Oleh:
Syeba Dinda Hasianna
04054821618103
Pembimbing:
Prof. Dr. Hermansyah,SpPD,K-R,FINASIM,CCD
Referat
Judul
NYERI PADA TUNGKAI
Oleh:
Syeba Dinda Hasianna
04054821618103
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satus yarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan YME karena atas rahmat
dan karunia-Nya referat yang berjudul “Nyeri pada Tungkai" ini dapat
diselesaikan. Referat ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti
kepaniteraan klinik senior di Bagian/Departemen Penyakit Dalam RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Dalam penulisan referat ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak,
dan pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Prof.
Dr. Hermansyah,SpPD,K-R,FINASIM,CCD, selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahan selama penulisan referat ini sehingga menjadi
lebih baik. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam
penulisan referat ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan untuk penulisan yang lebih baik di masa datang.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 2
2.1 Anatomi Tungkai......................................................................... 2
2.2 Nyeri Tungkai.............................................................................. 11
2.2.1 Nyeri Panggul..................................................................... 12
2.2.1.1 Anamnesis............................................................... 12
2.2.1.2 Pemeriksaan Fisik................................................... 13
2.2.1.3 Pemeriksaan Penunjang.......................................... 16
2.2.1.4 Diagnosis Banding Nyeri Panggul.......................... 17
2.2.2 Nyeri Lutut.......................................................................... 18
2.2.2.1 Anamnesis............................................................... 18
2.2.2.2 Pemeriksaan Fisik................................................... 20
2.2.2.3 Pemeriksaan Penunjang.......................................... 26
2.2.2.4 Diagnosis Banding Nyeri Panggul.......................... 28
2.2.3 Nyeri Kaki dan Pergelangan Kaki....................................... 29
2.2.1.2 Pemeriksaan Fisik................................................... 29
2.2.1.3 Pemeriksaan Penunjang.......................................... 31
2.2.1.4 Penyebab Nyeri Pergelangan Kaki......................... 31
2.2.1.5 Penyebab Nyeri Kaki.............................................. 32
BAB III KESIMPULAN.................................................................................. 36
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 37
BAB I
PENDAHULUAN
Tungkai adalah bagian kaki yang memanjang dari pangkal paha hingga ke
telapak kaki.1 Nyeri tungkai merupakan masalah yang sering ditemui di layanan
kesehatan primer. Berdasarkan anatomi, nyeri tungkai dapat dibedakan menjadi
nyeri panggul, nyeri lutut, nyeri kaki, dan pergelangan kaki.2
Nyeri panggul dan nyeri lutut merupakan keluhan yang paling sering
ditemukan. Prevalensi nyeri panggul berkisar antara 8% hingga 30% pada usia
lebih dari 60 tahun, dan nyeri lutut berkisar antara 20% hingga 52% pada usia
lebih dari 52 tahun. Nyeri kaki dan pergelangan kaki merupakan faktor risiko dari
gangguan stabilitas dan keseimbangan serta meningkatkan risiko jatuh yang akan
mengganggu aktivitas sehari-hari. Secara umum wanita lebih sering mengalami
nyeri tungkai dibanding laki-laki.3,4 Suatu penelitian mengenai prevalensi nyeri
tungkai pada wanita yang berusia lebih dari 70 tahun di Perth, Australia
menunjukkan hasil bahwa 39% objek penelitian mengeluh nyeri panggul, 52%
mengeluh nyeri lutut, 34% mengeluh nyeri kaki, 14% mengeluh nyeri pada
seluruh tungkai, dan 28% tidak mengeluhkan adanya nyeri tungkai.5
Diagnosis banding untuk keluhan nyeri tungkai sangat luas. Pengetahuan
yang baik mengenai anatomi tungkai, anamnesis, pemeriksaan fisik, hingga
pemeriksaan penunjang sangatlah diperlukan untuk menyingkirkan diagnosis
banding dan menegakkan diagnosis kerja nyeri tungkai. Anamnesis mengenai
onset nyeri, intensitas nyeri, riwayat trauma, serta pemeriksaan fisik dari inspeksi,
palpasi, hingga melakukan berbagai manuver sangat membantu dalam penegakan
diagnosis nyeri tungkai. Referat ini akan membahas anatomi tungkai, anamnesis,
pemeriksaan fisik, hingga pemeriksaan penunjang nyeri tungkai sebagai
pengetahuan dalam penegakkan diagnosis nyeri tungkai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2.2.1 Anamnesis
Anamnesis yang lengkap merupakan faktor penting untuk mendiagnosis
penyebab dari nyeri lutut. Nyeri lutut dapat terjadi karena adanya cidera pada
sendi, robeknya meniscus, robeknya tendon quadriceps dan patella, bursitis,
kerusakan saraf, fraktur, neoplasia, atau infeksi. Pasien dengan usia kurang dari 40
tahun biasanya mengalami nyeri lutut akibat cidera ligamen, robeknya meniskus,
dan masalah pada patellofemoral. Sedangkan kondisi degeneratif seperti
osteoarthritis dan lesi meniskus degeneratif biasanya dialami oleh pasien usia tua.
Lokasi dan karakter nyeri sangat penting ketika mengevaluasi nyeri lutut. Lutut
dapat dibagi menjadi tiga kompartemen yaitu medial, lateral, dan patellofemoral.
Pemeriksa harus dapat mengambil kesimpulan dari anamnesis mengenai lokasi
nyeri yang paling dirasa berat oleh pasien. Pemeriksa juga harus dapat mengambil
kesimpulan mengenai onset nyeri. Osteoarthritis terjadi secara perlahan,
sedangkan cedera meniskus dan ligamen terjadi secara mendadak dan
dihubungkan dengan trauma. Detail peristiwa trauma juga sangat membantu
menegakkan diagnosis. Cedera meniskus terjadi akibat pergerakan memutar pada
sendi lutut ketika kaki dalam posisi menapak dan sendi lutut dalam posisi ditekuk,
sedangkan perubahan arah dengan cepat saat berlari sering menyebabkan
robeknya ligamen anterior cruciata (ACL). Nyeri akibat proses degeneratif
biasanya diikuti dengan kekakuan, memburuk saat beraktivitas, dan eksaserbasi
saat berolahraga, naik tangga, dan saat bangkit dari tempat duduk. 2,3
Pembengkakan lutut juga penting untuk diketahui dari anamnesis karena
efusi lutut (adanya cairan pada sendi lutut) biasanya diikuti gangguan internal.
Efusi juga biasanya dapat diikuti dengan synovitis, osteoarthritis, arthritis akibat
inflamasi, fraktur, infeksi. Onset dari pembengkakan juga penting dalam
menegakkan diagnosis. Cidera ligamen cruciata atau fraktur osteochondral
biasanya timbul dengan onset akut dalam beberapa jam berupa hemarthrosis,
sedangkan efusi yang berhubungan dengan arthritis biasanya timbul secara
perlahan. 2,3
Hubungan waktu timbulnya nyeri dengan aktivitas juga penting untuk
menegakkan diagnosis. Robeknya meniskus dan cedera ligamen menyebabkan
ketidakstabilan sehingga menggangu aktivitas, seperti berjalan di permukaan yang
tidak rata, naik tangga, dan gerakan yang memerlukan fleksi lutut yang diikuti
dengan gerakan memutar. Osteoarthritis eksaserbasi saat melakukan aktivitas
yang berhubungan dengan beban dan berkurang dengan istirahat. 2,3
Pemeriksa juga sebaiknya mengetahui toleransi pasien saat berolahraga
dan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Hal ini akan membantu
untuk mengetahui derajat keparahan cidera dan juga membantu dalam
menetapkan tatalaksana. Informasi mengenai penggunaan alat bantu seperti kulsi
roda, tongkat, dan lainnya juga membantu dalam menentukan terapi. Riwayat
terapi atau pengobatan sebelumnya seperti penggunaan analgesik, NSAID,
suplemen, injeksi kortikosteroid, tindakan operasi juga akan membantu dalam
penegakkan diagnosis dan pemilihan tatalaksana yang tepat. 2,3
Anamnesis yang baik memberikan informasi yang detail kepada pemeriksa
sehingga pemeriksa dapat menentukan diagnosis banding untuk selanjutnya
melakukan pemeriksaan fisik yang tepat guna menegakkan diagnosis kerja dan
menyingkirkan diagnosis banding. 2,3
2.2.2.2 Pemeriksaan Fisik
1. General
Pemeriksaan fisik dimulai dari inspeksi allignment coronal tungkai dan
menentukan panjang tungkai. Pasien sebaiknya berada pada posisi berdiri.
Goniometer kemudian digunakan untuk menentukan apakah terdapat varus atau
valgus dari lutut. Selanjutnya adalah pemeriksaan gait atau cara berjalan.
Gangguan yang menyebabkan nyeri tungkai dapat menyebabkan antalgic gait. 2,3
ROM aktif dan pasif lutut juga diukur dengan menggunakan goniometer.
Pemeriksa selanjutnya harus dapat melakukan palpasi semua struktur lutut dengan
gentle namun cukup kuat untuk dapat mendeteksi adanya patologi. Struktur yang
perlu dipalpasi meliputi tendon quadriceps, patella (superior dan inferiod), bursa,
medial dan lateral persendian, origo dan insersio ligamen collateral, tuberkel
tibialis, dan fosa popliteal. 2,3
2. Ligamen
Cidera ligamen collateral dan cruciata dapat menyebabkan ketidakstabilan.
Ligamen collateral diperiksa dengan memberikan penekanan pada bidang coronal.
Pemeriksaan harus dilakukan pada posisi ekstensi sempurna dan fleksi 30o untuk
mengeliminasi pengaruh dari ligamen cruciata dan tahanan kapsular. Pasien dalam
posisi supinasi, manuver varus dilakukan untuk memeriksa ligamen colateral
lateral dan manuver valgus dilakukan untuk menilai ligamen colateral medial.
Manuver varus dilakukan dengan cara satu tangan pemeriksa memegang lutut
pasien, jari-jari pada celah sendi sisi lateral semetara tangan lainnya memegang
pergelangan kaki dan mendorong tungkai bawah pasien ke arah medial. Jika
terdapat nyeri atau teraba celah yang melebar dibanding sisi kontralateral
menunjukkan adanya robekan ligamen collateral lateral. Manuver valgus
dilakukan dengan cara satu tangan pemeriksa memegang lutut pasien, jari-jari
pada celah sendi sisi lateral semetara tangan lainnya memegang pergelangan kaki
dan mendorong tungkai bawah pasien ke arah lateral. Jika terdapat nyeri atau
teraba celah yang melebar dibanding sisi kontralateral menunjukkan adanya
robekan ligamen collateral medial. 2,3
Ligamen cruciata anterior (ACL) adalah struktur yang paling sering
terkena cidera di lutut. Insufisiensi ACL juga sering dihubungkan dengan
osteoarthritis. Mekanisme cidera seperti pukulan langsung ke sisi lateral lutut dan
cedera dalam sepak bola dapat menyebabkan terjadinya cidera ACL. Pemeriksaan
fisik untuk mengetahui adanya cidera ACL adalah dengan melakukan Anterior
Drawer Test, Test Lachman, dan Pivot-shift test. Ketiga tes ini dilakukan dengan
pasien pada posisi supinasi. Anterior Drawer Test dilakukan dengan melakukan
posisi lutut fleksi 90o. Pemeriksa meletakkan tangannya di permukaan posterior
dari proksimal tibia kemudian melakukan subluksasi tibia ke arah anterior. Tes
positif apabila tibia dirasakan mengendur. Test Lachman dilakukan dengan posisi
lutut fleksi 30o, pemeriksa kemudian melakukan gerakan ke arah anterior secara
tiba-tiba pada tibia sambil menstabilkan femur dengan tangan lainnya. Tes positif
apabila terdapat translasi anterior pada tibia. Pivot-shift test dilakukan dengan
lutut pada posisi ekstensi. Pemeriksa memegang tibia kemudian melakukan
gerakan valgus sambil lutut difleksikan secara perlahan. Kombinasi gerakan ini
seharusnya menyebabkan tibia subluksasi ke anterior apabila terdapat cedera pada
ligamen ACL.2,3
Gambar 22. Mc
Murray Test3
4. Tendon Quadriceps
Cidera pada tendon quadriceps sering ditemukan pada dekade keenam dan
ketujuh kehidupan. Pasien dengan SLE, gagal ginjal, endocrinopati, diabetes, dan
inflamatori sistemik lainnya serta penyakit metabolik berisiko tinggi untuk
mengalami cidera ini. Prevalensi ruptur tendon quadriceps setelah operasi
artroplasti sangat jarang namun merupakan komplikasi yang membahayakan.
Pasien biasanya mengeluh nyeri yang intens pada anterior lutut setelah melakukan
kontraksi pada M. quadriceps. Pemeriksaan fisik dengan melakukan palpasi untuk
mencai defek pada tendon, adanya efusi akibat hemarthrosis, dan hipermobilitas
dari patella. Pasien biasanya tidak bisa melakukan ekstensi penuh lutut. 2,3
Gambar 24.
Apprehension Test3
Gambar
26. Radiografi Konvensional Rheumatoid Arthritis Sendi Lutut3
2. Computed Tomography
Pemeriksaan CT scan telah banyak diganti dengan pemeriksaan MRI
untuk mengevaluasi masalah lutut. CT scan merupakan pemeriksaan penunjang
primer untuk mendeteksi adanya tumor tulang dan pada kasus trauma dapat
membantu mendeteksi fraktur yang hampir tidak tampak pada pemeriksaan
konvensional. CT scan juga membantu dokter bedah untuk melakukan tatalaksana
operasi. 3
3. Ultrasound
Ultrasound merupakan pemeriksaan penunjang yang sering digunakan
karena cenderung lebih murah dan memiliki kapabilitas real time. Pemeriksa
dapat melakukan manuver provokatif sambil melakukan pemeriksaan ultrasound.
Ultrasound sangat membantu dalam mendeteksi efusi sendi. 3
4. Bone Scan
Bone scan merupakan pemeriksaan yang sensitif namun tidak spesifik,
digunakan untuk mendeteksi area dengan peningkatan remodeling osseous. 3
5. Magnetic Resonance Imaging
MRI membantu memvisualisasi sendi, ligamen cruciata dan ligamen
collateral, tendon patella, quadriceps tendon, dan meniskus. MRI juga sensitive
untuk mendeteksi edema sumsum tulang, fraktur stress, dan massa. Penggunaan
"two slice touch" meningkatkan sensitivitas dan spesifitas MRI. MRI dapat
mendeteksi cedera meniskus dengan akurat. 3
2.2.2.4 Diagnosis Banding Nyeri Lutut
1. General
Dalam mengevaluasi keluhan nyeri sendi, pemeriksa harus memikirkan
adanya osteoarthritis, rheumatoid arthritis, arthritis inflamatori, cedera meniskus,
ligamen, dan tendon, osteochondritis, fraktur osteochondral, fraktur, nyeri yang
menjalar dari pinggang, klaudikasio vaskular, klaudikasio neurogenik, sarcoma,
metastase, dan infeksi. 3
2. Bursitis
Bursa prepattelar terletak diantara retinaculum dan jaringan lemak
subkutan dari lutut sampai tuberkulum tibia. Bursa dapat terjadi inflamasi dan
terisi oleh cairan ketika terkena pukulan langsung atau terjadi trauma kecil yang
berulang. Pasien dengan bursitis prepattelar biasanya mengeluh nyeri lutut
anterior dan adanya massa yang berfluktuasi di anterior lutut. Jika lutut anterior
teraba hangat, terdapat nyeri tekan, dan eritematosa, pemeriksa harus memikirkan
adanya septic bursitis dengan melakukan aspirasi. Inflamasi bursa pes anserinus
juga dapat menjadi sumber terjadinya nyeri lutut. 3
3. Neoplasia
Nyeri saat malam hari, nyeri saat istirahat, dan adanya gejala
konstitusional merupakan beberapa tanda neoplasia. Beberapa tumor jinak di
sekitar lutut meliputi enchondroma, osteochondromatosis, dan giant cell tumor.
Tumor ganas di sekitar lutut dapat berupa osteosarcoma, Ewing's sarcoma,
chondrosarcoma, dan histiocytoma ganas. 3
4. Kista popliteal
Kista popliteal atau biasa dikenal dengan Kista Baker adalah massa yang
berisi cairan sinovial yang berlokasi di fossa popliteal. Pada pasien dewasa
biasanya ditemukan adanya osteoarthritis. Pasien mengeluh adanya nyeri lutut
posterior yang episodik. Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
penunjang ultrasound dan MRI. 3