Oleh :
Anay Tullah, dr
1301-2121-0005
REFERAT I
PAGE \* MERGEFORMAT ii
Oleh :
Anay Tullah, dr
1301-2121-0005
REFERAT I
Untuk memenuhi salah satu syarat kenaikan semester pada Program Pendidi
kan Dokter Spesialis Anestesi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Univ
ersitas Padjadjaran
Telah disetujui oleh Pembimbing pada tanggal seperti tertera di bawah ini
Pembimbing,
PAGE \* MERGEFORMAT ii
Daftar Isi
Lembar Pengesahan ................................................................................................ii
Abstrak....................................................................................................................vi
Abstract .................................................................................................................vii
BAB I.......................................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................3
2.2 Neurodevelopmental Nyeri.......................................................................5
2.3 Pertimbangan Khusus pada Bayi dan Anak..............................................6
2.4 Penilaian Nyeri pada Bayi dan Anak........................................................7
2.4.1 Instrumen Penilaian Subjektif...................................................................9
2.4.1.2 Wong-Baker Faces Pain Rating Scale...............................................9
2.4.1.4 Faces Pain Scale-Revised (FPS-R)..................................................10
2.4.1.5 Poker Chip Tool...............................................................................11
2.4.1.6 Metode Pengukuran untuk Bayi.......................................................11
2.4.2 Instrumen Penilaian Observasional...................................................11
2.4.2.1 FLACC Pain Assessment Tool........................................................11
2.4.2.2 Procedure Behaviour Checklist (PBCL)..........................................12
2.4.2.3 Children’s Hospital of Eastern Ontario Pain Scale (CHEOPS).......13
2.4.2.4 Comfort Scale..................................................................................13
2.4.2.5 Premature Infant Pain Profile (PIPP)..............................................15
2.5 Penanganan Nyeri....................................................................................16
2.5.1 Non Farmakologis............................................................................16
2.5.2 Terapi Farmakologis.........................................................................17
2.5.2.1 Analgesik Opioid..............................................................................17
2.5.2.1.1 Pertimbangan Khusus Opioid...........................................................20
2.5.2.2 Anagesik Non-Opioid.......................................................................20
2.5.2.2.1 Acteaminophen.................................................................................20
2.5.2.2.2 Obat Non Steroid Anti-Inflamasi.....................................................22
2.4.2.3 Analgesi Regional............................................................................25
BAB III..................................................................................................................27
Daftar Pusaka.........................................................................................................28
iv
Daftar Tabel
Daftar Gambar
v
HIPOTENSI PADA SPINAL ANESTESIA
Abstrak
vi
HIPOTENSION IN SPINAL ANESTHESIA
Abstract
vii
BAB I
Pendahuluan
mempunyai onset yang cepat, tingkat keberhasilan yang tinggi, simple, efektif,
dan relative mudah di lakukan. Tetapi selain itu, anestesi spinal juga memiliki
yaitu hipotensi.
hipotensi. Hal ini merupakan perubahan fisiologis yang sering terjadi pada
anestesi spinal.
1
2
BAB II
Pembahasan
Ada tiga tipe serabut saraf yang terlibat dalam proses ini, yaitu serabut A-beta, A-
delta, dan C. Serabut yang berespon secara maksimal terhadap stimulasi non
ini adalah A-delta dan C. Silent nociceptor, juga terlibat dalam proses transduksi,
merupakan serabut saraf aferen yang tidak bersepon terhadap stimulasi eksternal
Neuron aferen primer merupakan pengirim dan penerima aktif dari sinyal elektrik
3
4
Modulasi adalah proses amplifikasi sinyal neural terkait nyeri (pain related
neural signals). Proses ini terutama terjadi di kornu dorsalis medula spinalis, dan
mungkin juga terjadi di level lainnya. Serangkaian reseptor opioid seperti mu,
kappa, dan delta dapat ditemukan di kornu dorsalis. Sistem nosiseptif juga
mempunyai jalur desending berasal dari korteks frontalis, hipotalamus, dan area
otak lainnya ke otak tengah (midbrain) dan medula oblongata, selanjutnya menuju
medula spinalis. Hasil dari proses inhibisi desendens ini adalah penguatan, atau
psikologis, dan karakteristik individu lainnya. Reseptor nyeri adalah organ tubuh
yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan
sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya
terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga
Nociseptor. Secara anatomis, reseptor nyeri (nociseptor) ada yang bermiyelin dan
Komponen struktural untuk merespon nyeri sudah didapatkan pada sekitar usia
lainnyasudah tersebar secara luas pada saat janin dan neonatus. Stimulasi nyeri
yang signifikan tanpa analgesia yang tepat, tidak hanya akan menyebabkan rasa
sakit yang tidak dapat diterima pada saat intervensi tetapi akan menghasilkan
koneksi kortikal pada level tanduk dorsal masih belum berkembang, namun
serabut A beta sudah dapat merespon sinyal yang dengan intensitas rendah yang
menyebabkan persepsi nyeri pada neonatus akan sulit dibedakan. Kombinasi dari
bidang reseptif yang melebar, diskriminasi sensorik yang lebih rendah dan jalur
penghambatan yang masih imatur sistem saraf pada bayi dan anak akan
Penangangan nyeri pada bayi dan anak, penting untuk dipahami meskipun
sebagian besar sistem organ utama secara anatomis sudah baik berkembang saat
pertama kehidupan bayi baru lahir baik prematur dan cukup bulan sistem ini akan
cepat matang, sebagian besar bayi dan anak akan mendekati kematangan
analgesik (termasuk opioid dan anestesi lokal) terkonjugasi di hati. Bayi baru
sistem yang terlibat dalam konjugasi obat, termasuk sulfation, glukuronidasi, dan
subtipe, dan oksidase dengan fungsi campuran, matang pada tingkat yang
prematur tapi umumnya cukup matang untuk membersihkan obat dan metabolit
pada usia 2 minggu. Bayi yang baru lahir memiliki persentase tubuh yang lebih
tinggi dengan kandungan air yang lebih berat dengan lebih sedikit lemak
dibandingkan pada dewasa. Hal ini menyebabkan, obat yang larut dalam air sering
kali memiliki volume distribusi yang lebih besar. Bayi baru lahir mengalami
penurunan konsentrasi plasma baik albumin dan alfa-1 asam glikoprotein dari
anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa. Hal ini akan menyebabkan
7
konsentrasi obat yang tidak terikat akan lebih tinggi (aktif), dan dengan demikian
efek obat ataupun toksisitas obat yang lebih besar. Bayi yang baru lahir terutama
bayi prematur, memiliki respon ventilasi yang berkurang terhadap hipoksemia dan
hypercarbia menyebabkan respon ventilasi ini dapat lebih terganggu oleh obat
Penilaian nyeri adalah langkah pertama yang paling penting untuk mengelola nyer
i. Penilaian nyeri pada pasien bayi dan anak memiliki tantangan tersendiri. Bayi
dan anak usia kecil bergantung pada pengasuh untuk dapat menginterpretasikan
perilaku dan tanda tanda nyeri. Ada beberapa instrumen atau ukuran penilaian nye
ri yang dapat digunakan. Memilih instrumen yang sesuai bisa jadi sulit karena keb
anyakan pasien pediatrik secara kognitif masih belum mampu mebahasakan keluh
an nyeri yang dirasa. Umtuk itu diperlukan pemilihana instrumen mana yang paln
g sesuai dengan keadaan bayi atau anak. Instrumen penilaian nyeri ini terbagi me
njadi berbagai jenis berdasarkann parameter yang dinilai antara lain parameter sub
ektif (skala numerik, analog visual dan verbal), perilaku (aktivitas perilaku seperti
menangis atau perubahan aktivitas anggota tubuh), fisiologis (seperti detak jantun
ang baik dengan bias minimal. Agar valid, instrumen penilaian nyeri harus dapat
mengukur aspek tertentu dari nyeri anak (misalnya, intensitas), harus bebas dari bi
8
elain itu, instrumen penilaian nyeri harus praktis dan tidak rumit. Instrumen penila
Penilaian subjektif sering kali merupakan metode paling akurat untuk meni
lai nyeri. Jenis alat ini mengandalkan kemampuan kognitif anak untuk memahami
arena sifat subjektif dari pengalaman nyeri harus memperhitungkan respons pasie
Terdapat sejumlah cara yang sudah dikenal dalam penilaian nyeri pada
bayi dan anak. Beberapa di antaranya adalah diringkas di bawah ini dan terbagi
Skala analog visual menilai intensitas nyeri dalam bentuk baris horizontal dengan
"tidak ada rasa sakit" di awal berujung ke "rasa sakit yang paling berat" di
ujungnya. Pasien menggambar garis sesuai dengan intensitas nyeri yang dirasa.
intensitas nyeri dari tidak ada nyeri hinga nyeri paling parah. Tiap gambar disertai
dengan angka untuk mrnggambarkan tingkat nyeri dan juga deskripsi kata dan
penilaian nilai numerik untuk setiap wajah. Dapat digunakakn untuk kelompok
Penilaian subjektif dengan skala wajah untuk menggambarkan nyeri akut. Enam
wajah kartun berbeda dari ekspresi nyeri netral hingga tinggi. Wajah-wajah ini
dapat diberi nomor 0, 2, 4, 6, 8, dan 10. Digunakan untuk kelompok usia 4-16
tahun.
Merupakan penilaian subjekti untuk mewakili intensitas rasa sakit. Anak diminta
memilih yang mana chip mewakili rasa sakit yang mereka alami dengan satu chip
menunjukkan nyeri terendah dan keempat chip menunjukkan nyeri terberat yang
Alat ukur yang paling sering digunakan pada bayi antara lain Premature Infant
Pain Profile (PIIP) dan CRIES postoperative pain scale. PIIP ini meliputi
penilaian usia gestasi, perubahan denyut jantung, perubahan saturasi O2, adanya
kernyitan mata, tonjolan alis dan kerutan pada nasolabial. Adapun FLACC scale
(Faces, Legs, Activity, Cry and Consolability) dapat digunakan dalam penilaian
kemungkinan dari 0 hingga nilai total 10. FLACC menyediakan kerangka kerja
sederhana untuk mengukur perilaku nyeri pada anak-anak yang secara verbal
0 1 2
Ukuran observasi nyeri dan kecemasan selama prosedur medis invasif. Perilaku
Ukuran pengamatan nyeri pasca operasi pada anak-anak. CHEOPS menilai enam
perilaku yang meliputi menangis, wajah, verbal, batang tubuh, sentuhan dan kaki.
Comfort Scale menilai delapan domain yang dianggap sebagai indikasi nyeri
tekanan darah arteri rata-rata, detak jantung, tonus otot dan ketegangan wajah.
Setiap dimensi diberi skor antara 1 dan 5, dan skor ditambahkan ke menghasilkan
Level sedasi : 8-16 sedasi dalam. 17 – 26 sedasi optimal. 27-40 sedasi tidak adekuat.
15
Memiliki tujuh indikator nyeri dimana setiap item dinilai dengan 4 poin skal yang
(ekspresi wajah, meremas mata, alis menonjol, alur nasolabial, dan tangisan).1,2,3
anak-anak memberikan hasil yang efektif untuk pencegahan dan penanganan nyeri
anak. Intervensi non farmakologis antara lain dengan pendekatan kognitif dan
perilaku serta terapi manipulatif. Terapi kognisi dan perilaku ini antar lain seperti
stimulasi dingin dan panas, yoga dan transcutaneus electrical nerve stimulation
tidak berlawanan dengan kondisi medis, budaya, atau keyakinan agama anak.
Peran orang tua sangat penting untuk mendukung kecemasan anak selama
tindakan atau prosedur pada anak. Pendekatan non farmakologis ini merupakan
Opioid mewakili kelas agen yang memiliki sifat analgesik yang sangat baik.
Digunakan untuk nyeri ringan hingga berat dan seringkali mudah dititrasi.
sensorik primer. Ada beberapa subkelompok dari setiap jenis reseptor opioid,
Reseptor ini terletak di sel saraf di sumsum tulang belakang, ganglia basal,
amigdala, medula ventral rostral, dan daerah PAG di otak. Reseptor opioid juga
ditemukan pada sel endotel kardiovaskular dan di membran beberapa sel imun.
Ada tiga kelas opioid yang mengikat reseptor opioid: alami (morfin dan kodein),
reseptornya, protein G spesifik yang terletak pada neuron presinaptik dan post
pada neuron presinaptik mendorong supresi saluran kalsium, dan pengikatan pada
sering dinilai relatif terhadap morfin karena morfin dianggap sebagai “gold
faktor antara lain profil efek samping, cara pemberian, adanya alergi, sensitivitas,
Efek samping yang umum untuk semua opioid antara lain depresi
toleransi, retensi urin, dan hiperalgesia. Efek samping obat ini dapat terjadi begitu
jelas sehingga beberapa pasien tidak mampu mentolerir efek samping opioid
Hydomorphon 0,03-0,03/mg/kg q4-6 0,01-0,03 m 2-6 mcg/kg/h 0,02 mg q2-4 1mg q2-4h
e h cg/kg h
Oxycodone 0,1-0,15 mg/kg q4-6h
Tramadol 1-2 mg/kg q4-6h
Codeine 0,5 – 1 mg/kg q4-6h
20
Neonatus pernah dianggap lebih sensitif terhadap efek pernapasan negatif dari
morfin dikarenakan sawar darah-otak yang lebih berpori, namun peneitian ini
didasarkan pada penelitian pada tikus dan dianggap tidak dapat disamakan dan
tidak berlaku untuk neonatus manusia. Bayi dan anak-anak memiliki kemiripan
menurun pada neonatus dan mencapai tingkat dewasa pada usia 6 bulan.10,11,12
Eliminasi dari waktu paruh morfin berbanding terbalik dengan usia bila
pada neonatus baik prematur dan cukup bulan. Pemantauan pernapasan dan / atau
saturasi terus menerus dianjurkan pada neonatus dan bayi di bawah usia 6 bulan,
2.5.2.2.1 Acteaminophen
prostaglandin pusat dan perifer. Juga terlibat dalam metabolisme oksida nitrat dan
kombinasi dengan opioid, APAP tidak menurunkan efek samping terkait opioid
kecuali jika dosis opioid dikurangi. Dosis maksimum harian bervariasi sesuai usia
dan rute pemberian. Absorbsi oral biasanya sangat baik, tetapi ketika diberikan
secara rektal, APAP memiliki kecepatan absorpsi yang sangat bervariasi. 10,11,12
pemberian rektal 40 mg per kg, diikuti dengan 20 mg per kg setiap 6 jam. Dosis
oral adalah 15 mg per kg setiap 4 sampai 6 jam, dengan dosis harian maksimum
prematur dan cukup bulan dengan usia lebih dari 32 minggu pasca konsepsi, dan
yang juga memiliki sifat antipiretik dan mengurangi mual dan muntah pasca
operasi. 10,11,12
Rute oral atau rektal memiliki efek yang berbeda, data farmakokinetik
dan dapat digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan kelas obat lain untuk
meredakan nyeri dan peradangan. Dosis yang dianjurkan adalah 12,5 mg per kg
IV q4h tidak melebihi 3,75 g per hari untuk anak kurang dari 50 kg. Untuk anak-
anak dengan berat lebih dari atau sama dengan 50 kg, dosisnya sama dengan pada
Jika digunakan pada bayi usia 1 bulan sampai kurang dari 2 tahun,
dosisnya harus disesuaikan ke bawah sebesar 33%. Pada pasien dengan penyakit
hati dan insufisiensi ginjal harus digunakan dengan sangat hati-hati. 10,11,12
enzimatik COX-1 selalu aktif (konstitutif) dan ditemukan di banyak bagian tubuh,
dengan enzim COX dan memblokir asam arakidonat agar tidak menyatu dengan
1, dan memiliki jumlah aktivitas yang terbatas melawan enzim COX-2. Inhibitor
COX-2 (coxib) bekerja dengan lebih selektif, bertindak baik secara sentral
mengenai perdarahan GI dan insufisiensi ginjal yang terkait dengan COX-2 pada
sampai saat ini, tidak ada penelitian skala besar yang menunjukkan peningkatan
sedang. NSAID memiliki efek hemat opioid dan sering digunakan dalam
kombinasi dengan opioid. NSAID sangat efektif dalam pengobatan nyeri pasca
operasi dari ortopedi, gigi, dan prosedur ginekologi utama. NSAID lebih efektif
daripada opioid dalam pengobatan nyeri akibat kejang, metastasis tulang, dan
nyeri kepala.11
Banyak dari NSAID telah dicatat memiliki efek “analgesic ceiling”; Artinya, tidak
mengurangi kejadian efek samping opioid seperti kejang otot atau sembelit.
Pemberian NSAID atau APAP sepanjang waktu merupakan bagian penting dari
rencana analgesik pasca operasi yang baik, tetapi hati-hati harus digunakan saat
adhesi platelet. Hal ini terutama berlaku untuk operasi yang melibatkan
permukaan mukosa yang besar, pasien dengan defek koagulasi atau menerima
obat lain yang mempengaruhi koagulasi, pasien trauma, dan dengan pasien yang
Analgesia regional merupakan cara yang efektif dan aman untuk mengontrol nyeri
pada anak-anak dan memainkan peran penting dalam terapi nyeri multimodal.
penggunaan opioid yang lebih sedikit, pengembalian fungsi usus yang lebih cepat,
anestesi lokal yang di berikan. Bupivakain dapat digunakan untuk infus anestesi
lokal pada konsentrasi 0,0625% sampai 0,125%. Kecepatan infus tidak boleh
melebihi 0,4 mg / kg / jam pada anak di atas usia 6 bulan atau 0,25 mg / kg / jam
pada bayi di bawah usia 6 bulan. Bayi yang berusia kurang dari 6 bulan memiliki
peningkatan risiko akumulasi obat saat infus berlangsung lebih dari 48 jam.
Mereka juga mengalami penurunan kadar glikoprotein asam α1, protein plasma
yang mengikat bupivakain sehingga akan lebih banyak anestesi lokal bebas yang
(LAST).3,8
toksisitas yang lebih tinggi. Ropivacaine (0,1% hingga 0,2%) juga memiliki
ambang toksik yang lebih besar (mungkin 20% hingga 30% lebih tinggi daripada
bupivakain) dan dapat menghasilkan blokade motorik yang lebih sedikit daripada
dapat berkembang menjadi kejang dan depresi atau henti jantung. Dapat dicegah
dengan deteksi sedini mungkin dan obat harus segera dihentikan. Pengobatan
Ambang batas kejang dapat dinaikkan dengan benzodiazepin atau obat penenang
karena mereka bekerja secara sinergis dengan anestesi lokal. Opioid biasanya
Fentanyl, dengan kelarutan lemaknya yang lebih tinggi, sangat ideal untuk
memblokir area segmental. Hidromorfon dan morfin, yang kurang lipofilik, akan
menyebar dengan cara yang lebih rostral dan penyebaran yang lebih luas.1,3
BAB III
Simpulan
Penanganan nyeri pada anak-anak selama ini selalu menjadi masalah, hal ini dikar
enakan nyeri dan penanganannya adalah masalah sulit dan kompleks dengan adan
ya perubahan kondisi baik fisik dan psikologis pada anak. Management nyeri seba
ahan, penilaian nyeri, pemilihan terapi baik farmakologis non farmakologis dan ju
mencapai tujuan terapi untuk kontrol nyeri yang aman dan juga efektif bagi pasien
27
Daftar Pusaka
1. Corrie TM., David MP. Pediatric Pain Management. Dalam: Robert SH,
Dalam: George AG, Dean BA. Gregory’s Pediatric Anesthesia. Edisi ke-6.
4. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Regional Anesthesia and Pain Man
5. Ted Lin, Tim Smith, Colin Pinnock. Physiology of Pain. Dalam: Ted Lin,
8. Jerrold Lerman and Charles JC. Post Operative Care and Pain
http://www.wfsahq.org.
11. Joseph PC, Rita Agarwal, Charles Berde. The Society for Pediatric