Anda di halaman 1dari 9

NERVUS CRANIALIS IX, X, XII

NERVUS GLOSSOFARINGEUS (N IX) DAN NERVUS VAGUS (N X)


A. Anatomi N IX

Merupakan nervus campuran dari motoric dan sensorik


1. Serabut motorik yang memiliki sifat:
Somatomotorik
Sekreto motorik
2. Serabut sensorik (merupakan serabut eferen) yang memiliki sifat:
Somato sensorik
Visero sensorik khusus (hantarkan impuls ke ganglion ke-2 serabut eferen)
yaitu ke ganglion petrosum dan ganglion jugulare
B. Anatomi N X

Saraf otak yang paling panjang, terdiri dari


Serabut eferen somato motorik dan sekreto motorik
Serabut eferen somato sensorik dan sekreto sensorik
Serabut somato motorik
mensarafi : otot lurik palatum molle, faring dan laring (kecuali otot tensor veli palatini
dan stilo faringeus)
Serabut eferen :
Konstraksi seluruh tractus digestivus dari farings sampai kolon desendens
Mengurusi sekresi kelenjar-kelenjar GIT dan pankreas
Serabut visero motorik
Fungsi : motorik (konstraksi otot polos)
Sekretorik
Serabut eferen somatomotorik
mempersarafi otot-otot larings di rongga thorax; N X kanan :
Mengikuti vena cava dari belakang ke bronkus kanan
Sebagian mensarafi permukaan posterior paru
Sebagian berjalan di belakang esofagus dan beranastomose dengan N X Sinistra
di depan esofagus.
Kedua cabang N X dari dekstra dan sinistra ini membentuk pleksus oesofagus
posterior.
Setinggi arkus aorta
N X Sinistra memberikan cabang yang berbalik ke atas melalui kolon arkus
aorta (N rekuren)
Cabang N X Dextra (N rekurnes D) berbalik ke atas melalui permukaan bawah
a. subklavia
Semua otot larings (kecuali otot krikotiroid, sfingter faring dan kriko faringeus)
Bersama esofagus : menembus diafragma via hiatus esofagus hingga cavum abdomen.
Di perjalanan dalam rongga thorax dan abdomen membentuk pleksus-pleksus.
Di thorax : pleksus esofagus, pulmonalis anterior clan posterior
Di abdomen : rami gastrisi anterior
C. Pemeriksaannya
Pemeriksaan fungsi N IX dan N X dilakukan untuk meneliti fungsi saraf dengan
pemeriksaan pada orofarings dan larings
1. Orofarings
Pemeriksaan dapat dibagi dalam
Inspeksi orofarings dalam keadaan istirahat
Inspeksi orofarings dalam keadaan berfonasi
Pembangkitan reflex

Cara pemeriksaan orofarings : Pasien diminta membuka mulut selebar-lebarnya


dengan lidah dikeluarkan sejauh-jauhnya. Amati arcus faringeus, uvula, dinding
belakang farings, dan epiglotis dengan menggunakan penlight. Gambaran orofarings
sehat : uvula di tengah, pangkal lidah merupakan bagian dari palatum mole yang
menjulur ke samping untuk membentuk arcus faringeus. Di belakang tampak dinding
farings dan di antara pangkal lidah dan dinding posterior farings dapat terlihat epiglotis.
Arcus faringeus pada kedua sisi sama dan sebangun.

Paresis/Paralisis lpsilateral N lX/X


Uvula melebar pada satu sisi, arcus faringeus pada satu sisi menjadi kendor dan
tampak melengkung ke sisi yang lain.
Pasien disuruh berfonasi; arcus faringeus tidak ikut tertarik ke atas saat pasien
berfonasi, ujung uvula menunjuk ke arah yang sehat (suara sengau).
Pasien disuruh menelan air dan mengalami kesukaran meneLan, pasien
tersedak air keluar dari hidung.

2. Larings
Paresis vagus unilateral menimbulkan suara serak.
Yang paling sering dijumpai ; paresis postikus yaitu kelumpuhan otot
krikoaritenoideus posterior, yang menyebabkan abduksi pita suara terbatas.
Pita suara berabduksi sewaktu inspirasi dan beraduksi sewaktu fonasi dan batuk.
Pada pemeriksaan dengan laringoskopi dapat dilihat gerakan aduksi dan abduksi
pita suara.
Pemeriksaan pada laring terdiri atas :
Suara Bicara .
Apakah biasa, parau, tak bersuara (aphonia). karena plica vocalis disarafi o|eh
N. Vagus, sedang otot laring diinervasi oleh N. laryngeus. Pergerakan pita suara
dapat dilakukan menggunakan laryngoskopi
Proses Menelan
Apakah bisa ataukah sulit (disfagi).
Kedudukan Arkus Faring atau Uvula
Apakah arkus faring kanan dan kiri simetris atau tidak. Bila terjadi kelumpuhan
N. IX kiri maka arkus faring atau uvula akan tertarik ke kanan.
Vernet Rideu Phenomena
Cara Pemeriksaan:
Pasien disuruh buka mulut selebar-lebarnya dan disuruh mengucapkan
"aaaaaaa", saat mengucapkan "aaaaaaa" pada kedua sisi praktis sama dan
sebangun, ini ada|ah normal (Vernet Rideu Phenomena positip) Bila terdapat
kelumpuhan maka dinding belakang bergerak ke depan atau terangkat sehingga
mengecil, yang lumpuh akan tertinggal
Reflek Muntah
Menyentuhkan ujung spatel pada arcus faringeus atau uvula, sehingga akan
timbul refleks batuk atau muntah.

D. Penyebab Gangguan N IX dan X


1. Lesi batang otak (nervus IX dan X)
2. Syringobulbi
3. Pasca trepanasi daerah cerebellum
4. Pasca oprasi daerah kranioservikal

E. Klinik Gangguan N IX
Gangguan terhadap N IX akan menimbulkan:
Gangguan menelan
Gangguan pengecapan 1/3 belakang lidah
Gangguan perasaan protopatik di sekitar orofarings.

F. Klinik Gangguan N X
Lesi pada N X sebelum meninggalkan foramen jugulare menyebabkan paralysis
farings. Pada keadaan tersebut daya pendorong makanan ke arah esophagus hiIang,
sehingga farings tertimbun dengan lendir dan makanan, karena lesi vagus tersebut,
palatum mole, sfingter larings dan otot krikofaring ikut lumpuh yang menyebabkan
pasien tersedak ketika makan dan minum.
NERVUS HIPOGLOSSUS (N XII)
A. Anatomi N XII

Inti nervus hipoglosus berada di nukleus N Xll yang terletak dl samping dorsal
fasiculus longitudinalis medial, pada tingkat caudal medulla oblongata. Mengandung
serabut somato motorik yang menginervasi :
Otot extrinsik lidah : menggerakkan lidah
Otot intrinsik lidah : merubah bentuk lidah
Nervus Hipoglosus mensarafi semua otot intrinsik lidah dan otot stiloglosus,
hipoglosus dan genioglosus yang mengatur bentuk dan pergerakan lidah, kecuali otot
palatoglosus. Nervus Hipoglosus tidak ada hubungannya dengan fungsi pengecapan.

B. Pemeriksaan
Dilakukan saat lidah diam dan saat lidah digerakkan.
a. Saat Lidah Diam
Pasien diminta untuk membuka mulut kemudian kita lihat lidahnya.
Pada kelumpuhan unilateral yang bersifat UMN, pada lidah yang lumpuh
tidak tampak adanya atrofi dan fasikulasi, tampak seperti lidah orang
normal. .lika kelumpuhan unilateral bersifat LMN lidah tampak atrofi dan
fasikulasi pada lidah yang lumpuh.
b. Saat Lidah Digerakkan
Pasien diminta untuk mengeluarkan lidahnya. Pada kelumpuhan sesisi
lidah (unilateral) lidah akan menyimpang ke sisi yang lumpuh. Batas garis
tengah sebagai pembatas adalah di antara gigi insisivus. Sedangkan
kelumpuhan yang bilateral lidah tidak bisa digerakkan.
Untuk menilai kekuatan otot lidah, dengan cara : ujung jari pemeriksa
ditempatkan pada salah satu pipi pasien, kemudian pasien diminta
mendorong ujung jari tersebut dengan ujung lidahnya dan dibandingkan
kekuatan dorongan kanan dan kiri.

C. Penyebab
1. Infiltrasi karsinoma anaplastic dari nasofaring
2. Meningitis basalis tuberkulosa atau luetika
3. Fraktur basis kranii (traksi pada nervus hipoglosus)
4. Siringobulbi
5. Infeksi retrofaringeal

D. Klinik Gangguan N XII


Unilateral yang bersifat UMN, lidah dalam bentuk normal akan
menyimpang ke sisi lesi bila diperintahkan untuk menjulurkan lidah dan
pengucapan kata-kata kurang jelas atau disartria lingualis (pelo).
Kelumpuhan bilateral yang bersifat UMN saat dilakukan pemeriksaan
untuk menjulurkan lidah, pasien tidak dapat mengikuti perintah.
Kelumpuhan lidah unilateral yang bersifat LMN memperlihatkan atrofi,
fasikulasi, dimana garis tengah lidah menjadi cekung dan bagian lidah
yang lumpuh menjadi tipis dan berkeriput.
Bila lidah lumpuh secara LMN bilateral maka seluruh lidah menjadi tipis,
gepeng dan berkeriput, juga akan terjadi gangguan berbicara dan
menelan.

Anda mungkin juga menyukai