Oleh :
Febry Caesariyanto Safar, S.Ked
2206111013
Preseptor :
dr. Rahmi Surayya, M.Med.Ed, Sp.THT-KL
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberi rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan referat
yang berjudul “Benign paroxysmal positional vertigo (BPPV)”. Penyusunan
referat ini sebagai salah satu tugas dalam menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
pada Departemen Ilmu THT-KL di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Aceh Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr.Rahmi surayya, M.Med.Ed,
Sp.THT-KL selaku preseptor selama mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior pada
Departemen Ilmu THT-KL atas waktu dan tenaga yang telah diluangkan untuk
memberikan bimbingan, saran, arahan, masukan, semangat, dan motivasi bagi
penulis sehingga referat ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa referat ini
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran yang
membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga referat ini
bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 BPPV Lateral ................................................................................................4
Gambar 2. 2. Patofisiologi BPPV .......................................................................................5
Gambar 2. 3 Gambaran canalithiasis posterior kanal dan .................................................7
Gambar 2. 4. Otolith yang terkumpul.................................................................................7
Gambar 2. 5. Patogenesis dan manifestasi klinis BPPV .....................................................8
Gambar 2. 6. Tes romberg................................................................................................ 10
Gambar 2. 7 Hallpike maneuver...................................................................................... 11
Gambar 2. 8. Supine roll test ............................................................................................ 13
Gambar 2. 9. Tes kalori dengan kacamata frenzel ............................................................ 13
Gambar 2. 10. Elektronistagmografi ................................................................................ 14
Gambar 2. 11 Mikrograf dari mikroskop elektron menunjukan otokonia....................... 15
Gambar 2. 12. Epley manuever ........................................................................................ 18
Gambar 2. 13. Semont manuever ..................................................................................... 19
Gambar 2. 14 Manuver Lempert ..................................................................................... 20
Gambar 2. 15. Brandt-Daroff exercises ............................................................................ 20
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Vertigo adalah suatu istilah yang berasal dari bahasa latin, “vertere” yang
berarti memutar. Secara umum, vertigo dikenal sebagai ilusi bergerak atau
halusinasi gerakan.Vertigo diartikan sebagai sensasi berputar yang dirasakan
seseorang terhadap diri maupun terhadap lingkungannya(1).
Vertigo bukan suatu penyakit, tetapi merupakan kumpulan gejala atau
sindrom yang sering terjadi akibat gangguan keseimbangan tubuh pada system
vestibular ataupun gangguan pada sistem saraf pusat. Vertigo terbagi menjadi dua,
yaitu vertigo perifer dan vertigo sentral. Vertigo sentral adalah vertigo yang
disebabkan oleh penyakit yang berasal dari sistem saraf pusat, sedangkan vertigo
perifer adalah penyakit yang berasal dari system vestibuler. Salah satu bagian dari
vertigo perifer adalah Beningna Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV). BPPV
diketahui adalah gangguan yang paling umum terjadi dari system vestibular telinga
bagian dalam yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan(2)(3).
BPPV merupakan suatu kondisi terjadinya gangguan dari sistem perifer
vestibular,ketika pasien merasakan sensasi pusing berputar dan berpindah yang
berhubungan dengan nistagmus ketika posisi kepala berubah terhadap gaya
gravitasi dan disertai gejala mual,muntah dan keringat dingin. BPPV merupakan
bentuk dari vertigo posisional(3).
Pada populasi umum prevalensi BPPV yaitu antara 11 sampai 64 per
100.000 (prevalensi 2,4%). Dari kunjungan 5,6 miliar orang ke rumah sakit dan
klinik di United States dengan keluhan pusing didapatkan prevalensi 17% - 42%
pasien didiagnosis BPPV. Berdasarkan penelitian sebelumnya di Jerman, lifetime
prevalence BPPV adalah 2,4% dengan insidensi satu tahunya 0,6%. Sementara,
pada penelitian yang dilakukan di RS Hasan Sadikin Bandung periode 2009-2013
terdapat 74 orang yang menderita BPPV, 49 diantaranya adalah wanita(4)(5).
Vertigo pada BPPV perlu dibedakan dengan vertigo karena penyakit
lainnya. Oleh karena itu, pemahaman akan diagnosis dan tata laksana BPPV sangat
diperlukan.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Benign paroxysmal positional vertigo (BPPV) adalah gangguan organ
vestibular ditandai dengan sensasi berputar sementara, yang berlangsung
kurang dari satu menit dan dipicu oleh perubahan kepala ke arah gravitasi.
BPPV dijelaskan sebagai perpindahan otokonia yang mengalami degenerasi ke
dalam kanalis semisirkularis yang sensitif terhadap gerakan kepala(3).
2.2 Epidemiologi
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) merupakan salah satu
gangguan Neurotologi dimana 17% pasien datang dengan keluhan pusing.
Pada populasi umum prevalensi BPPV yaitu antara 11 sampai 64 per 100.000
(prevalensi 2,4%). Dari kunjungan 5,6 miliar orang ke rumah sakit dan klinik
di United States dengan keluhan pusing didapatkan prevalensi 17% - 42%
pasien didiagnosis BPPV. Dari segi onset BPPV biasanya diderita pada usia
50-70 tahun (6).
BPPV lebih umum terjadi pada orang tua dan wanita, dengan rasio
Wanita terhadap pria adalah 2:1 dan puncak usia pada 60 tahun. Berdasarkan
penelitian sebelumnya di Jerman, lifetime prevalence BPPV adalah 2,4%
dengan insidensi satu tahunya 0,6%. Sementara, pada penelitian yang
dilakukan di RS Hasan Sadikin Bandung periode 2009-2013 terdapat 74 orang
yang menderita BPPV, 49 diantaranya adalah wanita(4).
2.3 Etiologi dan Faktor risiko
Sekitar 50% penyebab BPPV adalah idiopatik, selain idiopatik,
penyebab terbanyak adalah trauma kepala (17%) diikuti dengan neuritis
vestibularis (15%), migraine, implantasi gigi dan operasi telinga, usia tua serta
akibat dari posisi tidur yang lama pada pasien post operasi atau bed rest total
lama dapat mengakibatkan BPPV dikarenakan debris endolimfe yang terapung
bebas cenderung jatuh ke kanal posterior karena kanal ini adalah bagian
vestibulum yang berada pada posisi yang paling bawah saat kepala pada posisi
berdiri ataupun berbaring(7).
2
2.4 Klasifikasi BPPV
a. Benign Paroxysmal Positional Vertigo Kanalis posterior
Merupakan BBPV paling tersering 85-95 %. Saat pasien melakukan
uji Dix- Hallpike, ampullofageal bergerak pada bagian kanalis
semisirkularis posterior dan cupula bergeser sehingga terdapat respon
rangsang yang menimbulkan nystagmus dengan komponen vertical terasa
berputar. Rasa berputar mulai terasa dari bagian atas mata menuju kearah
telinga,tergantung dari awal serangan nistagmus (biasanya beragam). Pada
sebagian kasus,pasien kesulitan untuk menilai darimana arah awal mula
serangan nistagmus,sehingga dapat menegakkan diagnosis dengan melihat
bahwa pasien mengarahkan tatapan lateral. Pada canalithiasis,komponen
yang terasa berputar sangat khas yakni terasa kearah telinga bagian atas(3).
b. Benign Paroxysmal Positional Vertigo Kanalis Horizontal (Lateral)
BPPV tipe kanal lateral adalah tipe BPPV yang paling banyak kedua
(10-17 %). Benign Paroxysmal Positional Vertigo kanalis horizontal(
lateral) pertama kali diperkenalkan oleh McClure tahun 1985 dengan
karakteristik vertigo posisional yang diikuti nistagmus horizontal berubah
arah. Arah nistagmus horizontal yang terjadi dapat berupa geotropik (arah
gerakan fase cepat ke arah telinga di posisi bawah) atau apogeotropik (arah
gerakan fase cepat kearah telinga di posisi atas) selama kepala dipalingkan
ke salah satu sisi dalam posisi telentang. Nistagmus geotropik terjadi karena
adanya otokonia yang terlepas dari utrikulus dan masuk ke dalam lumen
posterior kanalis horizontal (kanalolitiasis), sedangkan nistagmus
apogeotropik terjadi karena otokonia yang terlepas dari utrikulus menempel
pada kupula kanalis horizontal (kupulolitiasis) atau karena adanya fragmen
otokonia di dalam lumen anterior kanalis horizontal (kanalolitiasis
apogeotropic)(8).
3
4
2.5 Patofisiologi
Patofisiologi dari BPPV berhubungan dengan perpindahan dari otocnia
menuju kanalis semisirkularis (anterior,posterior atau lateral),yang mungkin
tetap mengambang di endolimfe dari kanalis semisirkularis (ductolithiasis atau
canalolithiasis) atau melekat pada cupula (cupulithiasis), yang merubah respon
kepala terhadap sudut kepala. Ketika ada perubahan posisi kepala dengan
5
2.6 Diagnosis
BPPV didiagnosa berdasarkan sejarah medis,pemeriksaan fisik,tes
pendengaran dan pemeriksaan laboratorium untuk menyingkirkan diagnosis
lain.
kepala 45° ke arah sisi telinga yang terkena. Gejalanya dimulai dengan sangat
hebat dan biasanya hilang dalam waktu 20 atau 30 detik(9)(11).
2. Nistagmus
Nistagmus didefinisikan sebagai gerakan mata yang involunter yang
biasanya dipicu oleh rangsangan telinga bagian dalam. Nistagmus fase cepat
akan menuju telinga yang terkena pada BPPV dan terjadi latensi beberapa
detik setelah manuver provokatif(12)
Tabel 2. 2. Keterlibatan kanalis semisirkularis
2. Dix-Hallpike manuever
Dalam tes Dix-Hallpike,kepala pasien diminta untuk berbalik 45
derajat secara horizontal berhadapan dengan pemeriksa dalam posisi
duduk,lalu pasien mulai dengan cepat berada dibawah dengan kepala
11
b. Manuever semont
Manuver ini diindikasikan untuk cupulolithiasis kanal
posterior. Jika kanal posterior terkena, pasien diminta duduk
tegak, lalu kepala dimiringkan 45o ke sisi yang sehat, lalu secara
cepat bergerak ke posisi berbaring dan dipertahankan selama 30
detik hingga 1 menit. Ada nistagmus dan vertigo dapat
diobservasi. Setelah itu pasien pindah ke posisi berbaring di sisi
19
c. Manuver Lempert
Manuver Lempert, manuver ini dapat digunakan pada
pengobatan BPPV tipe kanal lateral. Pasien berguling 360° yang
dimulai dari posisi supinasi lalu pasien menolehkan kepala 90°
ke sisi yang sehat, diikuti dengan membalikkan tubuh ke posisi
lateral dekubitus. Lalu kepala menoleh ke bawah dan tubuh
mengikuti ke posisi ventral dekubitus. Pasien kemudian menoleh
lagi 90° dan tubuh kembali ke posisi lateral decubitus lalu
kembali ke posisi supinasi. Masing-masing gerakan
dipertahankan selama 15 detik untuk migrasi lambat dari
partikel-partikel sebagai respon terhadap gravitasi(19).
20
2. Pembedahan
Pembedahan dipertimbangkan untuk BPPV saluran posterior
yang tidak membaik dengan manuver reposisi. Terdapat dua pilihan
intervensi dengan teknik operasi yang dapat dipilih, yaitu transeksi
saraf ampula posterior (singular neurectomy) dan oklusi (plugging)
kanal posterior semisirkular. Neurektomi dan pembedahan oklusi
kanalis semisirkularis dapat dilakukan untuk vertigo perifer yang
tidak kunjung membaik(25)(26)
2.9 Prognosis
Prognosis setelah BPPV biasanya baik. Remisi spontan dapat terjadi
dalam waktu 6 minggu. Setelah diobati, tingkat kekambuhan adalah 10-25%.
studi observasional jangka panjang menunjukkan tingkat kekambuhan 18% di
atas 10 tahun, sedangkan penelitian lain menunjukkan tingkat kekambuhan
tahunan 15%, dengan tingkat kekambuhan 50% pada 40 bulan setelah
pengobatan(27).
2.10 Komplikasi
1. Mual dan muntah persisten
Mual dan muntah yang terus-menerus dapat menjadi masalah bagi
beberapa pasien (27).
2. Risiko terjatuh dan trauma
Gerakan kepala yang tiba-tiba saat mengemudi atau mengendarai
sepeda dapat memicu BPPV dan mengakibatkan tabrakan. Serangan
BPPV dapat mengakibatkan kecelakaan serius yang berhubungan dengan
pekerjaan atau aktivitas rekreasi, atau terjatuh(27)
BAB III
KESIMPULAN
22
DAFTAR PUSTAKA
23
24