudian diikuti dengan demam, menggigil, suhu tubuh kadang-kadang
melebihi 40oC, sakit tenggorokan, nyeri otot dan sendi. Juga disertai batuk, dengan
sputum mukoid atau purulen, kadang-kadang berdarah.(8,15)

G. DIAGNOSIS
Seringkali bentuk pneumonia mirip, meskipun disebabkan oleh kuman yang
berbeda. Diagnosis pneumonia didasarkan kepada riwayat penyakit yang lengkap,
pemeriksaan fisik yang teliti, dan pemeriksaan penunjang.
a. Anamnesis
Ditujukan untuk mengetahui kemungkinan kuman penyebab yang berhubungan
dengan faktor infeksi.

Evaluasi faktor pasien/predisposisi, misal PPOK (Haemophilus influenzae),
penurunan imunitas (kuman gram negative), kejang/tidak sadar (aspirasi gram
negative)

Bedakan lokasi infeksi, misal pneumoni komunitas (Stretococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae,Mycoplasma pneumoniae)

Usia pasien, misal bayi (virus), muda (Mycoplasma pneumoniae), dewasa
(Streptococcus pneumoniae)

Onset time, misal cepat akut dengan rusty coloured sputum
(Streptococcus pneumoniae), perlahan dengan batuk dahak sedikit
(Mycoplasma pneumoniae).(6)

7
b. Pemeriksaan Fisik
Berikut beberapa gejala klinis yang mengarah pada tipe kuman penyebab atau
patogenitas kuman dan tingkat berat penyakit.

Gejala yang tiba-tiba muncul dan langsung berat (Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenza, Staphylococcus aureus, Yersinia pestis)

Gejala yang timbulnya lambat (pneuomonia atipikal, Klebsiella Pneumonia,
Pseudomonas aeruginosa, Enterobactericiae)

Gejala yang dialami pasien, misal nyeri pleuritik difus
(Mycoplasma pneumoniae), nyeri pleuritik tusuk (Streptococcus pneumoniae),
coryza (virus), red currentjelly seperti batu bata (Klebsiella pneumonia),
sputum berbau busuk (pneumonia aspirasi, infeksi anaerob)

Gejala intestinal, mual, muntah, diare, nyeri abdomen (Legionella
pneumoniae)

Tampak bagian dada yang sakit tertinggal sewaktu bernafas dengan suara
napas bronchial kadang-kadang melemah.

Di dapatkan ronkhi halus, yang kemudian menjadi ronkhi basah kasar pada
stadium resolusi.(5,6,8,15)

c. Pemeriksaan Radiologi
Pada foto konvensional, secara umum tidak mungkin mendiagnosis suatu agen
penyebab infeksi dari jenis bayangannya saja. Sehingga dibutuhkan keterangan klinis,
laboratoris seperti jumlah leukosit dan hitung jenis. Oleh karena itu pada dasarnya
semua pemeriksaan saling melengkapi dan saling membantu dalam menegakkan suatu
diagnosis.(16,18)
American Thoracic Society merekomendasikan posisi PA (posteroanterior) dan lateral
(jika dibutuhkan) sebagai modalitas utama yang di gunakan untuk melihat adanya
pneumonia. Gambaran pneumonia pada foto thorax sebenarnya sama seperti
gambaran konsolidasi radang. Prinsipnya jika udara dalam alveoli digantikan oleh
eksudat radang, maka bagian paru tersebut akan tampak lebih opaq pada foto
Roentgen. Jika kelainan ini melibatkan sebagian atau seluruh lobus disebut Lobaris
pneumoniae, sedangkan jika berupa bercak yang mengikutsertakan alveoli secara
tersebar maka disebut bronchopneumoniae. (16,19)
8
Adapun gambaran radiologis foto thorax pada pneumonia secara umum antara lain: (16-
19)

a. Perselubungan padat homogen atau inhomogen


b. Batas tidak tegas, kecuali jika mengenai 1 segmen lobus
c. Volume paru tidak berubah, tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil. Tidak
tampak deviasi trachea/septum/fissure/seperti pada atelektasis.
d. Air bronchogram sign adalah bayangan udara yang terdapat di dalam percabangan
bronkus yang dikelilingi oleh bayangan opaq rongga udara yang akan tampak jelas
jika udara tersebut tergantikan oleh cairan/eksudat akibat proses inflamasi. Pada saat
kondisi seperti itulah, maka dikatakan air bronchogram sign positif (+).(4,19,20)
e. Sillhoute sign
adalah suatu tanda adanya dua bayangan benda (objek) yang berada dalam satu
bidang seakan tumpang tindih. Tanda ini bermanfaat untuk menentukan letak lesi
paru ; jika batas lesi dengan jantung hilang, berarti lesi tersebut berdampingan dengan
jantung atau di lobus medius kanan. Maka akan disebut sebagai sillhoute sign(+).(4,22)

9
G. KLASIFIKASI
Klasifikasi pneumonia dapat berdasarkan:
 Klinis dan epidemiologinya
 Etiologinya
 Predileksi infeksi.
Secara klinis dan epidemiologinya pneumonia dapat diklasifikasikan sebagai
pneumonia komuniti, pneumonia nosokomial, pneumonia aspirasi, dan pneumonia
pada penderita immunocompromised.
Secara etiologi dapat dibedakan atas pneumonia tipikal (bakteri), pneumonia
atipikal, pneumonia virus, dan pneumonia jamur.
Sedangkan menurut predileksi infeksinya diklasifikasikan sebagai pneumonia
lobaris, pneumonia lobularis (bronkopneumonia), dan pneumonia interstisial.
Pembagian dibuat untuk memudahkan dalam menentukan kemungkinan jenis
mikroorganisme penyebabnya.(1-3,6)

1. Pneumonia Lobaris
Berikut ilustrasi progresifitas konsolidasi pada pneumonia lobaris :

Pada gambar (A) memperlihatkan bahwa konsolidasi awalnya cenderung terjadi di


daerah paru dekat dengan pleura visceral dan lama kelamaan akan menyebar secara
sentripetal menuju ke pori-pori kohn (pore of kohn) yang selanjutnya akan
membentuk konsolidasi pada satu segmen (B), lalu daerah yang mengalami
konsolidasi tersebut sampai mengisi 1 lobus parenkim paru sehingga pada derah
bronkus yang terkena akan tampak dengan jelas air bronchogram sign (+).(19)
Pada posisi PA dan lateral tersebut tampak perselubungan homogen pada
lobus paru kanan tengah dengan tepi yang tegas. Lapangan paru lainnya masih
tampak normal. Cor, sinus, diafragma tidak tampak kelainan.
Pnemonia lobaris ini paling sering disebabkan oleh streptococcus pneumoni.(19,21)
10
Gambar dibawah ini, menunjukkan foto CT-scan thorax resolusi tinggi dengan
memperlihatkan adanya perselubungan di lobus atas paru kanan. Tampak air
brochogram sign sepanjang bronkus lobus atas paru kanan dan gambaran ground glass
di tepi perselubungan dan paru normal.(19)

High resolution CT-scan sangat baik digunakan untuk melihat gambaran pola dan
distribusi pneumonia dibandingkan dengan foto konvensional seperti X-ray. Namun
jarang digunakan untuk mengevaluasi pasien yang curiga atau dipastikan pneumonia.
Akan tetapi, CT-scan merupakan pilihan yang direkomendasikan untuk menilai
adanya kelainan non spesifik yang tidak di temukan pada foto konvensional.(19)

11
2. Pneumonia Lobularis

Pada foto thorax posisi PA tersebut tampak perselubungan inhomogen pada lobus
medius di kedua lapangan paru. Bronchopneumonia ini sering disebabkan oleh
Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa.(19)
Kadang-kadang pneumonia dapat meluas menjadi pneumonia necrosis (necrotizing
pneumonia). Tampak adanya perselubungan di lobus paru kanan atas dan lobus paru
kiri bawah. Tampak bulging fissure sign di lobus paru kanan atas.(19)
3. Pneumonia Interstisial
Umumnya jenis pneumonia intersisial ini disebabkan oleh virus. Infeksi dari virus
berawal dari permukaan dengan terjadinya kerusakan silia sel goblet dan kelenjar
mukus bronkioli, sehingga dinding bronkioli menjadi edematous. Juga terjadi edema
di jaringan interstisial peribronkial. Kadang-kadang alveolus terisi cairan edema.
Pneumonia interstisial dapat juga dikatakan sebagai pneumonia fokal/difus, di mana
terjadi infiltrasi edema dan sel-sel radang terhadap jaringan interstisial paru. Septum
alveolus berisi infiltrat limfosit, histiosit, sel plasma dan neutrofil. Dapat timbul
pleuritis apabila peradangan mengenai pleura viseral.(17)

12
4. Pneumonia Cystis Carinii
Di negara berkembang, pola penyakit pneumonia ini sering dipersulit dengan adanya
imunosupresi akibat infeksi human immunodeficiency virus (HIV). Pola ini sulit
dikenali, namun petunjuknya adalah pembuluh darah paru tampak tidak berbatas tegas
atau “kabur” dan paru tampak sedikit opaq. Tidak ditemukan adanya air brochogram
sign. Pola ini sering ditemukan pada infeksi pneumonia Pneumocystis carinii yang
diderita oleh pasien dengan imunosupresi terutama akibat AIDS, infeksi mikoplasma
dan infeksi virus.(4)

Gambaran radiologi x-ray :


-Bayangan ground-glass opak yang bilateral simetris atau pola reticulonodular
-Utamanya cenderung mengisi daerah perihiler
-Namun dapat juga meluas ke daerah ata dan bawah paru.(4,20)

13
5. Pneumonia Aspirasi
Pneumonia aspirasi adalah masuknya benda atau zat asing, padat atau cair ke dalam
saluran pernafasan, inhalasi uap atau asap. Pneumonia ini biasanya juga disebabkan
oleh adanya flora orofaring normal yang teraspirasi ke dalam saluran napas.(26)

d. Pemeriksaan Laboratorium
Leukositosis umumnya menandai adanya infeksi bakteri. Leukosit normal/rendah
dapat disebabkan oleh infeksi virus/mikooplasma atau pada infeksi yang berat
sehingga tidak terjadi respon leukosit. Leukopenia menunjukkan depresi imunitas,
misalnya neutropenia pada infeksi kuman gram negative.(1,8)

e. Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal, bronkoskopi. Kuman yang
predominan pada sputum yang disertai PMN yang kemungkinan merupakan penyebab
infeksi. Kultur kuman merupakan pemeriksaan utama pra terapi dan bermanfaat untuk
evaluasi terapi selanjutnya.(1,8)

14
Diagnosis pneumonia komuniti didapatkan dari anamnesis, gejala klinis
pemeriksaan fisik, foto toraks dan labolatorium. Diagnosis pasti pneumonia komuniti
ditegakkan jika pada foto toraks terdapat infiltrat baru atau infiltrat progresif ditambah
dengan 2 atau lebih gejala di bawah ini (2):
a. Batuk-batuk bertambah
b. Perubahan karakteristik dahak / purulen
c. Suhu tubuh > 38oC (aksila) / riwayat demam
d. Pemeriksaan fisik: ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara napas bronkial dan
ronki
e. Leukosit > 10.000 atau < 4500

Sedangkan Menurut kriteria dari The Centers for Disease Control (CDC-
Atlanta), diagnosis pneumonia nosokomial adalah sebagai berikut (5,15):
a. Onset pneumonia yang terjadi 48 jam setelah dirawat di rumah sakit dan
menyingkirkan semua infeksi yang inkubasinya terjadi pada waktu masuk rumah
sakit
b. Diagnosis pneumonia nosokomial ditegakkan atas dasar :
-Foto toraks : terdapat infiltrat baru atau progresif
-Ditambah 2 diantara kriteria berikut: suhu tubuh > 38oC , sekret purulent dan
leukositosis (5,15)

H. PATOLOGI ANATOMI
Pada masa praantibiotik, pneumonia pneumokokkus mengenai seluruh atau hampir
seluruh lobus dan berkembang melalui empat stadium : kongesti, hepatisasi merah,
hepatisasi abu-abu, dan resolusi. Terapi antibiotik dini mengubah atau menghentikan
perkembangan ini, sehingga jika pasien meninggal, kelainan anatomik yang tampak
saat autopsi mungkin tidak sesuai dengan stadium klasik.(27)
a. Kongesti (4-12 jam pertama), pada stadium ini, lobus yang terkena menjadi berat,
merah, sembab akibat adanya eksudat serosa masuk ke dalam alveoli melalui
pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor.
b. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya) lobus paru tampak merah dan bergranula
karena sel-sel darah merah, fibrin, dan leukosit PMN mengisi alveoli.

15
c. Hepatisasi kelabu (3-8 hari) paru-paru menjadi kering, abu-abu, dan padat, karena
sel darah merah mengalami lisis sementara eksudat fibrinosa menetap dan mengalami
konsolidasi di dalam alveoli yang terserang.
d. Resolusi (7-11 hari) eksudatnya di dalam alveolus dicerna secara enzimatis
sehingga mengalami lisis dan direabsorpsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali
pada strukturnya semula.(2,3,27)

Pada pola bronkopneumonia, fokus konsolidasi peradangan distribusi dalam


bercak- bercak di satu atau beberapa lobus, terutama di lateral dan basal. Lesi yang
sudah tebentuk sempurna dengan garis tengah 3 atau 4 cm tampak sedikit meninggi
dan berwarna merah abu-abu hingga kuning.(27)
Pada gambar bagian kiri menunjukkan gambaran makroskopik pneumonia lobaris
dengan hepatisasi abu-abu. Lobus bawah mengalamai konsolidasi yang merata. Pada
gambar bagian kanan menunjukkan adanya neutrofil di dalam rongga alveolus. Hal ini
disertai kongestif kapiler septum dan eksudat fibrinosa, yang terjadi akibat
peningkatan permeabilitas kapiler.(27)

16
I. DIAGNOSIS BANDING

1. Efusi Pleura

Merupakan suatu kondisi dimana terdapat akumulasi cairan dalam cavum pleura yang
dapat disebabkan oleh banyak kelainan dalam paru. Pada pemeriksaan foto thorax
rutin tegak, cairan pleura tampak perselubungan homogen menutupi struktur paru
bawah yang biasanya relative radiopaq dengan permukaan atas cekung, berjalan dari
lateral atas ke medial bawah Karena cairan mengisi ruang hemithorax sehingga
jaringan paru akan terdorong ke arah sentral/hilus dan kadang-kadang mendorong
mediastinum ke arah kontralateral.(16)

Persamaan :
-Memiliki densitas yang sama yaitu perselubungan yang homogen berdensitas
tinggi (relatif radiopaq).(16)

Perbedaan :
-Pada efusi pleura, cairan terakumulasi di dalam cavum pleura sehingga gambaran
khasnya tampak sinus costophrenicus tumpul karena sifat dari cairan selalu mencari
daerah yang terendah, sedangkan pada pneumonia tidak.
-Pada pneumonia khas dapat ditemukan air bronchogram sign, jika proses
perselubungannya telah mengisi sampai 1 lobus parenkim paru
-Yang paling khas, bahwa pada efusi terdapat tanda-tanda pendesakan ke arah
hemithorax yang sehat, hal ini terjadi akibat akumulasi yang terus menerus dari suatu
rongga. Sedangkan pada pneumonia tidak terjadi penurunan atau penambahan volume
paru(16,18,22)

17
2. Atelektasis
Berarti alveoli mengempis (kolaps). Hal ini dapat terjadi pada satu tempat yang
terlokaslisir di paru, pada seluruh lobus, atau pada seluruh paru. Penyebab yang
paling sering adalah obstruksi saluran napas dan berkurangnya surfaktan pada cairan
yang melapisi alveoli. Karena mengalami hambatan/obstruksi, sehingga aerasi paru
dapat berkurang. Pada gambaran radiologisnya akan memberikan bayangan densitas
yang lebih tinggi.(16)

Persamaan ;
-Memiliki densitas yang sama yaitu perselubungan yang homogen berdensitas tinggi
(relatif radiopaq).(16)

Perbedaan :
-Karena atelektasis merupakan kondisi dimana paru mengalami kolaps, sehingga pada
gambaran radiologisnya akan tampak tanda-tanda penarikan ke arah hemithorax yang
sakit, sedangkan pada pneumonia tidak.(16,18)

18
3. Tuberculosis Paru (TB)
Suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.
Basil tuberkel ini menyebabkan reaksi jaringan yang aneh dalam paru, antara lain:
(1) daerah yang terinfeksi diserang oleh makrofag
(2) daerah lesi dikelilingi oleh jaringan fibrotik untuk membentuk yang disebut
“tuberkel”. Proses pembentukan dinding ini membantu membatasi penyebaran basil
tuberkel dalam paru dan oleh karena itu ia merupakan bagian dari proses protektif
melawan infeksi. Tetapi hamper 3% dari seluruh penderita tuberculosis, jika tidak
diobati, maka tidak akan terbentuk proses pembatasan ini sehingga akan menyebar ke
seluruh lapangan paru, menyebabkan kerusakan jaringan dan pembentukan kavitas
abses yang besar. Sehingga gambaran radiologi yang khas yang sering ditemukan di
masyarakat dapat berupa TBC paru aktif, TBC paru lama aktif, dan TBC paru lama
tenang. Gambaran bercak berawan serta cavitas pada TBC paru biasanya menempati
lapangan atas paru.(4,14,16,18)
Persamaan :
-Memiliki densitas yang sama yaitu relatif radiopaq.(16)

Perbedaan :
-Pada TBC paru khas tampak bercak berawan pada lapangan paru atas, dan
adanya garis-garis fibrotik dan kasifikasi jika sudah masuk dalam masa
penyembuhan
-Sedangkan pada pneumonia, lokasi bisa di mana saja, mengenai 1 lobus
(pneumonia lobaris) dan terdapat air broncogram sign.(16,18)

19
4. Tumor paru

Tumor paru menyerupai banyak jenis penyakit paru lain dan tidak mempunyai awitan
yang khas. Tumor paru seringkali menyerupai pneumonitis yang tidak dapat
ditanggulangi. Namun secara radiologik, gambaran tumor paru ini sangat khas
menyerupai nodul yang berbentuk koin (coin lesion). Pemeriksaan Tomografi
Komputer dapat memberikan informasi lebih banyak. Penilaian pada massa primer
paru berupa besarnya densitas massa yang dapat memberi gambaran perselubungan
yang inhomogen pada massa sifat ganas atau homogen pada massa jinak, tepi massa
tidak teratur/spikul pada massa ganas, dan batas rata pada massa jinak.(3,4,16)

Persamaan :
-Memiliki densitas yang sama yaitu perselubungan yang homogen berdensitas tinggi
(relatif radiopaq)(16)

Perbedaan :
-Batas dari bayangan dari massa tumor tampak tegas, sedangkan bayangan pada
pneumonia tampat tidak tegas, kecuali jika mengenai 1 lobus yang disebut dengan
pneumonia lobaris
-Tanda air brochogram sign tidak akan ditemukan pada gambaran radiologi tumor
paru.
-Untuk memastikan lebih jauh lagi maka pada klinis tumor paru tidak harus ada
riwayat demam, sedangkan pada pneumonia harus ditemukan riwayat demam.(4,8,16)

20
PENATALAKSANAAN

Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif. Pemberian antibiotik pada
penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji
kepekaannya, akan tetapi karena beberapa alasan yaitu: (2)
1. Penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2. Bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia.
3. Hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu.
Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris. Secara umum
pemilihan antibiotik berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai
berikut :

Terapi suportif dapat berupa:


1. Terapi O untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96% berdasarkan
pemeriksaan analisis gas darah
2. Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya anjuran untuk batuk dan
napas dalam.
3. Pengaturan Cairan. Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia, dan
paru lebih sensitive pada pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia
bilateral. Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik, termasuk pada
keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal. Overhidrasi untuk maksud
mengencerkan dahak tidak diperkenankan.
4. Bila terdapat gagal napas , diberikan nutrisi dari lemak (50%) hingga dapat
dihindari produksi CO2 yang berlebihan.(1)

21
PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI
Pada umumnya prognosisnya adalah baik, tergantung dari faktor penderita, bakteri
penyebab dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat. Perawatan yang baik
dan intensif sangat mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat.
Komplikasi yang dapat terjadi adalah pneumonia ekstrapulmoner, misalnya pada
pneumonia pneumokokkus dengan bakteremia dijumpai pada 10% kasus berupa
meningitis, arthritis, endokarditis, perikarditis, peritonitis, empiema. (1,15)

PENCEGAHAN

Untuk pneumonia komunitas (community-acquired), dapat dicegah dengan pemberian


vaksinasi pada penghuni rumah jompo atau rumah penampungan penyakit kronik dan
usia > 65 tahun, sedangkan pencegahan pada pneumonia nosocomial (hospital
acquired) ditujukan kepada upaya program pengawasan dan pengontrolan infeksi
termasuk pendidikan staf pelaksana, pelaksanaan teknik isolasi, dan
praktek pengontrolan infeksi. Salah satau contoh tindakan pencegahannya yaitu
berupapembatasan pemakaian selang nasogastrik atau endotrakeal atau pemakaian
obat sitoprotektif sebagai pengganti antagonis H2 dan antacid.(1)

22
KESIMPULAN

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Dahlan, Zul. Pneumonia. In: Sudoyo, Aru W dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi Kelima. Jakarta: Interna Publishing. 2009; hal 2196-200, 2203-
05
2. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pneumonia Komuniti. Pedoman
Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. 2003; hal 2-6
3. Wilson, M Lorraine. Penyakit Pernapasan Restriktif. In: Price, Sylvia A.,
Wilson,Lorraine M. Patofisiologi Edisi 6 Volume 2. Jakarta. Penerbit EGC.
2003; hal 804-806
4. Corr, Peter. Fot Thorax normal dan Infeksi Paru. In: Ramadhani, Dian.,
Dwijayanthi, Linda., Dharmawan, Didiek. Mengenali Pola Foto-Foto
Diagnostik (terjemahan dari Patterm Recognation in Diagnostic Imaging).
Jakarta: Penerbit EGC. 2010; hal 28, 33-5
5. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pneumonia Nosokomial. Pedoman
Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. 2003; hal 2-5
6. Djojodibroto, Darmanto. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta. Penerbit
EGC. 2007; hal 136-142
7. Kasper L, Dennis et all. Pneumonia in Harrison’s Principles of Internal
Medicine 17th Edition. United States of America: McGraww Hill Companies,
Inc. 2008;Chapter 251
8. Wilson, Walter R., Sande, Mele A. Tracheobronchitis and Lower Respiratory
Tract Infections. In: Wilson, Walter R et all. Current Diagnosis and Treatment
in Infectious Disease. United States of America: McGraww Hill Companies,
Inc.2001; Part 10
9. Ellis, Harold. Clinical Anatomy. USA. BlackWell Publishing. 2006; page 20,
23-4
10. Huriawati. Buku Ajar Diagnostik. Jakarta. Penerbit EGC. 1995; hal 155-7
11. Waugh, Anne., Grant, Allison. Anatomy and Physiology in Health and Illness.
Ninth Edition. Spain. Elsevier Limited. 2004; page 248, 262-3
12. Fanz, Omar., Moffat, David. Anatomy at A Glance. UK. BlackWell Publishers
Company. 2002; page 15, 17
13. Gunderman B, Richard. Essential Radiology Second Edition. New York.
Thieme Medical Publishers. 2006; page 69,78
24
14. Guyton C, Arthur., Hall, John E. Textbook of medical Physiology. In:
Setiawan, Irawati. Fisiologi Kedokteran. Jakarta. EGC. 1997: hal 673-4
15. McPhee, Stephen J., Papapdokis, Maxine A. Current Medical Diagnosis and
Treatment. California. McGraw Hill. 2008; Part Pulmonology
16. 16. Nurlela Budjang. Radang Paru Tidak Spesifik. In: Rasad, Sjahriar.
Radiologi Diagnostik. Edisi Kedua Jakarta. Balai Penerbit FK UI. 2009: hal
101
17. Sutarto, Ade Satriyani., Budyatmoko, Bambang., Darmiati, Sawitri. Radiologi
Anak. In: Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik. Edisi Kedua Jakarta. Balai
Penerbit FK UI. 2009: hal 400-1
18. Patel, Pradip R. Radiologi Lecture Notes. Jakarta. EMS. 2009; hal 36-7
19. Muller, Nestar L., Franquet Tomas., Kyung Soo, Lee. Imaging of Pulmonary
Infections 1st edition. Lippincott Williams & Wilkins. 2007; Part Bacterial
Pneumonia, page 21-8
20. Muller, Nestar L., Franquet Tomas., Kyung Soo, Lee. Imaging of Pulmonary
Infections 1st edition. Lippincott Williams & Wilkins. 2007; Part
Immunocompromised Host, page 161-2
21. 21. Ketai, Loren., Lofgren, Richard., Mecholic, Andrew J. Fundamental of
Chest Radiology. Sceond Edition. Philadelphia: Elsevier, Inc. 2006; page 106-
9, 110-1
22. Colak, Errol., Lofaro, Anthony. Clinical and Radilogy Atlas. Webexe. 2003:
Part Chest Imaging, air space (air bronchogram and sillhoutte sign)
23. Eastman, George W., Wald Christoph., Crossin, Jane. Getting Started in
Clinical Radiology. New York. Thieme Stuttgart. 2006; page 49-50
24. Tsue J., Betty, Lyu E, Peter. Chest Radiography. In: Atlas of the Oral and
Maxillofacial Surgery Clinics. USA. WBS. 2002; Part Viral and Bacterial
Pneumonia
25. Ahuja, A.T., Antonio, G.F., Yuen H.Y. Case Studies in Medical Imaging.
NewYork. Cambridge University Press. 2006; 23-4
26. Lee, Jaw. Aspiration of Imaging. In: Lin, Eugene C. Pneumonia. Available
from www.medscape.com updated May 25, 2011
27. Vinay, Kumar., Ramzi S, Cotran., Stanley, L, Robbins. TextBook of
Pathology.In: Hartanto, huriawati., Darmaniah, Nurwany., Wulandari, Nanda.

25
Buku Ajar Patologi Edisi 7 Volume 2. Jakarta: EGC. 2007; hal 537-9, 540

26

Anda mungkin juga menyukai