Anda di halaman 1dari 15

REFLEKS FISIOLOGIS DAN PATOLOGIS

Refeks Fisologis

Refleks Fisiologis adalah reflex regang otot (muscle stretch reflex) yang muncul sebagai
akibat rangsangan terhadap tendon atau periosteum atau kadang - kadang terhadap tulang, sendi,
fasia atau aponeurosis. Refleks yang muncul pada orang normal disebut sebagai refleks
fisiologis. Kerusakan pada sistem syaraf dapat menimbulkan refleks yang seharusnya tidak
terjadi atau refleks patologis. Keadaan inilah yang dapat dimanfaatkan praktisi agar dapat
mengetahui ada atau tidaknya kelainan sistem syaraf dari refleks.

Pemeriksaan reflek fisiologis merupakan satu kesatuan dengan pemeriksaan neurologi


lainnya, dan terutama dilakukan pada kasus-kasus mudah lelah, sulit berjalan,
kelemahan/kelumpuhan, kesemutan, nyeri otot anggota gerak, gangguan trofi otot anggota gerak,
nyeri punggung/pinggang gangguan fungsi otonom. Interpretasi pemeriksaan refleks fisiologis
tidak hanya menentukan ada/tidaknya tapi juga tingkatannya.

A. Dasar pemeriksaan refleks

1. Pemeriksaan menggunakan alat refleks hammer


2. Penderita harus berada dalam posisi rileks dan santai. Bagian tubuh yang akan diperiksa harus
dalam posisi sedemikian rupa sehingga gerakan otot yang nantinya akan terjadi dapat muncul
secara optimal
3. Rangsangan harus diberikan secara cepat dan langsung;keras pukulan harus dalam batas nilai
ambang, tidak perlu terlalu keras
4. Oleh karena sifat reaksi tergantung pada tonus otot, maka otot yang diperiksa harus dalam
keadaan sedikit kontraksi.

B. Jenis Refleks fisiologis

1. Refleks Biceps (BPR) : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon m.biceps
brachii, posisi lengan setengah diketuk pada sendi siku. Respon : fleksi lengan pada sendi siku.
2. Refleks Triceps (TPR) : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada sendi
siku dan sedikit pronasi. Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku.
3. Refleks Periosto Radialis : ketukan pada periosteum ujung distal os symmetric posisi lengan
setengah fleksi dan sedikit pronasi. Respon : fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasi
karena kontraksi m.brachiradialis.
4. Refleks Periostoulnaris : ketukan pada periosteum prosesus styloid ilna, posisi lengan
setengah fleksi dan antara pronasi supinasi. Respon : pronasi tangan akibat kontraksi m.pronator
quadrates.
5. Refleks Patela (KPR) : ketukan pada tendon patella dengan hammer. Respon : plantar fleksi
longlegs karena kontraksi m.quadrises femoris.
6. Refleks Achilles (APR) : ketukan pada tendon achilles. Respon : plantar fleksi longlegs
karena kontraksi m.gastroenemius.
7. Refleks Klonus Lutut : pegang dan dorong os patella ke arah distal. Respon : kontraksi
reflektorik m.quadrisep femoris selama stimulus berlangsung.
8. Refleks Klonus Kaki : dorsofleksikan longlegs secara maksimal, posisi tungkai fleksi di
sendi lutut. Respon : kontraksi reflektorik otot betis selama stimulus berlangsung.
9. Reflek kornea : Dengan cara menyentuhkan kapas pada limbus, hasil positif bila mengedip
(N IV & VII )
10. Reflek faring : Faring digores dengan spatel, reaksi positif bila ada reaksi muntahan ( N IX
&X)
11. Reflek Abdominal : Menggoreskan dinidng perut dari lateral ke umbilicus, hasil negative
pada orang tua, wanita multi para, obesitas, hasil positif bila terdapat reaksi otot.
12. Reflek Kremaster : Menggoreskan paha bagian dalam bawah, positif bila skrotum sisi yang
sama naik / kontriksi ( L 1-2 )
13. Reflek Anal : Menggores kulit anal, positif bila ada kontraksi spincter ani ( S 3-4-5 )
14. Reflek Bulbo Cavernosus : Tekan gland penis tiba-tiba jari yang lain masukkan kedalam
anus, positif bila kontraksi spincter ani (S3-4 / saraf spinal )
15. Reflek Moro : Refleks memeluk pada bayi saat dikejutkan dengan tangan
16. Reflek Babinski : Goreskan ujung reflak hammer pada lateral telapak kaki mengarah ke jari,
hasil positif pada bayi normal sedangkan pada orang dewasa abnormal ( jari kaki meregang /
aduksi ektensi )
17. Sucking reflek : Reflek menghisap pada bayi
18. Grasping reflek : Reflek memegang pada bayi
19. Rooting reflek : Bayi menoleh saat tangan ditempelkan ke sisi pipi.

Refleks Patologis

Refleks patologis merupakan respon yang tidak umum dijumpai pada individu normal. Refleks
patologis pada ekstemitas bawah lebih konstan, lebih mudah muncul, lebih reliable dan lebih
mempunyai korelasi secara klinis dibandingkan pada ekstremitas atas.

A. Dasar pemeriksaan refleks


1. Selain dengan jari - jari tangan untuk pemeriksaan reflex ekstremitas atas,bisa juga dengan
menggunakan reflex hammer.
2. Pasien harus dalam posisi enak dan santai
3. Rangsangan harus diberikan dengan cepat dan langsung

B. Jenis Refleks Patologis


 Jenis Refleks Patologis Untuk Ekstremitas Superior adalah sebagai berikut :

1. Refleks Tromner
Cara: pada jari tengah gores pada bagian dalam
+ : bila fleksi empat jari yang lain
2. Refleks Hoffman
Cara : pada kuku jari tengah digoreskan
+ : bila fleksi empat jari yang lain
3. Leri : fleksi maksimal tangan pada pergelangan tangan, sikap lengan diluruskan dengan
bagian ventral menghadap ke atas. Respon : tidak terjadi fleksi di sendi siku.

4. Mayer : fleksi maksimal jari tengah pasien ke arah telapak tangan. Respon : tidak terjadi
oposisi ibu jari.

 Jenis RefleksPatologis Untuk Ekstremitas Inferior adalah sebagai berikut :


1. Babinski : gores telapak kaki di lateral dari bawah ke atas ==> + bila dorsofleksi ibu jari,
dan abduksi ke lateral empat jari lain

2. 2. Chaddok : gores bagian bawah malleolus medial ==> + sama dengan babinski

3. Oppenheim : gores dengan dua sendi interfalang jari tengah dan jari telunjung di sepanjang
os tibia/cruris==> + sama dgn babinski

4. Gordon : pencet/ remas m.gastrocnemeus/ betis dengan keras==> + sama dengan babinski

5. Schaeffer : pencet/ remas tendo achilles ==> + sama dengan babinski

6. Gonda : fleksi-kan jari ke 4 secara maksimal, lalu lepas ==> + sama dengan babinski

7. Bing : tusuk jari kaki ke lima pada metacarpal/ pangkal ==> + sama dengan babinski

8. Stransky : penekukan (lateral) jari longlegs ke-5. Respon : seperti babinsky.

9. Rossolimo : pengetukan ada telapak kaki. Respon : fleksi jari-jari longlegs pada sendi
interfalangeal.

10. Mendel-Beckhterew : pengetukan dorsum pedis pada daerah os coboideum. Respon : seperti
rossolimo.
Reflek Fisiologis

1. Penentuan lokasi pengetukan yaitu tendon periosteum dan kulit

2. Anggota gerak yang akan dites harus dalam keadaan santai.

3. Dibandingkan dengan sisi lainnya dalam posisi yang simetris

Refleks Fisiologis Ekstremitas Atas

1. Refleks Bisep

a. Pasien duduk di lantai

b. Lengan rileks, posisi antara fleksi dan ekstensi dan sedikit pronasi, lengan diletakkan

di atas lengan pemeriksa

Stimulus : ketokan pada jari pemeriksa pada tendon m.biceps brachii, posisi lengan setengah
ditekuk pada sendi siku. Respon : fleksi lengan pada sendi siku

Afferent : n.musculucutaneus (C 5-6); Efferent : idem

2. Refleks Trisep

a. Pasien duduk dengan rileks

b. Lengan pasien diletakkan di atas lengan pemeriksa

c. Pukullah tendo trisep melalui fosa olekrani

Stimulus : ketukan pada tendon otot triceps brachii, posisi lengan fleksi pada sendi siku dan
sedikit pronasi .Respon : ekstensi lengan bawah disendi siku .

Afferent : n.radialis (C6-7-8); Efferent : idem

3. Reflesk Brakhioradialis
a. Posisi Pasien sama dengan pemeriksaan refleks bisep

b. Pukullah tendo brakhioradialis pada radius distal dengan palu refleks

c. Respon: muncul terakan menyentak pada lengan

4. Refleks Periosteum radialis

a. Lengan bawah sedikit di fleksikan pada sendi siku dan tangan sedikit dipronasikan

b. Ketuk periosteum ujung distal os. Radialis

c. Respon: fleksi lengan bawah dan supinasi lengan

5. Refleks Periosteum ulnaris

a. Lengan bawah sedikit di fleksikan pada siku, sikap tangan antara supinasi dan

pronasi

b.Ketukan pada periosteum os. Ulnaris

c. Respon: pronasi tangan

Refleks Fisiologis Ekstremitas Bawah

1. Refleks Patela

a. Pasien duduk santai dengan tungkai menjuntai

b. Raba daerah kanan-kiri tendo untuk menentukan daerah yang tepat

c. Tangan pemeriksa memegang paha pasien

d. Ketuk tendo patela dengan palu refleks menggunakan tangan yang lain

e. Respon: pemeriksa akan merasakan kontraksi otot kuadrisep, ekstensi tungkai bawah
Stimulus : ketukan pada tendon patella

Respon : ekstensi tungkai bawah karena kontraksi m.quadriceps femoris

Afferent : n.femoralis (L 2-3-4)

Efferent :idem

2. Refleks Kremaster

a. Ujung tumpul palu refleks digoreskan pada paha bagian medial

b. Respon: elevasi testis ipsilateral

3. Reflesk Plantar

a. Telapak kaki pasien digores dengan ujung tumpul palu refleks

b. Respon: plantar fleksi kaki dan fleksi semua jari kaki

4. Refleks Gluteal

a. Bokong pasien digores dengan ujung tumpul palu refleks

b. Respon: kontraksi otot gluteus ipsilateral

5. Refleks Anal Eksterna

a. Kulit perianal digores dengan ujung tumpul palu refleks

Respon: kontraksi otot sfingter ani eksterna

Reflek Patologis

hoffmann tromer
Tangan pasein ditumpu oleh tangan pemeriksa. Kemudian ujung jari tangan pemeriksa yang lain
disentilkan ke ujung jari tengah tangan penderita. Reflek positif jika terjadi fleksi jari yang lain
dan adduksi ibu jari
rasping
Gores palmar penderita dengan telunjuk jari pemeriksa diantara ibujari dan telunjuk penderita.
Maka timbul genggaman dari jari penderita, menjepit jari pemeriksa. Jika reflek ini ada maka
penderita dapat membebaskan jari pemeriksa. Normal masih terdapat pada anak kecil. Jika
positif pada dewasa maka kemungkinan terdapat lesi di area premotorik cortex

Reflek palmomental
Garukan pada telapak tangan pasien menyebabkan kontraksi muskulus mentali ipsilateral. Reflek
patologis ini timbul akibat kerusakan lesi UMN di atas inti saraf VII kontralateral

Reflek snouting
Ketukan hammer pada tendo insertio m. Orbicularis oris maka akan menimbulkan reflek
menyusu. Menggaruk bibir dengan tongue spatel akan timbul reflek menyusu. Normal pada bayi,
jika positif pada dewasa akan menandakan lesi UMN bilateral

Mayer reflek
Fleksikan jari manis di sendi metacarpophalangeal, secara halus normal akan timbul adduksi dan
aposisi dari ibu jari. Absennya respon ini menandakan lesi di tractus pyramidalis

Reflek babinski
Lakukan goresan pada telapak kaki dari arah tumit ke arah jari melalui sisi lateral. Orang normal
akan memberikan resopn fleksi jari-jari dan penarikan tungkai. Pada lesi UMN maka akan timbul
respon jempol kaki akan dorsofleksi, sedangkan jari-jari lain akan menyebar atau membuka.
Normal pada bayi masih ada.

Reflek oppenheim
Lakukan goresan pada sepanjang tepi depan tulang tibia dari atas ke bawah, dengan kedua jari
telunjuk dan tengah. Jika positif maka akan timbul reflek seperti babinski

Reflek gordon
Lakukan goresan/memencet otot gastrocnemius, jika positif maka akan timbul reflek seperti
babinski

Reflek schaefer
Lakukan pemencetan pada tendo achiles. Jika positif maka akan timbul refflek seperti babinski

Reflek caddock
Lakukan goresan sepanjang tepi lateral punggung kaki di luar telapak kaki, dari tumit ke depan.
Jika positif maka akan timbul reflek seperti babinski.

Reflek rossolimo
Pukulkan hammer reflek pada dorsal kaki pada tulang cuboid. Reflek akan terjadi fleksi jari-jari
kaki.

Reflek mendel-bacctrerew
Pukulan telapak kaki bagian depan akan memberikan respon fleksi jari-jari kaki.

Refleks Fisiologi
Refleks Biceps (BPR) : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon m.biceps
brachii, posisi lengan setengah diketuk pada sendi siku. Respon : fleksi lengan pada sendi siku.

- Refleks Triceps (TPR) : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada sendi siku
dan sedikit pronasi. Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku.

- Refleks Periosto Radialis : ketukan pada periosteum ujung distal os symmetric posisi lengan
setengah fleksi dan sedikit pronasi. Respon : fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasi
karena kontraksi m.brachiradialis.

- Refleks Periostoulnaris : ketukan pada periosteum prosesus styloid ilna, posisi lengan setengah
fleksi dan antara pronasi supinasi. Respon : pronasi tangan akibat kontraksi m.pronator
quadrates.

- Refleks Patela (KPR) : ketukan pada tendon patella dengan hammer. Respon : plantar fleksi
longlegs karena kontraksi m.quadrises femoris.

- Refleks Achilles (APR) : ketukan pada tendon achilles. Respon : plantar fleksi longlegs karena
kontraksi m.gastroenemius.

- Refleks Klonus Lutut : pegang dan dorong os patella ke arah distal. Respon : kontraksi
reflektorik m.quadrisep femoris selama stimulus berlangsung.

- Refleks Klonus Kaki : dorsofleksikan longlegs secara maksimal, posisi tungkai fleksi di sendi
lutut. Respon : kontraksi reflektorik otot betis selama stimulus berlangsung.

Refleks Patologis

- Babinsky : penggoresan telapak longlegs bagian lateral dari posterior ke anterior. Respon :
ekstensi ibu jari longlegs dan pengembangan jari longlegs lainnya.
- Chadock : penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar maleolus lateralis dari
posterior ke anterior. Respon : seperti babinsky.

- Oppenheim : pengurutan krista anterior tibia dari proksimal ke distal. Respon : seperti
babinsky.
- Gordon : penekanan betis secara keras. Respon : seperti babinsky.

- Schaefer : memencet tendon achilles secara keras. Respon : seperti babinsky.

- Gonda : penekukan (plantar fleksi) maksimal jari longlegs ke-4. Respon : seperti babinsky.

- Stransky : penekukan (lateral) jari longlegs ke-5. Respon : seperti babinsky.

- Rossolimo : pengetukan ada telapak kaki. Respon : fleksi jari-jari longlegs pada sendi
interfalangeal.

- Mendel-Beckhterew : pengetukan dorsum pedis pada daerah os coboideum. Respon : seperti


rossolimo.

- Hoffman : goresan pada kuku jari tengah pasien. Respon : ibu jari, telunjuk dan jari lainnya
fleksi.

- Trommer : colekan pada ujung jari tengah pasien. Respon : seperti Hoffman.

- Leri : fleksi maksimal tangan pada pergelangan tangan, sikap lengan diluruskan dengan bagian
ventral menghadap ke atas. Respon : tidak terjadi fleksi di sendi siku.

- Mayer : fleksi maksimal jari tengah pasien ke arah telapak tangan. Respon : tidak terjadi
oposisi ibu jari.
Asuhan Keperawatan
Seorang kakek bernama Ikhwan yang berumur 65 tahun mengeluh nyeri pada perut bagian bawah.
Kakek mengatakan bahwa sudah seminggu belum BAB. Biasanya kakek bisa BAB tiga hari sekali. Sejak
saat itu kakek tidak pernah menghabiskan porsi makan sehari-harinya karena kurang nafsu makan.
Setelah dikaji inspeksi terdapat pembesaran abdomen dan saat dipalpasi ada impaksi feses.
1. Pengkajian
Nama : Ikhwan
Tanggal lahir : 5 November 1945
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal MRS : 30 November 2010
Alamat : Surabaya
Diagnosa Medis : Konstipasi
Sumber Informasi : Klien, pemeriksaan fisik, kolonoskopi
Keluhan utama : nyeri pada perut, seminggu belum BAB
Riwayat penyakit sekarang : Ikhwan yang berumur 65 tahun mengeluh nyeri pada perut bagian
bawah. Kakek mengatakan bahwa sudah seminggu belum BAB. Biasanya kakek bisa BAB tiga hari sekali.
Sejak saat itu kakek tidak pernah menghabiskan porsi makan sehari-harinya. Selain itu, kakek mengaku
mudah lelah untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Riwayat kesehatan keluarga : -
Review of system :

1. B1 (Breath) : RR meningkat
2. B2 (Blood) : denyut jantung meningkat, TD meningkat
3. B3 (Brain) : nyeri pada abdomen bawah
4. B4 (Bladder) : -
5. B5 (Bowel) : nafsu makan turun, BB turun
6. B6 (Bone): -

Hasil pemeriksaan fisik umum :

1. keadaan umum : lemah


2. TTV : tekanan darah 130/95 mmHg, nadi : 90x/mnt, RR 23x/mnt

Pemeriksaan fisik abdomen

1. Inspeksi : pembesaran abdomen


2. Palpasi : perut terasa keras, ada impaksi feses
3. Perkusi : redup
4. Auskultasi : bising usus tidak terdengar
Analisa data

Data Etiologi Masalah


Pola BAB tidak teratur Kontipasi
Data subyektif : Eliminasi feses tidak
Ø Seminggu tidak BAB, lancar
kebiasaan BAB tiga kali konstipasi
sehari

Data obyektif :

 Inspeksi :
pembesaran
abdomen
 Palpasi : perut
terasa keras, ada
impaksi feses
 Perkusi : redup
 Auskultasi : bising
usus tidak terdengar

Data Subjektif: Sulit BAB Nutrisi kurang dari


Ø Klien tidak nafsu makan Perut terasa begah kebutuhan
Data Objektif: Nafsu makan menurun
Ø Bising usus tidak Menurunnya intake
terdengar makanan

Data Subjektif konsistensi tinja yang Nyeri akut


Ø Keluhan nyeri dari pasien keras
Data Objektif sulit keluar
Ø Perubahan nafsu makan Akumulasi di kolon
Nyeri anbdomen

2. Diagnosa

1. Konstipasi berhubungan dengan pola defekasi tidak teratur


2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hilangnya nafsu makan
3. Nyeri akut berhubungan dengan akumulasi feses keras pada abdomen

3. Intervensi dan Rasional


1. Konstipasi berhubungan dengan pola defekasi tidak teratur
Tujuan: pasien dapat defekasi dengan teratur (setiap hari)
Kriteria hasil :
Ø Defekasi dapat dilakukan satu kali sehari
Ø Konsistensi feses lembut
Ø Eliminasi feses tanpa perlu mengejan berlebihan

Intervensi Rasional

Mandiri
Ø Untuk mengembalikan keteraturan pola
 Tentukan pola defekasi bagi klien dan latih defekasi klien
klien untuk menjalankannya Ø Untuk memfasilitasi refleks defekasi
 Atiur waktu yang tepat untuk defekasi Ø Nutrisi serat tinggi untuk melancarkan eliminasi
klien seperti sesudah makan
fekal
 Berikan cakupan nutrisi berserat sesuai
dengan indikasi Ø Untuk melunakkan eliminasi feses
 Berikan cairan jika tidak kontraindikasi 2-3
liter per hari

Kolaborasi
Ø Untuk melunakkan feses
Ø Pemberian laksatif atau enema sesuai indikasi

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hilangnya nafsu makan
Tujuan: menunjukkan status gizi baik
Kriteria Hasil:
Ø Toleransi terhadap diet yang dibutuhkan
Ø Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal
Ø Nilai laboratorium dalam batas normal
Ø Melaporkan keadekuatan tingkat energi
Intervensi Rasional

Mandiri

 Buat perencanaan makan dengan pasien  Menjaga pola makan pasien sehingga
untuk dimasukkan ke dalam jadwal makan. pasien makan secara teratur
 Dukung anggota keluarga untuk membawa
makanan kesukaan pasien dari rumah.

 Pasien merasa nyaman dengan makanan


yang dibawa dari rumah dan dapat
 Tawarkan makanan porsi besar disiang hari meningkatkan nafsu makan pasien.
ketika nafsu makan tinggi  Dengan pemberian porsi yang besar dapat
 Pastikan diet memenuhi kebutuhan tubuh menjaga keadekuatan nutrisi yang masuk.
sesuai indikasi.
 Pastikan pola diet yang pasien yang disukai
atau tidak disukai.
 Pantau masukan dan pengeluaran dan  Tinggi karbohidrat, protein, dan kalori
berat badan secara periodik. diperlukan atau dibutuhkan selama
 Kaji turgor kulit pasien perawatan.
 Untuk mendukung peningkatan nafsu
Kolaborasi makan pasien
 Mengetahui keseimbangan intake dan
pengeluaran asuapan makanan
 Sebagai data penunjang adanya perubahan
Observasi
nutrisi yang kurang dari kebutuhan
 Untuk dapat mengetahui tingkat
kekurangan kandungan Hb, albumin, dan
 Pantau nilai laboratorium, seperti Hb, glukosa dalam darah
albumin, dan kadar glukosa darah
 Ajarkan metode untuk perencanaan
makan

Health Edukasi

 Klien terbiasa makan dengan terencana


Ø Ajarkan pasien dan keluarga tentang dan teratur.
makanan yang bergizi dan tidak mahal
Ø Menjaga keadekuatan asupan nutrisi yang
dibutuhkan.
3. Nyeri akut berhubungan dengan akumulasi feses keras pada abdomen
Tujuan: menunjukkan nyeri telah berkurang
Kriteria Hasil:
Ø Menunjukkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan
Ø Mempertahankan tingkat nyeri pada skala kecil
Ø Melaporkan kesehatan fisik dan psikologisi
Ø Mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk mencegah nyeri
Ø Menggunakan tindakan mengurangi nyeri dengan analgesik dan non-analgesik secara tepat

Intervensi Rasional

Mandiri

Ø Bantu pasien untuk lebih berfokus pada Ø Klien dapat mengalihkan perhatian dari
aktivitas dari nyeri dengan melakukan nyeri
penggalihan melalui televisi atau radio
Ø Hati-hati dalam pemberian anlgesik opiat
Ø Perhatikan bahwa lansia mengalami
peningkatan sensitifitas terhadap efek Ø Hati-hati dalam pemberian obat-obatan
analgesik opiat pada lansia

Ø Perhatikan kemungkinan interaksi obat –


obat dan obat penyakit pada lansia

Observasi

Ø Minta pasien untuk menilai nyeri atau Ø Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan
ketidak nyaman pada skala 0 – 10 klien
Ø Gunakan lembar alur nyeri Ø Mengetahui karakteristik nyeri
Ø Lakukan pengkajian nyeri yang Ø Agar mngetahui nyeri secara spesifik
komperhensif
Ø Perawat dapat melakukan tindakan yang
Health education tepat dalam mengatasi nyeri klien
Ø Instruksikan pasien untuk Ø Agar pasien tidak merasa cemas
meminformasikan pada perawat jika
pengurang nyeri kurang tercapai

Ø Berikan informasi tetang nyeri

Daftar Pustaka

Carpenito, Lynda Juall. Diagnosis Keperawatan Aplikasi pd praktik klinis Edisi 9. Halaman 284-291

Anda mungkin juga menyukai