Anda di halaman 1dari 31

THANATOLOGI

Diajukan guna memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh


program pendidikan profesi dokter

Oleh :
Yusuf Candra 01.210.6302

Dwi Wijayanti 01.211.6371

Mayang Ratnapeni 01.211.6446

Try Arie I 30.101.206732

Pembimbing :
dr. Setyo Trisnadi, Sp.KF, S.H.

KEPANITERAAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2016
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Presentasi Laporan Kasus

Thanatologi

Diajukan guna memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh program
pendidikan profesi dokter

Disusun Oleh :
Dody Tisna A 01.983.605

Yusuf Candra 01.210.6302

Dwi Wijayanti 01.211.6371

Mayang Ratnapeni 01.211.6446

Semarang , November 2016


Pembimbing,

dr. Setyo Trisnadi, Sp.KF , S.H.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan

izin-Nya, maka tugas pembuatan laporan kasus dengan judul “Trauma Kepala” dapat selesai

pada waktunya. Pembuatan laporan kasus ini merupakan salah satu tugas wajib yang harus

dikerjakan dalam rangka kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan

Medikolegal di Rumah Sakit Bhayangkara Semarang, periode 17 oktober – 12 November

2016

Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. dr. Setyo Trisnadi, Sp.KF, S.H.

2. Dokter-dokter Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal di Fakultas Kedokteran

Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

3. Serta teman-temandan pihak-pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun

tidak langsung

Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu,

kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Penulis berharap agar apa yang

disajikan dalam laporan kasus ini bermanfaat bagi kita semua.

Semarang, November 2016

Penulis

DAFTAR ISI

1
Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii

KATA PENGANTAR....................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR........................................................................................ vi

BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 5

A. THANATOLOGI....................................................................... 5

2.1 Definisi.............................................................................. 5

2.2 Jenis-jenis ......................................................................... 5

2.3 Manfaat.............................................................................. 6

2.4 Diagnosa Kematian............................................................ 6

2.5 Perubahan setelah kematian............................................... 7

2.6 Perubahan kulit................................................................... 8

2.7 Penurunan suhu tubuh.......................................................... 9

2.8 Lebam mayat........................................................................ 9

2.9 Kaku mayat....................................................................... 12


2
2.10 Pembusukan........................................................................ 14

2.11 Penyabunan…………………………………………......... 18

2. 12 Mumifikasi ......................................................................... 18

BAB III LAPORAN KASUS....................................................................... 20

BAB IV PEMBAHASAN............................................................................. 29

BAB V KESIMPULAN............................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 31

BAB I

PENDAHULUAN

3
Kematian merupakan fase akhir dalam kehidupan tiap manusia. Tanatologi adalah
ilmu yang mempelajari tanda – tanda kematian dan perubahan yang terjadi setelah seseorang
mati serta faktor yang mempengaruhinya. Tanatologi merupakan ilmu paling dasar dan paling
penting dalam ilmu kedokteran kehakiman terutama dalam hal pemeriksaan jenazah (visum
et repertum).
Pada tanatologi dipelajari perubahan-perubahan pada manusia setelah meninggal
dunia. Perubahan – perubahan yang terjadi setelah kematian dibedakan menjadi dua yaitu
perubahan yang terjadi secara cepat (early) dan perubahan yang terjadi secara lambat (late).
Perubahan yang terjadi secara cepat antara lain henti jantung, henti nafas, perubahan pada
mata, suhu dan kulit. Sedangkan perubahan yang terjadi secara lanjut antara lain kaku mayat,
pembusukan, penyabunan dan mummifikasi.
Kepentingan mempelajari tanatologi adalah untuk menentukan apakah seseorang
benar –benar sudah meningal atau belum, menetapkan waktu kematian, sebab kematian, cara
kematian, dan mengangkat atau mengambil organ untuk kepentingan donor atau transplantasi
dan untuk membedakan perubahan-perubahan yang terjadi post mortal dengan kelainan-
kelainan yang terjadi pada waktu korban masih hidup.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

4
Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan logos
(ilmu). Tanatologi adalah bagian dari Ilmu Kedokteran Forensik yang mempelajari hal-hal
yang berkaitan dengan kematian yaitu definisi atau batasan mati, perubahan yang terjadi pada
tubuh setelah terjadi kematian dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut
(Idries, 1997).

2.2 Jenis-Jenis Kematian


Jenis kematian ada 5 yaitu :
a. Mati klinis / somatis
- Proses kematian yang hanya dapat dilihat secara mikroskopis karena terjadi
gangguan pada sistem pernafasan, kardiovaskuler, dan persarafan yang bersifat
menetap.
- Ditandai dengan tidak adanya gerakan, refleks-refleks, EEG mendatar selama
5 menit, serta tidak berfungsinya jantung dan paru-paru.
- Organ – organ belum tentu mati, masih bisa dimanfaatkan untuk transplantasi.
- Definisi ini yang sering dianut oleh orang awam.
b. Mati seluler / molekuler
- Proses kematian sel/ jaringan setelah mati klinis.
- Waktu kematian tiap jaringan / organ berbeda. Otak merupakan organ yang
paling sensitif yaitu sekitar 3-5 menit. Jaringan otot akan mengalami mati
seluler setelah 4 jam dan kornea masih dapat diambil dalam jangka waktu 6
jam setelah seseorang dinyatakan mati somatis.
- Penentuan mati seluler ini terutama penting dalam hal transplantasi organ.
c. Mati cerebral
- Yaitu proses kematian yang ditandai dengan tidak berfungsinya otak dan
susunan saraf pusat. Definisi ini adalah definisi yang diakui oleh WHO.
- Kerusakan batang otak : pernafasan berhenti namun masih bisa dipertahankan
dengan ventilator.
d. Mati suri (apparent death) ialah suatu keadaan yang mirip dengan kematian somatis,
akan tetapi gangguan yang terdapat pada ketiga sistem bersifat sementara. Kasus
seperti ini sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur, tersengat aliran
listrik dan tenggelam (Idries, 1997).
e. Mati otak (mati batang otak) ialah kematian dimana bila telah terjadi kerusakan
seluruh isi neuronal intrakranial yang irreversible, termasuk batang otak dan
serebelum. Dengan diketahuinya mati otak (mati batang otak) maka dapat
dikatakan seseorang secara keseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup lagi,
sehingga alat bantu dapat dihentikan (Budiyanto, 1997).
2.3 Manfaat Tanatologi
Kepentingan mempelajari tanatologi adalah untuk menetapkan :
5
a. Waktu kematian
b. Sebab kematian pasti
Contoh : keracunan CO akan terdapat kulit merah terang (terjadi perubahan warna
kulit)
c. Cara kematian (homocide, suicide, accident)
d. Transplantasi (donor organ)
Syarat:
- Ada izin dari korban/ keluarganya
- Sudah meninggal

2.4 Diagnosa Kematian dari Perubahan Cepat


Untuk mendiagnosa perubahan cepat dari kematian digunakan beberapa alat antara
lain stetoskop, lampu senter, palu reflek, EEG, dan ECG. Prinsipnya adalah mendeteksi
traktus respiratorius dan denyut jantung.
Beberapa tes yang dapat digunakan adalah :
a. Tes kardiovaskuler.
1. Magnus test.
Karena jantung berhenti maka sirkulasi juga berhenti. Caranya dengan
mengikat/menutup ujung jari korban dengan karet, lalu dilepaskan, maka tidak
tampak adanya perubahan warna dari pucat menjadi merah.
2. Diaphonos test.
Caranya dengan menyinari ibu jari korban dengan lampu senter dan tidak
terlihat ada sirkulasi (warna merah terang).
3. Fluorescin test.
Caranya dengan menyuntikkan zat warna fluorescin maka zat warna fluorescin
akan terlokalisir di tempat suntikan karena tidak ada aliran darah.
4. Tes lilin.
Bagian tubuh korban ditetesi lilin cair maka tidak akan terjadi vasodilatasi
(hiperemi) sebagai reaksi terhadap rangsang panas karena sirkulasi tidak ada.
5. EKG dan Stetoskop.
b. Tes pernafasan.
1. Kaca.
Tidak tampak uap air ketika kaca diletakkan di depan hidung atau mulut korban.
2. Bulu-bulu halus.
Tidak terdapat reaksi bersin/ geli ketika bulu-bulu halus diletakkan di depan
hidung korban.
3. Winslow test

6
Dilakukan pada orang yang pernafasannya agonal (tinggal satu-satu nafasnya)
dengan cara menempatkan cermin di dada korban dan disinari dengan lampu
senter. Bila bernafas maka sinar lampu senter akan ikut bergerak dengan syarat
pemeriksa tidak boleh bergerak. Atau bisa menggunakan baskom berisi air yang
akan bergerak bila ada pergerakan di dada.
4. Stetoskop.
c. Tes Saraf
1. Memeriksa reflex : reflex kornea
2. EEG

2.5 Perubahan-perubahan yang Terjadi Setelah Kematian


Ada 2 fase perubahan post mortem yaitu fase cepat (early) dan fase lambat (late).
Perubahan cepat (early) :
- Tidak adanya gerakan.
- Jantung tidak berdenyut (henti jantung).
- Paru-paru tidak bergerak (henti nafas).
- Kulit dingin dan turgornya menurun.
- Mata tidak ada reflek pupil dan tidak bergerak.
- Suhu tubuh sama dengan suhu lingkungan lebam mayat (post mortal lividity).
- Lebam mayat.
Perubahan lambat (late) ;
- Kaku mayat (post mortal rigidity).
- Pembusukan (decomposition).
- Penyabunan (adipocere).
- Mummifikasi.
2.6 Perubahan Kulit
Perubahan yang terjadi pada kulit setelah kematian dapat berupa :
- Kulit menjadi pucat. Karena sirkulasi darah berhenti setelah kematian, darah
merembes keluar dari pembuluh darah kecil sehingga kulit tampak pucat. Kulit
menjadi pucat, bewarna putih abu dan kehilangan elastisitasnya.
Pada kasus kematian berhubungan dengan spasme agonal dan terdapatnya sumbatan
pada pembuluh darah balik karena tekanan pada leher atau karena asfiksia traumatic,
wajah tetap berwarna merah kebiruan selama beberapa saat setelah kematian. Warna
kekuningan pada kulit karena menderita sakit kuning, warna pink kemerahan karena
keracunan HCN atau CO biasanya tetap ada selama beberapa saat setelah kematian.
- Elastisitas (turgor) kulit menurun sampai menghilang.
Sehingga bisa menetapkan apakah luka pada tubuh korban didapat intravital atau
post mortem, yaitu :

7
 Luka pada intravital akan berbekas dengan ukuran lebih kecil daripada ukuran
senjata, dermis berwarna merah, antara epidermis dan dermis masih ada
perekatnya.
 Luka post mortem membekas dengan ukuran lebih besar daripada ukuran
senjata, bahkan menganga, dermis pucat, epidermis lebih mudah mengelupas.
- Pada kasus tenggelam, kulit tangan keriput (washer woman hand).
 Jika terjadi pada ujung jari saja maka kematian 4 jam yang lalu.
 Jika terjadi pada telapak tangan dan seluruh jari maka kematian 24 jam yang
lalu.
 Jari tangan yang sudah terlepas digunakan untuk sidik jari.

2.7 Penurunan Suhu Tubuh (Algor Mortis / Post Mortem Cooling)


Penurunan suhu mayat atau algor mortis akan terjadi setelah kematian dan berlanjut
sampai tercapai keadaan dimana suhu mayat sama dengan suhu lingkungan. Berdasarkan
penelitian, kurva penurunan suhu mayat akan berbentuk kurva sigmoid, dimana pada jam
– jam penurunan suhu akan berlangsung lambat, demikian pula bila suhu tubuh mayat
telah mendekati suhu tubuh lingkungan.
Saat mati, setelah waktu yang tidak lama, tubuh mulai kehilangan panasnya. Temperatur
lazim pada tubuh dewasa sehat adalah antara 98,4 derajat Fahrenheit, atau saat dipastikan
melalui mulut adalah sekitar 99 derajat Fahrenheit, dan pada axilla sekitar 97 derajat
fahrenheit.
Faktor yang mempengaruhi penurunan suhu mayat :
- Temperatur dari tubuh saat mati.
- Perbedaan temperatur tubuh dan lingkungan.
- Keadaan fisik tubuh serta adanya pakaian atau penutup mayat.
- Ukuran tubuh.
- Aliran udara dan kelembapan.
- Post mortem caloricity.
2.8 Lebam Mayat (Livor Mortis / Post Mortem Hypostasis)
Lebam mayat atau livor mortis adalah salah satu tanda postmortem yang cukup jelas.
Lebam terjadi sebagai akibat pengumpulan darah dalam pembuluh – pembuluh darah
kecil, kapiler, dan venula, pada bagian tubuh yang terendah. Dengan adanya penghentian
dari sirkulasi darah saat kematian, darah mengikuti hukum gravitasi. Kumpulan darah ini
bertahan sesuai pada area terendah pada tubuh, memberi perubahan warna keunguan atau
merah keunguan terhadap area tersebut. Timbulnya livor mortis mulai terlihat dalam 30
menit setelah kematian somatis atau segera setelah kematian yang timbul sebagai bercak
keunguan.. Kejadian ini akan lengkap dalam 6 -12 jam. Sehingga setelah melewati waktu
tersebut, tidak akan memberikan hilangnya lebam mayat pada penekanan. Sebaliknya,

8
pembentukan livor mortis ini akan menjadi lambat jika terdapat anemia, kehilangan
darah akut, dan lain – lain.
Biasanya lebam mayat berwarna merah keunguan. Warna ini bergantung pada tingkat
oksigenisasi sekitar beberapa saat setelah kematian. Perubahan warna lainnya dapat
mencakup:
- Cherry pink atau merah bata (cherry red) terdapat pada keracunan oleh
carbonmonoksida atau hydrocyanic acid.
- Coklat kebiruan atau coklat kehitaman terdapat pada keracunan kalium chlorate,
potassium bichromate atau nitrobenzen, aniline, dan lain – lain.
- Coklat tua terdapat pada keracunan fosfor.
- Tubuh mayat yang sudah didinginkan atau tenggelam maka lebam akan berada
didekat tempat yang bersuhu rendah, akan menunjukkan bercak pink muda
kemungkinan terjadi karena adanya retensi dari oxyhemoglobin pada jaringan.
- Keracunan sianida akan memberikan warna lebam merah terang, karena kadar oksi
hemoglobin (HbO2) yang tinggi.

Lebam Mayat Memar


Lokasi Bagian tubuh terbawah Dimana saja
Permukaan Tidak menimbul Bisa menimbul
Batas Tegas Tidak tegas
Warna Kebiru – biruan atau merah Diawali dengan merah yang
keunguan, warna spesifik lama kelamaan berubah
pada kematian karena kasus seiring bertambahnya waktu
keracunan
Penyebab Distensi kapiler – vena Ekstravasasi darah dari
kapiler
Efek penekanan Bila ditekan akan memucat Tidak ada efek penekanan
Bila dipotong Akan terlihat darah yang Terlihat perdarahan pada
terjebak antara pembuluh jaringan dengan adanya
darah, tetesan akan perlahan koagulasi atau darah cair
– lahan yang berasal dari pembuluh
yang rupture
Mikroskopis Unsur darah ditemukan Unsur darah ditemukan diluar
diantara pembuluh darah dan pembuluh darah dan tampak
tidak terdapat peradangan bukti peradangan
Enzimatik Tidak ada perubahan Perubahan level dari enzim
pada daerah yang terlibat
Kepentingan medicolegal Memperkirakan waktu Memperkirakan cedera,

9
kematian dan posisi saat mati senjata yang digunakan
Tabel 1. Perbedaan antara lebam mayat dan luka memar

Lebam pada organ dalam


Karena lebam terjadi pada daerah yang mengandung pembuluh darah, maka akan
berpengaruh pada organ – organ dalam yang mengandung pembuluh darah juga.

Lebam mayat Kongesti


Lokasi Hanya pada organ – organ Bisa seluruh atau beberapa
tertentu bagian dari organ tersebut
dipengaruhi oleh patologinya
Penyebab Distensi pasif kapiler – vena Berdasarkan patologi
penyakitnya
Bengkak dan oedema Tidak ada Dapat bermakna
Pada penampang potongan Darah mengalir pelan – pelan Keluar cairan, tercampur
dari kapiler yang terdistensi dengan darah
Hollow viscus Lambung atau usus saat Lambung atau usus saat
direntangkan akan tampak direntangkan akan tampak
daerah dengan perubahan perubahan warna yang
warna dan tanpa perubahan seragam
warna
Tabel 2. Perbedaan antara lebam mayat dengan proses kongesti pada organ dalam

Aspek Medikolegal Pada Pemeriksaan Lebam Mayat


Kegunaan pemeriksaan lebam mayat :
 Dapat memperkirakan saat kematian.
 Dapat memperkirakan posisi kematian.
 Tanda pasti kematian seluler (mati yang terjadi adalah mati seluler).
 Mengetahui adanya manipulasi (perubahan pada jenazah).
 Dapat mengetahui penyebab kematian.

2.9 Kaku Mayat (Rigor Mortis / Post Mortem Stiffening)


Disebut juga cadaveric rigidity. Kaku mayat atau rigor mortis adalah kekakuan yang
terjadi pada otot yang kadang – kadang disertai dengan sedikit pemendekkan serabut
otot, yang terjadi setelah periode pelemasan / relaksasi primer.
Kaku mayat mulai terdapat sekitar 2 jam post mortal dan mencapai puncaknya setelah 10
– 12 jam post mortal, keadaan ini akan menetap selama 24 jam, dan setelah 24 jam kaku
mayat mulai menghilang sesuai dengan urutan terjadinya, yaitu dimulai dari otot – otot
wajah, leher, lengan, dada, perut, dan tungkai.

10
Faktor – faktor yang mempercepat terjadinya kaku mayat adalah aktifitas fisik sebelum
mati, suhu tubuh yang tinggi, bentuk tubuh yang kurus dengan otot – otot kecil dan suhu
lingkungan yang tinggi. Kaku mayat dibuktikan dengan memeriksa persendian. Kaku
mayat mulai tampak kira – kira 2 jam setelah mati klinis, dimulai dari bagian luar tubuh
(otot – otot kecil) ke arah dalam (sentripetal). Setelah mati klinis 12 jam, kaku mayat
menjadi lengkap, dipertahankan selama 12 jam dan kemudian menghilang dalam urutan
yang sama.

Faktor yang mempengaruhi kecepatan terjadinya rigor mortis


Sebagai suatu proses kimia, kecepatan dan durasi dari kekakuan dipengaruhi oleh
temperatur. Semakin tinggi suhu lingkungan, akan memperlambat proses ini. Sebaliknya,
cuaca panas atau tropis dapat mempercepat, sehingga kekakuan akan terjadi dalam
beberapa jam atau bahkan kurang. Kekakuan total terbentuk cepat, kemudian akan hilang
semenjak hari pertama terjadinya pembusukan.
Faktor lainnya adalah aktifitas fisik sebelum mati. Ketersediaan glikogen dan ATP dalam
otot adalah elemen terpenting dalam terbentuknya kekakuan. Kerja otot mempengaruhi
interaksi dari substansi tersebut dan dapat mempercepat onset terjadinya kekakuan.
Cadaveric spasme, merupakan bentuk variasi dari kekakuan yang dipercepat.

Aspek Medikolegal Pada Rigor Mortis


Kegunaan pemeriksaan kaku mayat :
 Tanda pasti kematian.
 Dapat memperkirakan waktu / saat kematian.
 Dapat memperkirakan / melihat adanya tanda – tanda manipulasi.
 Dapat memperkirakan penyebab (walaupun sulit).
 Dapat memperkirakan posisi.
Bentuk - Bentuk dari Kekakuan yang Menyerupai Rigor Mortis
a. Heat Stiffening

Paparan panas yang kuat seperti terbakar, terekspos listrik tegangan tinggi, terendam
air panas, kekakuan terbentuk lebih kuat dibanding rigor mortis biasa. Pada otopsi,
otot dapat tampak menciut dan tampak karbonisasi ke permukaan. Dibawahnya
terdapat daerah pink kecoklatan (“cooked meat”), dan jika proses tidak berlanjut
sampai bagian bawahnya, tampak otot merah normal. Heat stiffening ini tidak dapat
dipatahkan dengan menggerakan ke arah sikap ekstensi seperti halnya pada rigor
mortis, dan akan menetap sampai timbulnya pembusukan.

b. Cold Stiffening

11
Pada lingkungan bersuhu dingin ekstrim, cairan tubuh juga akan membeku termasuk
persendian, sehingga bila sendi ditekuk akan terdengar bunyi pecahnya es dalam
rongga sendi. Pada temperatur yang ekstrim, otot akan mengalami kekakuan yang
palsu. Pada udara yang sangat dingin, saat panas tubuh hilang, otot dapat mengeras
karena cairan tubuh menjadi beku dan memadat, seperti pada daging yang disimpan
pada freezer.

c. Cadaveric Spasm

Cadaveric spasm terjadi pada kematian yang disebabkan jika seseorang ditengah
aktifitas fisik atau emosi yang kuat. Hal ini harus diawali dengan aktifitas saraf
motorik, tetapi beberapa alasan mengatakan terdapat kegagalan relaksasi normal.
Fenomena biasanya terjadi hanya pada 1 daerah otot, contohnya otot fleksor tangan,
dibanding seluruh tubuh. sesungguhnya merupakan kaku mayat yang timbul dengan
intensitas sangat kuat tanpa didahului oleh relaksasi primer. Penyebabnya adakah
akibat habisnya cadangan glikogen dan ATP yang bersifat setempat pada saat mati
klinis karena kelelahan atau emosi yang hebat sesaat sebelum meninggal.
Keuntungannya, kebanyakan penyidik dapat mengetahui saat seseorang diduga mati
dibunuh atau bunuh diri saat melihat tangannya yang menggenggam senjata. Jika
menemukan korban yang tenggelam, atau jatuh dari ketinggian, hal ini memiliki
nilai yang memastikan bahwa orang tersebut masih hidup saat dia jatuh, dengan
demikian hal ini membedakan pada korban post – mortem yang dibuang.

Rigor Mortis Cadaveric Spasm


Onset Dikarenakan perubahan otot Keadaan lanjut dari kontraksi
sesudah kematian seluler, otot sesudah mati, dimana
didahului dengan primary otot dalam kondisi mati
flaccidity seketika
Otot yang terlibat Semua otot dalam tubuh Otot tertentu, sesuai keadaan
kontraksi saat mati
Intensity Moderate Sangat kuat
Durasi 12 – 24 jam Beberapa jam, sampai
digantikan posisinya oleh
rigor mortis
Faktor predisposisi - Rangsangan, ketakutan,

12
kelelahan
Mekanisme pembentukan Penurunan ATP dibawah Tidak diketahui
level kritis
Hubungan medikolegal Mengetahui waktu kematian Mengetahui cara kematian,
bisa karena bunuh diri,
kecelakaan, atau
pembunuhan
Tabel 3. Perbedaan antara rigor mortis dengan cadaveric spasm

2.10 Pembusukan (Decomposition, Putrefaction)


Merupakan tahap akhir pemutusan jaringan tubuh mengakibatkan hancurnya komponen
tubuh organik kompleks menjadi sederhana. Pembusukan merupakan perubahan lebih
lanjut dari mati seluler. Kedua proses ini mengakibatkan dekomposisi seperti di bawah
ini :
a. Autolisis.
Merupakan proses melunaknya jaringan bahkan pada keadaan steril yang
diakibatkan oleh kerja enzim digestif yang dikeluarkan sel setelah kematian dan
dapat dihindari dengan membekukan jaringan.
b. Proses Pembusukan Bakteri.
Merupakan proses dominan pada proses pembusukan dengan adanya
mikroorganisme, baik aerobik maupun anaerobik. Bakteri pada umumnya terdapat
dalam tubuh, akan memasuki jaringan setelah kematian. Kebanyakan bakteri
terdapat pada usus, terutama Clostridium welchii.
.
c. Perubahan Warna.
Tanda awal pembusukan adalah tampak adanya warna hijau pada kulit dan dinding
perut depan, biasanya terletak pada sebelah kanan fossa iliaca, dimana daerah
tersebut merupakan daerah colon yang mengandung banyak bakteri dan cairan.
Warna hijau ini akan menyebar ke seluruh dinding perut dan alat kelamin luar,
menyebar ke dada, leher, wajah, lengan, dan kaki. Rangkaian ini disebabkan karena
luasnya distribusi cairan atau darah pada berbagai organ tubuh.
Warna ini akan tetap ada sekitar 36 – 48 jam setelah kematian dan tampak jelas pada
vena superficial perut, bahu dan leher.
d. Pembentukan Gas Pembusukan.
Pada saat perubahan warna pada perut, tubuh mulai membentuk gas yang terdiri dari
campuran gas tergantung dari waktu kematian dan lingkungan. Gas ini akan
13
terkumpul pada usus dalam 12 – 24 jam setelah kematian dan mengakibatkan perut
membengkak. Dari 24 – 48 jam setelah kematian, gas terkumpul dalam jaringan,
cavitas sehingga tampak mengubah bentuk dan membengkak. Jaringan subkutan
menjadi emphysematous, dada, skrotum, dan penis, menjadi teregang. Mata dapat
keluar dari kantungnya, lidah terjulur diantara gigi dan bibir menjadi bengkak.
Cairan berbusa atau mukus berwarna kemerahan dapat keluar dari mulut dan hidung.
Perut menjadi sangat teregang dan isi perut dapat keluar dari mulut. Sphincter
relaksasi dan urine serta feses dapat keluar. Anus dan uterus prolaps setelah 2 – 3
hari. Gas terkumpul diantara dermis dan epidermis membentuk lepuh. Lepuh
tersebuh dapat mengandung cairan berwarna merah, keluar dari pembuluh darah
karena tekanan dari gas. Biasanya lepuh terbentuk lebih dahulu dibawah permukaan,
dimana jaringan mengandung banyak cairan karena oedema hipostatik.

e. Bulla
Tabel Perbedaan bulla intravital dan bulla pembusukan
Bulla Intravital Perbedaan Bulla pembusukan

Kecoklatan Warna kulit ari Kuning

Tinggi Kadar albumin & klor Rendah atau tidak ada


bulla

Hiperemis Dasar bulla Merah pembusukan

Intraepidermal Jaringan yang terangkat Antara epidermis &


dermis

Ada Reaksi jaringan & Tidak ada


respon darah

f. Skeletonisasi.

14
Tubuh yang terkena udara mengalami skeletonisasi sekitar 2 – 4 minggu tetapi dapat
berlangsung lebih cepat bila terdapat binatang seperti semut dan lalat, dapat pula
lebih lama bila tubuh terlindungi contohnya terlindung daun dan disimpan dalam
semak.
Dekomposisi berbeda pada setiap tubuh, lingkungan dan dari bagian tubuh yang satu
dengan yang lain. Terkadang, satu bagian tubuh telah mengalami mumifikasi
sedangkan bagian tubuh lainnya menunjukkan pembusukan. Adanya binatang akan
menghancurkan jaringan lunak dalam waktu yang singkat dan dalam waktu 24 jam
akan terjadi skeletonisasi.
g. Pembusukan Organ Dalam.
Warna merah kecoklatan pada bagian dalam aorta dan pembuluh darah lain muncul
pada perubahan awal. Adanya hemolisis dan difusi darah akan mewarnai sekeliling
jaringan atau organ dan merubah warna organ tersebut menjadi hitam. Organ
menjadi lunak ,berminyak, empuk dan kemudian menjadi masa semiliquid.

Awal Akhir
Laring dan trakhea Paru – paru
Lambung dan usus Jantung
Limpa Ginjal
Omentum dan mesenterium Oesofagus dan diafragma
Hati Kandung kencing
Otak Pembuluh darah
Uterus gravid Prostat dan uterus
Tabel 4. Susunan perubahan pembusukan pada organ dalam

Keadaan yang mempengaruhi onset dan lama pembusukan :


a. Faktor Eksogen
1. Temperatur atmosfer.
Temperatur atmosfer lingkungan yang tinggi akan mempercepat pembusukan.
2. Adanya udara dan cahaya.
Secara tidak langsung, lalat dan serangga biasanya menghindari bagian tubuh
yang terekspos sinar, cenderung meletakan telurnya pada kelopak mata, lubang
hidung, dan sebagainya.
3. Terbenam dalam air.
Pembusukan berlangsung lebih lambat di air dibandingkan di udara.
15
4. Terkubur dalam tanah.
Semakin lama tubuh berada di tanah sebelum dikuburkan, maka akan
mempercepat pembusukan khususnya bila tubuh diletakkan pada udara yang
hangat.
b. Faktor Endogen
1. Sebab kematian.
Jika seseorang meninggal karena kecelakaan, pembusukan akan berlangsung
lebih lama daripada orang yang meninggal karena sakit. Kematian karena gas
gangren, sumbatan usus, bakteriemia / septikemia, aborsi akan menunjukkan
proses pembusukan yang lebih cepat..
2. Kondisi tubuh.
Kelembapan pada tubuh akan menunjang pembusukan. Cairan pada tubuh
manusia kira – kira dua per tiga dari berat badan. Maka dari itu pada tubuh yang
mengandung sedikit cairan seperti rambut, gigi, tulang akan memperlambat
pembusukan.
3. Pakaian pada tubuh.
Pakaian yang ketat dapat memperlambat pembusukan karena menekan bagian
tubuh sehingga darah sedikit yang terkumpul pada daerah yang tertekan.
4. Umur dan jenis kelamin.
Tubuh anak – anak membusuk lebih cepat daripada orang tua, dimana pada orang
tua akan membusuk lebih lama karena mengandung cairan lebih sedikit.
Jenis kelamin tidak terlalu berpengaruh. Tubuh wanita memiliki lemak yang lebih
banyak yang akan mempertahankan panas lebih lama, yang akan mempercepat
proses pembusukan.

2.11 Penyabunan (Saponifikasi)


Dikenal juga sebagai “grave wax” atau adiposera. Adiposera berasal dari bahasa latin,
adipo untuk lemak dan cera untuk lilin) berwarna utih kelabu setelah meninggal
dikarenakan dekomposisi lemak yang dikarenakan hidrolisis dan hidrogenasi dan lemak
(sel lemak) yang terkumpul di jaringan subkutan yang menyebabkan terbentuknya
lechitinase, suatu enzim yang dihasilkan oleh Clostridium welchii, yang berpengaruh
terhadap jaringan lemak.
Faktor – faktor yang mempermudah terbentuknya adiposera adalah :
- Kelembapan.
16
- Lemak tubuh.
Sedangkan yang menghambat adalah air yang mengalir.
Proses pertama saponifikasi terlihat pada lemak subkutan yang berada pada dagu, buah
dada, bokong, dan perut, ini dikarenakan karena area tersebut mempunyai lemak lebih
banyak. Otot menjadi dehidrasi dan menjadi sangat tipis, berwarna keabu – abuan. Organ
– organ dalam dan paru – paru konsistensinya menjadi seperti perkamen. Secara
histologis, makroskopis organ masih dapat dikenali. Walaupun secara mikroskopis sulit
untuk dikenali.
2.12 Mumifikasi
Perubahan – perubahan yang terjadi pada tubuh akibat dekomposisi dapat dihambat dan
digantikan dengan mumifkasi. Mayat yang mengalami mumifikasi akan tampak kering,
berwarna coklat, kadang disertai bercak warna putih, hijau atau hitam, dengan kulit yang
tampak tertarik terutama pada tonjolan tulang, seperti pada pipi, dagu, tepi iga, dan
panggul. Organ dalam umumnya mengalami dekomposisi menjadi jaringan padat
berwarna coklat kehitaman. Sekali mayat mengalami proses mumifikasi, maka
kondisinya tidak akan berubah, kecuali bila diserang oleh serangga.
Mumifikasi pada orang dewasa umumnya tidak terjadi pada seluruh bagian tubuh. Pada
umumnya mumifikasi terjadi pada sebagian tubuh, dan pada bagian tubuh lain proses
pembusukan terus berjalan.

17
BAB III

LAPORAN KASUS

3.2 VISUM et REPERTUM

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAERAH JAWA TENGAH

RUMAH SAKIT BHAYAGKARA SEMARANG

Jl. Majapahit No. 140, Semarang

PRO JUSTITIA

VISUM ET REPERTUM

NOMOR : R/04/X/2016/RUMKIT

Atas permintaan tertulis dari Kepolisian Resor Kota Pekalongan melalui suratnya tanggal 29
Oktober 2016 Nomor: R/44/VER/X/2016/RESKRIM yang ditandatangani oleh DodiHartawan,
S.H, pangkat Inspektur Polisi Dua, NRP 69101873 dan diterima tanggal 29 Oktober 2016 pukul

18
12.00 WIB, maka dengan ini saya, dr. Yusuf Candra sebagai dokter yang bekerja di Rumah Sakit
Umum Daerah Pekalongan Semarang menerangkan pada tanggal 29 Oktober 2016 pukul 18.50
WIB, telah memeriksa jenazah yang berdasarkan surat permintaan tersebut di atas bernama
Ahmad Sutardjo, jenis kelamin laki-laki,umur tiga puluh tahun. Alamat Dusun Wates, RT 04 RW
04, Desa Gentan, Kabupaten pekalongan. Jenazah ditemukan mengapung di pinggir sungai
Gentan diduga meninggal dunia akibat tenggelam------------------------------------------------

HASIL PEMERIKSAAN :----------------------------------------------------------------------------------

Dari pemeriksaan atas tubuh jenazah tersebut di atas ditemukan fakta-fakta sebagai berikut: -----

A. FAKTA YANG BERKAITAN DENGAN IDENTITAS JENAZAH -------------------------


Tanggal : Dua Puluh Sembilan Oktober Dua Ribu Enam Belas------------------------------------

1. Identitas Umum Jenazah :-------------------------------------------------------------------------------

a. Jenis kelamin : Laki-laki -----------------------------------------------------------------------------


b. Umur : Antara dua puluh lima sampai empat puluh lima tahun ---------------------------
c. Panjang badan : Seratus lima puluh satu sentimeter-------------------------------------------
d. Berat badan : -------------------------------------------------------------------------------------------
e. Warna kulit : Sawo matang, ------------------------------------------------------------------------
f. Ciri rambut : Hitam, Lurus, Panjang atas empat sentimeter,panjang kanan dua sentimeter,
panjan kiri dua sentimeter------------------------------------------------------------
g. Warna pelangi mata : Coklat Kehitaman---------------------------------------------------------
h. Keadaan gizi : Kesan Gizi berlebih ----------------------------------------------------------------

2. Identitas Khusus Jenazah:-------------------------------------------------------------------------------

a. Tato : Ada-----------------------------------------------------------------------------------------
 Tato di lengan kiri atas , Berbentuk abstrak , warna hitam cdengan ukuran ,panjang
sembilan belas sentimeter dan lebar delapan sentimeter
b. Jaringan parut : Tidak ada--------------------------------------------------------------------------
c. Cacat fisik : Tidak ada-------------------------------------------------------------------------------
d. Tahi lalat : Tidak ada---------------------------------------------------------------------------------
e. Tanda lahir : Tidak ada------------------------------------------------------------------------------
f. Pakaian : Kain Berlapis-------------------------------------------------------------------------------
 Kain Berlapis tiga , kain pertama bermotif batik warna coklat dengan ukuran panjang
19
sembilan puluh dua sentimeter dan lebar seratus enam puuh sentimeter, kain kedua kain
putih polos dengan ukuran panjang seratus tujuh puluh satu sentimeter dan lebar
seratus lima sentimeter, kain ketiga kain putih polos dengan ukuran panjang seratus
lima sentimeter dan lebar delapan puluh enam sentimeter--------
f. Perhiasan : Tidak ada--------------------------------------------------------------------------------
g. Ciri – ciri lain : Tidak ada--------------------------------------------------------------------------
h. Kantung jenazah : Tidak ada ----------------------------------------------------------------------
i. Label myat : Tidak ada------------------------------------------------------------------------------
j. Benda di dekat jenazah : Tidak ada---------------------------------------------------------------

B. FAKTA YANG BERKAITAN DENGAN WAKTU TERJADINYA KEMATIAN ---------

a. Suhu mayat : -----------------------------------------------------------------------------------------


b. Lebam mayat : Berwarna biru kehitaman pada tengkuk, pinggang, dan tungkai bawah tidak
hilang dengan penekanan ----------------------------------------------------------
c. Kaku mayat : Terdapat Kaku mayat seluruh tubuh, sulit di lawan------------------------
d. Pembusukan : Tidak di temukan tanda pembusukan-----------------------------------------

C. FAKTA DARI PEMERIKSAAN TUBUH BAGIAN LUAR------------------------------------

1. Permukaan Kulit Tubuh :--------------------------------------------------------------------------------

1. Kepala : seluruh permukaan kulit kering--------------------------------------------------


2. Kepala : ----------------------------------------------------------------------------------------
a. Daerah berambut : terdapat resapan darah pada puncak kepala dengan ukuran
panjang sepuluh sentimeter dan lebar sembilan sentimeter-----------------------------
b. Wajah :
 Terdapat satu buah luka lecet pada atas kelopak mata kiri bentuk tidak
teratur dengan ukuran panjang dua sentimeter dan lebar dua sentimeter,
garis batas luka tidak teratur, di sekitar luka terdapat memar dengan
ukuran panjang enam sentimeter dan lebar empat sentimeter----------------
 Terdapat luka lecet pada pipi kanan bentuk tidak teratur dengan ukuran
panjang tiga koma lima sentimeter lebar satu koma lima sentimeter, garis
batas luka tidak teratur-------------------------------------------------------------
 Terdapat beberapa luka terbuka di pipi kiri bentuk tidak beraturan dengan
ukuran terbesar panjang tiga sentimeter lebar nol koma lima sentimeter dan
dalam nol koma dua sentimeter dan ukuran terkecil panjang nol koma lima
sentimeter lebar nol koma tiga sentimeter dan dalam nol koma dua
sentimeter, garis batas luka tidak teratur, terdapat satu buah luka lecet
dengan ukuran panjang delapan sentimeter dan lebar tujuh
20
sentimeter----------------------------------------------------------------------------
 Terdapat satu buah luka terbuka di dagu bentuk tidak teratur dengan
ukuran panjang tiga sentimeter lebar dua sentimeter dan dalam nol koma
lima sentimeter----------------------------------------------------------------------
3. Leher : tidak ada kelainan------------------------------------------------------------------
4. Bahu : ----------------------------------------------------------------------------------------
 Bahu kanan : tidak ada kelainan----------------------------
 Bahu kiri : terdapat luka lecet pada bahu kiri dengan bentuk tidak
teratur ukuran panjang sebelas sentimeter dan lebar sembilan sentimeter,
garis batas luka tidak teratur -----------------------------------------------------
5. Dada : terdapat luka lecet pada dada kiri bagian atas dengan bentuk tidak teratur
dengan ukuran panjang satu sentimeter dan lebar satu sentimeter, garis batas luka
tidak beratur --------------------------------------------------------------------------
6. Punggung : tidak ada
kelainan------------------------------------------------------------------
7. Perut : terdapat luka lecet pada perut bagian kanan dengan bentuk tidak teratru
dengan ukuran panjang satu sentimeter lebar satu koma delapan sentimeter, garis
batas luka tidak teratur---------------------------------------------------------------------------
8. Anggota gerak : ----------------------------------------------------------------------------------
 Anggota gerak atas : ---------------------------------------------------------------
 Kanan: tidak ada kelainan----------------------------------------------------
 Kiri: terdapat satu buah luka lecet pada pergelangan tangan kiri bagian
dalam, bentuk tidak teratur dengan ukuran panjang satu sentimeter
dan lebar nol koma lima sentimeter, garis batas luka tidak
teratur--------------------------
 Anggota gerak bawah : ------------------------------------------------------------
 Kanan: tidak ada kelainan----------------------------------------------------
 Kiri: Terdapat lecet pada ibu jari kaki kiri bentuk tidak teratur dengan
ukuran panjang dua sentimeter lebar dua koma lima sentimeter, garis
batas luka tidak teratur-----------------------------------
2. Bagian Tubuh tertentu:----------------------------------------------------------------------------------

1. Mata :-----------------------------------------------------------------------------------------------------
o Alis mata : Hitam , tidak ada kelainan-------------------------------------------------
o Bulu mata : Hitam, tidak ada kelainan ----------------------------------------------------------
o Kelopak mata : terdapat sebuah luka lecet pada kelopak mata atas sebelah kiri bentuk
tidak beraturan dengan panjang dua sentimeter dan lebar dua sentimeter tepi tidak rata,
batas tidak tegas disekitar luka terdapat memar bentuk tidak beraturan dengan panjang
enam sentimeter dan lebar empat sentimeter warna merah kehitaman------------------------
21
o Selaput kelopak mata : Tidak ada kelainan-----------------------------------------------------
o Selaput biji mata : Tidak ada kelainan----------------------------------------------------------
o Selaput bening mata : Keruh -------------------------------------------------------
o Pupil mata : Tidak dapat dinilai--------------------------------------------------------------------
o Pelangi mata : Terdapat cincin berwarna keputihan di sekitar pelangi mata kanan dan
kiri ---------------------------------------------------------------------
2. Hidung :--------------------------------------------------------------------------------------------------
o Bentuk hidung : Tidak ada kelainan-------------------------------------------------------------
o Permukaan kulit hidung : Tidak ada kelainan--------------------------------------------------
o Lubang Hidung : Tidak ada kelainan------------------------------------------------------------
o Keluar darah dari hidung terutama saat dada di tekan dan kepala dimiringkan--------
3. Telinga :--------------------------------------------------------------------------------------------------
o Bentuk telinga : Tidak ada kelainan-------------------------------------------------------------
o Permukaan daun telinga : Tidak ada kelainan--------------------------------------------------
o Lubang telinga : Tidak ada kelainan-------------------------------------------------------------
4. Mulut :Tidak ada kelainan----------------------------------------------------------------------------
 Bibir atas : Tidak ada kelainan------------------------------------------------------------------
 Bibir bawah : Tidak ada kelainan ---------------------------------------------------------------
 Selaput lendir mulut : Tidak ada kelainan ------------------------------------------------------
 Lidah : Tidak ada kelainan-----------------------------------------------------------------------
 Gigi – geligi :
 Rahang atas : Jumlah gigi enam belas, gigi geraham belakang ketiga
kanan kiri sudah tumbuh------------------------------------------------------------
 Rahang bawah : Jumlah gigi enam belas, gigi geraham belakang ketiga
kanan kiri sudah tumbuh------------------------------------------------------------
 Langit – langit mulut : Tidak ada kelainan-----------------------------------
 Keluar darah dari mulut terutama saat dada ditekan dan kepala
dimiringkan
5. Alat kelamin : Laki-laki--------------------------------------------------------------------------------
 Rambut kemaluan : Tidak ada kelainan, warna hitam, distribusi merata--------
 Penis : sudah disunat, Tidak ada kelainan----------------------------------------------------
 Kantung biji pelir : Tidak ada kelainan-----------------------------------------------------
22
 Biji pelir : tidak ada kelainan-----------------------------------------------------------------
 Rambut kelamin : hitam-------------------------------------------------------------------------------
6. Tulang – tulang --------------------------------------------------------------------
o Tulang tengkorak: Tidak ada kelainan------------------------------------------------
o Tulang belakang: Tidak ada kelainan-----------------------------------------------------
o Tulang dada: Tidak ada kelainan----------------------------------------------------------
o Tulang punggung: Tidak ada kelainan -------------------------------------------------
o Tulang panggul: Tidak ada kelainan -------------------------------------------------
o Tulang anggota gerak: Tidak ada kelainan ----------------------------------
D. FAKTA DARI PEMERIKSAAN TUBUH BAGIAN DALAM----------------------------------
1. Rongga kepala--------------------------------------------------------------------
o Kulit kepala: Tidak ada kelainan----------------------------------
o Selaput otak: Terdapat resapan darah pada puncak kepala, panjang sepuluh sentimeter,
lebar sembilan sentimeter--------------------------------------------------------------------------------
o Otak besar : Permukaan tampak pucat, terdapat pelebaran pembuluh darah pada
semua permukaan otak, lekuk otak datar, parit otak menyempit, perabaan lunak,
panjang tiga belas sentimeter, lebar sembilan sentimeter, tinggi empat sentimeter, dan
berat tiga ratus lima puluh gram, pada pengirisan tidak terdapat kelainan------------------
o Otak kecil : Permukaan tampak pucat, terdapat pelebaran pembuluh darah seperti
pohon beringin, lekuk otak datar, parit otak menyempit, perabaan lunak, panjang tujuh
belas koma lima sentimeter, lebar delapan sentimeter, tinggi empat sentimeter, berat
seratus delapan puluh gram, pada pengirisan tidak terdapat kelainan------------------------
o Batang Otak : Permukaan tampak pucat, perabaan lunak, panjang sembilan sentimeter,
lebar lima sentimeter, tinggi satu koma lima sentimeter, berat dua ratus lima puluh
gram, pada pengirisan tidak terdapat kelainan-----------------------------------------
2. Leher bagian dalam--------------------------------------------------------------------
● Kulit : Tidak ada kelainan-------------------------------------------------------------------------------
● Saluran kerongkongan : Tidak ada kelainan-------------------------------------------------------
● Selaput lendir kerongkongan : Tidak ada kelainan-----------------------------------------------
● Saluran tenggorokan : Tidak ada kelainan----------------------------------------------------------
● Selaput lendir tenggorokan : Tidak ada kelainan---------------------------------------------------
● Pembuluh besar di leher : terisi darah merah gelap dan encer----------------------------------
3. Rongga dada--------------------------------------------------------------------
● Kulit bagian dalam: Tidak ada kelainan------------------------------------------
● Dinding rongga dada:
● Kulit bagian dalam : tidak ada kelainan----------------------------------------------------
● Dinding Rongga dada: Tidak ada kelainan-------------------------------------------------
● Rongga dada : Tidak ada kelainan-----------------------------------------------------------
● Tulang dada dan tulang iga: Tidak ada kelainan-----------------------------------------
● Paru-paru : --------------------------------------------------------------------
⁻ Selaput pembungkus paru : Berwarna kemerahan------------------------------
⁻ Paru Kanan : paru kanan tampak mengembang terdiri dari tiga bagian,
menutupi kandung jantung, berwarna merah pucat diselingi bercak
23
merah di antara daerah yang berwarna kelabu, perabaan seperti spons
dan basah, panjang dua puluh sentimeter, lebar dua belas sentimeter,
tinggi lima sentimeter, berat lima ratus gram, pada pengirisan terdapat
darah merah gelap, encer, dan buih halus putih kemerahan------------------
⁻ Paru Kiri : paru kiri tampak mengembang terdiri dari dua bagian,
menutupi kandung jantung, berwarna merah pucat diselingi bercak
merah di antara daerah yang berwarna kelabu, perabaan seperti spons
dan basah, panjang sembilan belas sentimeter, lebar tiga belas sentimeter,
tinggi empat sentimeter, berat tiga ratus lima puluh gram, pada
pengirisan terdapat darah merah gelap, encer, dan buih putih halus
kemerahan---------------------------------------------------------------------------------------
● Jantung : -------------------------------------------------------------------------------------------
⁻ Permukaan jantung tampak bintik perdarahan,warna gelap,panjang
empat belas sentimeter,lebar tiga belas sentimeter, tinggi lima sentimeter,
berat tiga ratus gram, pada pengirisan terdapat darah merah gelap dan
encer----------------------------------------------------------------------------------------
⁻ Kandung jantung dua sentimeter dari tepi paru-paru,terdapat bintik
perdarahan, pada pengirisan selaput kandung jantung terdapat cairan
kuning jernih sebanyak tiga mililiter, jantung tidak ditutupi lapisan
lemak---------------------------------------------------------------------------------------
⁻ Jantung bagian kanan : katup antara serambi kanan dan bilik kanan
terdiri dari tiga katup, lingkar katup antara serambi kanan dan bilik
kanan tiga belas sentimeter, tebal otot jantung kanan satu sentimeter.
Pembuluh nadi paru terdiri dari tiga katup, tonjolan otot tidak putus dan
tidak kaku, katup penghubung otot tidak terdapat resapan darah, ukuran
lingkar katup empat sentimeter------------------------------------------------------
⁻ Jantung bagian kiri : katup antara serambi dan bilik kiri terdiri dari dua
katup, ukuran lingkar katup antara serambi kiri dan bilik kiri dua belas
sentimeter, tebal otot jantung kiri dua sentimeter, tonjolan otot tidak
putus dan tidak kaku, katup penghubung otot tidak terdapat resapan
darah, pembuluh nadi utama terdiri dari tiga katup, ukuran lingkar
katup delapan sentimeter--------------------------------------------------------------
4. Rongga perut-----------------------------------------------------------------------------------------------
● Dinding perut: Terdapat sebuah luka lecet di perut kanan panjang satu
sentimeter dan lebar satu koma delapan sentimeter--------------------------------------
● Rongga perut: Tidak ada kelainan------------------------------------------------------------
● Tirai usus: Tidak ada kelainan----------------------------------------------------------------
24
● Usus : Pada pengisian terdapat feses dan masa dengan bau alkohol seperti
durian-----------------------------------------------------------------------------------------------
● Lambung : lengkung lambung besar tiga puluh delapan sentimeter, lengkung
lambung kecil delapan sentimeter,selaput lendir lambung tidak ada kelainan-----
● Hati: Warna merah gelap, permukaan licin, perabaan kenyal, panjang tiga puluh
sentimeter, lebar enam belas sentimeter, tebal tujuh sentimeter, berat serratus
enam puluh lima gram, pada pengirisan tampak darah merah gelap dan encer
------------------------------------------------------------------------------------------------
● Limpa: Warna merah kehitaman, perabaan kenyal, panjang dua belas
sentimeter, lebar tujuh sentimeter, tebal empat sentimeter, berat seratus sembilan
puluh gram, pada pengirisan terdapat darah merah gelap dan encer ---
● Ginjal--------------------------------------------------------------------
- Ginjal kanan: Warna merah gelap, permukaan licin, perabaan kenyal,
pembungkus ginjal mudah dilepas, panjang empat sentimeter, lebar empat
koma lima sentimeter, tebal tiga sentimeter dan seratus gram, pada
pengirisan penampang ginjal tidak menunjukkan kelainan------------------------
- Ginjal kiri: Warna merah gelap, permukaan licin, perabaan kenyal,
pembungkus ginjal mudah dilepas, ukuran panjang sembilan sentimeter,
enam sentimeter, tebal tiga sentimeter, berat seratus gram, pada pengirisan
penampang ginjal tidak menunjukkan kelainan--------------------------------------
5. Rongga panggul-------------------------------------------------------------------------------------------
● Kandung kencing: Tidak ada kelainan------------------------------------------------------
● Prostat: Tidak ada kelainan-------------------------------------------------------------------
KESIMPULAN-----------------------------------------------------------------------------------------------

Dari fakta-fakta yang ditemukan dari pemeriksaan atas jenazah tersebut maka saya
simpulkan bahwa diperiksa jenazah laki-laki, umur kurang lebih tiga puluh tahun, warna kulit
sawo matang, gizi berlebih. Dari pemeriksaan luar dan dalam ditemukan tanda-tanda kekerasan
tumpul berupa luka lecet dan luka robek. Didapatkan perkiraan waktu kematian adalah dua
belas jam. Sebab kematian adalah mati lemas karena tenggelam.-------------------

PENUTUP----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Demikian keterangan tertulis ini saya buat dengan sesungguhnya, dengan mengingat
sumpah sewaktu menerima jabatan sebagai dokter-------------------------------------------------------------

Semarang, 29 Oktober 2016

25
Dokter yang memeriksa,

dr. Yusuf Candra SpKF, M.H

BAB IV
PEMBAHASAN

Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan logos
(ilmu). Tanatologi adalah bagian dari Ilmu Kedokteran Forensik yang mempelajari hal-hal
yang berkaitan dengan kematian yaitu definisi atau batasan mati, perubahan yang terjadi pada
tubuh setelah terjadi kematian dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut
(Idries, 1997).
Dalam kaitannya dengan forensik tersebut, traumatologi dapat dimanfaatkan untuk
membantu menentukan: (1) Waktu kematian , (2) Sebab kematian pasti , (3) Cara kematian
(homocide, suicide, accident) , (4) Transplantasi (donor organ)

4.1. Jenis penyebab kematian


Pada otak ditemukan adanya kongesti vena di seluruh permukaan otak selain itu,.
pada paru-paru kanan dan kiri didapatkan adanya buih putih halus kemerahan. Dari
tanda-tanda tersebut dapat ditentukan penyebab kematiannya adalah mati lemas akibat
asfiksia karena tenggelam.

26
4.2. Waktu terjadinya kematian
Terdapat lebam mayat Berwarna biru kehitaman pada tengkuk, pinggang, dan
tungkai bawah tidak hilang dengan penekanan, tidak hilang dengan penekanan jari
selama satu menit sehingga disimpulkan jenazah meninggal lebih dari 4 jam. Belum
Terdapat tanda pembusukan.Pada tubuh jenazah didapatkan kaku mayat pada seluruh
tubuh dan sulit dilawan, sehingga dapat disimpulkan jenazah meninggal kurang dari 24
jam.

4.5. Konteks peristiwa penyebab luka


Dari pada pemeriksaan kulit pada bagian tubuh lain dimana didapatkan luka-luka
lecet di beberapa bagian tubuh, Namun tidak ditemukan adanya luka-luka percobaan
(tentative wounds) maupun luka tangkisan (defensive wounds), luka tersebut mungkin di
sebabkan karna pasien terjatuh.maka dapat dipastikan bahwa latar belakang terjadinya
kematian bukan karena pembunuhan ataupun bunuh diri.

4.6. Perkiraan waktu kematian


Dari pemeriksaan lebam mayat: lebam pada berwarna biru kehitaman pada tengkuk,
pinggang, dan tungkai bawah, tidak hilang dengan penekanan jari selama satu menit.
Dari pemeriksaan lebam mayat, waktu kematian diperkirakan lebih dari 4 jam sebelum
pemeriksaan.
Dari pemeriksaan pembusukan dan modifikasinya: tidak didapatkan bau busuk dan
tanda-tanda pembusukan lainnya. Dari pemeriksaan pembusukan dan modifikasinya,
waktu kematian diperkirakan < 12 jam sebelum pemeriksaan.
Dari pemeriksaan kaku mayat: didapatkan kaku mayat seluruh tubuh dan sulit
dilawan . Dari pemeriksaan kaku mayat, waktu kematian diperkirakan > 6 jam sebelum
pemeriksaan.
Dari pemeriksaan mata: kedua mata didapatkan selaput bening mata keruh, dan
terdapat cincin berwarna keputihan di sekitar pelangi mata kanan dan kiri . Dari
pemeriksaan mata, waktu kematian diperkirakan > 12 jam sebelum pemeriksaan.
Dari 4 hasil pemeriksaan perkiraan waktu kematian di atas, dapat disimpulkan
bahwa korban meninggal >12 jam sebelum pemeriksaan.

27
BAB V

KESIMPULAN

Dari fakta-fakta yang ditemukan saat pemeriksaan atas jenazah tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa telah diperiksa jenazah seorang laki-laki umur kurang dari 35 tahun,
panjang badan 151 cm, warna kulit sawo matang, kesan gizi lebih. Tidak didapatkan tanda-
tanda akibat kekerasan fisik. Didapatkan tanda-tanda mati lemas dan tanda-tanda keracunan
alkohol. Sebab kematian adalah keracunan alkohol yang menyebabkan mati lemas.
Latar belakang yang mengakibatkan korban meninggal adalah bukan karena
pembunuhan ataupun bunuh diri. Perkiraan waktu kematian adalah lebih dari 12 jam
sebelum pemeriksaan. Sebab kematiannya belum bisa diketahui pastinya kemungkinan mati
lemas akibat asfiksia karena tenggelam

28
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

1. Dahlan, Sofwan. Ilmu Kedokteran Forensik. Cetakan Pertama semarang: Badan


Penerbit Universitas Diponegoro, 2000.
2. Budiyamto, Arif, dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertama cetakan kedua :
Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Univeritas Indonesia, 1997.
3. Abdul Mun’im Idries. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertama.
Binarupa Aksara. Hal. 54-77
4. Saukko, P; Knight, B . 2004. The Pathophysiology of Death in Knight’s Forensic
Pathology. 3th edition. Hodder Arnold. Page 52-90
5. Shepherd, R. 2003. Changes After Death in Simpson’s Forensic Medicine. 12th
edition. Arnold. Page 37-48
6. Vij,K . 2008. Death and Its Medicolegal Aspects (Forensic Thanatology) in Textbook
of Forensic Medicine and Toxicology Principles and Practice. 4th editon. Elsivier.
Page 101-133
7. Vass AA. Decomposition. Microbiology Today 2001 Nov (28):190-2. Available
from : http://www.socgenmicrobiol.org.uk/pubs/micro_today/pdf/110108.pdf.

29

Anda mungkin juga menyukai