Pembimbing :
dr. Deksa Muhammad Nurfitrian Widiastu, Sp.THT-KL
Penyusun :
Salma Inas Konitatunisa 20210420155
Referat ini telah diperiksa dan disetujui sebagai salah satu tugas dalam
rangka menyelesaikan studi kepaniteraan kami sebagai Dokter Muda di bagian
Ilmu Penyakit THT-KL di Rumah Sakit Umum Daerah dr Mohamad Soewandhie
Surabaya
Pembimbing
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan berkah yang telah dilimpahkan-Nya kepada kami sehingga dapat
menyelesaikan referat dengan judul “Benign Paroxysmal Positional Vertigo
(BPPV)”. Penulisan referat ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat
kelulusan pada progam pendidikan profesi dokter pada Fakultas Kedokteran
Universitas Hang Tuah Surabaya yang dilaksanakan di Rumah Sakit Umum
Daerah dr Mohamad Soewandhie Surabaya, dengan harapan dapat dijadikan
sebagai tambahan ilmu yang bermanfaat bagi pengetahuan penulis maupun
pembaca.
Ucapan terima kasih kami haturkan kepada dokter pembimbing referat ini,
dr. Deksa Muhammad Nurfitrian Widiastu, Sp.THT-KL dan seluruh dokter di
Rumah Sakit Umum Daerah dr Mohamad Soewandhie Surabaya yang senantiasa
membimbing kami agar dapat menyelesaikan studi dengan baik, serta semua
pihak yang telah membantu terselesaikannya referat ini.
Referat ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dengan segenap
kerendahan hati, kami sebagai penulis memohon maaf apabila ada yang kurang
berkenan dan kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar dapat
menjadi lebih baik lagi kedepannya. Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................2
2.1 Anatomi Telinga...................................................................................2
2.1.1 Telinga dalam..............................................................................2
2.2 Fisiologi Organ Vestibular....................................................................5
2.3 Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)...................................8
2.3.1 Definisi........................................................................................8
2.3.2 Epidemiologi...............................................................................8
2.3.3 Etiologi........................................................................................9
2.3.4 Patofisiologi...............................................................................10
2.3.4.1 Teori Cupulolithiasis.....................................................11
2.3.4.2 Teori Canalithiasis........................................................11
2.3.5 Gejala dan pemeriksaan fisik.....................................................12
2.3.5.1 Anamnesis......................................................................12
2.3.5.2 Pemeriksaan fisik...........................................................12
2.3.6 Kriteria diagnosis.......................................................................16
2.3.6.1 BPPV tipe kanal posterior.............................................16
2.3.6.2 BPPV tipe kanal lateral..................................................18
2.3.6.3 BPPV Tipe Kanal Anterior dan Tipe Polikanalikular. . .18
2.3.7 Tatalaksana................................................................................19
2.3.7.1 Farmakologi...................................................................19
2.3.7.2 Non farmakologi............................................................20
2.3.7.3 Tindakan operasi............................................................23
2.3.8 Prognosis...................................................................................23
KESIMPULAN....................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
Istilah 'jinak' umumnya menyiratkan bahwa suatu penyakit atau kondisi tidak
berbahaya dalam efeknya, tetapi meskipun istilah ini ada di dalam BPPV, beban
penyakit yang dialami oleh penderita menunjukkan sebaliknya (Power et al.,
2020). Penyakit Meniere, migrain, dan operasi telinga bagian dalam juga terbukti
sangat terkait dengan BPPV (Türk et al., 2021). Diagnosis BPPV dilakukan
melalui tes, khususnya tes Dix-Hallpike untuk BPPV posterior (pBPPV) dan
supine roll-test untuk BPPV horizontal (hBPPV), dan kriteria diagnostik termasuk
pusing dan nistagmus kanal spesifik yang didapatkan selama pengujian (Lindell,
Karlsson, et al., 2021b).
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Telinga bagian dalam terdiri dari dua divisi utama: labirin bertulang
di bagian luar yang membungkus labirin membranosa di bagian dalam.
Labirin bertulang dilapisi dengan periosteum dan mengandung perilimfe.
2
Cairan perilimfe yang secara kimia mirip dengan cairan serebrospinal
mengelilingi labirin membranosa. Labirin membranosa mengandung cairan
endolimfe di dalamnya, yang memainkan peran penting dalam eksitasi sel-
sel rambut yang bertanggung jawab untuk transmisi suara dan vestibular.
Tingkat ion kalium dalam endolimfe sangat tinggi untuk cairan
ekstraseluler, dan ion kalium berperan dalam pembentukan sinyal
pendengaran. Neuron sensorik membawa informasi sensorik dari reseptor,
dan neuron motorik membawa sinyal umpan balik ke reseptor. Badan sel
neuron sensorik terletak di ganglia vestibular (Tortora & Nielsen, 2017).
3
Gambar 2.2 Telinga dalam (Tortora & Nielsen, 2017)
4
detik untuk berkontraksi, mereka dapat melindungi telinga bagian dalam
dari suara keras yang berkepanjangan, tetapi tidak dengan suara keras yang
singkat seperti suara tembakan (Tortora & Nielsen, 2017).
Dinding anterior telinga tengah berisi lubang yang mengarah
langsung ke tuba auditorik (pharyngotympanic), umumnya dikenal sebagai
tuba eustachius. Tuba eustachius adalah saluran dinamis yang
menghubungkan telinga tengah dengan nasofaring. Ukuran saluran ini pada
orang dewasa sekitar 36 mm yang biasanya dicapai pada usia 7 tahun
(Valentine & Wright, 2019). Tuba eustachius dalam keadaan normal
tertutup, tetapi dapat membuka oleh gerakan menguap, mengunyah, dan
menelan. Pembukaan ini memungkinkan tekanan udara di telinga tengah
menyamai tekanan atmosfer sehingga tekanan di kedua sisi membran
timpani setara (Sherwood, 2019).
5
sebagian informasi yang dihasilkan oleh aparatus vestibularis tidak
mencapai tingkat kesadaran (Sherwood, 2019).
6
sebenarnya dan merupakan gejala yang menonjol apabila salah satu labirin
mengalami inflamasi.
2.3.1 Definisi
2.3.2 Epidemiologi
2.3.3 Etiologi
2.3.4 Patofisiologi
2.3.5.1 Anamnesis
Pasien biasanya mengeluh vertigo dengan onset akut kurang dari 10-
20 detik akibat perubahan posisi kepala. Posisi yang memicu adalah
berbalik di tempat tidur pada posisi lateral, bangun dari tempat tidur,
melihat ke atas dan belakang, dan membungkuk. Vertigo bisa diikuti
dengan mual (Parnes & Nabi, 2009a).
12
a. Dix-Hallpike Test
Tes ini tidak boleh dilakukan pada pasien yang memiliki masalah
dengan leher danpunggung. Tujuannya adalah untuk mem provokasi
serangan vertigo dan untuk melihat adanya nistagmus. Cara
melakukannya sebagai berikut :
13
Gambar 2.6 Tes Dix-Hallpike (Teixeira and Machado, 2006)
b. Tes kalori
Tes kalori ini dianjurkan oleh Dix dan Hallpike. Pada cara ini
dipakai 2 macam air, dingin dan panas. Suhu air dingin adalah 30oC,
sedangkan suhu air panas adalah 44oC. Volume air yang dialirkan ke
dalam liang telinga masing-masing 250 ml, dalam waktu 40 detik. Setelah
air dialirkan, dicatat lama nistagmus yang timbul. Setelah telinga kiri
diperiksa dengan air dingin, diperiksa telinga kanan dengan air dingin
juga. Kemudian telinga kiri dialirkan air panas, lalu telinga kanan. Pada
tiap-tiap selesai pemeriksaan (telinga kiri atau kanan atau air dingin atau
14
air panas) pasien diistirahatkan selama 5 menit (untuk menghilangkan
pusingnya) (Teixeira & Machado, 2006).
15
Gambar 2.8 Tes supine roll (Bhattacharyya et al., 2017)
2.3.7 Tatalaksana
2.3.7.1 Farmakologi
19
2.3.7.2 Non farmakologi
a) Manuver Epley
Manuver Epley adalah yang paling sering digunakan pada kanal
vertikal. Pasien diminta untuk menolehkan kepala ke sisi yang sakit sebesar
45o , lalu pasien berbaring dengan kepala tergantung dan dipertahankan 1-2
menit. Lalu kepala ditolehkan 90o ke sisi sebaliknya, dan posisi supinasi
berubah menjadi lateral dekubitus dan dipertahan 30-60 detik. Setelah itu
pasien mengistirahatkan dagu pada pundaknya dan kembali ke posisi duduk
secara perlahan.
20
Gambar 2.9 Manuver epley (Bittar et al., 2010)
b) Manuver Semont
Manuver ini diindikasikan untuk pengobatan cupulolithiasis kanal
posterior. Jika kanal posterior terkena, pasien diminta duduk tegak, lalu
kepala dimiringkan 45o ke sisi yang sehat, lalu secara cepat bergerak ke
posisi berbaring dan dipertahankan selama 1-3 menit. Ada nistagmus dan
vertigo dapat diobservasi. Setelah itu pasien pindah ke posisi berbaring di
sisi yang berlawanan tanpa kembali ke posisi duduk lagi.
21
c) Manuver Lempert
Manuver ini dapat digunakan pada pengobatan BPPV tipe kanal
lateral. Pasien berguling 360o , yang dimulai dari posisi supinasi lalu pasien
menolehkan kepala 90o ke sisi yang sehat, diikuti dengan membalikkan
tubuh ke posisi lateral dekubitus. Lalu kepala menoleh ke bawah dan tubuh
mengikuti ke posisi ventral dekubitus. Pasien kemudian menoleh lagi 90o
dan tubuh kembali ke posisi lateral dekubitus lalu kembali ke posisi
supinasi. Masing-masing gerakan dipertahankan selama 15 detik untuk
migrasi lambat dari partikel-partikel sebagai respon terhadap gravitasi.
e) Brandt-Daroff exercise
Manuver ini dikembangkan sebagai latihan untuk di rumah dan
dapat dilakukan sendiri oleh pasien sebagai terapi tambahan pada pasien
yang tetap simptomatik setelah manuver Epley atau Semont. Latihan ini
juga dapat membantu pasien menerapkan beberapa posisi sehingga dapat
menjadi kebiasaan (Bittar et al., 2010).
22
Gambar 2.12 Brandt-Daroff exercise (Bittar et al., 2010)
2.3.8 Prognosis
BPPV memiliki onset akut dan remisi lebih dari beberapa bulan.
Pasien akan mengalami rekuren dan remisi yang tidak dapat diprediksi, dan
angka terjadinya rekurensi dapat 10-15% per tahun. Namun, pada pasien
dengan vertigo tipe perifer vestibular umumnya baik. Penyakit ini
merupakan self-limiting yang kebanyakan pasien dapat membaik dengan
manuver reposisi. Dengan demikian, program rehabilitasi vestibular
termasuk dapat mengurangi tingkat kekambuhan BPPV (Kim et al., 2021b).
23
KESIMPULAN
24
DAFTAR PUSTAKA
Bittar, R.S.M. et al. (2010) ‘Benign paroxysmal positional vertigo: Diagnosis and
treatment’, International Tinnitus Journal [Preprint].
Ganong, W.F. et al. (2014) Ganong Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 24,
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kim, H.J., Park, J.H. and Kim, J.S. (2021) ‘Update on benign paroxysmal
positional vertigo’, Journal of Neurology [Preprint]. Available at:
https://doi.org/10.1007/s00415-020-10314-7.
25
Investigative Otolaryngology [Preprint]. Available at:
https://doi.org/10.1002/lio2.566.
Parnes, L.S. and Nabi, S. (2009) ‘The diagnosis and management of benign
paroxysmal positional vertigo’, Seminars in Hearing [Preprint]. Available
at: https://doi.org/10.1055/s-0029-1241129.
26
Purnamasari, P. (2010) ‘Diagnosis dan Tata Laksana Benign Paroxysmal
Positional Vertigo (BPPV)’, Bagian Ilmu Penyakit Saraf Universitas
Udayana Denpasar.
Sherwood, L. (2019) Human Physiology: From cells to systems, 9th revised ed.,
The Neuroscientist.
Teixeira, L.J. and Machado, J.N.P. (2006) ‘Maneuvers for the treatment of benign
positional paroxysmal vertigo: a systematic review’, Brazilian Journal of
Otorhinolaryngology [Preprint]. Available at:
https://doi.org/10.1016/s1808-8694(15)30046-x.
Tortora, G.J. and Nielsen, M. (2017) Principles of Human Anatomy 14th Edition,
Journal of Chemical Information and Modeling.
van Dam, V.S. et al. (2021) ‘Two Symptoms Strongly Suggest Benign
Paroxysmal Positional Vertigo in a Dizzy Patient’, Frontiers in Neurology
[Preprint]. Available at: https://doi.org/10.3389/fneur.2020.625776.
Wackym, P.A. and Snow, J.B. (2017) Ballenger’s Otorhinolaryngology Head and
neck surgery, Handbook of Clinical Anaesthesia, Fourth Edition.
27