DI SUSUN OLEH :
1. Theresia Simalango 2101002
2. Elmin Wiranti 2101003
3. Rizky Syaputra 7112700891040
4. Surani
PENGUJI :
Dr. Rahmadsyah , Sp.FM
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “undang
- undang yang mengatur dokter sebagai saksi ahli”. Penulisan paper ini
dilakukan dalam rangka memenuhi syarat penilaian Kepanitraan Klinik
Senior di bagian/KSM Ilmu Kedokteran forensik dan medikolegal.
Penulis
LEMBAR VERIFIKASI
Dibacakan tanggal :
Nilai :
Dokter
pembimbing
BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 4
2.1 Definisi........................................................................................ 5
2.8 Medikolegal................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 26
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
4. Refleks vagal (vagal refleks), dimana tekanan pada sinus karotis dapat
menyebabkan jantung tiba-tiba berhenti berdenyut.
Kelainan yang ditemukan terbatas pada alat penjerat dengan luka lecet
tekan akibat alat penjerat (jejas kerat). Refleks ini disebut juga refleks
inhibisi vagal terhadap kerja jantung. Merupakan penyebab kematian segera
(immediate death). Pada keadaan ini biasanya diikuti oleh fibrilasi ventrikel,
dengan hasil berkurangnya detak jantung kemudian beberapa saat terjadi
takikardia sampai terjadi kematian.
2.4 Penjeratan Dengan Tali
Sama dengan mati gantung, bahan apa saja dapat dipakai untuk
maksud ini. Biasanya penjeratan dilakukan dalam pembunuhan, apalagi
korban perkosaan. Walaupun sama-sama ada bekas jeratan dileher seperti
hanging, tetapi strangulasi mempunyai ciri khusus pula. Karena dokter tidak
datang ke TKP, maka pemeriksaan pada mayat harus hati-hati, karena yang
didapati dokter di meja autopsi hanya bekas jeratan di leher. Bentuk, jenis
tali, dan simpul sering tidak disertakan pada mayat (telah dilepas), bila
masih ada, tali diputuskan di luar simpul supaya bisa direkonstruksi
kembali.
Pada penjeratan dengan tali dapat ditemukan:
a. Luka lecet berbentuk bulan sabit yang disebabkan oleh kuku (baik
kuku si penjerat atau kuku korban sewaktu berusaha melepaskan
jeratan).
b. Patah tulang lidah tidak lazim kecuali dibarengi atau didahului
oleh pencekikan atau alat penjerat mempunyai bagian keras
menonjol dan tonjolan tersebut tepat menekan tulang lidah.
c. Bila mekanisme kematiannya asfiksia, maka baik pada
pemeriksaan luar atau pemeriksaan dalam akan ditemukan
kelainan yang sesuai kelainan karena mati lemas.
d. Bila kematiannya refleks vagal, maka kelainan yang ditemukan
terbatas pada alat penjerat dengan luka lecet tekan akibat alat
penjerat (jejas jerat).
2.5 Strangulasi Manual (Pencekikan)
Pencekikan adalah penekanan leher dengan tangan, yang
menyebabkan dinding saluran napas tertekan dan terjadi penyempitan
saluran napas sehingga udara pernapasan tidak dapat lewat. Pencekikan
dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
a. Menggunakan 1 tangan dan pelaku berdiri didepan korban.
b. Menggunakan 2 tangan dan pelaku berdiri didepan atau
dibelakang korban.
c. Menggunakan 1 lengan dan pelaku berdiri didepan atau
dibelakang korban.
Apabila pelaku berdiri dibelakang korban dan menarik korban ke arah
pelaku maka ini disebut mugging.
Pada pencekikan dapat ditemukan:
a. Ciri khas adalah adanya luka lecet berbentuk bulan sabit yang
disebabkan oleh tekanan kuku pencekik, dimana dari distribusi
luka tersebut dapat diketahui apakah korban dicekik dengan
tangan kanan, tangan kiri dan keduanya.
b. Patahnya tulang lidah yang disertai dengan resapan darah pada
jaringan ikat dan otot disekitarnya dapat merupakan petunjuk
yang hampir pasti bahwa korban mati dicekik. Selain patah tulang
lidah yaitu pada bagian cornunya, tulang rawan thyroid dapat juga
patah pada korban yang mengalami pencekikan.
c. Sembabnya katup pangkal tenggorok dan jaringan longgar
disekitarnya yang disertai dengan bintik-bintik perdarahan
dijumpai.
d. Jika mekanisme kematiannya asfiksia, maka pada korban akan
didapatkantanda-tanda asfiksia yang jelas.
e. Jika kematiannya karena inhibisi vagal, kelainan hanya terbatas
pada daerah leher tanpa disertai tanda-tanda asfiksia.
KESIMPULAN
1981.