Oleh:
(H1AP21017)
Pembimbing:
UNIVERSITAS BENGKULU
2023
HALAMAN PENGESAHAN
NPM : H1AP21017
ii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Pencipta alam semesta yang menjadikan malam dan siang, yang tidak pernah tidur
dan lupa, melalui kasih sayang-Nyalah akhirnya penulis dapat menyelesaikan
penulisan laporan kasus dengan judul “Ny. K 68 Tahun Dengan Gangguan
Mental Lainnya Akibat Kerusakan dan Disfungsi Otak + Episode Depresif”
dengan baik sebagai salah satu komponen penilaian Kepaniteraan Klinik di
Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Khusus Jiwa Soeprapto Provinsi
Bengkulu Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
Semoga seluruh kebaikan dibalas oleh Tuhan Yang Maha Esa. Akhir kata
penulis berharap laporan kasus ini dapat memberikan manfaat, sumbangan
pemikiran, dan ide baru bagi pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN..................................................................................... 1
iv
2.4.3. Fungsi Intelektual atau Kognitif ................................................... 14
2.1. Definisi.................................................................................................... 1
2.6. Tatalaksana............................................................................................ 9
v
BAB I. PENDAHULUAN
Pada pria gangguan depresi dapat terjadi dengan prevalensi sekitar 15% dalam
seumur hidup dan pada perempuan dapat mencapai 25% dimana sekitar 10% persen
penderitanya mendapatkan perawatan pada tingkat primer sementara sisanya 15%
dirawat di rumah sakit. Pada anak sekolah didapatkan prevalensi sebesar 2%, yang
1
2
meningkat pada usia remaja menjadi sebesar 5%.y1,3 Gangguan depresi secara umum
akan menghilang dalam beberapa hari namun4 dapat juga berkelanjutan dan
mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Pada saat i57ni, depresi telah menjadi suatu
gangguan kejiwaan yang sangat berpengaruh terhad5ap kehidupan, dan hampir selalu
menghasilkan hendaya pada fungsi interpersonal, sos6ial dan pekerjaan.1,3
Nama : Tn. K
Usia : 68 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
3
4
Pasien datang dengan keluhan ketakutan yang berlebihan kepada orang lain
sejak ± 3 minggu yang lalu
2.2.2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang diantar anak bungsu pasien ke poli RSKJ Soeprapto Bengkulu
pada tanggal 7 Maret 2023 dengan mengenakan jilbab berwarna coklat, baju gamis
motif bunga lengan panjang bewarna cokelat, celana panjang bewarna coklat krim,
menggunakan alas kaki sandal, dan berpenampilan cukup rapi.
Pasien datang dengan keluhan merasa ketakutan terhadap orang lain sejak ± 3
minggu yang lalu. Pasien ketakutan karena merasa akan dibunuh dan dipenjarakan,
keluhan ini diawali dengan masalah hutang anak sulungnya yang dahulu pernah
menumpuk ± 10 tahun yang lalu padahal masalah hutang ini telah diselesaikan oleh
keluarga pasien, tetapi pasien tetap yakin kalau hutang tersebut belum dibayar
sehingga pasien selalu membicarakan hutang tersebut. Keluhan takut tersebut muncul
jika ada orang yang datang ke rumah dan saat pasien akan di ajak keluar rumah.
Berdasarkan heteroanamnesis dengan anak bungsu pasien, beliau mengatakan bahwa
ibunya (pasien) mulai sering ketakutan terhadap orang lain seperti ada yang ingin
membunuh dan memenjarakannya, menurut anak bungsu pasien, ibunya mulai
ketakutan berawal dari anaknya yang sulung ini sedang memiliki bisnis jual beli
mobil, lalu suami dari pasien pun membeli salah satu mobil, tetapi saat mobil sudah
diterima ternyata surat-surat kelengkapan pembelian mobil tidak diserahkan oleh
anak sulung pasien, hal ini yang membuat suami pasien terus-menerus menekan
pasien untuk bertanggung jawab dengan masalah yang dibuat oleh anak sulungnya.
Semenjak masalah tersebut juga, hubungan pasien dengan suaminya mulai renggang,
dan 2 bulan terakhir ini sudah berpisah rumah. Pasien juga saat ini tidak tinggal lagi
dirumahnya karena anak bungsunya khawatir dengan kondisi pasien lalu membawa
pasien tinggal bersamanya ditemani menantu dan kedua cucunya yang jarak
rumahnya kira kira ± 5 meter dari rumah pasien.
5
Sejak 2 minggu yang lalu pasien sering terlihat melamun, saat ditinggalkan
sendiri, sehingga pasien mulai mengurangi aktivitas sehari-hari nya seperti
membereskan rumah dan bertani, sampai pasien merasa dirinya sakit lalu mulai
berhenti bekerja bahkan untuk aktivitas ringan di rumah. Selain itu pasien juga selalu
menyiapkan tas yang berisi pakaian dan bekal agar mudah kabur jika ada orang yang
datang untuk menangkap pasien. Pasien mengatakan ketika ketakutan itu muncul,
pasien akan bersembunyi di dalam kamarnya untuk menenangkan dirinya, karena
dalam pikiran pasien setiap kali ada yang bertamu ke rumah, pasti ingin menagih
hutang.
Sejak 1 minggu yang lalu pasien sulit memulai tidurnya atau jika bisa tidur,
pasien akan terbagun ditengah malam dan tidak tertidur hingga pukul 03.00-04.00
WIB. Saat terbangun di malam hari, pasien tidak melakukan aktivitas apa pun selain
melamun dan terus memikirkan masalah hutang anak sulungnya. Selain itu, anak
bungsu pasien mengatakan kalau ibunya merasa menantunya tidak menyukainya dan
merasa sering dibicarakan oleh menantunya, karena sudah menghabiskan uang untuk
mengurus ibunya, sehingga ibu dan istrinya juga jarang mengobrol. Anak bungsu
pasien mengatakan bahwa ibunya yang sehari-hari bertani biasanya selalu mengobrol
bersama tetangga sekitar, atau keluarga. Namun semenjak sakit, ibunya sudah jarang
dalam bersosialisasi dengan masyarakat sekitar dan lebih memilih tinggal saja di
dalam rumah. Pasien sudah pernah dibawa berobat ke puskesmas, karena keluhan
sulit tidurnya, tetapi pasien merasa tidak ada perubahan
Sejak 2 hari yang lalu, anak pasien mengatakan bahwa pasien tampak gelisah
sambil berjalan mondar-mandir di dalam rumah, lalu tiba-tiba pasien mengeluarkan
tas yang sudah disiapkannya dan memaksa untuk pergi dari rumah, karena pasien
merasa polisi akan datang untuk menangkap pasien, saat itu anak bungsunya berusaha
menahan pasien untuk pergi dari rumah, tetapi semenjak itu pasien juga mulai takut
kepada anaknya sendiri, pasien merasa anaknya berlaku kasar terhadap dia. Keluhan
sulit tidur yang dialami pasien juga semakin memberat, hingga pasien tidak bisa tidur
sama sekali. Pasien juga mulai bicara tidak nyambung, setiap anak pasien
6
Pasien tidak memiliki riwayat gangguan psikiatri sebelumnya, saat ini adalah
kali pertama pasien berobat untuk keluhannya.
Pasien merupakan anak keempat dari empat bersaudara. Ayah dan ibu pasien
sudah meninggal. Ketiga kakak pasien juga sudah meninggal. Saat ini pasien tinggal
bersama anak keduanya yang sudah berkeluarga di Bengkulu. Anak laki-laki pasien
yang pertama tinggal di Jakarta karena sedang bekerja. Tidak ada riwayat keluhan
serupa, maupun riwayat gangguan psikiatri lainnya di keluarga pasien. Genogram
keluarga dapat dilihat di bawah ini.
9
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Meninggal dunia
: Bercerai
Keterangan:
2.2.7. Situasi Kehidupan Sekarang (Home visit dilakukan pada 19 Maret 2023
sekitar pukul 09.30 WIB)
Pasien saat ini tinggal bersama anak bungsu beserta menantu dan kedua
cucunya selama 2 bulan semenjak pasien pisah dengan suami ke dua. Rumah anak
pasien berwarna orange tanpa pagar, terdiri dari bangunan semi permanen, atap
genteng, lantai berkeramik. Tampak halaman rumah berupa bunga dan berbagai
tanaman seperti pohon sawit. Rumah anak pasien terdiri dari teras, ruang tamu, ruang
tengah, 3 kamar tidur, dapur dan 1 kamar mandi/WC. Wawancara dengan pasien
dilakukan di ruang tengah bersama pasien dan anak pasien. Sejak sakit pasien
mengurangi aktivitas di luar rumah, pasien lebih banyak di rumah
Tingkat ekonomi pasien saat ini termasuk golongan menengah atau tercukupi.
Untuk biaya sehari-hari pasien sebelumnya berasal dari pekerjaan pasien sebagai
petani sawit dan karet. Menurut anak pasien semenjak sakit pasien lebih sering
dirumah, malas melakukan aktivitas, terutama bersosialisasi. Saat ini pasien sudah
tidak lagi bertani. Saat dirumah pasien sering mondar-mandir. Pasien juga susah
untuk tertidur dan jika terbangun pasien susah untuk tidur kembali. Pasien tidur jam 1
atau jam 2 malam dan pasien terbangun pukul 4-5 subuh dini hari. Kemudian paginya
pasien terkadang duduk di teras sambil melihat pekarangan dan halaman di depan
rumahnya namun tidak mau menyapa orang lain disekitar rumahnya.
sudah mulai berkurang. Pasien masih belum mau berbaur ke rumah tetangga untuk
sekedar mengobrol ataupun menyapa.
Sebelum sakit pasien masih bisa mencukupi biaya hidupnya. Saat ini
kehidupan pasien ditanggung oleh anak pasien yang bekerja sebagai seorang petani
sawit.
Pasien menyatakan bahwa dirinya tidak sakit, pasien merasa takut setiap hari
akibat memikirkan masalah hutang anaknya. Untuk mengatasi rasa takut, pasien
sering mengurung di rumah. Pasien mengatakan bahwa jika ada yang datang ke
rumah, pasien ingin kabur
1) Keadaan Umum
Keadaan umum : Tampak sehat.
2) Tanda Vital
Tekanan darah : 140/89 mmHg.
Nadi : 85 kali/menit.
Pernapasan : 22 kali/menit.
3) Pemeriksaan fisik
Kepala : Normosefali.
Thorak, :
1) Penampilan
Seorang perempuan lanjut usia 68 tahun mengenakan jilbab berwarna
coklat, baju gamis motif bunga lengan panjang bewarna cokelat, celana
panjang bewarna coklat krim, menggunakan alas kaki sandal, dan
berpenampilan cukup rapi., dengan kebersihan diri dan kerapian cukup. Pasien
tampak mengoceh sendiri, duduk tidak tenang dan cukup menghindari kontak
mata.
2) Kesadaran
14
Kuantitas: Composmentis.
Kualitas: Sadar penuh
3) Perilaku dan Aktivitas psikomotor
Saat wawancara pasien diam dan tenang. Kontak mata cukup baik dan
tidak terdapat gerakan berulang maupun gerakan abnormal atau involunter.
4) Pembicaraan
Kuantitas : Pasien kurang paham dan menjawab pertanyaan tidak
sesuai dengan yang ditanyakan.
Kualitas : Pasien menggunakan bahasa Indonesia bercampur
jawa, volume bicara kecil, kecepatan berbicara cukup dan artikulasi kurang
jelas, terkadang tampak berbicara sendiri beberapa pertanyaan diajukan.
5) Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif, kontak mata inadekuat. Pasien menjawab pertanyaan dengan
tatapan yang kurang fokus
1) Mood
- Labil
2) Afek
- Labil
1) Taraf pendidikan
Pasien bisa membaca dan menulis. Pasien menjalani pendidikan hingga taraf
SD di Solo.
2) Orientasi
a. Waktu : Cukup Baik, pasien mengetahui waktu dilakukan
pemeriksaan.
15
3) Daya ingat
a. Daya ingat jangka panjang
Cukup, pasien dapat mengingat dimana pasien bersekolah SD dan dapat
mengingat masa kecilnya.
b. Daya ingat jangka pendek
Cukup, pasien dapat mengingat bahwa pasien datang ke RSKJ bersama
anak, menantu dan kedua cucu. Pasien ingat apakah sudah sarapan atau
belum, pergi ke RSKJ menggunakan kendaraan apa.
c. Daya ingat segera
Cukup, pasien dapat mengulang kembali nama buah yang pemeriksa
sebutkan.
d. Akibat hendaya daya ingat pasien
Tidak terdapat hendaya daya ingat pada pasien saat ini.
4) Pikiran abstrak
Baik, pasien dapat menyebutkan kesamaan antara mobil dan motor yakni
sama-sama kendaraan
5) Intelegensia dan kemampuan informasi
kurang, pasien kurang mampu menjawab pertanyaan hitungan seperti
penjumlahan dan pengurangan
6) Kemampuan menolong diri sendiri
Baik, saat ditanya apa yang dilakukan pasien jika pasien terancam bahaya,
pasien berkata akan berusaha menyelamatkan diri.
c. Uji daya nilai : Baik, ketika diberikan ilustrasi “apa yang anda lakukan
jika terjadi kebakaran?” pasien menjawab lari dan
menyelamatkan diri ke tempat yang lebih aman
Aksis I
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan pada pasien terdapat
kelainan pola perilaku dan psikologis yang secara klinis bermakna yang
dapat menyebabkan timbulnya disabilitas dalam fungsi sehari-hari.
Pada pasien ini melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak
ditemukan riwayat demam tinggi, penurunan kesadaran. Pasien lupa jika
masalah hutang anaknya sudah diselesaikan tetapi kepikiran terus
terhadap masalah tersebut 3 minggu yang lalu, hal ini menjadi dasar
diagnosis Gangguan Mental lainnya Akibat Kerusakan dan
Disfungsi Otak dan Penyakit Fisik (F06 ).
18
menonjol pada pasien dan bertahan dalam waktu yang cukup lama yakni
>2 minggu.
Aksis II
Aksis III
Aksis IV
Aksis V
A. Farmakoterapi:
Anti depresan Sertraline 1x1 (15 mg)
Sertraline bersifat lebih selektif terhadap SERT (transporter serotonin)
dan kurang selektif terhadap DAT (transporter dopamine). Mekanisme
20
B. NonFarmakoterapi:
Terapi kognitif perilaku, pasien dengan gangguan depresif (dengan atau tanpa
gagasan bunuh diri) menjadi fokus utama terapi kognitif karena terjadi
disfungsi kognitif. Trias kognitif depresi yakni, persepsi diri negatif (orang
melihat diri pasien defektif, tidak adekuat, kekurangan, tidak berharga dan tak
diinginkan), merasa dunia dunia sesuatu yang negatif, dan memiliki dugaan
akan kesukaran, penderitaan, kekurangan serta kegagalan. Terapi kognitif
bertujuan memperbaiki depresi dan kekambuhannya dengan cara membatu
pasien mengidentifikasi dan menguji kognisi negatif, mengembangkan skema
alternatif dan lebih fleksibel serta melatih kognitif dan respon perilaku. Terapi
ini dilakukan sekitar 25 minggu dengan menyusun jadwal, menugaskan
pekerjaan rumah untuk dilakukan di anatara sesi dan mengajarkan
keterampilan baru. Teknik perilaku membantu pasien mempelajari strategi
dan menghadapi suatu masalah.
22
Edukasi pasien untuk tetap meneruskan terapi (minum obat secara rutin) dan
kontrol ulang ke Poli RSJK Soeprapto Bengkulu pada tanggal 21 Maret 2023.
2.10 Prognosis
Dari data tersebut terlihat bahwa daftar yang meringankan lebih banyak
dibandingkan dengan yang memperberat sehingga diprognosis:
Quo Ad Vitam : Dubia ad bonam
Quo Ad Functionam : Dubia ad bonam
Quo Ad Sanationam : Dubia ad bonam
Nadi : 87 x/menit
Suhu : 36,6oC
23
Mood : Hipotimia
Afek : Depresif
Ilusi : disangkal
Tilikan :2
2.1. Definisi
2.2. Epidemioloogi
2.3. Etiologi
a. Faktor genetik
Penelitian menunjukkan anak biologis dari orang tua yang terkena gangguan
mood berisiko mengalami gangguan mood walaupun anak tersebut dibesarkan
oleh keluarga angkat. Penelitian pada anak kembar menunjukkan anak kembar
3
b. Faktor Psikososial
penilaian diri yang negatif, pesimisme dan keputusasaan. Pandangan yang negatif
tersebut menyebabkan perasaan depresi.10
c. Neurobiologi
1) Monoamin
2) Axis hipotalamus-hipofisis-adrenal
3) Tidur
Pikiran untuk melakukan bunuh diri dapat timbul pada sekitar dua pertiga
pasien depresi, dan 10 sampai 15 persen diantaranya melakukan bunuh diri.
Mereka yang dirawat di rumah sakit dengan percobaan bunuh diri mempunyai
umur hidup lebih panjang dibandingkan yang tidak dirawat. Beberapa pasien
depresi terkadang tidak menyadiari ia mengalami depresi dan tidak mengeluh
tentang gangguan mood meskipun mereka menarik diri dari keluarga, teman dan
aktivitas yang sebelumnya menarik bagi dirinya.3
2.5. Diagnosis
o Afek depresif
o Kehilangan minat dan kegembiraan
o Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah.
Gejala lainnya:
Ringan 2 2 Baik -
Nampak
Sedang 2 3-4 Terganggu
Distress
8
Sangat Sangat
Berat 3 >4
terganggu Distress
(1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3 gejala utama depresi seperti tersebut
di atas
(2) Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya
(3) Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya lamanya seluruh episode
berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu
(4) Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa
dilakukannya.
Episode Depresif Berat dengan Tanpa Gejala Psikotik menurut PPDGJ III :
Efek samping obat (baik yang diresepkan atau tidak) dapat memperlihatkan
gejala depresi, jadi suatu zat yang dapat mempengaruhi gangguan mood harus
dapat dipertimbangkan dalam mendiagnosis banding MDD (Tabel 7). Bukti dari
riwayat, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium digunakan untuk dapat
menentukan adanya suatu pengalahgunaan, ketergantungan,intoksikasi/
keracunan, atau kondisi putus obat yang secara fisoilogis akan menyebabkan suatu
episode depresi. Selama gejala depresi karena pengaruh obat dapat disembuhkan
dengan menghentikan penggunaan obat tersebut, gejala putus obat dapat
berlangsung selama beberapa bulan.
4) Gangguan Bipolar
2.7. Tatalaksana
a. Terapi psikologi
Psikoterapi suportif selalu diindikasikan. Berikan kehangatan, empati,
pengertian, dan optimistik. Bantu pasien mengindentifikasi dan mengekspresikan
hal-hal yang membuatnya prihatin dan melontarkannya. Identifikasi faktor
pencetus dan bantulah untuk mengoreksinya. Bantulah memecahkan problem
eksternal (misal pekerjaan) arahkan pasien terutama selama episode akut dan bila
pasien tidak aktif bergerak.
13
b. Farmakoterapi
(single dose one hour before sleep), untuk golongan trisiklik dan tetrasiklik.
Untuk golongan SSRI diberikan dosis tunggal pada pagi hari setelah sarapan.
Pemberian obat anti depresi dapat dilakukan dalam jangka panjang oleh karena
“addiction potential”-nya sangat minimal.
a. Tricyclic antidepressants.
b. Tetracyclic.
kurang tahan terhadap efek otonomik dan kardiologik (usia lanjut) dan sindrom
depresi dengan gejala anxietas dan insomnia yang menonjol.8
bertanggung jawab untuk menghentikan produksi serotonin baru. Oleh karena itu,
pesan serotonin terus datang.
Tabel 3. Dosis Obat Selective Serotonin Reuptake Inhibitor pada Orang Dewasa
18
e. Atypical antidepressant
f. Dual-action antidepressants
Menurut PPDGJ III, kriteria depresi yang dialami pasien meliputi gejala
utama berupa afek depresi dan kehilangan minat, serta gejala lainnya meliputi
kekhawatiran akan masa depan, gangguan tidur dan gangguan makan.
Berdasarkan kriteria diagnosis episode depresi menurut PPDGJ III, pasien
termasuk dalam episode depresi sedang (2 gejala utama dan 3 gejala lain).
Keluhan pada pasien berupa sedih, kecewa dan marah pada suami muncul segera
setelah suami pasien pergi dari rumah < 3 hari, namun keluhan sedih lebih
menonjol pada pasien dan bertahan dalam waktu yang cukup lama yakni 2
minggu.Pasien saat ini tidak bisa menjalankan aktivititas sehari-hari seperti
bekerja dikebun maupun mengerjakan pekerjaan rumah seperti beberes
rumah.Pasien sering murung dikamar dan semenjak istrinya meninggal. Pasien
lebih banyak melakukan aktivitas dikamar sendiri. Setelah istrinya meninggal
pasien mencoba untuk menjalin hubungan lagi dengan wanita, namun pasien
gagal menikah pada bulan oktober lalu. Sejak saat itu pasien merasa minder dan
malu jika bertemu orang lain. Beberapa hal ini membuat diagnosis aksis IV
pasien berputar pada masalah percintaan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Home Visite
24