Anda di halaman 1dari 40

PEMERIKSAAN MOTORIK

EKSTREMITAS

Rosina Wiwin So’o


2208020056
Bagian Ilmu Penyakit Saraf
14 November – 17 Desember 2022
Pemeriksaan Motorik

 Trofi otot
 Tonus otot
 Kekuatan ekstremitas
 Refleks fisiologis dan patologis
Trofi Otot
 Inspeksi : perhatikan dan bandingkan bentuk dan
ukuran otot kanan dan kiri.

 Palpasi
Normal : kenyal dan kembali ke bentuk semula
setelah ditekan
Hipertrofi : lebih keras
Pseudohipertrofi : tampak membesar namun teraba
lembek

 Pengukuran : patokan untuk mengukur lingkaran


ekstremitas kedua sisi harus sama
Tonus Otot

Cara pemeriksaan :

 Pasien harus dalam kondisi relaks dan kooperatif

 Ekstremitas digerakkan secara pasif oleh pemeriksaan

 Manuver : arm dropping test, wartenberg pendulum test


Pemeriksaan Tonus

 Arm dropping test :

Lengan atas difleksikan sejajar


dengan bahu. Kemudian lengan
dijatuhkan dan dibiarkan berayun
Pemeriksaan Tonus

 Wartenberg pendulum test:

Pasien duduk dengan tungkai


rileks dan terjuntai. Pemeriksa
mengekstensikan kedua tungkai
lalu mendorongnya ke belakang
dengan tekanan setara
Pemeriksaan Tonus

 Gerakan pasif:

Pemeriksa melakukan gerakan


pasif pada pasien dengan
kecepatan lambat hingga cepat.
Interpretasi

 Normal

 Flaccid : tidak ada tahanan sama sekali

 Hipotonus : tahanan berkurang

 Spastik : tahanan di awal pemeriksaan dan


diikuti kelenturan
• Rigiditas : tahanan terus menerus selama gerakan
Kekuatan Otot Ekstremitas Atas
 Bahu

Abduksi lengan atas, lalu pemeriksa Adduksi lengan atas, lalu pemeriksa
memberi tahanan dengan mendorong ke memberi tahanan dengan mendorong ke
bawah atas
Kekuatan Otot Ekstremitas Atas
 Siku

Fleksikan siku dan adduksi, lalu Fleksikan siku dan abduksi, lalu pemeriksa
pemeriksa memberi tahanan dengan memberi tahanan dengan mendorong
menarik pergelangan tangan pasien pergelangan tangan pasien
Kekuatan Otot Ekstremitas Atas
 Pergelangan tangan

Mengepal dan mengekstensikan tangan. Mengepal dan memfleksikan tangan.


Pemeriksa memberi tahanan pada kepalan Pemeriksa memberi tahanan pada kepalan
tangan tangan
Kekuatan Otot Ekstremitas Atas
 Jari tangan

Menilai kekuatan genggaman tangan.


Pasien menggenggam kuat jari telunjuk
dan jari tengah pemeriksa. Pemeriksa
kemudian menarik jarinya bertumpu pada
ibu jari
Kekuatan Otot Ekstremitas Bawah
 Panggul

Memfleksikan tungkai pada sendi Mengekstensikan tungkai pada sendi


panggul. Pemeriksa memberi tahanan dari panggul. Pemeriksa memberi tahanan dari
arah berlawanan arah berlawanan
Kekuatan Otot Ekstremitas Bawah
 Lutut

Tungkai pasien diposisikan semifleksi. Tungkai pasien diposisikan semifleksi.


Pasien diminta ekstensikan lutut. Pemeriksa berusaha memfleksikannya.
Pemeriksa memberikan tahanan
Kekuatan Otot Ekstremitas Bawah
 Pergelangan kaki

Pasien melakukan plantarfleksi. Pemeriksa Pasien melakukan dorsofleksi. Pemeriksa


memberikan tahanan memberikan tahanan.
Interpretasi

0 : Tidak ada kontraksi otot


1 : Terdapat sedikit kontraksi otot
2 : Terdapat gerakan, namun tidak bisa melawan gravitasi
3 : Dapat melawan gravitasi tanpa penahanan
4 : Dapat melawan gravitasi dengan penahanan sedang
5 : Dapat melawan gravitasi dengan penahanan secara penuh (normal)
Refleks Fisiologis
 Refleks Bisep
1. Posisi lengan bawah pasien semifleksi
dan sedikit pronasi.
2. Lengan pasien dapat diletakkan di
atas paha pasein atau disangga pada
lengan pemeriksa.
3. Pemeriksa meletakkan ibu jari atau
jari telunjuk diatas tendon bisep yang
akan diperiksa.
4. Tekan dengan lembut dan ketukkan
dengan palu refleks.

Respon : fleksi otot bisep disertai supinasi


telapak tangan.
Refleks Fisiologis
 Refleks Trisep
1. Siku pasien diposisikan semifleksi dan
lengan bawah disangga oleh pemeriksa
atau pasien diminta menggenggam siku
kontralateralnya.
2. Pasien dapat duduk atau terlentang, posisi
lengan seperti pada refleks biseps, sedikit
pronasi dengan sudut 90° (tertekuk),
ketuk tendo m. Triceps tanpa memakai
alas jari melekat langsung pada tulang)
3. Respon  Ekstensi lengan bawah pada
siku
Refleks Fisiologis
 Refleks Brakioradialis
1. Lengan pasien diposisikan semifleksi
dan semipronasi
2. Pemeriksa meletakkan ibu jari atau jari
telunjuknya pada prosesus stiloideus
pasien dan mengetuknya dengan palu
refleks
3. Refleks  fleksi siku dan sedikit
supinasi telapak tangan
Refleks Fisiologis
 Refleks Patella
1. Posisi duduk  tangan kiri pemeriksa
diletakan diatas otot kuadriseps femoris
dan tangan kanan mengetuk palu.
2. Posisi berbaring  pemeriksa perlu
menyangga lutut pasien agar sedikit fleksi.
3. Respon  Ekstensi tungkai bawah
kontraksi m. quadrisep
Refleks Fisiologis
 Refleks Achilles
1. Pasien diminta berbaring terlentang dan
posisikan tungkai pasien abduksi, rotasi
eksternal dan lutut fleksi
2. Tangan kiri pemeriksa memegang
plantar pedis pasien sambil sedikit
menekan ke atas
3. Tangan kanan pemeriksa mengetukkan
palu refleks pada tendon Achilles (di atas
insersinya pada kalkanues)
4. Respon  plantar fleksi
Refleks Patologis
 Babinski
1. Pasien dalam posisi berbaring terlentang
2. Pemeriksa melakukan goresan dengan
ujung palu refleks dari bagian tumit,
menyusuri metatarsal hingga area ibu
jari.
3. Respon positif  pengembangan dan
dorsofleksi ibu jari kaki (fanning) serta
abduksi jari-jari lainnya
Refleks Patologis
 Chaddock

1. Pasien dalam posisi terlentang


2. Pemeriksa menggoreskan ujung palu
refleks pada area dibawah maleolus
lateral, menyusuri sisi lateral punggung
kaki hingga berakhir di jari kelingking
3. Respon positif sama seperti Babinski
Refleks Patologis
 Oppenheim

1. Pasien dalam posisi berbaring terlentang


2. Pemeriksa menekan mulai dari area
infrapatela menyusuri anteromedial tibia
hingga ke pergelangan kaki pasien
dengan buku jari telunjuk dan jari tengah
3. Respon positif sama seperti Babinski
Refleks Patologis
 Tanda Schaeffer

1. Pasien dalam posisi berbaring terlentang


2. Berikan tekanan yang cukup kuat pada
tendon Achilles pasien
3. Respon positif sama seperti Babinski
Refleks Patologis
 Tanda Gordon

1. Pasien dalam posisi berbaring terlentang


2. Pemeriksa meremas otot gastroknemius
pasien
3. Respon positif sama seperti Babinski
Refleks Patologis
 Tanda Stransky

1. Pasien dalam posisi berbaring terlentang


2. Pemeriksa meremas otot gastroknemius
pasien
3. Respon positif sama seperti Babinski
Refleks Patologis
 Tanda Gonda

1. Cara pemeriksaan dengan melakukan


penekanan ke arah plantar fleksi secara
maksimal dan melepaskan secara tiba-
tiba pada jari ke-4
2. Respon positif Babinski
Refleks Patologis
 Bing

1. Stimulasi dengan memberi rangsang pada


kulit yang menutupi metatarsal ke-5
2. Respon akan timbul fleksi jari-jari kaki di
sendi-sendi interfalang
Refleks Patologis
 Tanda Rossolimo

1. Pasien dalam posisi berbaring terlentang


2. Pemeriksa mengetukkan palu refleks
pada basis plantar pedis pasien
3. Respons positif berupa plantarfleksi jari-
jari kaki
Refleks Patologis
 Tanda Mendel-bechterew

 Pasien dalam posisi berbaring terlentang


 Pemeriksa mengetukkan palu refleks pada
dorsum pedis pasien yang menutupi os
kuboid
 Respons positif berupa plantarfleksi jari-jari
kaki
Refleks Patologis
 Tanda Mendel-bechterew

 Pasien dalam posisi berbaring terlentang


 Pemeriksa mengetukkan palu refleks pada
dorsum pedis pasien yang menutupi os
kuboid
 Respons positif berupa plantarfleksi jari-jari
kaki
Refleks Patologis
 Leri

1. Posisikan pasien dengan sikap lengan


lurus bagian ventral berada di atas,
kemudian lakukan fleksi maksimal
tangan pada pergelangan tangan
2. Respon normal : fleksi sendi siku,
patologis : tidak fleksi
Refleks Patologis
 Menggengam

1. Pemeriksaan dilakukan dengan


meletakkan jari tangan pemeriksa pada
telapak tangan pasien diantara ibu jari
dan jari telunjuk.
2. Respon yang akan muncul  refleks
menggenggam
Refleks Patologis
 Palmomental

1. Pemeriksaan dilakukan dengan


menggores telapak tangan pasien pada
bagian tenar dengan menggunakan objek
yang tumpul.
2. Respon yang muncul  kontraksi otot
mentalis dan orbikularis oris yang
menyebabkan kulit pipi sekitar mulut
mengerut, kadang disertai elevasi sudut
mulut.
Refleks Patologis
 Hoffmen
1. Pasien dalam keadaan duduk atau
berbaring terlentang
2. Pemeriksa memegang pergelangan
tangan pasien dengan jari-jari fleksi dan
rileks
3. Jari tengah pasien diangkat dan
pemeriksa memberikan stimulasi berupa
garukan / goresan kuat pada kuku jari
tengah pasien
4. Respon positif bila fleksi jari telunjuk
serta fleksi dan aduksi ibu jari
Refleks Patologis
 Tromner
1. Pasien dalam keadaan duduk atau
berbaring terlentang
2. Pemeriksa memegang pergelangan
tangan pasien dengan jari-jari fleksi dan
rileks
3. Jari tengah pasien diangkat dan
pemeriksa memberikan stimulasi berupa
garukan / goresan kuat pada kuku jari
tengah pasien
4. Respon positif bila fleksi jari telunjuk
serta fleksi dan aduksi ibu jari
Refleks Patologis
 Tromner
1. Pasien dalam keadaan duduk atau
berbaring terlentang
2. Pemeriksa memegang pergelangan
tangan pasien dengan jari-jari fleksi dan
rileks
3. Jari tengah pasien diangkat dan
pemeriksa memberikan stimulasi berupa
garukan / goresan kuat pada kuku jari
tengah pasien
4. Respon positif bila fleksi jari telunjuk
serta fleksi dan aduksi ibu jari
DAFTAR PUSTKA

Pemeriksaan Klinis Neurologi Praktis: Umum. Ed 1.


2018. Kolegium Neurologi Indonesia. Perhimpunan
Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai