FAKULTAS KEDOKTERAN
Disusun Oleh
Pembimbing:
dr. Tince Sarlin Nalle, Sp.THT-KL
i
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan kasus ini disusun dan dilaporkan dalam rangka memenuhi salah
satu syarat yang diperlukan untuk mengikuti ujian akhir di Bagian Ilmu Penyakit
THT- KL Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana RSUD W.Z. Johannes
Kupang.
Pembimbing Klinik
Ditetapkan di : Kupang
Hari/tanggal : November 2023
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................3
2.1 Anatomi Telinga.............................................................................................................3
2.2 Fisiologi Telinga.............................................................................................................5
2.3 Definisi Otitis Media Akut............................................................................................7
2.4 Epidemiologi...................................................................................................................7
2.5 Etiologi dan Faktor Risiko............................................................................................8
2.6 Patofisiologi dan Manifestasi Klinis.............................................................................9
2.7 Stadium Otitis Media Akut.........................................................................................11
2.8 Diagnosis.......................................................................................................................15
2.8.1 Anamnesis................................................................................................................15
2.8.2 Pemeriksaan Fisik...................................................................................................16
2.8.3 Pemeriksaan Penunjang.........................................................................................17
2.9 Tatalaksana..................................................................................................................17
2.10 Komplikasi....................................................................................................................19
2.11 Prognosis.......................................................................................................................20
BAB 3 LAPORAN KASUS...................................................................................................21
3.1 Identitas Pasien............................................................................................................21
3.2 Anamnesis.....................................................................................................................21
3.2.1 Keluhan Utama.......................................................................................................21
3.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang...................................................................................21
3.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu......................................................................................21
3.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga...................................................................................21
3.2.5 Riwayat Pengobatan...............................................................................................21
3.2.6 Riwayat Sosial dan Ekonomi.................................................................................21
3.3 Pemeriksaan Fisik........................................................................................................21
3.4 Pemeriksaan Penunjang..............................................................................................21
3.5 Diagnosis Kerja............................................................................................................22
iii
3.6 Tatalaksana..................................................................................................................22
3.7 Follow Up......................................................................................................................22
BAB 4 PEMBAHASAN.........................................................................................................23
BAB 5 PENUTUP...................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................25
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB 1
PENDAHULUAN
terjadi pada telinga tengah termasuk membran timpani dengan risiko tertinggi
terjadi karena adanya infeksi pada saluran pernapasan. Telinga tengah secara
anatomi merupakan bagian telinga yang terletak diantara membran timpani dan
terjadi pada semua usia dengan prevalensi terbanyak pada anak – anak berusia 6 –
24 bulan sekitar 80% anak yang hidup akan mengalami otitis media. Pada usia ini,
sekitar 80% - 90% anak yang menderita otitis media akan mengalami efusi
sebelum usia sekolah(2). Hal ini dikarenakan anak-anak lebih rentan terhadap
infeksi virus, dan memiliki saluran Eustachius yang lebih pendek dan lebih
horizontal(3).
Insiden otitis media pada orang dewasa secara luas dikutip 0,25% per
tahun dengan merokok merupakan faktor risiko yang banyak didapatkan. Otitis
tahun 2012 menunjukkan bahwa kejadian global tahunan OMA adalah 10,85%
yakni709 juta kasus/tahun dengan setengahnya terjadi di bawah usia 5 tahun. Dari
6
Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae (NTHi) non-typeable, dan
Moraxella catarrhalis. Selain itu, patogen virus yang paling umum dari otitis
(otoskopi) disertai dengan riwayat pasien yang menunjukkan tanda dan gejala(6).
pengobatan yang tepat, cairan supuratif dari telinga tengah dapat meluas ke lokasi
gangguan pendengaran, trombosis sinus lateral dan kavernosa, dan lain-lain (7,8).
amoksisilin dosis tinggi, dan ini terbukti paling efektif pada anak di bawah usia
dua tahun(4).
konsep watchful waiting belum dapat diterapkan di Amerika Serikat dan negara-
negara lain karena risiko infeksi yang berkepanjangan dan efeknya pada
sebagai pengobatan tunggal atau kombinasi untuk mencapai kontrol nyeri yang
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
kemudian gelombang mekanik ini diubah menjadi impuls pulsa listrik dan
dan diintrepetasikan. Telinga dibagi menjadi 3 bagian seperti pada Gambar 2.1
1. Telinga luar
8
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran
timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Pada liang telinga
sepertiga bagian luar adalah rangka tulang rawan, sedangkan duapertiga bagian
2. Telinga tengah
cavum timpani, tuba eustachius, dan tulang pendengaran. Bagian atas membran
timpani disebut pars flaksida (membran Shrapnell) yang terdiri dari dua lapisan,
yaitu lapisan luar merupakan lanjutan epitel kulit liang telinga dan lapisan dalam
dilapisi oleh sel kubus bersilia. Bagian bawah membran timpani disebut pars tensa
(membran propria) yang memiliki satu lapisan di tengah, yaitu lapisan yang terdiri
9
Tulang pendengaran terdiri atas maleus (martil), inkus (landasan), dan
stapes (sanggurdi) yang tersusun dari luar kedalam seperti rantai yang
longus maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus, dan
inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang
yang terletak di belakang telinga. Ruang udara yang berada pada bagian atasnya
Infeksi dapat menjalar dari rongga telinga tengah sampai ke antrum mastoideus
3. Telinga dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berbentuk spiral.
Ukuran panjang koklea berkisar 3 cm, dan juga terdapat vestibular yang tediri dari
tidak lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap pula. Skala timpani
dan vestibula berisi perilimfa, skala media berisi endolimfa. Dasar skala vestibuli
adalah membrane basalis, dan pada membrane tersebut terletak organ corti.
10
2.2 Fisiologi Telinga
menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran tektoria. Proses
stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion
bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke
11
tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengimplikasi getaran
membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini
membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik
ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan
2.4 Epidemiologi
bahwa otitis media dapat terjadi pada semua usia dengan prevalensi terbanyak
pada anak – anak berusia 6 – 24 bulan sekitar 80% anak yang hidup akan
mengalami otitis media. Pada usia ini, sekitar 80% - 90% anak yang menderita
otitis media akan mengalami efusi sebelum usia sekolah (2). Hal ini dikarenakan
12
anak-anak lebih rentan terhadap infeksi virus, dan memiliki saluran Eustachius
Insiden otitis media pada orang dewasa secara luas dikutip 0,25% per
tahun dengan merokok merupakan faktor risiko yang banyak didapatkan. Otitis
media terjadi lebih banyak di musim dingin daripada di musim panas, karena
tahun 2012 menunjukkan bahwa kejadian global tahunan OMA adalah 10,85%
yakni709 juta kasus/tahun dengan setengahnya terjadi di bawah usia 5 tahun. Dari
(43,37%), Amerika Selatan (4,25%), Eropa Timur (3,96%), Asia Timur (3,93%),
Asia Pasifik (3,75%), dan Eropa Tengah (3,64%). Di Inggris, sebanyak 30% anak
anak mengunjungi dokter anak setiap tahunnya karena OMA. Di Amerika Serikat,
sekitar 20 juta anak – anak menderita OMA setiap tahunnya. Di Asia Tenggara,
(4,6%). Tiga negara lainnya adalah Sri Lanka (8,8%), Myanmar (8,4%) dan India
(6,3%).3 Di Indonesia sendiri belum ada data baku tentang prevalensi otitis media
orang tua ibu rumah tangga (48,1%). Didapatkan bahwa dari 52 kasus OMA di
13
Rumah Sakit Immanuel Bandung tahun 2013 didapatkan 43 kasus dengan faktor
risiko ISPA yaitu sebanyak 82,7%.4 Penelitian OMA juga dilakukan di Poli THT
KL RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2015 di dapatkkan 192 pasien OMA
dengan kejadian tertinggi, pada musim hujan (65,6%), usia 6-12 tahu (30,7%),
2. Predisposisi genetik
4. Disfungsi silia
5. Implan koklea
6. Kekurangan vitamin A
95%
14
9. Alergi
13. Riwayat keluarga dengan OMA berulang pada orang tua atau saudara
kandung
Virus pada infeksi saluran pernafasan atas (upper tract infection) memiliki
peran penting pada patogenesis dari otitis media akut ini dimana virus ini
kepatuhan bakteri dan kolonisasi, dan gangguan fungsi dari tuba Eusthacius. Tuba
telinga tengah. Anak-anak biasanya rentan terhadap otitis media akut karena
imunitas sistemik yang tidak matang dan imunitas anatomi yang tidak matang.
Virus pada infeksi saluran pernafasan atas membuat inflamasi pada nasofaring
dan tuba Eusthacius yang merangsang peningkatan kolonisasi dari bakteri. Virus
meningkatkan sifat kepatuhan bakteri pada sel epitel. Virus influenza A juga
pembersihan pada mukosiliar yang melapisi sel epitel dengan cara mengurangi
produksi dari zat anti bakteri pada nasofaring, tuba eusthaius dan rongga telinga
15
tengah, sehingga meningkatkan keagresifan dari bakteri. Perubahan mukosiliar
tekanan negatif pada telinga tengah, dimana tekanan negatif ini terjadi lebih parah
pada anak-anak. Tekanan negatif ini memfasilitasi masuknya bakteri dan virus
akumulasi cairan telinga tengah, dan gejala otitis media akut seperti yang tampak
oleh proses inflamasi menghalangi bagian tersempit dari tuba eustachius yang
eksudat dari mukosa yang meradang, dan penumpukan sekresi mukosa, yang
akhirnya purulen di ruang telinga tengah. Hal ini ditunjukkan secara klinis oleh
membran timpani yang menonjol atau eritematosa dan cairan telinga tengah
16
purulen. Ini harus dibedakan dari otitis media serosa kronis (OMSK), yang
muncul dengan cairan kental berwarna kuning di ruang telinga tengah dan
pneumatik(14).
timpani yang diamati melalui liang telinga luar yaitu stadium oklusi, stadium
negatif di dalam telinga tengah akibat absorpsi udara. Membran timpani berwarna
normal atau keruh pucat dan sukar dibedakan dengan otitis media serosa virus.
terapi dikhususkan untuk membuka kembali tuba eustachius. Diberikan obat tetes
hidung HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik untuk anak 12 thn atau dewasa.
Selain itu, sumber infeksi juga harus diobati dengan memberikan antibiotik.
17
2. Pada stadium hiperemis, pembuluh darah tampak lebar dan edema pada
membran timpani. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat
yang serosa sehingga sukar terlihat. diberikan antibiotik, obat tetes hidung, dan
analgesik. Antibiotik yang diberikan ialah penisilin atau eritromisin. Jika terdapat
sebagai gejala sisa, dan kekambuhan. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari.
Bila alergi terhadap penisilin maka diberikan eritromisin. Pada anak diberikan
4x40 mg/kgBB/hari.
3. Pada stadium supurasi, edema yang hebat pada mukosa telinga tengah
dan hancurnya sel epitel superfisila serta terbentuk eksudat purulen di kavum
luar. Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta nyeri di telinga
18
tambah hebat. Apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak berkurang, maka
terjadi iskemia. Nekrosis ini pada membran timpani terlihat sebagai daerah yang
lembek dan berwarna kekuningan. Di tempat ini akan terjadi ruptur. Selain
timpani masih utuh. Selain itu, analgesik juga perlu diberikan agar nyeri dapat
berkurang. Miringotomi ialah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani,
agar terjadi drenase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar.
pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang tinggi maka dapat menyebabkan
membran timpani ruptur. Keluar nanah dari telinga tengah ke telinga luar. Anak
yang tadinya gelisah akan menjadi lebih tenang, suhu badan turun, dan dapat tidur
nyenyak. sering terlihat sekret banyak keluar dan kadang terlihat sekret keluar
secara berdenyut. Diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta
19
Gambar 2. 8 Perforasi Membran Timpani(10)
5. Pada stadium resolusi, bila terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang
dan mengering. Resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan bila virulensi rendah dan
2.8 Diagnosis
2.8.1 Anamnesis
Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri di
dalam telinga, keluhan disamping suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat
riwayat batuk pilek sebelumnya. Pada anak yang lebih besar atau pada orang
dewasa, selain rasa nyeri terdapat pula gangguan pendengaran berupa rasa penuh
di telinga atau rasa kurang dengar. Pada bayi dan anak kecil gejala khas OMA
ialah suhu tubuh tinggi dapat sampai 39.5 oC (pada stadium supurasi), anak gelisah
dan sukar tidur, tiba-tiba anak menjerit waktu tidur, diare, kejang dan terkadang
anak memegang telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka
sekret mengalir ke liang telinga luar, suhu tubuh turun dan anak mulai tertidur
20
dengan tenang(13).
dengan riwayat onset yang cepat dan gejala seperti otalgia, rewel pada bayi atau
balita, otorrhea, dan/atau demam. Dalam sebuah survei di antara 354 anak-anak
yang mengunjungi dokter untuk penyakit pernapasan, demam, sakit telinga, dan
menangis yang berlebihan sering didapatkan dengan OMA (90%). Namun, gejala
ini juga terdapat pada anak tanpa OMA (72%). Gejala lain dari infeksi virus
pernapasan atas, seperti batuk dan hidung tersumbat, sering mendahului atau
menyertai OMA dan tidak spesifik juga. Dengan demikian, sejarah klinis saja
tidak bisa untuk menilai adanya OMA, terutama pada anak muda(8,10).
membran timpani dengan baik adalah penting bahwa serumen yang menutupi
timpani sering terlihat dan memiliki nilai prediktif tertinggi untuk kehadiran
Kekeruhan juga merupakan temuan yang konsisten dan disebabkan oleh edema
dari membran timpani. Kemerahan dari membran timpani yang disebabkan oleh
peradangan mungkin hadir dan harus dibedakan dari eritematosa ditimbulkan oleh
demam tinggi. Ketika kehadiran cairan telinga bagian tengah sulit untuk
21
menentukan, penggunaan timpanometri dapat membantu dalam membangun
diagnosis(1,2).
pada sembarang anak. Indikasi perlunya timpanosentesis anatara lain OMA pada
sakit, anak dengan gangguan kekebalan tubuh, anak yang tidak member respon
pada beberapa pemberian antibiotik atau dengan gejala sangat berat dan
2.9 Tatalaksana
kembali tuba eustachius, sehingga tekanan negatif pada telinga tengah hilang,
sehingga diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologik
untuk anak 12 tahun dan pada orang dewasa. Sumber infeksi harus diobati
antibiotik diberikan jika penyebabnya kuman, bukan oleh virus atau alergi.
dan analgetika. Bila membran timpani sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya
konsentrasi yang adekuat di dalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis yang
22
terselubung,. Gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan.
penisilin, maka diberikan eritromisin. Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis
50 – 100 mg/kgBB per hari, dibagi dalam 4 dosis, atau amoksisilin 40 mb/kgBB
membran timpani masih utuh. Dengan miringotomi gejal – gejala klinis lebih
3. Pada stadium perforasi sering terlihat sekret banyak keluar dan kadang
adalah obat cuci telinga H2O2 3% selama 3 – 5 bhari serta antibiotik yang
adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam
waktu 7 – 10 hari.
sekret tidak ada lagi dan perforasi membran timpani menutup. Bila tidak terjadi
resolusi biasanya akan tampak sekret mengalir di liang telinga luar melalui
edema mukosa teling tengah. Pada keadaan demikian, antibiotika dapat dilajutkan
sampai 3 minggu. Bila 3 minggu setrelah pengobatan sekret masih tetap banyak,
2.10 Komplikasi
23
Komplikasi dapat dibagi menjadi komplikasi intratemporal dan intrakranial.
4. Kolesteatoma
5. Timpanosklerosis
6. Mastoiditis
7. Petrositis
8. Labirinitis
9. Kelumpuhan wajah
terutama pada rentang usia 6-24 bulan, karena ini adalah waktu yang penting
1. Meningitis
24
2. Empiema subdural
3. Abses otak
4. Abses ekstradural
6. Hidrosefalus otitis
2.11 Prognosis
Prognosis untuk sebagian besar pasien dengan otitis media sangat baik.
Kematian akibat OMA adalah kejadian langka dikarenakan akses yang lebih baik
menghasilkan prognosis yang lebih baik. Terapi antibiotik yang efektif merupakan
25
BAB 3
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. DN
Usia : 73 tahun
Tanggal Lahir : 28-10-1951
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Katolik
Status : BPJS
Alamat : Bajawa,Riung
Nomor Rekam Medis : 537016
Kunjungan : Poli THT
3.2 Anamnesis
keluar cairan berwarna kuning di telinga kanan dan kiri sejak 1 minggu yang lalu,
memberat sejak 3 hari yang lalu . Cairan tersebut keluar secara tiba-tiba dan terus
menerus sepanjang hari dari telinga kanan dan kiri dengan konsistensi cair dan
dengan cutton bud dengan menusukkannya terlalu dalam karena di rasakan sangat
26
pasien adalah ketika pasien mengorek-ngorek telinga dengan cotton bud dan
memperingan saat pasien menggunakan obat tetes. Keluhan lain seperti penurunan
pendengaran (+), nyeri tenggorokan (-), mual (-), muntah (-), nyeri kepala (-),
pusing (-) makan dan minum baik, BAB dan BAK tidak ada keluhan.
menggunakan lidi, kayu-kayu kecil yang kasar dan bulu ayam, kemudian pasien
merasakan ada sesuatu yang mengganjal di dalam telinga seperti jerawat ditelinga
bagian dalam, kemudian pasien pergi berobat ke dokter THT di jakarta dirumah
sakit Boromeus dan diberikan obat, karena kepatuhan pasien taat meminum obat
dan rajin mencuci telinga akhirnya pasien merasa kotoran yang ada di dalam
telinga pasien sudah hancur dan keluar saat pasien mencuci telinga. Pasien
27
3.3 Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Kepala : normocephal
Mata : konjungtiva anemis (-)/(-), sklera ikterik (-)(-), pupil isokor
Leher : Pembesaran KGB (-), stridor (-), retraksi (-)
Thorax : Simetris, vesikuler (+)/(+), Rhonki (-)(-), Wheezing (-)/(-),
retraksi (-), BJ 1 dan 2 reguler, murmur (-)
Abdomen : Supel
Ekstremitas : Akral hangat, turgol kulit baik, CRT < 2 detik
28
Status THT-KL
Telinga
Kanan Kiri
Intake Intake
Hidung
29
Dextra Hidung Sinistra
Bentuk normal Inspeksi Bentuk normal
Hidung Luar
Lapang Kavum Nasi Lapang
Merah Muda Mukosa Merah muda
Dekongesti Konka Dekongesti
Septum: tidak deviasi
(-) Sekret (-)
(-) Pendarahan (-)
Tenggorokan
Faring Mukosa licin, merah muda, pseudomembran (-)
Tonsila palatina T1/T1, merah muda, kripte melebar (-)/(-), detritus (-)/(-)
3.5 Tatalaksana
Medikamentosa:
31
BAB 4
PEMBAHASAN
Otitis media Akut (OMA) merupakan suatu kondisi peradangan atau inflamasi
yang terjadi pada telinga tengah termasuk membran timpani dengan risiko tertinggi
epidemiologi, kejadian OMA dapat terjadi pada semua usia dengan prevalensi
terbanyak pada anak – anak berusia 6 – 24 bulan sekitar 80% anak yang hidup akan
mengalami otitis media. Pada kasus, didapatkan pasien wanita berusia 53 tahun yang
kejadia pada usia dewasa tergolong rendah tetapi diketahui bahwa prevalensi kejadi
OMA pada dewasa sebesar 0,25%/tahun. Sehingga kejadian OMA pada pasien ini
masih dapat terjadi. Walaupun angka kejadian pada dewasa rendah, namun tetap
perlu diperhatikan penyebab dan faktor risiko terjadinya otitis media pada pasien.
diabetes, dan defisiensi imun lainnya, predisposisi genetik, kelainan anatomi palatum
dan tensor veli palatini, disfungsi silia, implan koklea, kekurangan vitamin A, bakteri
paparan asap, status sosial ekonomi rendah, riwayat keluarga dengan OMA berulang
1
pada orang tua atau saudara kandung. Pada kasus ini, didapatkan adanya risiko-risiko
yang paling mungkin dapat menyebabkan OMA pada pasien adalah riwayat keluhan
tetapi dapat diduga pasien sebelumnya telah mengalami OMA yang dapat menjadi
risiko untuk kondisi saat ini. Selain itu, diketahui dari hasil anamnesis bahwa riwayat
mengorek telinga menggunakan lidi,kayu-kayu kecil yang kasar dan bulu ayam sudah
terjadi selama kurang lebih 15 tahun saat terjadi keluhan. Hal ini menjelaskan bahwa
trauma pada liang telinga sehingga mengakibatkan kemungkinan infeksi dapat terjadi
pada kasus ini. Pasien juga mengatakan bahwa keluhan batuk dirasakan setelah
bahwa pasien didiagnosis Otitis Media Akut stadium oklusi. Berdasarkan hasil
berwarna kuning dan tidak berbau, kemudian tidak adanya nyeri pada telinga bagian
dalam. Secara teori diketahui OMA lebih sering terjadi pada usia anak sehingga pada
anak – anak muncul manifestasi pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama
adalah rasa nyeri di dalam telinga, keluhan disamping suhu tubuh yang tinggi,
riwayat batuk pilek sebelumnya. Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa,
selain rasa nyeri terdapat pula gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga
atau rasa kurang dengar. Pada pasien ini, dari hasil anamnesis diketahui bahwa pasien
hanya merasakan gatal sehingga mengorek telinga menggunakan cutton bud dan kayu
2
kecil sehingga keluar cairan berwarna kuning dan nyeri minimal. Hal ini menjelaskan
bahwa pada usia dewasa dengan angka kejadian yang relatif kecil, manifestasi klinis
yang muncul lebih sedikit dan ringan dibandingkan pada bayi dan anak – anak.
pemeriksaan tanda – tanda vital serta status generalis dalam batas normal. Namun,
terlihat suram pada kedua membran timpani. Hasil pemeriksaan telinga selaras
dengan teori bahwa pada pasien dengan OMA memiliki beberapa stadium yang
stadium oklusi.Stadium oklusi OMA adalah adanya retraksi membran timpani akibat
terjadinya tekanan negatif di dalam telingah tengah akibat absorbsi udara. Kadang-
cairan dan membran timpani tampak suram maka pasien didiagnosis Otitis Media
Tremenza 3x1 tab PO, Azitromicin 1x1 tab PO (3 hari) dan KIE yang meliputi tidak
membersihkan telinga terlalu dalam, makan, minum dan istirahat yang cukup,
menjaga hygiene daerah dan telinga, memberikan penjelasan mengenai penyakit yang
3
4
BAB 5
KESIMPULAN
berwarna kuning dan tidak berbau dari telinga setelah pasien mengorek telinga
menggunakan lidi,kayu-kayu kecil yang kasar dan bulu ayam. Berdasarkan hasil
didapatkan membran timpani terlihat suram. Pasien didiagnosis Otitis Media Akut
medikamentosa serta KIE perawatan sesuai standar pelayanan Rumah Sakit RSUD
5
DAFTAR PUSTAKA
6
13. Editor C. Acute Otitis Media. 2021;1–27.
14. The Diagnosis and Management of Acute Otitis Media abstract. Organ Princ to
Guid Defin Child Heal Care Syst and/or Improv Heal all Child [Internet].
2020; Available from: www.aappublications.org/news at
15. Schilder AGM, Chonmaitree T, Cripps AW, Rosenfeld RM, Casselbrant ML,
Haggard MP, et al. Otitis media. Nat Rev Dis Prim [Internet]. 2016;2:1–19.
Available from: http://dx.doi.org/10.1038/nrdp.2016.63
16. Yuniarti D, Asman ST, & Fitriyasti B. (2019). Prevalensi Otitis Media Akut.
Health & Medical Journal, 1(1), 59–63.
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30