Anda di halaman 1dari 62

SMF/BAGIAN ILMU SARAF REFERAT

RSUD DR. T. C. HILLERS APRIL 2023


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA

LOW BACK PAIN

Disusun oleh :
Merizaputri Wihelmina Kotta, S. Ked
2208020035

Pembimbing :
dr. Candida Isabel Lopez Sam, Sp. N

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


SMF/BAGIAN ILMU SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
RSUD DR. T. C. HILLERS MAUMERE
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus dengan judul “Low Back Pain” ini diajukan oleh:

Nama : Merizaputri Wihelmina Kotta, S. Ked

NIM : 2208020044

Telah berhasil dibacakan dan dipertahankan di hadapan pembimbing klinik sebagai

bagian persyaratan yang diperlukan untuk mengikuti ujian kepaniteraan klinik di

SMF/bagian Ilmu Saraf RSUD DR. T. C. Hillers Maumere.

Pembimbing Klinik

dr. Candida Isabel Lopez Sam, Sp.N ………………………….

Diajukan di : Maumere

Tanggal : April 2023

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan kasih karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul “Low
Back Pain”. Berbagai pihak telah banyak membantu dan membimbing dalam
penulisan referat ini. Oleh karena itu, penulismengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Candida Isabel L. Sam, Sp.N selaku ketua SMF bagian Ilmu Saraf
RSUD.Dr. T.C. Hillers dan sekaligus pembimbing membagikan ilmu dalam
proses belajar dan penyelesaian tugas laporan kasus ini di SMF bagian Ilmu
Saraf RSUD dr.T.C. Hillers.
2. dr. Tersila A. D. Dedang, M.Biomed, Sp.N selaku pembimbing yang telah
membimbing dan membagikan ilmu serta meluangkan waktu tenaga dan
pikiran penulis selama proses belajar dan penyelesaian tugas laporan kasus di
SMF bagian Ilmu Saraf RSUD dr. T.C. Hillers.
3. Seluruh staf dan karyawan Instalasi bagian Ilmu Saraf RSUD dr. T.C. Hillers
Maumere, Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Hewan Universitas
NusaCendana yang sudah berpartisipasi dalam memperlancar kegiatan belajar
mengajar di SMF bagian Ilmu Saraf RSUD dr. T.C. Hillers.
4. Teman-teman dokter muda di SMF/Bagian Ilmu Saraf RSUD dr. T.C. Hillers
Maumere, Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Hewan Universitas Nusa
Cendana yang sudah memberi dukungan dan saling berbagi dalam proses
belajar di SMF bagian Ilmu SarafRSUD dr. T.C. Hillers.
5. Seluruh pihak yang telah membantu terutama orang tua dan keluarga yang
telah memberikan dukungan baik dalam bentuk doa maupun materi dalam
proses belajar di SMF bagian Ilmu Saraf RSUD dr. T.C. Hillers.
Akhir kata, penulis berharap semoga referat ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.
Maumere, April 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 3
2.1 Anatomi dan Fisiologi Lumbar Spine ........................................... 3
2.2 Definisi Low Back Pain ................................................................ 6
2.3 Faktor Resiko Low Back Pain ...................................................... 7
2.4 Etiologi dan Patofisiologi............................................................ 12
2.5 Klasifikasi Low Back Pain .......................................................... 14
2.6. Manifestasi Klinis ....................................................................... 22
2.7 Diagnosis Low Back Pain ........................................................... 32
2.8 Pemeriksaan Penunjang .............................................................. 44
2.9 Diagnosis Banding Low Back Pain............................................. 48
2.10 Penatalaksanaan Low Back Pain15 .............................................. 52
2.11 Prognosis ..................................................................................... 54
BAB III KESIMPULAN ................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 57

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Low Back Pain (nyeri punggung belakang) bukan merupakan suatu

penyakit atau diagnosis suatu penyakit melainkan suatu gejala nyeri

dipunggung belakang. Low back pain sering dijumpai dalam praktek sehari-

hari, terutama di negara-negara industri. Diperkirakan 70 – 85 % dari seluruh

populasi pernah mengalami episode ini selama hidupnya. Prevalensi

tahunannya bervariasi dari 15 – 45 %, dengan point prevalensi rata-rata 30%.

World Health Organization (WHO) memperkirakan prevalensi gangguan

Musculoskeletal Disorders (MSDs) mencapai hampir 60% dari semua

penyakit akibat kerja. Menurut Centers for Disease Control and Prevention

(CDC) dalam National Center for Health Statistics (2021) Di Negara Amerika

Serikat, prevalensi kejadian nyeri punggung bawah meningkat seiring

bertambahnya usia.1 Pada usia 18-29 tahun terdapat 28,4 %, usia 30-44 tahun

terdapat 65,2 %.3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Indonesia masih

menjadi permasalahan umum yang terabaikan, hal ini ditunjukan dengan

angka kejadian keluhan low back pain yang masih tinggi dan tingkat

kepedulian pada keselamatan kerja yang masih minim. Pada umumnya

pekerjaan yang menggunakan penanganan material secara manual salah

satunya adalah kuli angkut atau buruh angkut, petani dan nelayan.2

Masalah kesehatan yang sering terjadi seperti, gangguan otot rangka

atau musculoskeletal disorders (MSDs) salah satunya adalah low back pain.

1
Faktor-faktor yang mempengaruhi pekerja buruh angkut adalah kondisi kerja

yang tidak ergonomis, lingkungan kerja dan kegiatan angkat-angkut sering di

jumpai di perkebunan, pertambangan, pelabuhan, dipasar, bahkan di kantor

pemerintahan ataupun swasta. Salah satu faktor risiko pada kondisi kerja yang

tidak ergonomis pada buruh angkut pabrik industri adalah bekerja dengan

durasi 2 kerja yang terlalu lama.

Menurut teori ergonomi semakin lama pekerja mengangkat barang

maka semakin besar risiko untuk mengalami low back pain sehingga para

pekerja kuli panggul disarankan bekerja dengan optimal 6-8 jam.2,3

Salah satu cara untuk mencegah penyebab keluhan low back pain

diduga dengan melakukan olahraga. Dengan melakukan olahraga diduga

dapat meningkatkan suplai darah kedalam otot menjadi lebih maksimal dan

memperkuat otot punggung sehingga baik untuk pekerja berat atau pekerja

lapangan untuk memperkecil risiko terjadinya penyakit akibat kerja seperti

low back pain.3

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Lumbar Spine

Ruas-ruas tulang belakang manusia tersusun dari atas ke bawah,

diantara ruas-ruas tersebut dihubungkan dengan tulang rawan yang disebut

cakram sehingga tulang belakang dapat tegak dan membungkuk, disebelah

depan dan belakangnya terdapat kumpulan serabut kenyal yang memperkuat

kedudukan ruas tulang belakang. Tulang belakang terdiri dari 30 tulang yang

terdiri atas :

 Vertebra servicalis sebanyak 7 ruas dengan badan ruas kecil, rendah dan

berbentuk segi empat dengan lubang ruasnya besar. Foramen vertebra

berbentuk segitiga dan besar. Pada taju sayapnya terdapat lubang saraf

yang disebut foramen transversalis yang dilalui oleh arteri dan vena

vertebralis. Pada ujung prosesus tansversus terdapat 2 buah tonjolan yaitu

tuberculum anterius dan tuberculum posterius yang dipisahkan oleh

suatu alur yaitu sulcus spinalis tempat berjalannya nervus spinalis.

Prosesus spinosusnya pendek dan bercabang dua. Ruas pertama disebut

atlas yang memungkinkan kepala mengangguk. Ruas kedua disebut

prosesus odontoit (aksis) yang memungkinkan kepala berputar ke kiri

dan kekanan.

3
 Vertebra thorakal sebanyak 12 ruas. Badan ruasnya besar dan kuat, ujung

tulang yang panjang dan melengkung. Facies articularis superior

menghadap ke belakang dan lateral dan facies articularis inferior

menghadap ke depan dan medial.

 Vertebra lumbalis sebanyak 5 ruas. Badan ruasnya tebal, besar dan kuat,

bersifat pasif. Prosesus spinosusnya besar dan pendek. Facies prosesus

artikularis superior menghadap ke medial dan facies articularis

inferiornya menghadap ke lateral. Bagian ruas kelima agak menonjol

disebut promontorium.

 Vertebra sacralis sebanyak 5 ruas, ruas-ruasnya menjadi satu sehingga

berbentuk baji, yang cekung di anterior. Batas inferior yang sempit

berartikulasi dengan kedua os coxae, membentuk artikulatio sacroiliaca.

 Vertebra koksigialis sebanyak 4 ruas. Ruasnya kecil dan membentuk

sebuah tulang segitiga kecil, yang berartikulasi pada basisnya pada ujung

bawah sacrum. Dapat bergerak sedikit karena membentuk persendian

dengan sacrum.

 Setiap ruas tulang belakang terdiri dari korpus di depan, dan arkus

neuralis di belakang yang padanya terdapat sepasang pedikel di kanan

dan kiri. Sepasang lamina, dua sendi, satu processus spinosus, serta dua

processus transversus. Setiap ruas tulang belakang dihubungkan dengan

jaringan tulang rawan yang disebut dengan diskus intervertebralis.

Diskus intervertebralis berfungsi sebagai absorber, membatasi, dan

menstabilkan pergerakan badan vertebra.

4
 Setiap diskus terdiri dari lapisanlapisan kartilago yang konsentrik yang

menutupi kavitas sentral yang mengandung solusi protein mineral.

Gambar 2.1 Kolumna Vertebrae


Diskus intervertebralis memiliki sifat viscoelastik, yaitu bila ada

pembebanan, diskus akan berubah bentuk dan bila pembenanan dihilangkan,

diskus akan kembali ke posisi semula. Bila terjadi traksi, cairan masuk ke

dalam diskus dan ruang diskus maka ruang diskus akan melebar. Menginjak

usia 30 tahun, diskus intervertebralis mengalami degenerasi yang

menimbulkan robekan dan jaringan parut, cairan berkurang, ruang diskus

mendangkal secara permanen dan segmen spinal kehilangan stabilitasnya.

Hal ini menyebabkan berkurangnya cairan nukleus yang menurunkan

kemampuan menahan tekanan bila terjadi pergerakan kompresif, tidak

mengherankan bila LBP biasanya terjadi pada usia produktif.

Tulang belakang di area lumbal merupakan tempat sering terjadinya

LBP. Vertebra lumbal merupakan ruas tulang pinggang yang terbesar.

Badannya sangat besar dibandingkan dengan badan vertebra lainnya dan

5
berbentuk seperti ginjal. Prosessus spinosusnya lebar dan berbentuk seperti

kapak kecil. Prosessus transversusnya panjang dan kecil. Pada ruas ke lima,

vertebra lumbalis membentuk sendi dengan tulang sakrum pada sendi

lumbosakral.

Susunan tulang belakang tersebut memiliki struktur tulang dan otot

yang berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut memberikan

berbagai macam gerakan yang dihasilkan oleh tulang belakang.

2.2 Definisi Low Back Pain

Low back pain atau nyeri punggung bawah, nyeri yang dirasakan di

punggung bagian bawah pada ruas lumbalis dan sakralis (L5-S1). Nyeri ini

dapat berupa nyeri lokal, nyeri radikuler, ataupun keduanya. Nyeri ini terasa

diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah

lumbal atau lumbo-sakral, nyeri dapat menjalar hingga ke arah tungkai dan

kaki.1 Menurut International Association for the Study of Pain (IASP), yang

termasuk dalam low back pain terdiri dari :

1. Lumbar Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi:

Superior oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung prosesus

spinosus dari vertebra thorakal terakhir, inferior oleh garis transversal

imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus dari vertebra sakralis

pertama dan lateral oleh garis vertikal tangensial terhadap batas lateral

spina lumbalis.

6
2. Sacral Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi superior oleh garis

transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus vertebra

sakralis pertama, inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui

sendi sakrokoksigeal posterior dan lateral oleh garis imajiner melalui

spina iliaka superior posterior dan inferior.

3. Lumbosacral Pain, nyeri di daerah 1/3 bawah daerah lumbar spinal pain

dan 1/3 atas daerah sacral spinal pain. Lumbosacral Pain, nyeri di daerah

1/3 bawah daerah lumbar spinal pain dan 1/3 atas daerah sacral spinal

pain.

2.3 Faktor Resiko Low Back Pain

Berikut adalah faktor resiko yang mempengaruhi kejadian Low Back

Pain, antara lain :

1. Usia

Sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada

tulang dan keadaan ini mulai terjadi disaat seseorang berusia 30 tahun.

Pada usia 30 tahun terjadi degenerasi yang berupa kerusakan jaringan,

penggantian jaringan menjadi jaringan parut, pengurangan cairan. Hal

tersebut menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang.

Semakin tua seseorang, semakin tinggi risiko orang tersebut tersebut

mengalami penurunan elastisitas pada tulang yang menjadi pemicu

timbulnya gejala LBP. Pada umumnya keluhan muskuloskeletal mulai

dirasakan pada usia kerja yaitu 25-65 tahun.1

7
2. Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya LBP lebih banyak pada wanita

dibandingkan dengan laki-laki, beberapa penelitian menunjukkan bahwa

wanita lebih sering izin untuk tidak bekerja karena LBP. Jenis kelamin

sangat mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot rangka. Hal ini terjadi

karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih rendah daripada

pria. Berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan prevalensi beberapa

kasus musculoskeletal disorders lebih tinggi pada wanita dibandingkan

pada pria.1

3. Indeks massa tubuh

Indeks massa tubuh (IMT) merupakan kalkulasi angka dari berat

dan tinggi badan seseorang. Nilai IMT didapatkan dari berat dalam

kilogram dibagi dengan kuadrat dari tinggi dalam meter (kg/m2).

Dikatakan bahwa indeks masa tubuh untuk orang Asia dewasa menjadi

underweight (IMT 10 tahun dibandingkan dengan mereka dengan masa

kerja < 5 tahun ataupun 5-10 tahun.1

4. Kebiasaan merokok

World Health Organization (WHO) melaporkan jumlah kematian

akibat merokok akibat tiap tahun adalah 4,9 juta dan menjelang tahun

2020 mencapai 10 juta orang per tahunnya. Hubungan yang signifikan

antara kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang, khususnya

untuk pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot, karena nikotin pada

rokok dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah ke jaringan. Selain

8
itu, merokok dapat pula menyebabkan berkurangnya kandungan mineral

pada tulang sehingga menyebabkan nyeri akibat terjadinya keretakan

atau kerusakan pada tulang.5

5. Riwayat pendidikan

Pendidikan terakhir pekerja menunjukkan pengetahuannya dalam

melakukan pekerjaan dengan postur yang tepat. Pendidikan seseorang

menunjukkan tingkat pengetahuan yang diterima oleh orang tersebut.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin banyak

pengetahuan yang didapatkan.5

6. Tingkat pendapatan

Pada beberapa perusahaan, pendapatan juga berkaitan dengan

hari kerja. Terdapat sistem 6 hari kerja dan 5 hari kerja (lebih dominan)

dalam seminggu. Akan tetapi, penerapan sistem 5 hari kerja sering

menjadi masalah apabila diterapkan di perusahaan di Indonesia.

Penyebabnya tidak lain adalah standar pengupahan sangat rendah yang

menyebabkan kebutuhan dasar keluarga tidak tercukupi. Hal ini sering

menjadi pemikiran mendasar bagi seorang pekerja. Mereka berfikir

bahwa jika bekerja selama 5 atau 6 hari akan mempengaruhi pendapatan

mereka. Sebenarnya jika dapat dilakukan efisiensi dan peningkatan

produktivitas kerja, pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu maka

dengan sendirinya kerja lembur tidak diperlukan. Akan tetapi para

pekerja akan berfikir mereka tidak akan mendapatkan tambahan

9
pendapatan jikalau mereka tidak lembur. Hal ini akan berdampak pada

produktivitas kerja.5

7. Aktivitas fisik

Pola hidup yang tidak aktif merupakan faktor risiko terjadinya

berbagai keluhan dan penyakit, termasuk di dalamnya LBP. Aktivitas

fisik merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan

aktivitas otot pada periode waktu tertentu. Aktivitas fisik yang cukup dan

dilakukan secara rutin dapat membantu mencegah adanya keluhan LBP.

Olahraga yang teratur juga dapat memperbaiki kualitas hidup, mencegah

osteoporosis dan berbagai penyakit rangka serta penyakit lainnya.

Olahraga sangat menguntungkan karena risikonya minimal. Program

olahraga harus dilakukan secara bertahap, dimulai dengan intensitas

rendah pada awalnya untuk menghindari cidera pada otot dan sendi.6

8. Beban Kerja

Beban kerja merupakan beban aktivitas fisik, mental, sosial yang

diterima oleh seseorang yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu,

sesuai dengan kemampuan fisik, maupun keterbatasan pekerja yang

menerima beban tersebut. Beban kerja adalah sejumlah kegiatan yang

harus diselesaikan oleh seseorang ataupun sekelompok orang, selama

periode waktu tertentu dalam keadaan normal. Pekerjaan atau gerakan

yang menggunakan tenaga besar akan memberikan beban mekanik yang

besar terhadap otot, tendon, ligamen dan sendi.

10
Beban yang berat akan menyebabkan iritasi, inflamasi, kelelahan otot,

kerusakan otot, tendon dan jaringan lainnya.6

9. Repitisi

Posisi janggal adalah posisi tubuh yang menyimpang secara

signifikan dari posisi tubuh normal saat melakukan pekerjaan. Bekerja

dengan posisi janggal dapat meningkatkan jumlah energi yang

dibutuhkan dalam bekerja. Posisi janggal dapat menyebabkan kondisi

dimana transfer tenaga dari otot ke jaringan rangka tidak efisien sehingga

mudah menimbulkan kelelahan. Termasuk ke dalam posisi janggal

adalah pengulangan atau waktu lama dalam posisi menggapai, berputar,

memiringkan badan, berlutut, jongkok, memegang dalam posisi statis

dan menjepit dengan tangan. Posisi ini melibatkan beberapa area tubuh

seperti bahu, punggung dan lutut karena daerah inilah yang paling sering

mengalami cedera.6

10. Posisi Kerja

Repetisi adalah pengulangan gerakan kerja dengan pola yang

sama. Frekuensi gerakan yang terlampau sering akan mendorong fatigue

dan ketegangan otot tendon. Ketegangan otot tendon dapat dipulihkan

apabila ada jeda waktu istirahat yang digunakan untuk peregangan otot.

Dampak gerakan berulang akan meningkat bila gerakan tersebut

dilakukan dengan postur janggal dengan beban yang berat dalam waktu

yang lama. Frekuensi terjadinya sikap tubuh terkait dengan berapa kali

11
repetitive motion dalam melakukan pekerjaan. Keluhan otot terjadi

karena otot menerima tekanan akibat beban terus menerus tanpa

memperoleh kesempatan untuk relaksasi.6

2.4 Etiologi dan Patofisiologi

Tulang belakang dibagi ke dalam bagian anterior dan bagian posterior.

Bentuknya terdiri dari serangkaian badan silindris vertebra, yang terartikulasi

oleh diskus intervertebral dan diikatbersamaan oleh ligamen longitudinal

anterior dan posterior. Struktur yang peka terhadap nyeri adalah periosteum,

1/3 bangunan luar anulus fibrosus, ligamentum, kapsula artikularis, fasia dan

otot. Semua strukturtersebut mengandung nosiseptor yang peka terhadap

berbagai stimulus (mekanikal, termal, kimiawi). Pada kondisi nyeri punggung

bawah pada umumnya otot ekstensor lumbal lebih lemah dibanding otot

fleksor, sehingga tidak kuat mengangkat beban. Otot sendiri sebenarnya tidak

jelas sebagai sumber nyeri, tetapi muscle spindles jelas diinervasi sistem saraf

simpatis. Dengan hiperaktifitas kronik, muscle spindles mengalami spasme

sehingga mengalami nyeri tekan. Perlengketan otot yang tidak sempurna akan

melepaskan pancaran rangsangan saraf berbahaya yang mengakibatkan nyeri

sehingga menghambat aktivitas otot.

Etiologi nyeri punggung bermacam-macam, yang paling banyak

adalah penyebab sistem neuromuskuloskeletal. Disamping itu LBP dapat

merupakan nyeri rujukan dari gangguan sistem gastrointestinal, sistem

genitorinaria atau sistem kardiovaskuler.Proses infeksi, neoplasma dan inflasi

daerah panggul dapat juga menimbulkan LBP. Penyebab sistem

12
neuromuskuloskeletal dapat diakibatkan beberapa faktor seperti otot,

discusinvertebralis, sendi apofiseal, kompresi saraf, metabolik, psikogenik,

umur.

Pada dasarnya, mekanisme terjadinya Low Back Pain (LBP)

disebabkan karena adanya stimulus nyeri yang ditambahkan dengan sensasi

nyeri sehingga menyebabkan terjadinya Low Back Pain (LBP). Kolumna

vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang elastis yang tersusun atas

banyak unit rigid (vertebrae) dan unit fleksibel (diskus intervertebralis) yang

diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan otot

paravertebralis.

Konstruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibelitas

sementara disisi lain tetap dapat memberikan perlindungan yang maksimal

terhadap sumsum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan

menyerap goncangan vertikal pada saat berlari dan melompat. Batang tubuh

membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal dan toraks

sangat penting pada aktivitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai

akan melemahkan struktur pendukung ini.

Mengangkat beban berat pada posisi membungkuk menyamping

menyebabkan otot tidak mampu mempertahankan posisi tulang belakang

thorakal dan lumbal, sehingga pada saat facet joint lepas dan disertai tarikan

dari samping, terjadi gesekan pada kedua permukaan facet joint menyebabkan

ketegangan otot di daerah tersebut yang akhirnya menimbulkan keterbatasan

gesekan pada tulang belakang. Obesitas, masalah postur, masalah struktur,

13
dan perengangan berlebihan pendukung tulang dapat berakibat nyeri

punggung.

Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia

bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago

dengan matrik gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat

dan tak teratur.

Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1, menderita stress mekanis

paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan faset akan

mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis,

yang menyebabkan nyeri menyebar sepanjang saraf tersebut.

2.5 Klasifikasi Low Back Pain

1. Acute Low Back Pain

Rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba, keluhan dirasakan

kurang dari 6 minggu. Rasa ini dapat hilang atau sembuh. Acute Low

Back Pain dapat disebabkan karena luka traumatik seperti kecelakan

mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian

tersebut dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan

tendon. Sampai saat ini penatalaksanaan awal nyeri pingang akut

terfokus pada istirahat dan pemakain analgetik.

14
2. Chronic Low Back Pain

Rasa nyeri yang menyerang lebih dari 3 bulan atau rasa nyeri

yang berulang – ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki

onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low

back pain dapat terjadi karena osteoartritis, rheumatoidarthritis, proses

degenerasi discus intervertebralis dan tumor.

Berdasarkan organ yang mendasari, Low Back Pain dapat dibagi

menjadi beberapa jenis, yaitu : 10

a. LBP Viserogenik

Disebabkan oleh adanya proses patologik di ginjal atau

visera didaerah pelvis, serta tumor retroperitoneal. Nyeri yang

dirasakan tidak bertambah berat dengan aktivitas tubuh, juga tidak

berkurang dengan istirahat. Penderita LBP viserogenik yang

mengalami neri hebat akan selalu menggeliat untuk mengurangi

nyeri, sedang penderita LBP spondilogenik akan lebih memilih

berbaring diam dalam posisi tertentu untuk menghilangkan

nyerinya.

b. LBP vaskulogenik

Aneurisma atau penyakit vaskuler perifer dapat

menimbulkan nyeri punggung atau nyeri menyerupai iskialgia.

Insufisiensi arteria glutealis superior dapat menimbulkan nyeri di

15
daerah bokong, yang makin memberat saat jalan dan mereda saat

berdiri.

Nyeri dapat menjalar ke bawah sehingga sangat mirip dengan

iskialgia, tetapi rasa nyeri ini tidak terpengaruh oleh presipitasi

tertentu misalnya: membungkuk, mengangkat benda berat yang

mana dapat menimbulkan tekanan sepanjang kolumna vertebralis.

Klaudikatio intermitten nyerinya menyerupai iskialgia yang

disebabkan oleh iritasi radiks.

c. LBP neurogenik

o Neoplasma:

Rasa nyeri timbul lebih awal dibanding gangguan

motorik, sesibilitas dan vegetatif. Rasa nyeri sering timbul pada

waktu sedang tidur sehingga membangunkan penderita. Rasa

nyeri berkurang bila penderita berjalan.

o Araknoiditis:

Pada keadaan ini terjadi perlengketan – perlengketan.

Nyeri timbul bila terjadi penjepitan terhadap radiks oleh

perlengketan tersebut.

o Stenosis kanalis spinalis:

Penyempitan kanalis spinalis disebabkan oleh proses

degenerasi discus intervertebralis dan biasanya disertai

ligamentum flavum.

16
Gejala klinis timbulnya gejala klaudicatio intermitten

disertai rasa kesemutan dan nyeri tetap ada walaupun penderita

istirahat.

d. LBP spondilogenik

o Nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses patologik di

kolumna vertebralis yang terdiri dari osteogenik, diskogenik,

miogenik dan proses patologik di artikulatio sacroiliaka.

e. LBP psikogenik

o Biasanya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan dan

depresi atau campuran keduanya.

f. LBP osteogenik

o Radang atau infeksi misalnya osteomielitis vertebral dan

spondilitis tuberculosa, trauma yang dapat mengakibatkan

fraktur maupun spondilolistesis, keganasan, kongenital

misalnya scoliosis lumbal, nyeri yang timbul disebabkan oleh

iritasi dan peradangan selaput artikulasi posterior satu sisi,

metabolik misalnya osteoporosis, osteofibrosis, alkaptonuria,

hipofosfatemia familial.

g. LBP diskogenik

o Spondilosis

Proses degenerasi yang progresif pada discus

intervertebralis, sehingga jarak antar vertebra menyempit,

17
menyebabkan timbulnya osteofit, penyempitan kanalis spinalis

dan foramen intervertebrale dan iritasi persendian posterior.

Rasa nyeri disebabkan oleh terjadinya osteoarthritis dan

tertekannya radiks oleh kantong duramater yang mengakibatkan

iskemi dan radang. Gejala neurologik timbul karena gangguan

pada radiks yaitu: gangguan sensibilitas dan motorik (paresis,

fasikulasi dan atrofi otot). Nyeri akan bertambah apabila

tekanan LCS dinaikkan dengan cara penderita disuruh mengejan

(percobaan valsava) atau dengan menekan kedua venajugularis

(percobaan Naffziger).

o Hernia nucleus pulposus (HNP):

Keadaan dimana nucleus pulposus keluar menonjol

untuk kemudian menekan kearah kanalis spinalis melalui

annulus fibrosus yang robek. Dasar terjadinya HNP yaitu

degenerasi discus intervertebralis. Pada umumnya HNP

didahului oleh aktivitas yang berlebihan misalnya mengangkat

benda berat, mendorong barang berat. HNP lebih banyak

dialami oleh laki – laki dibanding wanita. Gejala pertama yang

timbul yaitu rasa nyeri di punggung bawah disertai nyeri di otot-

otot sekitar lesi dan nyeri tekan ditempat tersebut. Hal ini

disebabkan oleh spasme otot – otot tersebut dan spasme ini

menyebabkan berkurangnya lordosis lumbal dan terjadi

scoliosis.

18
HNP sentral menimbulkan paraparesis flaksid,

parestesia dan retensi urin. HNP lateral kebanyakan terjadi pada

L5-S1 dan L4-L5. pada HNP lateral L5-S1 rasa nyeri terdapat

dipunggung bawah, ditengah – tengah antara kedua bokong dan

betis, belakang tumit dan telapak kaki. Kekuatan ekstensi jari V

kaki juga berkurang dan reaksi achilles negative. Pada HNP

lateral L4-L5 rasa nyeri dan nyeri tekan didapatkan di punggung

bawah, bagian lateral bokong, tungkai bawah bagian lateral, dan

di dorsum pedis. Kekuatan ekstensi ibu jari kaki berkurang dan

refleks patella negative. Sensibilitas pada dermatom yang sesuai

dengan radiks yang terkena, menurun. Pada tes lasegue akan

dirasakan nyeri di sepanjang bagian belakang. Percobaan

valsava dan naffziger akan memberikan hasil positif.

o Spondilitis ankilosa:

Proses ini mulai dari sendi sakroiliaka yang kemudian

menjalar keatas, ke daerah leher. Gejala permulaan berupa rasa

kaku dipunggung bawah waktu bangun tidur dan hilang setelah

mengadakan gerakan. Pada foto roentgen terlihat gambaran

yang mirip dengan ruas – ruas bamboo sehingga disebut

bamboo spine.

19
h. LBP miogenik

o Ketegangan otot

Sikap tegang yang berulang – ulang pada posisi yang

sama akan memendekkan otot yang akhirnya akan

menimbulkan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul karena iskemia

ringan pada jaringan otot, regangan yang berlebihan pada

perlekatan miofasialterhadap tulang, serta regangan pada

kapsula.

o Spasme otot atau kejang otot

Disebabkan oleh gerakan yang tiba – tiba dimana

jaringan otot sebelumnya dalam kondisi yang tegang atau kaku

atau kurang pemanasan. Gejalanya yaitu adanya kontraksi otot

yang disertai dengan nyeri yang hebat. Setiap gerakan akan

memperberat rasa nyeri sekaligus menambah kontraksi.

o Defisiensi otot

Disebabkan oleh kurang latihan sebagai akibat dari

mekanisasi yang berlebihan, tirah baring yang terlalu lama

maupun karena imobilisasi.

o Otot yang hipersensitif

Menciptakan suatu daerah yang apabila dirangsang akan

menimbulkan rasa nyeri dan menjalar ke daerah tertentu.

20
Red Flags Low Back pain

Red Flags adalah indicator yang mungkin suatu kondisi serius untuk

ditangani . Red Flags dibuat untuk diindikasikan pada kondisi Low Back pain akut.

Red Flag Kondisi

Nyeri konstan tanpa dipengaruhi posisi Tumor spinal

(nyeriistirahat)

Penurunan berat badan

Riwayat kanker sebelumnya (ca.mammae,

ca.prostat, ca.paru)

Retensi urin Sindrom cauda equina

Inkontinensia

fekalAnestesi

sadel

Defisit sensoris/motoris area L4,L5,S1


Demam, malaise, swelling Infeksi spinal

Nyeri dalam dan konstan

Riwayat trauma Fraktur kompresi spinal

Usia >50tahun

Pengguna kortikosteroid lama

Nyeri meningkat dengan penyanggaan berat

badan (berdiri, berjalan, duduk)

21
2.6. Manifestasi Klinis

Gejala klinis nyeri punggung bawah sangat bervariasi, tergantung dari

penyebabnya. Secara patoanatomi, ada berbagai struktur yang menyusun punggung

bawah atau pinggang: regio lumbar vertebrae yang terdiri dari 5 vertebrae (L1-L5)

yang menyokong tubuh; diskus intervertebralis yang memelihara ruang antar

vertebrae dengan menyediakan fungsi bantalan yang menyokong pergerakan; otot-

otot dan tendon yaitu musculus erector spinae, musculus interspinalis, dan

musculus intertransvarius; medula spinalis, cauda equina, conus medularis, serta

nervus spinalis; serta pembuluh-pembuluh darah yang memvaskularisasinya.

Masing-masing struktur dapat menyebabkan mekanisme gejala nyeri punggung

bawah yang berbeda-beda. Berdasarkan durasi munculnya gejala, nyeri punggung

bawah dapat diklasifikasikan sebagai nyeri akut, subakut, dan kronik. Disebut nyeri

akut jika keluhan berlangsung selama kurang dari 6 minggu. Disebut kronik jika

keluhan sudah berlangsung lebih dari 12 minggu (3 bulan). Jika keluhan

berlangsung antara 6 sampai 12 minggu maka disebut subakut.7

Berdasarkan sumber nyeri kasus low back pain dapt dibedakan menjadi 2, yaitu:

intraspinal dan ekstraspinal.8

(1) Sumber nyeri Intraspinal, dapat terdiri dari:

• Diskus: terjadi proses degeneratif, terjadi trauma dan atau terjadi infeksi

Contonya: HNP

• Facet: terjadi proses degeneratif, terjadi trauma, terjadi inflamasi, dan

atau terdapat tumor. Contohnya: hipertrofi facet

22
• Tulang: terjadi fraktur (trauma), fraktur pathologis (tumor, osteoporosis),

infeksi (osteomyelitis), degenerative (spondylosis), kelainan anatomi

(scoliosis).

• Otot: sprain atau strain otot

• Syaraf

• Kombinasi

(2) Sumber nyeri Ekstaspinal, dapat berasal dari:

• Viscera: traktus urinarius, traktus digestivus, vaskular

• Sendi sacro liac

• Sendi panggul

Berdasarkan penyebab dan gejala yang ditimbulkan, nyeri punggung bawah dapat

diklasifikasikan menjadi nyeri mekanikal (nyeri aksial), non mekanikal, dan

visceral9 : 10

A. Nyeri Pinggang Mekanikal

Nyeri pinggang mekanik merupakan penyebab nyeri punggung bawah (pinggang)

yang paling umum. Nyeri aksial atau nyeri mekanikal diandai dengan: muncul

saat melakukan aktivitas, muncul pada posisi tertentu, berkurang dengan istirahat

(berbaring). Episode akut dapat dicetuskan oleh gerak membungkuk, mengangkat

barang berat, atau mengejan. Sumber nyeri aksial adlah sendi (diskus dan facet),

tulang, dan otot.

23
1. Sprain/strain Otot

Nyeri punggung bawah karena sprain atau strain otot menimbulkan

gejala berupa spasme otot, kram, atau kaku. Sprain disebabkan oleh

peregangan berlebihan atau robeknya ligamen, sementara strain

disebabkan oleh robeknya tendon atau otot. Keduanya bisa terjadi

karena gerak memutar (twisting), mengangkat suatu benda dengan cara

yang salah, mengangkat benda yang terlalu berat, atau peregangan otot

yang mendadak. Karena itu beberapa gerakan seperti berdiri lama,

membungkuk, atau olahraga berat tanpa pemanasan akan membuat

nyeri lebih buruk. Sementara aktivitas ringan seperti istirahat, tidur,

atau berjalan akan membuat nyeri menurun.

Reseptor nyeri pada otot sensitif terhadap stimulus mekanik yang

bervariasi termasuk tekanan, jepitan, irisan, dan regangan. Nyeri dan

cedera terjadi saat unit kontraktual otot terekspos oleh episode beban

biomekanikal yang melebihi kapasitas (overload). Otot yang cedera

tersebut memendek dalam kondisi terkontraksi, menyebabkan

kekakuan dan meningkatnya tonus sehingga menjadi terasa kencang

dan nyeri.

Selain faktor mekanik, faktor psikososial seperti depresi atau stress

berlebihan juga berpengaruh pada nyeri punggung bawah. Depresi

dapat mempengaruhi persepsi rasa nyeri bahkan terhadap rangsang

yang bukan mekanik. Stress emosional cenderung meningkatkan

aktivitas saraf simpatis, yang kemudian meningkatkan nosisepsi secara

24
periferal ataupun sentral, sehingga terjadi overaktivitas otot dan

peningkatan rasa nyeri dan lelah.

Nyeri karena spasme otot adalah yang paling sering terjadi, berupa

nyeri non spesifik, bisa menjalar ke pantat dan daerah sakral namun

jarang. Nyeri berlangsung selama 48-72 jam, namun biasanya diikuti

rekurensi atau periode nyeri yang lebih ringan selama beberapa hari.

2. Herniasi Diskus Lumbar

Herniated Nucleus Pulposus (HNP) merupakan penyakit degeneratif

pada diskus intervertebralis terkait dengan perubahan struktur serta

hidrasi pada nukleus pulposus dan annulus fibrosus. Seiring

bertambahnya usia, diskus vertebralis mulai kehilangan proteoglikan

hidrofilik sehingga struktur diskus menjadi lebih padat dan kemampuan

untuk menahan beban semakin berkurang3. Degenerasi diskus bersama

dengan faktor risiko pada penderita dapat menyebabkan robekan pada

annulus fibrosus sehingga nukleus pulposus menonjol keluar dan

menyebabkan inflamasi serta kompresi pada radiks saraf yang

berdekatan4Saat degenerasi nukleus terjadi, lebih banyak beban yang

ditransfer ke annulus dan penyebaran beban pada diskus menjadi tidak

rata. Sel nukleus dan annulus merespon terhadap beban sesuai dengan

intensitas, durasi, frekuensi, dan arah beban. Terjadi peningkatan

produksi protein seperti peningkatan matriks metalloproteinase

(MMP), nitric oxide, prostaglandin E2 (PGE-2), dan

25
interleukin-6 (IL-6) yang membuat diskus lebih keras dan annulus

lebih mudah robek. Setelah herniasi nukleus pulposus terjadi, fragmen

hernia menekan radiks saraf sehingga menyebabkan nyeri, kelemahan

otot, dan gangguan sensorik. Selain itu, nukleus pulposus yang

mengalami herniasi dan mikrokristal diskus juga menginisiasi kaskade

inflamasi. Diskus intervertebralis yang awalnya avaskuler terekspos

dengan pembuluh darah epidural karena adanya robekan annulus dan

ligamen longitudinal posterior. Diskus yang awalnya tidak pernah

terekspos sistem imun dianggap sebagai benda asing dan menyebabkan

rekruitmen makrofag, limfosit, dan sel inflamasi lainnya. Nyeri yang

ditimbulkan diakibatkan oleh adanya TNF- N-alfa

yang disekresikan oleh makrofag bersama dengan produksi substansi

P. Serabut saraf dan pembuluh-pembuluh darah baru juga bertumbuh

memasuki diskus yang mengalami degenerasi.

Nyeri yang terjadi tersebut sering disebut dengan nyeri diskus. Inervasi

disku

-sinovertebral nerve posterior.

HNP merupakan penyebab skiatika yang paling umum. Nyeri pada

HNP berupa nyeri radikular (menjalar) dari pinggang ke pantat dan

paha.

26
Penjalaran nyeri pada HNP

Eksaserbasi nyeri dapat terjadi akibat bersin, batuk, atau mengejan,

mengangkat beban berat, posisi membungkuk, dan duduk karena

kondisi-kondisi tersebut meningkatkan tekanan intradiskal (intratekal).

Nyeri akan berkurang dengan posisi berbaring. Gejala yang memberat

saat aktivitas dan berkurang saat istirahat ini disebut dengan

27
klaudikasio intermitens. Selain nyeri, juga dapat timbul kelemahan

pergerakan kaki saat dorsofleksi atau plantarfleksi, tergantung myotom

mana yang terkena. Pasien dengan HNP akan menunjukkan hasil

positif pada pemeriksaan Straight Leg Raising dan manuver Valsalva.

3. Stenosis Lumbaris

Penyempitan saluran tulang belakang lumbar terjadi sebagai akibat

perubahan degeneratif yang menyebabkan kompresi pada akar saraf

lumbosakral. Nyeri stenosis lumbalis meningkat dengan posisi berdiri

atau setelah berjalan lama, dan menurun dengan istirahat, duduk, atau

posisi condong ke depan. Nyeri stenosis sering disebut juga dengan

neuroenic claudicatio. Nyeri stenosis adalah nyer yang dirasakan saat

ekstensi tulang belakang (berjalan tegak dan jaln menurun), nyeri

berkurang bila fleksi tulang belakang (membungku, jongkok, jalan

mendaki), dan nyeri turun bila berubah posisi (ekstensi

belakang.

Stenosis spinanlis

28
4. Spondilosis

Spondylosis adalah penyakit degeneratif tulang belakang. Spondylosis

ini disebabkan oleh proses degenerasi yang progresif pada diskus

intervertebralis, yang mengakibatkan makin menyempitnya jarak antar

vertebra sehingga mengakibatkan terjadinya osteofit, penyempitan

kanalis spinalis dan foramen intervertebralis dan iritasi persendian

posterior. Rasa nyeri pada spondylosis ini disebabkan oleh terjadinya

osteoartritis dan tertekan radiks oleh kantong durameter yang

mengakibatkan iskemik dan radang.

Spondylosis lumbal merupakan penyakit degeneratif pada corpus

vertebra atau diskus intervertebralis. Kondisi ini lebih banyak

menyerang pada wanita. Faktor utama yang bertanggung jawab

terhadap perkembangan spondylosis lumbal adalah usia, obesitas,

duduk dalam waktu yang lama dan kebiasaan postur yang jelek.

Pada faktor usia menunjukkan bahwa kondisi ini banyak dialami oleh

orang yang berusia 40 tahun keatas. Faktor obesitas juga berperan

dalam menyebabkan perkembangan spondylosis lumbar.

Spondylosis lumbal seringkali merupakan hasil dari osteoarthritis atau

spur tulang yang terbentuk karena adanya proses penuaan atau

degenerasi. Proses degenerasi umumnya terjadi pada segmen L4 – L5

dan L5 – S1. Komponen- komponen vertebra yang seringkali

mengalami spondylosis adalah diskus intervertebralis, facet joint,

corpus vertebra dan ligamen (terutama ligamen flavum).

29
Tanda dan gejala Spondilosis :

Spondylosis lumbal merupakan suatu kelainan dengan ketidakstabilan

lumbal, sering mempunyai riwayat robekan dari diskusnya dan

serangan nyeri yang berulang – ulang dalam beberapa tahun. Nyeri

pada kasus spondylosis berhubungan erat dengan aktivitas yang dijalani

oleh penderita, dimana aktivitas yang dijalani terlalu lama dengan

rentang perjalanan yang Panjang(Allegri et al., 2016)

Pasien biasanya berusia di atas 40 tahun dan memiliki tubuh yang sehat.

Nyeri sering timbul di daerah punggung dan pantat. Hal ini akan

menimbulkan keterbatasan gerak pada regio lumbal dan dapat

menimbulkan nyeri pada area ini. Pemeriksaan neurologis dapat

memperlihatkan tanda – tanda sisa dari prolaps diskus yang lama

(misalnya tiadanya reflek fisiologis). Pada tahap sangat lanjut, gejala

dan tanda – tanda stenosis spinal atau stenosis saluran akar unilateral

dapat timbuL

30
B. Nyeri Pinggang Non Mekanikal

Nyeri pinggang non mekanikal antara lain terjadi karena proses

inflamasi (ankylosing spondylitis), infeksi, atau neoplasia. Nyeri non

mekanikal timbul saat istirahat dan jarang dipengaruhi oleh gerakan.

1. Ankylosing Spondylitis

Ankylosing spondylitis adalah penyakit inflamasi kronik pada sendi

axial, terutama sakroiliaka. Penyebabnya adalah marker genetik HLA-

B27, karena itu penyakit ankylosing spondylitis bersifat menurun

dalam keluarga. Nyeri yang ditimbulkan berupa nyeri punggung non

spesifik dan kekakuan pada pagi hari (morning stiffness) yang

bertambah saat aktivitas namun tidak menurun dengan istirahat. Juga

ditemukan nyeri dan bengkak di sendi lain serta kelelahan yang sangat.

2. Infeksi Spinal

Osteomyelitis vertebra pyogenik, discitis, atau tuberkulosis vertebra

dapat menimbulkan nyeri hebat dan progresif pada sendi lumbar.

Seringkali disertai nyeri tekan terlokalisir, penurunan ROM, demam,

berkeringat, malaise, dan leukositosis.

3. Tumor Spinal

Tumor pada spinal seringkali merupakan metastasis dari payudara,

paru- paru, prostat, atau ginjal, dan jarang sekali tumor spinal yang

merupakan tumor primer. Nyeri karena keganasan bersifat sangat nyeri,

memburuk saat malam, dan ada riwayat penurunan berat badan.

31
2.7 Diagnosis Low Back Pain

1. Anamnesis11

Anamnesis berupa tanya jawab mengenai penyakit yang diderita.

Pertanyaan tersebut meliputi letak atau lokasi nyeri, penyebaran nyeri,

sifat nyeri, pengaruh aktivitas terhadap nyeri, pengaruh posisi atau

anggota tubuh, trauma, proses terjadinya dan perkembangan nyeri, obat-

obat analgetik yang pernah diminum, kondisi mental emosional.

Sebesar 85% pasien datang dengan keluhan nonspesifik yang

menyebabkan kausa dari nyeri tidak dapat diketahui pada saat pasien

pertama kali datang. Terdapat beberapa karakteristik nyeri pinggang

bawah yang harus digali :

1) penyebab awitan, nyeri mendadak yang timbul setelah posisi

mekanis yang merugikan, mungkin terjadi robekan otot, pergangan fasia,

atau iritasi permukaan sendi.

2) lama dan frekuensi serangan, nyeri punggung karena sebab mekanik

berlangsung lama, jika herniasi diskus nyeri berlangsung sampai 8 hari

sampai resolusinya.

3) lokasi nyeri dan penjalarannya, nyeri punggung karena gangguan mekanis

terutama terjadi di daerah lumbosakral, jika nyeri menyebar ke tungkai

bawah menandakan adanya iritasi akar saraf atau peradangan sendi

sakroiliaka. Jika nyeri yang terjadi adalah nyeri psikogenik maka tidak

mempunyai pola penyebaran yang tetap.

32
4) faktor yang memperberat atau memperingan. Jika terjadi lesi mekanis, maka

nyeri akan berkurang dengan istirahat dan bertambah berat saat aktifitas.

Jika pada penderita HNP duduk agak bungkuk dan manuver valsava akan

memperberat rasa nyeri. Namun pada penderita tumor, nyeri lebih menetap

jika pasien berbaring.

5) intensitas atau kualitas nyeri, perlu ditanyakan agar dapat menilai kondisi

perbaikan atau perburukan pasien. Gejala nyeri punggung yang lama dan

intermiten serta diselingi oleh periode tanpa gejala merupakan gejala khas

dari low back pain karena faktor mekanis. Nyeri pada malam hari juga harus

diwaspadai sebagai tanda keganasan atau infeksi.

Penyebab mekanis LBP menyebabkan nyeri mendadak yang

timbul setelah posisi mekanis yang merugikan. Mungkin terjadi robekan

otot, peregangan fasia atau iritasi permukaan sendi. Keluhan karena

penyebab lain timbul bertahap.12

Harus dibedakan antara LBP dengan nyeri tungkai, mana yang

lebih dominan dan intensitas dari masing-masing nyerinya, yang

biasanya merupakan nyeri radikuler. Nyeri pada tungkai yang lebih

banyak dari pada LBP dengan rasio 80-20% menunjukkan adanya

radikulopati dan mungkin memerlukan suatu tindakan operasi. Bila nyeri

LBP lebih banyak daripada nyeri tungkai, biasanya tidak menunjukkan

adanya suatu kompresi radiks dan juga biasanya tidak memerlukan

tindakan operatif.13

33
Gejala LBP yang sudah lama dan intermiten, diselingi oleh

periode tanpa gejala merupakan gejala khas dari suatu LBP yang

terjadinya secara mekanis. Herniasi diskus bisa membutuhkan waktu 8

hari sampai resolusinya. Degenerasi diskus dapat menyebabkan rasa

tidak nyaman kronik dengan eksaserbasi selama 2-4 minggu.

Dari anamnesis sifat nyeri juga dapat menentukan penyebabnya,

yaitu:14

(1) Nyeri lokal, lokasi nyeri dekat bagian punggung yang sakit

dapat disebabkan karena regangan struktur yang sensitif akibat iritasi

ujung saraf sensoris.

(2) Nyeri abdomen yang disertai dengan nyeri punggung,

biasanya ditimbulkan oleh bagian visceral abdomen atau pelvis.

(3) Nyeri dari tulang punggung dan beralih ke tungkai, biasanya

pada penyakit dengan lesi pada tulang belakang lumbal bagian atas.

Disebut juga dengan nyeri sklerotomal.

Nyeri sclerotomal ini dapat menjelaskan kasus nyeri di bagian

punggung dan tungkai tanpa adanya bukti penekanan radix saraf.

(4) Nyeri punggung radikular dan menjalar sesuai daerah

perjalanan radix saraf. Saat batuk, bersin, atau kontraksi otot abdomen,

nyeri semakin menyebar. Gambaran tentang nyeri saja biasanya tidak

bisa digunakan untuk membedakan nyeri sklerotomal dan radikulopati.

(5) Nyeri yang berhubungan dengan spasme otot, nyeri bersifat

tidak jelas dan terasa tumpul.

34
2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik secara komprehensif pada pasien dengan nyeri

punggung meliputi evaluasi sistem neurologi dan muskuloskeletal.

Pemeriksaan neurologi meliputi evaluasi sensasi tubuh bawah, kekuatan

dan refleks-refleks.

a. Inspeksi :

o Pemeriksaan fisik dimulai dengan inspeksi dan bila pasien tetap

berdiri dan menolak untuk duduk, maka sudah harus dicurigai

adanya suatu herniasi diskus.

o Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana

yang membuat nyeri dan juga bentuk kolumna vertebralis,

berkurangnya lordosis serta adanya skoliosis. Berkurang

sampai hilangnya lordosis lumbal dapat disebabkan oleh spasme

otot paravertebral.

o Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:

- Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.

- Ekstensi ke belakang (back extension) seringkali

menyebabkan nyeri pada tungkai bila ada stenosis foramen

intervertebralis di lumbal dan artritis lumbal, karena gerakan

ini akan menyebabkan penyempitan foramen sehingga

menyebabkan suatu kompresi pada saraf spinal.

- Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan

menyebabkan nyeri pada tungkai bila ada HNP, karena

35
adanya ketegangan pada saraf yang terinflamasi diatas suatu

diskus protusio sehingga meninggikan tekanan pada saraf

spinal tersebut dengan jalan meningkatkan tekanan pada

fragmen yang tertekan di sebelahnya (jackhammer effect).

b. Palpasi :

o Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya

kemungkinan suatu keadaan psikologis di bawahnya

(psychological overlay).

o Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang

menyebabkan nyeri dengan menekan pada ruangan

intervertebralis.

o Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-

rataan (step-off) pada palpasi di tempat/level yang terkena.

o Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan

untuk mencari adanya fraktur pada vertebra.

o Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan

neurologis.

o Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama

bila ada hiperefleksia yang menunjukkan adanya suatu

gangguan upper motor neuron (UMN). Dari pemeriksaan

refleks ini dapat membedakan akan kelainan yang berupa UMN

atau LMN.

36
3. Pemeriksaan Neurologik

Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah kasus

nyeri pinggang bawah adalah benar karena adanya gangguan saraf atau

karena sebab yang lain.15

a. Pemeriksaan sensorik

Bila nyeri pinggang bawah disebabkan oleh gangguan pada

salah satu saraf tertentu maka biasanya dapat ditentukan adanya

gangguan sensorik dengan menentukan batas-batasnya, dengan

demikian segmen yang terganggu dapat diketahui. Pemeriksaan

sensorik ini meliputi pemeriksaan rasa rabaan, rasa sakit, rasa suhu,

rasa dalam dan rasa getar (vibrasi). Bila ada kelainan maka

tentukanlah batasnya sehingga dapat dipastikan dermatom mana

yang terganggu.

b. Pemeriksaan motorik

Dengan mengetahui segmen otot mana yang lemah maka

segmen mana yang terganggu akan diketahui, misalnya lesi yang

mengenai segmen L4 maka musculus tibialis anterior akan menurun

kekuatannya. Pemeriksaan yang dilakukan :

1) Kekuatan : fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki,

ibu jari, dan jari lainnya dengan menyuruh penderita melakukan

gerakan fleksi dan ekstensi, sementara pemeriksaan menahan

gerakan tadi.

2) Atrofi : perhatikan atrofi otot

37
3) Perlu perhatikan adanya fasikulasi ( kontraksi involunter yang

bersifat halus) pada otot – otot tertentu.

c. Pemeriksaan reflek

Reflek tendon akan menurun pada atau menghilang pada lesi

motor neuron bawah dan meningkat pada lesi motor atas. Pada nyeri

punggung bawah yang disebabkan HNP maka reflek tendon dari

segmen yang terkena akan menurun atau menghilang

1) Refleks lutut/patela : lutut dalam posisi fleksi ( penderita dapat

berbaring atau duduk dengan tungkai menjuntai), tendo patla

dipukul dengan palu refleks. Apabila ada reaksi ekstensi tungkai

bawah, maka refleks patela postitif. Pada HNP lateral di L4-L5,

refleksi ini negatif.

2) Refleks tumit/achiles : penderita dalam posisi berbaring, lutut

dalam posisi fleksi, tumit diletakkan di atas tungkai yang

satunya, dan ujung kaki ditahan dalam posisi dorsofleksi ringan,

kemudian tendo achiles dipukul. Apabila terjadi gerakan plantar

fleksi maka refleks achiles positif. Pada HNP lateral L5-S1,

refleksi ini negatif.

38
4. Pemeriksaan Khusus Low Back Pain

a. Test Lassegue

Pada tes ini, pertama telapak kaki pasien didorong ke arah

muka kemudian setelah itu tungkai pasien diangkat sejauh 40o dan

sejauh 90o. Positif bila pasien tidak dapat mengangkat tungkai <70°

dan nyeri sepanjang nervus ischiadicus.

Gambar 2.2 Tes Lassegue

b. Test Patrick

39
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan di pinggang dan

pada sendi sakro iliaka. Pasien tidur telentang dan calcaneus

menyentuh patella dan tangan pemeriksa berada SIAS dan bagian

medial dari knee. Setelah itu lakukan kompresi, (+) apabila terjadi

nyeri maka ada kelainan di Lig. Anterior Sacroiliaca Joint.

Gambar 2.3 Tes Patrick


c. Test Kernig

Penderita berbaring, salah satu pahanya difleksikan sampai

membuat sudut 90°. Lalu tungkai bawah diekstensikan pada

persendian lutut.

Gambar 2.4 Tes Kernig

40
d. Test Kontra Patrick

Pasien tidur telentang dan kaki internal rotasi. Tangan

pemeriksa memegang pergelangan kaki dan bagian lateral dari knee.

Setelah itu lakukan penekanan. Apabila terjadi nyeri maka terjadi

kelainan pada Lig. Posterior Sacroiliaca Joint.

Gambar 2.5 Tes Kontra Patrick

e. Sicard’s sign

Pasien posisi supine, tungkai pasien diangkat tanpa flexi di

lutut (ekstensi sendi panggul dan lutut) dan dorsoflesi ibu jari kaki.

Positive apabila nyeri menjalar dari punggung bawah ke ekstremitas

bawah ipsilateral (n. ischiadicus)

Gambar 2.6 Sicard’s sign

41
f. Bracard Sign

Pasien posisi supine, tungkai pasien diangkat tanpa flexi di

lutut (ekstensi sendi panggul dan lutut) dan dorsoflesi kaki. Positive

apabila nyeri menjalar dari punggung bawah ke ekstremitas bawah

ipsilateral (n. ischiadicus)

Gambar 2.7 Bragad’s Sign

g. Vietz & Nafziger Test

Pemeriksa menekan kedua vena jugularis dan pertahankan

hingga pasien mengeluh kepala berat (min. 2 menit). Hasil dikatakan

positive apabila timbul nyeri radikuler pada daerah saraf yang sakit.

Gambar 2.8 Vietz & Nafziger Test

42
h. Tes valsava

Penderita disuruh mengejan kuat maka tekanan Liquor

Cerebrospinal akan meningkat, hasil dikatakan positive apabila

timbul nyeri radikuler pada daerah saraf yang sakit.

Gambar 2.9 Tes Valsava

i. Spasme m. psoas

Diperiksa pada pasien yang berbaring terlentang dan pelvis

ditekan kuat – kuat pada meja oleh sebelah tangan pemeriksa,

sementara tangan lain menggerakkan tungkai ke posisi vertical

dengan lutu dalam keadaan fleksi tegak lurus. Panggulsecara pasif

mengadakan hiperekstensi ketika pergelangan kaki diangkat.

Terbatasnya gerakan ditimbulkan oleh spasme involunter m.psoas.

43
j. Tes Gaenselen

Terbatasnya fleksi lumbal secara pasif dan rasa nyeri yang

diakibatkan sering menyertai penyakit pada art. Lumbal / lumbo-

sacral. Dengan pasien berbaring terlentang, pemeriksa memegang

salah satu ekstremitas bawah dengan kedua belah tangan dan

menggerakkan paha sampai pada posisi fleksi maksimal. Kemudian

pemeriksa menekan kuat – kuat ke bawah kearah meja dan ke atas

kearah kepala pasien, yang secara pasif menimbulkan fleksi columna

spinalis lumbalis.

Gambar 2.10 Tes Valsava

2.8 Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium:

Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju

endap darah (LED), kadar Hb, jumlah leukosit dengan hitung jenis, dan

fungsi ginjal.

44
2. Pungsi Lumbal (LP) :

LP akan normal pada fase permulaan prolaps diskus, namun

belakangan akan terjadi transudasi dari low molecular weight albumin

sehingga terlihat albumin yang sedikit meninggi sampai dua kali level

normal.

3. Pemeriksaan Radiologis :

a. Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau kadang-

kadang dijumpai penyempitan ruangan intervertebral,

spondilolistesis, perubahan degeneratif, dan tumor spinal.

Penyempitan ruangan intervertebral kadang-kadang terlihat

bersamaan dengan suatu posisi yang tegang dan melurus dan suatu

skoliosis akibat spasme otot paravertebral.

b. CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level

neurologis telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.

45
c. Mielografi berguna untuk melihat kelainan radiks spinal, terutama

pada pasien yang sebelumnya dilakukan operasi vertebra atau

dengan alat fiksasi metal. CT mielografi dilakukan dengan suatu zat

kontras berguna untuk melihat dengan lebih jelas ada atau tidaknya

kompresi nervus atau araknoiditis pada pasien yang menjalani

operasi vertebra multipel dan bila akan direncanakan tindakan

operasi terhadap stenosis foraminal dan kanal vertebralis.

d. MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan

menunjukkan berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan

ahli bedah ortopedi tetap memerlukan suatu EMG untuk menentukan

diskus mana yang paling terkena. MRI sangat berguna bila:

1) vertebra dan level neurologis belum jelas

2) kecurigaan kelainan patologis pada medula spinal atau jaringan

lunak

3) untuk menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi

4) kecurigaan karena infeksi atau neoplasma

46
Mielografi atau CT mielografi dan atau MRI adalah alat

diagnostik yang sangat berharga pada diagnosis LBP dan diperlukan

oleh ahli bedah saraf atau ortopedi untuk menentukan lokalisasi lesi

pre-operatif dan menentukan adakah adanya sekwester diskus yang

lepas dan mengeksklusi adanya suatu tumor.

Mumenthaler (1983) menyebutkan adanya 25% false

negative diskus prolaps pada mielografi dan 10% false positive

dengan akurasi 67%.

e. Diskografi dapat dilakukan dengan menyuntikkan suatu zat kontras

ke dalam nukleus pulposus untuk menentukan adanya suatu annulus

fibrosus yang rusak, dimana kontras hanya bisa penetrasi/menembus

bila ada suatu lesi. Dengan adanya MRI maka pemeriksaan ini sudah

tidak begitu populer lagi karena invasif.

f. Elektromiografi (EMG) :

47
Dalam bidang neurologi, maka pemeriksaan

elektrofisiologis/neurofisiologis sangat berguna pada diagnosis

sindroma radiks. Pemeriksaan EMG dilakukan untuk :

1) Menentukan level dari iritasi atau kompresi radiks

2) Membedakan antara lesi radiks dengan lesi saraf perifer

3) Membedakan adanya iritasi atau kompresi radiks

2.9 Diagnosis Banding Low Back Pain

1. Hernia Nucleus Pulposus12

Berdasarkan patofisiologinya nyeri punggung bagian bawah di

bagi menjadi NBP spesifik dan non spesifik. Nyeri punggung bagian

bawah spesifik berupa gejala yang di sebabkan oleh mekanisme patologi

yang spesifik seperti Hernia Nukleus Pulposus (HNP), infeksi,

osteoporosis, rheumatoid arthtritis, fraktur, dan tumor. Nyeri punggung

bawah non spesifik berhubungan dengan faktor mekanik seperti cara

angkat dan angkut yang tidak benar, sikap yang tidak ergonomis dalam

beraktifitas dan postur tubuh yang buruk serta masalah mekanik.

Hernia Nucleus Pulposus (HNP) atau herniasi diskus

intervertebralis, yang sering pula disebut sebagai Lumbar Disc Syndrome

atau Lumbosacral radiculopathies adalah penyebab tersering nyeri

pugggung bawah yang bersifat akut, kronik atau berulang. Penyebab

utama terjadinya HNP adalah cidera. Cidera dapat terjadi karena terjatuh

tetapi lebih sering karena posisi menggerakkan tubuh yang salah.

48
2. Degenerasi Lumbal13

Diskus intervertebra merupakan suatu struktur yang fleksibel

terletak di tulang belakang mempunyai fungsi yang sangat penting bagi

tubuh kita yaitu untuk membuat manusia bisa tegak tegak berdiri dan

untuk membuat manusia bergerak. Diskus intervertebra juga bertugas

untuk mendistribusikan beban berat badan tubuh saat berdiri dan berjalan

sehingga mencegah risiko patah tulang dan fungsi ini juga dapat

melindungi diskus dari proses degenerasi. Diskus intervertebra tersusun

atas annulus fibrosus, nukleus pulposus, dan kartilago/tulang rawan yang

menghubungkan diskus dengan tulang belakang. Nukleus pulposus

banyak mengandung glikosaminoglikan serta beberapa komponen lain

yang membuatnya elastis dan fleksibel saat menahan berat badan.

Seiring dengan bertambahnya usia seseorang maka organ dalam

tubuh akan mengalami penuaan atau degenerasi, termasuk juga diskus

intervertebra. Oleh karena peran diskus intervertebra yang sangat penting

sehingga degenerasi diskus intervertebra dapat menyebabkan morbiditas

dan mortalitas. Studi uji klinis pada manusia dan hewan menunjukkan

kematian sel, khususnya karena autofagi, berkontribusi signifikan dalam

terjadinya degenerasi diskus intervertebra dan kondisi ini dapat

disebabkan karena stressor pada tulang belakang (misalnya mengangkat

benda yang sangat berat) dan nutrisi.

49
Selain itu, proses penuaan sel di degenerasi diskus intervertebra

menyebabkan menurunnya kemampuan memperbaiki diri,

meningkatkan respon peradangan, serta meningkatkan katabolisme.

Adanya trauma pada tulang belakang dapat juga menyebabkan

kerusakan pada tulang rawan atau annulus fibrosus pada degenerasi

diskus intervertebra. Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwan

sebagian dari diskus intervertebra, khususnya di nukleus pulposus, tidak

memiliki pembuluh darah, sehingga ketika terjadi trauma maka akan

menganggu difusi nutrisi dan oksigen di diskus intervertebra dan

mengakibatkan lebih mudah terjadinya degenerasi. Trauma pada tulang

belakang menyebabkan aktivasi sitokin pro-inflamasi, khususnya yaitu

TNFα dan IL-1β yang menyebabkan terjadinya proses katabolisme

sehingga terjadi degenerasi diskus intervertebra. TNFα dan IL-1β

mempunyai peran penting pada degenerasi diskus intervertebra. TNFα

yang berlebihan mempunyai efek anti-anabolik sehingga menyebabkan

sel melakukan katabolisme sehingga menghambat proses regenerasi

diskus intervertebra setelah trauma. TNFα juga menyebabkan

nyeri, mempercepat degradasi struktur di annulus fibrosus dan nukleus

pulposus, serta meningkatkan produksi IL-1β dan IL-6 yang

meningkatkan respon inflamasi. Sedangkan IL-1β menyebabkan proses

degenerasi melalui peningkatkan enzim katabolik yang lebih kuat

daripada TNFα. Bersama dengan IL-6, IL-1β akan menghasilkan NGF

50
(nerve growth factors) dan BDNF (brain derived neurotrophic factor)

yang menstimulasi saraf sehingga menimbulkan nyeri pasca truma.

3. Fraktur Osteoporotik14

Osteoporosis merupakan keadaan tulang yang ditandai dengan

menurunnya massa tulang atau kepadatan tulang yang diakibatkan oleh

ketidakmampuan tubuh dalam mengatur kandungan mineral dalam

tulang dan juga rusaknya arsitektur tulang yang mengakibatkan

penurunan kekuatan dari tulang yang tidak lain adalah pengeroposan

tulang, gangguan pada metabolisme tulang adalah penyebab dari

osteoporosis.

Gejala klinis yang ditemui biasanya tidak spesifik dan biasanya

osteoporosis tidak memiliki tanda-tanda atau gejala khusus sampai

akhirnya akan terjadi patah tulang atau fraktur, dan yang lain lebih sering

mengalami gejala klasik yang umum berupa nyeri punggung yang

biasanya dipicu oleh kegiatan yang berlebihan maupun stress fisik, dan

akan menghilang setelah 4-6 minggu, oleh karena itu biasanya seseorang

akan tidak sadar telah mengalami gejala awal. Pasien juga dating dengan

gejala yang lain, seperti gejala patah tulang, turunnya tinggi badan,

bungkuk. Seseorang yang mengalami patah tulang biasanya untuk

menegakkan diagnosis pasti melali pemeriksaan fisik, gejala yang

dialami pasien, dan rontgen tulang. Pemeriksaan lebih lanjut juga perlu

dilakukan untuk menyingkirkan keadaan lain yang dapat menyebabkan

osteoporosis.

51
2.10 Penatalaksanaan Low Back Pain15

Oleh karena penyebab low back pain sangat beraneka ragam maka

tatalaksananya juga bervariasi. Namun demikian, pada dasarnya dikenal dua

tahapan terapi low back pain, yaitu konservatif, operatif dan rehabilitasi.

1. Terapi konservatif

a. Rehat baring

Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama

beberapa hari dengan sikap tertentu. Tempat tidur tidak boleh

memakai pegas atau per, dengan demikian tempat tidur harus dari

papan yang lurus dan kemudian ditutup dengan lembar busa yang

tipis.

Tirah baring ini sangat bermanfaat untuk nyeri punggung

bawah, fraktur dan Hernia Nukleus Pulposus. Lama tirah baring

bergantung pada berat-ringannya gangguan yang dirasakan

penderita. Setelah tirah baring dianggap cukup, maka dapat

dilakukan latihan tertentu, atau terlebih dahulu dipasang korset.

Tujuan latihan ini adalah untuk mencegah terjadinya kontraktur dan

mengembalikan lagi fungsi-fungsi otot.

b. Medikamentosa

Ada dua jenis obat dalam tatalaksana LBP, ialah obat yang

bersifat simptomatik dan yang bersifat kausal. Obat-obat simtomatik

antara lain analgetika (salisilat, paracetamol, dll), kortikosteroid

52
(prednisolon, prednisone), anti-inflamasi non steroid (AINS)

misalnya piroksikam, antidepresan trisiklik secara sentral misalnya

amitriptilin, dan obat penenang minor misalnya diazepam,

klordiasepoksid. Obat-obat kausal misalnya anti tuberculosis,

antibiotika untuk spondilitis piogenik, nukleolisis misalnya

khimopapain, kolagenase untuk HNP.

c. Fisioterapi

Biasanya dalam bentuk diatermi (pemanasan dengan

jangkauan permukaan yang lebih dalam) misalnya pada Hernia

Nukleus Pulposus, trauma mekanik akut, serta traksi pelvis misalnya

untuk relaksasi otot dan mengurangi lordosis.

2. Terapi operatif

Terapi operatif dilakukan jika tindakan konservatif tidak

memberikan hasil yang nyata, atau terhadap kasus fraktur yang

menyebabkan defisit neurologic. Pada kondisi ini memerlukan tindakan

yang bersifat segera (cito).

3. Rehabilitasi

Rehabilitasi mempunyai makna yang luas apabila ditinjau dari

segi pelaksanaannya. Namun demikian tujuannya hanya satu ialah

mengupayakan agar penderita dapat segera bekerja seperti semula dan

tidak timbul LBP lagi di kemudian hari. Pada kasus tertentu, tujuan

rehabilitasi tadi teoritis tidak akan tercapai, maka tujuannya diturunkan

satu tingkat, ialah agar penderita tidak menggantungkan diri pada orang

53
lain dalam melakukan kegiatan sehari-hari (the activities of daily living),

misalnya makan, minum, berganti pakaian, ke kamar mandi dan

sebagainya. Apabila tujuan rehabilitasi kelas dua ini teoritis juga tidak

akan tercapai, maka tujuan herabilitasi perlu diturunkan lagi ialah agar

penderita tidak mengalami komplikasi yang membahayakan penderita,

misalnya pneumonia, osteoporosis, dan sebagainya. Teknik

pelaksaanaan rehabilitasi akan melibatkan berbagai macam disiplin, atau

dengan kata lain rehabilitasi bersifat multidisipliner dan dipengaruhi oleh

berbagai macam faktor (multifaktorial).

2.11 Prognosis

Biasanya pasien sembuh rata-rata dalam 7 minggu. Tetapi sering

dijumpai episode nyeri berulang. Dan sebanyak 80% pasienmengalami

keterbatasan dalam derajat tertentu selama 12 bulan, mungkin hanya 10-15%

yang mengalami disabilitas berat. Penentuan faktor risiko dapat juga

memperkirakan perkembangan perjalanan penyakit nyeri punggung kearah

kronik progressive.(9)

54
BAB III

KESIMPULAN

Low Back Pain (LBP) adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung

bawah dan dapat menyebabkan rasa nyeri lokal maupun nyeri radikuler ataupun

keduanya. Nyeri ini berasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah

yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran

nyeri kea rah tungkai dan kaki.

Sekitar 80% penduduk dunia merasakan nyeri dibagian belakang

tububuhnya. Dari jumlah itu, sekitar 20% berhubungan dengan tulang belakang.

Prevalensi nyeri punggung meningkat dengan usia. Nyeri punggung dibedakan

menjadi nyeri punggung aku, subakut dan kronik.

Sebagian besar episode sakit punggung disebabkan oleh gangguan mekanik

atau perubahan bertahap yang behubungan dengan penuaan dan penyakit sistemik.

Nyeri tulang belakang dimediasi melalui spinal proksimal saraf

menyebabkan edema local, iskemia dan peradangan. Faktor-faktor ini berkontribusi

terhadap produksi impuls nyeri melalui saraf tulang belakang. Nyeri tulang

belakang juga merupakan kombinasi dan rasa sakit dalam akar saraf itu sendiri,

serta rasa sakit dari jaringan tetangga yang sakit disebabkan oleh efek herniasi pada

dura, ligament, pembuluh darah dan sekitarnya.

Diagnosis didapatkan melalui: anamnesis (deskripsi nyeri, onset, lokasi,

kualitas, radiasi faktor yang menghilangkan/memperberatkan), pemeriksaan fisik

55
tulang punggung (inspeksi, palpasi, perkusi), pemeriksaan laboratorium dan

radiologi.

Terapi konservatif dapat dilakukan dengan tirah baring dan pemberian

medikamentosa simtomatik maupun kausal. Terapi operatif dilakukan apabila

pasien sudah tidak dapat merespon terapi konservatif.

Prognosis LBP biasanya pasien sembuh rata-rata dalam 7 minggu. Tetapi

sering dijumpai episode nyeri berulang. Penentuan faktor risiko dapat juga

memperkirakan perkembangan perjalanan penyakit.

56
DAFTAR PUSTAKA

1. Andini F. Risk Factors of Low Back Pain in Workers. J Majority, 2015; 4 (1):
12-19
2. Vlaeyen, JW, Maher CG, Wiech K, Zundert JV, Meloto CB, Diatchenko L, et
al. Low back pain. Nat Rev Dis Primers. 2018; 4 (1) :52-55
3. Last AR, Hulbert K. Chronic low back pain: Evaluation and management. Am
Fam Physician. 2019; 79 (12) :1067-1074.
4. Ferrara P, Rinonapoli G, Vicente CI. The Anatomy and Classification of Back
Pain: General Simple Concept for The General Medical Doctor. Canadian
Open Orthopaedics and Traumatology Journal, 2016; 3 (4): 14-18
5. Rahmawati A. Risk Factors of Low Back Pain. Jurnal Medika Hutama, 202l;
3 (1): 1601-1607
6. Nurzannah, Sinaga M, Salmah U. Hubungan Faktor Resiko dengan Terjadinya
Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) pada Tenaga Kerja Bongkar Muat
(TKBM) di Pelabuhan Belawan Medan. Media Neliti Publication. 2015: 1-12
7. Allegri M, et al. Mechanisms of Low Back Pain: A Guide for Diagnosis and
Therapy. F1000 Research, 2016; 5: 1-5
8. Sayed MA, Mohamed SHP. Low Back Pain: A Comprehensive Review on The
Diagnosis, Treatmet Options, and The Role of Other Contributing Factors.
OAMJMS, 2021; 9: 3-9
9. Euas JP, Logen WC. Classification of Low Back Pain Into Subgroups For
Diagnostic and Therapeutic Clarity. Columna, 2020; 19 (1): 34-39
10. Njis J, et al. Low Back Pain: Guidlines for The Clinical Classification of
Predominant Neuropathic, Nociceptive or Central Sensitization Pain. Pain
Physician, 2015: 334-345
11. Cahya A, Santoso WM, Husna M, Munir B, Kurniawan SN. Low Back Pain.
JPHV, 2019; 2 (1): 1-17
12. Romaniyanto, et al. Interbertebral Disc Degeneration. Sys Rev Pharm, 2020;
11 (11): 1042-1049

57
13. Dewo NA, Nurdian Y. Fraktur Akibat Osteoporosis. Research Gate, 2019: 1-3
14. Eterm U, Irdesel FJ. Evaluation of Osteoporosis and Osteoporotic Fracture
Risk in Men. Turk J Osteoporos, 2022; 28: 61-65
15. Traeger A, Buchbinder R, Harris I, Maher C. Diagnosis and management of
low-back pain in primary care. CMAJ. Canadian Medical Association; 2017

58

Anda mungkin juga menyukai