Pembimbing
dr. RR Batari Retno Minanti., Sp PD., FINASIM
Penyusun
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkah dan rahmat-Nya, kami bisa menyelesaikan simptomatologi dengan topik
“Penurunan Kesadaran” dengan lancar. Referat ini disusun sebagai salah satu
tugas wajib untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik di bagian ilmu penyakit
dalam, dengan harapan dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu yang bermanfaat
bagi pengetahua penulis maupun pembaca. Dalam penulisan dan penyusunan
simptomatologi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, untuk
itu kami mengucapkan terima kasih kepada:
a. dr. RR Batari Retno Minanti., Sp PD. FINASIM selaku Dosen
Pembimbing.
Kami menyadari bahwa simptomatologi yang kami susun ini masih jauh
dari kesempurnaan, maka saran dan kritik yang membangun dari semua pihak
sangat diharapkan. Semoga simptomatologi ini dapat memberi manfaat.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................1
KATA PENGANTAR..............................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR................................................................................................6
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................7
1.1 Definisi...........................................................................................................8
1.2 Etiologi..........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................19
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan kesadaran meruupakan salah satu masalah klinis yang sulit. Sejak
jaman dahulu diketahui bahwa kesadaran yang normal bergantung pada kondisi otak
yang utuh dan gangguan kesadaran berarti menandakan adanya kegagalan dalam
fungsi otak. Otak kita hanya dapat mentoleransi cedera fisik / metabolic dalam batas
tertentu, sehingga adanya gangguan kesadaran menandakan adanya gangguan yang
tidak dapat ditoleransi oleh otak kita. Waktu yang terbatas untuk tatalaksana serta
banyaknya kemungkinan penyebab dari penurunan kesadaran merupakan tantangan
tersendiri bagi dokter. (Jerome B. Posner, 2007)
Kesulitan lebih lanjut lagi, sumber dari berbagai macam tanda klinis dari
pasien dengan gangguan kesadaran tidak sepenuhnya jelas. Dan durasi dari
penurunan kesadaran ini bervariasi, dapat dalam hitungan detik-jam ataupun
hitungan hari. Pada beberapa kasus, penurunan kesadaran ini dapat berlangsung
singkat dan hanya dipicu oleh stimulus tertentu. Dalam beberapa decade ini, dunia
medis telah mengembangkan alat alat penunjang medis untuk mendeteksi dan
menunjang diagnosa penurunan kesadaran, seperti Positron Emission
Tomography, fMRI, dan EEG. Sehingga dengan penggabungan pengetahuan
klinis dan alat penunjang yang canggih, evaluasi terhadap gangguan kesadaran
dapat lebih ditentukan secara jelas. (D. Kondziella et al, 2020)
v
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
6
Gangguan kesadaran dapat didefinisikan sebagai istilah yang
digunakan dalam kondisi penurunan “awareness”, penurunan kemampuan
rangsang. (Tim Cooksley, 2018). Dimana gangguan kesadaran ini dapat
digolongkan dalam koma, Vegetative State/Unresponsive Wakefulness
Syndrome (VS/UWS), dan Minimally conscious state (MCS). Dimana
koma dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi unawareness dimana
pasien tidak dapat dirangsang. Sedangkan istilah VS/UWS merupakan
suatu kondisi dimana pasien bangun sepenuhnya namun tidak dalam
kondisi sadar. Seperti pada pasien yang dapat membuka matanya, namun
tidak sadar akan dirinya sendiri dan kondisi sekitar. Lalu untuk istilah
MCS, merupakan suatu kondisi dimana pasien menujukkan tanda tanda
yang tidak jelas dari suatu kelainan yang dimediasi oleh korteks, yang
terjadi secara tidak konsisten, namun berulang sebagai repsons dari
stimulus lingkungan. (D. Kondziella, A. Bender, K. Diserens, W. Van Ep,
A. Estraneo, 2020)
1.2 Etiologi
- Penyebab Struktural
Penyebab ini terjadi baik karena hancurnya suatu area di otak
ataupun cedera yang terjadi secara tidak langsung oleh karena kompresi
ataupun peningkatan tekanan intracranial. Peningkatan tekanan intracranial
akan mempengaruhi cerebral blood flow dan dapat menyebabkan cedera
jaringan otak maupun herniasi otak. Beberapa contoh penyebabnya yaitu :
Stroke
Traumatic Brain Injury (TBI)
Perdarahan Intracranial, Epidural, dan Subdural
Tumor Intracranial
7
Inflamasi
Trombosis Vena
Hidrosefalus
- Penyebab Sistemik
Beberapa penyebab sistemik yang dapat menyebabkan penurunan
kesadaran adalah ;
Hipoglikemia
Hiperglikemia
Hiponatremia
Hipernatremia
Hipercalcemia
Kejang
Sepsis
Meningitis
Encephalitis
Krisis Adrenal
Kelainan Endokrin
Koma Myxedema
Overdosis obat
Penyalahgunaan obat
Neuroleptic Malingnant Syndrome
Konsumsi alcohol yang berlebihan
Ensefalopati Hepatic
Uremia
Keracunan metal
Malaria
Fungemia
Keracunan karbon monoksida
Obat-obatan anesthesia
- Penyebab Psikiatrik
Beberapa penyebab psikiatrik yang dapat menyebabkan gangguan
kesadaran adalah :
8
Katatonik
Depresi parah
Conversion disorder
Malingering
- Perjalanan penyakitnya
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik Umum
■ TTV (frekuensi nadi, frekuensi napas, suhu, tekanan darah)
10
Addison atau trauma otak luas.
Pemeriksaan Neurologis
a. Penilaian kesadaran
Kualitatif
Apatis : keadaan pasien yang tampak segan dan acuh tak acuh
terhadap lingkungan
Kuantitatif
11
b. Respon pupil
Pemeriksaan refleks cahaya langsung dilakukan satu persatu
pada kedua mata. Perbedaan respons terhadap refleks cahaya
langsung dan/atau diameter pupil menandakan disfungsi pupil.
Disfungsi pupil lebih sering disebabkan oleh gangguan
struktural seperti perdarahan dan infark. Dilatasi pupil unilateral
menunjukkan adanya penekanan N.III akibat herniasi lokal
ipsilateral atau adanya lesi massa. Pupil kecil dan tidak reaktif
menunjukkan adanya gangguan batang otak. Dilatasi pupil dan
tidak reaktif terjadi pada anoksia berat atau kerusakan midbrain
atau kompresi fokal nervus okulomotorius. Pinpoint pupils
menandakan kerusakan pons yang biasanya disebabkan oleh
perdarahan / infark (Aprilia and Wreksoatmodjo, 2015).
c. Pola pernapasan
i. Pernapasan Cheyne-Stokes, merupakan variasi berulang
antara periode hiperventilasi dengan apnea. Pola pernapasan
ini merupakan pola yang tidak spesifik, dapat terlihat pada
gangguan kedua hemisfer serebri atau pada gangguan
sistemik seperti pada Congestive Heart Failure dan hipoksia.
ii. Central hyperventilation, merupakan pernapasan yang dalam,
cepat, dan teratur. Pola pernapasan ini merujuk pada lesi
12
batang otak, diantara midbrain dan pons. Pola pernapasan ini
sering menyebabkan hipokapnea dan alkalosis
iii. Pernapasan apneustik, merupakan pernapasan dengan jeda
tidak bernapas 2-3 detik di akhir inspirasi. Pola pernapasan
ini menunjukkan lesi di tengah sampai kaudal bagian pons,
paling sering disebabkan oleh oklusi arteri basilaris.
iv. Pernapasan ataksik, merupakan pola pernapasan yang tidak
teratur dan tidak terprediksi, terdapat pernapasan dalam dan
dangkal, sering didahului periode apnea, merupakan tanda
bahaya karena menunjukkan lesi di medula spinalis dan/atau
merupakan manifestasi akhir herniasi (Aprilia and
Wreksoatmodjo, 2015).
d. Respon motorik
Diperhatikan saat posisi istirahat dan gerakan spontan. Jika mata dan
kepala menyimpang ke sisi yang berlawanan dengan hemiparesis, hal ini
mengindikasikan adanya lesi hemisfer sedangkan bila deviasi ke sisi
hemiparesis, mengindikasikan adanya lesi pada pontine.
Kekakuan deserebrasi mengacu pada postur ekstensi bilateral
lengan dan tungkai, mengindikasikan adanya lesi pada otak tengah
atau pontin bilateral
Postur dekortikasi mengacu pada fleksi bilateral lengan dan
ekstensi tungkai, mengindikasikan adanya lesi batang otak bagian atas
13
Postur deserebrasi atau dekortikasi unilateral dapat terjadi dan
merupakan indikasi adanya lesi unilateral.
- Pemeriksaan refleks
Pemeriksaan refleks meliputi pemeriksaan refleks korena, refleks
muntah, refleks fisiologis, dan refleks patologis. Pada pemeriksaan refleks
kornea, pemeriksa menggoreskan ujung kapas secara lembut atau
meniupkan udara ke kornea. Refleks dinyatakan positif jika mata berkedip
saat dilakukan pemeriksaan. Pemeriksaan refleks muntah dilakukan
dengan memberikan sentuhan pada dinding faring bagian belakang.
Refleks dinyatakan positif jika pasien muntah.
Pemeriksaan refleks fisiologis meliputi tendon biceps, triceps,
patella, dan achilles. Adanya hiperrefleks menandakan adanya lesi upper
motor neuron (UMN). Kemudian pemeriksaan refleks patologis meliputi
Babinski, Chaddock, Oppenheim, Gordon, Schaeffer, dan Hoffmann-
Tromner. Adanya refleks patologis menandakan lesi UMN (Aprilia and
Wreksoatmodjo, 2015).
C. Penunjang
• Analisis kimiawi- toksikologik darah dan urin
14
1.4 Manajemen Penurunan Kesadaran
Dikarenakan etiologi penurunan kesadaran seringkali awalnya tidak
jelas, paradigma pengobatan awal terjadi sebelum evaluasi atau diagnosis
penuh. Prinsip-prinsip manajemen awal pasien tidak sadar :
- Pertahankan jalan napas dengan baik
- Pastikan oksigenasi baik
- Pertahankan sirkulasi
- Kontrol glukosa darah
- Menurunkan tekanan intrakranial
- Menghentikan kejang
- Mengobati infeksi
- Mengembalikan keseimbangan asam basa dan elektrolit
- Menstabilkan suhu tubuh
- Berikan tiamin
- Pertimbangkan antidotes spesifik (nalokson, flumazenil)
- Kontrol agitasi
Jika tujuan di atas telah terpenuhi, manajemen selanjutnya dapat
disesuaikan berdasarkan hasil pengujian diagnosis. Pasien yang terus
menerus koma meskipun telah dilakukan intergvensi awal seringkali
membutuhkan perawatan tingkat tinggi, seperti unit perawatan intensif
(Zaith A. Bauer, 2022).
15
BAB III
KESIMPULA
N
16
DAFTAR PUSTAKA
Yeo, S. S., Chang, P. H. and Jang, S. H. (2013) ‘The ascending reticular activating
system from pontine reticular formation to the thalamus in the human brain’, Frontiers
in Human Neuroscience, 7(JUL), pp. 1–5. doi: 10.3389/fnhum.2013.00416.
17