Anda di halaman 1dari 21

REFLEKS PATOLOGIS

A. Pendahuluan

Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun ada pula gerak yang terjadi tanpa

disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari

reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian

hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang

harus dilaksanakan oleh efektor. Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan

terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi

dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih

dahulu. Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk.1,2,3

Jalur – jalur saraf yang berperan dalam pelaksanaan aktivitas refleks dikenal

sebagai lengkung refleks. Refleks sangat penting untuk pemeriksaan keadaan fisis secara

umum, fungsi nervus, dan koordinasi tubuh. Dari refleks atau respon yang diberikan oleh

anggota tubuh ketika sesuatu mengenainya dapat diketahui normal tidaknya fungsi dalam

tubuh. Oleh karena itu, pelaksanaan praktikum ini sangat penting agar diketahui

bagaimana cara memeriksa refleks fisiologis yang ada pada manusia.1,2,3

B. Pengertian Refleks

Refleks adalah respon yang terjadi secara otomatis tanpa usaha sadar. Ada dua

jenis refleks, yaitu refleks sederhana atau refleks dasar, yaitu refleks built-in yang tidak

perlu dipelajari, misalnya mengedipkan mata jika ada benda asing yang masuk; dan

refleks didapat atau refleks terkondisi, yang terjadi ketika belajar dan berlatih, misalnya

seorang pianis yang menekan tuts tertentu sewaktu melihat suatu di kertas partitur. Jalur

1
– jalur saraf yang berperan dalam pelaksanaan aktivitas refleks dikenal sebagai lengkung

refleks.1,2

Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap

rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi

tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks

misalnya berkedip, bersin, atau batuk. Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek

atau jalan pintas, yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan

oleh saraf sensori ke pusat saraf, diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa

diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke

efektor, yaitu otot atau kelenjar jalan pintas ini disebut lengkung refleks.1,2,3

Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi)

berada di dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar

dan refleks sumsum tulang belakang bila sel saraf penghubung berada di dalam sumsum

tulang belakang misalnya refleks pada lutut. Unit dasar setiap kegiatan refleks terpadu

adalah lengkung refleks. Lengkung refleks ini terdiri dari alat indera, serat saraf aferen,

satu atau lebih sinaps yang terdapat di susunan saraf pusat atau di ganglion simpatis,

serat saraf eferen, dan efektor. Pada mamalia, hubungan (sinaps) antara neuron somatik

aferen dan eferen biasanya terdapat di otak atau medulla spinalis. Serat neuron aferen

masuk susunan saraf pusat melalui radiks dorsalis medulla spinalis atau melalui nervus

kranialis, sedangkan badan selnya akan terdapat di ganglion-ganglion homolog nervus

kranialis atau melalui nervus cranial yang sesuai. Kenyataan radiks dorsalis medulla

spinalis bersifat sensorik dan radiks ventralis bersifat motorik dikenal sebagai hukum

Bell-Magendie. 1,2,3

2
C. Refleks patologis

Refleks patologik adalah refleks-refleks yang tidak dapat dibangkitkan pada orang-

orang yang sehat, kecuali pada bayi dan anak kecil. Kebanyakan merupakan gerakan

reflektorik defenitif atau postural yang pada orang dewasa yang sehat terkelola dan

ditekan oleh akifitas susunan piramidalis. Anak kecil umur antara 4 – 6 tahun masih

belum memiliki susunan piramidal yang sudah bermielinisasi penuh, sehingga aktifitas

susunan piramidalnya masih belum sempurna. Maka dari itu gerakan reflektori yang

dinilai sebagai refleks patologik pada orang dewasa tidak selamanya patologi jika

dijumpai pada anak-anak kecil, tetapi pada orang dewasa refleks patologi selalu

merupakan tanda lesi UMN.4

Refleks-refleks patologi itu sebagian bersifat refleks dalam dan sebagian lainnya

bersifat refleks superfisialis. Reaksi yang diperlihatkan oleh refleks patologi itu sebagian

besar adalah sama, akan tetapi mendapatkan julukan yang bermacam-macam karena cara

membangkitkannya berbeda-beda. Adapun refleks-refleks patologik yang sering

diperiksa di dalam klinik antara lain refleks Hoffmann, refleks Tromner dan ekstensor

plantar response atau tanda Babinski. Refleks patologi yang dibicarakan adalah:4,5,6,7, 9

1. Ektremitas atas

a. Refleks Hoffmann-Tromner10,11, 12

Refleks ini dikemukan oleh seorang ahli neurologi Jerman yaitu Johann

Hoffmann. Refleks Hoffmann adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan untuk

melihat adanya kelainan atau masalah yang terjadi pada traktus kortikospinalis. Hal

ini juga dikenal sebagai refleks jari fleksor, Hoffmann refleks juga telah digunakan

sebagai sebuah pengukuran untuk pengelolahan refleks spinal. Untuk menimbulkan

refleks ini, maka dilakukan ektensi pada jari tengah penderita dan kemudian

dipetik pada kuku jari tengah dan ujung jari telunjuk. Bila timbul gerakan fleksi

3
pada jari jempol, telunjuk atau jari-jari lain pada tangan tersebut maka kita katakan

bahwa refleks Hoffmann-Tromner positif. Bila hanya ditimbulkan satu tangan saja,

maka dapatlah dikatakan keadaan itu adalah patologis.

Gambar 1. Cara pemeriksaan refleks Hoffmann-Tromner6

2. Ektremitas bawah

a. Refleks Babinski4,5,6,7, 11,12,21

Refleks ini pertama kali diuraikan oleh Babinski dari Polandia pada tahun

1896. Refleks ini khas pada lesi di traktus piramidalis. Refleks ini tidak dapat

ditimbulkan pada orang sehat, kecuali pada bayi yang berumur kurang dari 1 tahun

sebab pada bayi yang kurang pada 1 tahun mielinisasi traktus piramidalis belum

sempurn. Jadi pada neonatus, refleks Babinski itu selalu positif. Untuk

menimbulkan refleks Babinski ini, kita goreskan ujung palu refleks pada telapak

kaki penderita. Goresan itu dimulai di tumit kemudian menuju ke atas dengan

menyelusuri bagian lateral dari telapak kaki, dan setelah sampai di pangkal

kelingking goresan itu kita bengkokkan ke medial sampai berakhir pada pangkal

jempol kaki. Refleks Babinski kita katakan positif, bila ada respon berupa

dorsofleksi dari ibu jari yang disertai pemekaran dari jari-jari yang lain (ekstensor

plantar response).

4
Gambar 2. Arahan goresan dan refles yang muncul pada refleks Babinski6

Metode lain yang juga dapat menimbulkan respon serupa dengan refleks Babinski

(ekstensor plantar response):

b. Refleks Chaddock4,11,13,20,22

Refleks Chaddock adalah refleks yang mirip dengan tanda Babinski. Hal ini

dirancang untuk mengidentifikasi lesi pada traktus piramidalis. Hal ini di

identifikasi oleh Charles Gilbert Chaddok pada tahun 1911. Untuk menimbulkan

refleks ini kita goreskan unjung palu refleks pada kulit di bawah dari maleolus

ekternus. Goresan itu kita lakukan dari bawah ke atas. Refleks Chaddock ini kita

namakan positif, bila timbul dorsofleksi dari ibu jari yang disertai oleh pemkaran

dari jari-jari yang lain.

Gambar 3. Arahan goresan pada pemeriksaan Chaddock6

5
c. Refleks Oppenheim4,5,6,7,14

Refleks ini dikemukakan oleh Hermann Oppenheim, yang mirip dengan

tanda Babinski. Refleks ini untuk mengidentifikasi lesi pada traktus piramidalis.

Untuk menimbulkan refleks ini, maka dengan jempol dan jari telunjuk kita urut

tulang betis (tibia) itu dari atas kebawah. Refleks Oppenheim itu kita namakan

positif, bila tampak adanya dorsofleksi dai ibu jari kaki yang di sertai dengan

pemekaran dari jari-jari yang lain.

Gambar 4. Refleks Oppenheim6

d. Refleks Gordon4,5,6,7,15

Refleks ini untuk mengidentifikasi lesi pada traktus piramidalis. Refleks ini

dinamai Alfred Gordon, dimana untuk menimbulkan refleks ini maka kita pijat otot

betis penderita. Kita katakan, bahwa refleks Gordon adalah positif, bila tampak ada

dorsofleksi dari ibu jari kaki penderita yang disertai dengan pemekaran dari jair-

jari kaki yang lain.

Gambar 5. Cara pemeriksaan refleks Gordon dan responya6

6
e. Refleks Schaeffer4,5,6,7,11

Refleks ini merupakan refleks yang mirip dengan tanda Babinski. Refleks ini

mengunakan nama seorang ahli saraf asal Jerman yaitu Max Schaeffer (1852),

dimana untuk menilai adanya lesi pada traktur piramidalis. Untuk menimbulkan

refleks ini maka kita pijat tendon Achilles penderita. Kita katakan bahwa refleks

Schaeffer itu adalah positif, bila tampak ada dorsofleksi dari ibu jari kaki penderita

yang disertai pemekaran jari-jari kaki yang lain.

Gambar 6. Cara pemeriksaan refleks Schaeffer6

f. Refleks Rossolimo4,5,6,7, 11,17,18

Refleks ini merupakan refleks yang mirip dengan tanda Babinski. Dimana

untuk menilai adanya lesi pada traktur piramidalis. Refleks ini dinamai dari nama

seorang ahli saraf yaitu Grigory Ivanovich Rossolimo. Untuk menilai refleks ini

kita ketok dengan palu refleks telapak kaki di daerah basis jari-jari kaki penderita.

Kikatakan bahwa refleks Rossolimo itu positif bila timbul fleksi palantar dari jari-

jari kaki (jari kaki II-V).

7
Gambar 7. Cara melakukan Refleks Rossolimo 4

g. Refleks Gonda4,5,6,7,18,19

Tanda refleks gonda adalah tanda klinis dimana kita meregangkan kaki

pemeriksa dan kemudian tiba-tiba melepaskan jari ke IV sehingga memunculkan

refleks plantar ekstensor. Hal ini ditemukan pada pasien dengan lesi traktus

piramidalis dan merupakan salah satu dari tanggapan Babinski. Tanda ini dinamaik

oleh ahli neuropsikiatri Ukraina Viktor Gonda (1889-1959) yang menemukannya

pada pertengahan tahun 1930 saat dia berlatih di Amerika Serikat. Gonda adalah

salah satu pendukung kuat elektroterapi untuk menyembuhkan penyakit kejiwaan.

Gambar 8. Cara pemeriksaan Refleks Gonda6

8
h. Refleks Mendel Bechterew4,5,6,7,18,19

Refleks Mendel Bechterew adalah tanda klinis yang ditemukan pada pasien

dengan lesi traktus piramidalis. Refleks ini ditimbulkan dengan cara palu refleks

kita perkusi pada dorsum pedis di daerah basis jari-jari kaki penderita. Refleks ini

positif bila timbul fleksi plantar dari jari kaki (jari-jari kaki II-V). Refleks ini

dinamai sesuai dengan nama ilmuan neurologi yaitu Vladimir Bekhterev dan Kurt

Mendel.

Gambar 9. Cara memeriksa Refleks Mendel Bechterew4

D. Refleks yang berhubungan dengan demensia

Refleks regresi disebut juga refleks demensia muncul akibat terjadinya

kerusakan sel saraf pusat di otak, baik yang bersifat terlokalisir maupun difus.

Penyebab kerusakan tersebut bisa berasal dari kelaian vaskuler, trauma, gangguan

metabolik, infeksi dan sebagainya. Selain itu, refleks regresi juga merupakan tanda

proses degeneratif di otak. Beberapa penyakit yang berhubungan dengan degeneratif

tersebut adalah demensia vaskuler dan demensia Alzheimer, pasca hipoksia serebri,

dan pasca meningitis. Pemeriksaan refleks regresi ini bisa dilakukan pada posisi

9
penderita duduk atau berbaring. Beberapa pemeriksaan refleks regresi yang penting

adalah:23

1. Sucking Refleks (refleks menetek)

Refleks ini dapat dilakukan dengan menyentuhkan benda seperti ujung

pena, palu refleks atau jari pemeriksaan secara ringan dan lembut pada bibir

penderita. Refleks ini dikatakan positif bila bibir atas dan bawah menjungur atau

kontraksi otot-otot di sekitar bibir atau di hidung, seolah-olah akan menetek atau

menyusui.

Gambar 10. Melakukan Sucking refleks6

2. Gasping refleks (refleks menggenggam)

Dialakukan dengan meletakan jari pemeriksaan secara lembut pada telapak

tangan penderita, dimana secara refleks tangan penderita akan menggenggam jari

pemeriksa tersebut ( tengan pasien mengepal).

10
Gambar 11. Cara melakukan Gasping refleks (refleks menggenggam) 6

3. Palmomental refleks

Pemeriksaan refleks ini dilakukan dengan cara menggores telapak tangan

penderita pada bagian otot hipotenar. Goresan dilakukan dengan cepat dari

proksimal (bagian pergelangan tangan penderita) menuju kedistal (bagian pangkal

ibu jari). Jawaban dari rangsangan ini berupa gerakan otot- otot mental (dagu).

Gambar 12. Cara melakukan Palmomental refleks5

4. Glabellar Refleks

Refleks glabellar dilakukan dengan mengetuk glabella (pertengahan dahi

antara kedua alis mata) penderita dengan ujung jari atau palu refleks. Pada orang

normal, respon berkedip hanya timbul 2-3 kali ini saja. Sedangkan pada penderita

demensia, kedipan mata akan timbul setiap kali glabela diketuk.

11
Gambar 13. Cara melakukan glabellar refleks6

5. Snout refleks

Refleks ini dilakuakan dengan mengetuk bibir atas penderita secara lembut

dengan menggunakn ujung jari pemeriksa atau palu refleks. Jawaban dari

rangsangan ini berupa kontraksi muskulus orbikularis oris, sehingga sudut bibir

penderita akan tertarik pada daerah yang diketuk.

Gambar 14. Cara melakukan Snout Refleks5

6. Refleks kaki tonik

Refleks ini dilakukan dengan menggores telapak kaki penderita menggunakan

ujung palu refleks. Pada pasien demensia, pengoresan telapak kaki,

meyebabkan kontraksi tonik telapak kaki terus jari-jarinya.

12
E. Jenis - jenis hammer refleks

Hammer refkes adalah sebuah alat yang digunakan untuk menimbulkan sebuah

refleks baik itu fisiologis ataupun patologis. Pada tahun 1888, J. Madison Taylor,

bekerja untuk S. Weir Mitchell di Philadelphia Orthopedic Hospital, merancang palu

refleks "pertama." Palu Taylor memiliki kepala karet segitiga dan pegangan logam

yang rata dan pipih. Krauss (1894), Berliner (1910), Troemner (1910), Babinski

(1912). Dan Wintle (1925) juga merancang palu refleks yang populer. Banyak dari

palu ini dan beberapa yang lain masih digunakan. Auenbrugger mencatat bahwa

dengan mengetuk atau perkusi dengan jari-jari langsung di dada, punggung, dan perut,

dan mendengarkan suara yang dihasilkan, kondisi organ-organ dasar dapat ditentukan.

Pada tahun 1826, Pierre Adolphe Piorry (1794-1879), Paris, menggambarkan teknik

perkusi dengan menggunakan pleximeter.24

Pleximeter adalah resonator berbentuk gading kecil, logam, cedar, atau karet

gelang yang diletakkan di dada dan dipukul dengan satu jari. Tak lama kemudian

(sekitar tahun 1828), dokter Skotlandia Sir David Barry (1781-1836) membuat palu

perkusi kecil untuk menyaingi pleximeter. Barry tampaknya diminta untuk

mengembangkan palu refleks tersebut. Sayangnya, Piorry menganggap palu Barry

sebagai penemuan yang tidak berguna dan tidak diadopsi secara luas. Pada tahun

1841, dokter Jerman Max A. Wintrich (1812-1882) menciptakan palu perkusi populer

pertama, yang diadopsi di seluruh Eropa dan mengalami beberapa modifikasi.

Meskipun popularitasnya, palu Wintrich bukan tanpa kritik, termasuk banyak dari

mereka yang menganjurkan palu mereka sendiri. 24

13
Gambar 15. Palu refleks Wintrich hammer24

Berbagai macam gaya palu refleks kemudian dikembangkan. Beberapa berbentuk

berbentuk T atau berbentuk L, yang lain menyerupai sumbu tempur, tomahawks, atau

bahkan tongkat ajaib. Pegangannya dibuat dari kayu, kayu hitam, tulang ikan paus,

kuningan, dan logam lainnya, sedangkan kepala terbuat dari bahan seperti anyelir,

kayu, karet, timah, dan kuningan yang dilapisi beludru. Selain palu yang dikembangkan

oleh Wintrich, Flint, Niemeyer, Skoda, Traube, Seits, Vernon, dan lainnya

dikembangkan. Beberapa palu refleks tersebut antara lain:24

1. Taylor Hammer Refleks24

Hammer refleks Taylor pertama kali dikemukan oleh John Madison Taylor

(1855-1931) memperoleh gelar medis dari University of Pennsylvania pada tahun

1878, dan kemudian mempraktikkan pediatri, neurologi, dan pengobatan fisik di

Philadelphia dari tahun 1882 - 1896, dia adalah asisten pribadi S. Weir Mitchell Di

Rumah Sakit Orthopaedik Philadelphia dan Infirmary for Nervous Disease. Itu

adalah saat awal pengalamannya di Rumah Sakit Ortopedi bahwa Taylor

mengembangkan palu refleks sejati pertama (gambar 16). Palu Taylor dipuji dan

14
dipopulerkan oleh S. Weir Mitchell, dan oleh C.K. Mills yang menganggapnya

sebagai "palu terbaik untuk mengetuk ligamentum patella yang banyak

disalahgunakan”.

Gambar 16. Taylor Hammer refleks 24

2. Krauss Hammer24

Palu Krauss pertama kali di kemukan oleh seorang peneliti, William

Christopher Krauss (1863-1909) menerima gelar medisnya pada tahun 1886 dari

Rumah Sakit Bellevue Medical College, dan setelah 2 tahun belajar di Berlin,

Jerman, dia mempraktekkan neurologi dan patologi di Buffalo, New York. Dalam

kursus dalam karirnya, ia merancang beberapa instrumen baru, termasuk "bust

neuro-topografi, pita pengukur yang lebih baik, elektroda uretra baru, pedo-

dynamometer, dan palu perkusi neurologis." palu Krauss (gambar 17) Adalah salah

15
satu palu refleks paling awal untuk menggabungkan modifikasi untuk menguji

refleks sensasi serta Krauss memamerkan palunya pada pertemuan tahunan ke 20.

Gambar 17. Krauss Hammer24

3. Hammer Troemner24

Palu Troemner pertama kali di kemukakan oleh Ahli saraf Jerman Ernst L.O.

Troemner (1868-1930) adalah direktur Neurological Hospital di St. Georg di

Hamburg dan profesor dari Universitas Hamburg. Pada tahun 1910, ia

mengembangkan palu refleks (gambar 18), yang kemudian menjadi sangat populer

di Jerman dan di Amerika Serikat. Pada tahun 1927, Dr. Henry W. Woltman

(1889-1964), yang kemudian menjadi profesor neurologi di Mayo Clinic,

menghabiskan 6 bulan di Eropa mengunjungi pusat neurologis terkemuka (C.W.

Nelson, personal communiation). Di Hamburg, ia sangat terkesan dengan

keseimbangan dan desain palu Troemner. Woltman membeli beberapa palu untuk

dirinya dan rekan-rekannya di Rochester, Minneota. Selanjutnya, palu Troemner

16
menjadi tradisi di kalangan ahli saraf Mayo Clinic, selama bertahun-tahun, palu

Troemner berlapis emas diberikan kepada profesor emeritus dan ahli neurologi

yang terkemuka (J.P. Whisnant and D.W. Mulder, komunikasi pribadi).

Gambar 18. Hammer Troemner24

4. Hammer Berliener24

Palu Berliner ahli saraf Jerman Bernhard Berliner menggambarkan palu

refleksnya pada tahun 1910 (gambar 19).

Gambar 19. Hammer berliener24

5. Hammer Babinski/Rabiner24

Ahli saraf Joseph Fransois Babinski terkenal dengan fenomena kaki, "yang

dia gambarkan pada tahun 1896. Pada tahun 1912, Babinski menulis sebuah

17
monografi tentang refleks, dimana dia menggambarkan 2 palu refleks (gambar

20).

Gambar 20. Hammer Babinski/Rabiner. 24

6. Queen Square Hammer24


Queen Square rupanya dimodelkan setelah palu perkusi dada sebelumnya

diperkenalkan oleh Henry Vernon dari Great Northern Hospital pada tahun 1858

dan diproduksi oleh "Mierss, Whicker dan Blaise, di St. James.

Gambar 21. Queen Square hammer24

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Ganong, W F. A Lange Medical Book: Review of Medical Physiology -

21st Edition, USA: McGraw-Hill Companies, Inc. 2003. p. 566-67

2. Guyton, A C and Hall J E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi ke-9. EGC.

Jakarta: 2006.

3. Sherwood L.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Ed 2. EGC: Jakarta. 2001

4. Haerer AF. De Jong's The Neurological Examination. Philadelphia: JB

Lippincott; 1992

5. Swartz M H. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta : EGC. 1995

6. Lynn S. B, Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan Bates. Edisi 5.

Jakarta; EGC. 2008

7. Lumbantobing S M. : Neurologi Klinik, Pemeriksaan fisik dan mendal. BP

FKUI. Jakarta: 2000

8. Juwono T. Pemeriksaan Klinik Neurologik dalam praktek. EGC. Jakarta: 2000

9. Glynn BM. Adams diagnostik fisik. Edisi 17. EGC. Jakarta: 1995

10. Zehr EP. Considerations for use of the Hoffmann refles in exercose studies.

European Jounal Of Appled Physiology. 2002. P 455-468

11. Kumar SP, Ramasubramanian D. The Babinski sign a reappraisal. Neurol

india. 2000. p.314-8

12. Babinski J. Sur le réflexe cutané plantaire dans certaines affections organiques

du système nerveux central. C R Soc Biol 1896;48:207-208

13. Chaddock CG. A preliminary consideration concerning a new diagnostic

nervous sign. Interstate Med J 1911;12:742-746

14. Oppenheim H. Aur Pathologie der Hautreflexe an der unteren Extremitaten.

Monatsschr Psychiatri Neurol 1902;12:421-423

19
15. Gordon A. A new reflex: paradoxic flexor reflex and its diagnostic value. Am

Med 1904;8:971

16. Gonda VE. A new tendon stretch reflex: its significance in lesions of the

pyramidal tract. Arch Neurol Psychiatry 1942;26: 531-538

17. Allen IM. Application of a stretch reflex for identification of lesions of upper

motor neurons. NZ Med J 1945;44:227-233

18. Goetz CG, Bonduelle M, Gelfand T. Jean-Martin Charcot: Constructing

Neurology. New York: Oxford University Press; 1995

19. Hammerstad JP. Strength and reflexes. In: Goetz CG, Pappert EJ, eds.

Textbook of Clinical Neurology. Philadelphia: WB Saunders; 1999:225-267

20. O'Leary JL, Moore WL. Charles Gilbert Chaddock: his life and contributions.

J Hist Med Allied Sci 1953:8:301-317

21. Van Gijn J. The Babinski sign and the pyramidal syndrome. J Neurol

Neurosurg Psychiatr 1975;38:180-186

22. Tashiro K. Reversed Chaddock method: a new method to elicit the upgoing

great toe. J Neurol Neurosurg Psychiatr 1986;49:1321-1322

23. Indiyart R. Diagnosis dan Pengobatan Terkini Demensia Vaskular. J.Kedokter

Trisakti.Jakarta. 2004.Vol.23.No.1. p:28-33

24. Lanska D J. The history of reflex hammers. History neurogical. 1989;39:1542-

1549

20
Bagian Ilmu Penyakit Saraf Refarat
Fakultas Kedokteran April 2017
Universitas Pattimura

REFLEKS PATOLOGIS

Jeams Trysky Manuputty

(2016-84-036)

Pembimbing:

dr. Semuel A. Wagiu, Sp.S, M.Ked

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

PADA BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2017

21

Anda mungkin juga menyukai