Anda di halaman 1dari 40

REFERAT

ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI


LOW BACK PAIN

Oleh:

I G A. PRADNYA GISCA PUTRI 20190420096

Pembimbing:
dr. Marcus Anthonius, Sp.KFR

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN


REHABILITASI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HANG TUAH RSAL Dr. RAMELAN
SURABAYA
2020
LEMBAR PENGESAHAN REFERAT
LOW BACK PAIN

Referat dengan judul Low Back Pain telah diperiksa dan disetujui sebagai
salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan klinik di
bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi di RSAL Dr. Ramelan
Surabaya.

Surabaya, 13 Februari 2020


Pembimbing

dr. Marcus Anthonius, Sp.KFR

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME karena atas berkat
rahmat-Nya, penulis telah berhasil menyelesaikan penulisan referat yang
berjudul “Low Back Pain”.
Penulisan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk kelulusan pada program pendidikan profesi dokter pada Fakultas
Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya yang dilakukan di RSAL Dr.
Ramelan Surabaya. Penulisan referat ini tidak akan terwujud dengan baik
tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam penulisan referat ini, terutama kepada dr. Marcus
Anthonius, Sp.KFR selaku dokter pembimbing yang telah membimbing
dan memberi saran pada penulisan ini.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi
kesempurnaan referat ini. Penulis berharap semoga referat ini bermanfaat
dan menambah pengetahuan bagi para pembaca serta bagi
perkembangan ilmu kedokteran.

Surabaya, 13 Februari 2020


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
DAFTAR ISI.................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR......................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN................................................................................6
1. 1. Latar Belakang................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................8
Anatomi...............................................................................................8
Definisi...............................................................................................14
Etiologi...............................................................................................15
Faktor resiko......................................................................................20
Patofisologi........................................................................................22
Manifestasi Klinis...............................................................................24
Diagnosa...........................................................................................25
Tata laksana......................................................................................31
Pencegahan......................................................................................36
BAB III KESIMPULAN................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................39
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Tulang vertebra.......................................................................9


Gambar 2. 2 Anterior dan Posterior Vertebra............................................10
Gambar 2. 3Vertebra Lumbalis..................................................................11
Gambar 2. 4Diskus intervertebralis............................................................11
Gambar 2. 5Ligamentum Vertebrae Lumbal.............................................12
Gambar 2. 6 Brain Spinal Cord..................................................................13
Gambar 2. 7Tes Laseque..........................................................................23
Gambar 2. 8Tes Patrick.............................................................................23
Gambar 2. 9Tes Kontra Patrick.................................................................24
Gambar 2.10Tes Bragard..........................................................................24
Gambar 2.11Femoral Nerve Stretch Test..................................................25
Gambar 2.12Tes Valsava..........................................................................25
Gambar 2.13 William’s Flexion Exercise...................................................30
Gambar 2.14 Pencegahan Low Back Pain................................................32
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang
Low back pain merupakan gejala yang paling sering timbul di
masyarakat kita. Sekitar 60-80% dari seluruh penduduk dunia pernah
mengalami paling tidak satu periode nyeri punggung bawah selama
hidupnya tanpa mengenal perbedaan umur dan jenis kelamin. 1
Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut
bawah kosta sampai lumbosakral. Nyeri bisa menjalar ke daerah lain
seperti punggung bagian atas dan pangkal paha. Low back pain (LBP)
merupakan salah satu gangguan musculoskeletal yang disebabkan oleh
aktivitas tubuh yang kurang baik. Gejala yang dirasakan pada penderita
low back pain bermacam-macam seperti nyeri rasa terbakar, nyeri
tertusuk, hingga kelemahan pada tungkai. 1
Low back pain dapat menyebabkan penderita mengalami suatu
disabilitas atau keterbatasan fungsional dalam menjalani aktivitas sehari-
hari dan banyak kehilangan jam kerja terutama dalam usia produktif. 2
Dibeberapa negara maju, low back pain merupakan penyebab
terbesar hilangnya produktifitas pada pekerja. Di Amerika Serikat LBP
merupakan keluhan yang sangat umum dikeluhkan 4 dari 5 orang yang
merupakan salah satu penyebab dari ketidakhadiran pekerja. 1
Prevalensi LBP di Indonesia sebesar 18%. Prevalensi LBP
meningkat sesuai dengan bertambahnya usia dan paling sering terjadi
pada usia dekade tengah dan awal dekade empat. Penyebab LBP
sebagian besar (85%) adalah nonspesifik, akibat kelainan pada jaringan
lunak, berupa cedera otot, ligamen, spasme atau keletihan otot. Penyebab
lain yang serius adalah spesifik antara lain, fraktur vertebra, infeksi dan
tumor.3
Low back pain atau nyeri punggung bagian bawah di Indonesia
merupakan masalah kesehatan yang nyata.Kira-kira 80% penduduk
seumur hidupnya pernah sekali merasakan nyeri punggung bagian
bawah.Insidensi nyeri punggung bagian bawah dibeberapa negera

6
berkembang lebih kurang 15-20% dari total populasi, yang sebagian besar
merupakan nyeri punggung bagian bawah akut maupun kronik termasuk
tipe benigna.
Prevalensi LBP di Indonesia sebesar 18%. Prevalensi LBP
meningkat sesuai dengan bertambahnya usia dan paling sering terjadi
pada usia dekade tengah dan awal dekade empat. Penyebab LBP
sebagian besar (85%) adalah nonspesifik, akibat kelainan pada jaringan
lunak, berupa cedera otot, ligamen, spasme atau keletihan otot.
Penyakit Low Back Pain menjadi kasus yang sangat serius dan
terus meningkat sepanjang tahun pada masyarakat barat. Telah diketahui
faktor-faktor penyebab, patofisiologi, biomekanik, psikologis, dan faktor
sosial tetapi teori yang memuaskan tentang patogenesis belum
seluruhnya diketahui.25
Penyebab Low Back Pain bermacam-macam dan multifaktorial;
banyak yang ringan, namun ada juga yang berat yang harus ditanggulangi
dengan cepat dan tepat. Sebagian besar Low Back Pain dapat sembuh
dalam waktu singkat, sehingga keluhan ini sering tidak mendapat
perhatian yang cukup mendalam. Oleh karena itu, kemungkinan penyebab
yang lebih serius tidak dikenali sedini mungkin. Dengan anamnesis an
pemeriksaan yang teliti serta analisis perasaan nyeri yang seksama dapat
didiagnosis dengan tepat sedini mungkin. 6 Sebagian besar penderita
Low Back Pain mengalami hernia nucleus pulposus (HNP) dimana terjadi
penekanan saraf spinal pada foramen intervertebrale sehingga
menimbulkan rasa nyeri segmental serta kelumpuhan partial dari otot yang
diurus segmen tersebut.9

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi
Tulang belakang merupakan susunan terintegrasi dari jaringan
tulang, ligament, otot, saraf dan pembuluh darah yang terbentang mulai
dari dasar tengkorak (basis cranii), leher, dada, pinggang bawah, hingga
panggul dan tulang ekor. Tulang belakang manusia tersusun atas ruas-
ruas tulang pendek dari atas ke bawah, diantara ruas-ruas tersebut
dihubungkan dengan tulang rawan yang disebut cakram sehingga tulang
belakang dapat tegak dan membungkuk, disebelah depan dan
belakangnya terdapat kumpulan serabut kenyal. Tulang belakang terdiri
dari 30 tulang yang terdiri atas:12
- Vertebra servicalis sebanyak 7 ruas dengan badan ruas kecil,
rendah dan berbentuk segi empat dengan lubang ruasnya
besar. Foramen vertebra berbentuk segitiga dan besar. Pada
taju sayapnya terdapat lubang saraf yang disebut foramen
transversalis yang dilalui oleh arteri dan vena vertebralis. Pada
ujung prosesus tansversus terdapat 2 buah tonjolan yaitu
tuberculum anterius dan tuberculum posterius yang dipisahkan
oleh suatu alur yaitu sulcus spinalis tempat berjalannya nervus
spinalis. Prosesus spinosusnya pendek dan bercabang dua.
Ruas pertama disebut atlas yang memungkinkan kepala
mengangguk. Ruas kedua disebut prosesus odontoit (aksis)
yang memungkinkan kepala berputar ke kiri dan kekanan.
- Vertebra thorakal sebanyak 12 ruas. Badan ruasnya besar dan
kuat, taju durinya panjang dan melengkung. Facies articularis
superior menghadap ke belakang dan lateral dan facies
articularis inferior menghadap ke depan dan medial.
- Vertebra lumbalis sebanyak 5 ruas. Badan ruasnya tebal, besar
dan kuat, bersifat pasif. Prosesus spinosusnya besar dan
pendek. Facies prosesus artikularis superior menghadap ke
medial dan facies articularis inferiornya menghadap ke lateral.
Bagian ruas kelima agak menonjol disebut promontorium.
- Vertebra sacralis sebanyak 5 ruas, ruas-ruasnya menjadi satu
sehingga berbentuk baji, yang cekung di anterior. Batas inferior
yang sempit berartikulasi dengan kedua os coxae, membentuk
artikulatio sacroiliaca.
- Vertebra koksigialis sebanyak 4 ruas. Ruasnya kecil dan
membentuk sebuah tulang segitiga kecil, yang berartikulasi
pada basisnya pada ujung bawah sacrum. Dapat bergerak
sedikit karena membentuk persendian dengan sacrum.

Gambar 2. 1 Vertebra
Secara umum struktur tulang belakang tersusun atas dua kolom yaitu :
- Kolom korpus vertebra beserta semua diskus intervetebra yang
berada diantaranya.
- Kolom elemen posterior (kompleks ligamentum posterior) yang
terdiri atas lamina, pedikel, prosesus spinosus, prosesus
transversus dan pars artikularis, ligamentum-ligamentum
supraspinosum dan intraspinosum, ligamentum flavum, serta
kapsul sendi.

Gambar 2. 2 Anatomi Vertebra


- Korpus
Merupakan bagian terbesar dari vertebra, berbentuk silindris
yang mempunyai beberapa facies (dataran) yaitu : facies
anterior berbentuk konvek dari arah samping dan konkaf dari
arah cranial ke caudal. Facies superior berbentuk konkaf pada
lumbal 4-5.
- Arcus
Merupakan lengkungan simetris di kiri-kanan dan berpangkal
pada korpus menuju dorsal pangkalnya disebut radik arcus
vertebra dan ada tonjolan ke arah lateral yang disebut procesus
spinosus.
- Foramen vertebra
Merupakan lubang yang besar yang terdapat diantara corpus
dan arcus bila dilihat dari columna vetebralis, foramen vetebra
ini membentuk suatu saluran yang disebut canalis vetebralisalis,
yang akan terisi oleh medula spinalis.
Stabilitas pada vertebra ada dua macam yaitu stabilisasi pasif
dan stabilisasi aktif. Untuk stabilisasi pasif adalah ligament yang
terdiri dari :
- ligament longitudinal anterior yang melekat pada bagian anterior
tiap diskus dan anterior korpus vertebra, ligament ini mengontrol
gerakan ekstensi.
- Ligament longitudinal posterior yang memanjang dan melekat
pada bagian posterior dikcus dan posterior korpus vertebra.
Ligament ini berfungsi untuk mengontrol gerakan fleksi.
- Ligament flavum terletak di dorsal vertebra di antara lamina
yang berfungsi melindungi medulla spinalis dari posterior.
- ligament tranfersum melekat pada tiap procesus tranversus
yang berfungsi mengontrol gerakan fleksi.5,6

Setiap ruas tulang belakang dapat bergerak satu dengan yang lain
oleh karena adanya dua sendi di posterolateral dan diskus intervertebralis
di anterior. Bila dilihat dari samping, pilar tulang belakang membentuk
lengkungan atau lordosis di daerah servikal, torakal dan lumbal.
Keseluruhan vertebra maupun masing-masing tulang vertebra berikut
diskus intervertebralisnya bukanlah merupakan satu struktur yang elastis,
melainkan satu kesatuan yang kokoh dengan diskus yang memungkinkan
gerakan bergesek antar korpus ruas tulang belakang. Lingkup gerak sendi
pada vertebra servikal adalah yang terbesar. Vertebra torakal berlingkup
gerakan yang sedikit karena adanya tulang rusuk yang membentuk toraks,
sedangkan vertebra lumbal mempunyai ruang lingkup gerak yang lebih
besar dari torakal tetapi makin ke bawah lingkup geraknya makinkecil. 7,8
Kolumna vertebralis tersusun atas seperangkat sendi antar korpus
vertebra yang berdekatan, sendi antar arkus vertebra, sendi
kortovertebralis, dan sendi sakroiliaka. Ligamentum longitudinal dan
discus intervertebralis menghubungkan korpus vertebra yang
berdekatan.12
Diantara korpus vertebra mulai dari cervikalis kedua sampai
vertebra sakralis terdapat discus intervertebralis. Discus-discus ini
membentuk sendi fobrokartilago yang lentur antara dua vertebra. Discus
dipisahkan dari tulang yang diatas dan dibawanya oleh lempengan tulang
rawan yang tipis. Discus intervertebralis menghubungkan korpus vertebra
satu sama lain dari servikal sampai lumbal atau sacral. Diskus ini
berfungsi sebagai penyangga beban dan peredam kejut (shock absorber).
Diskus intervertebralis terdiri dari tiga bagian utama yaitu:
 Annulus fibrosus, terbagi menjadi 3 lapis:
- Lapisan terluar terdiri dari lamella fibro kolagen yang berjalan
menyilang konsentris mengelilingi nucleus pulposus sehingga
bentuknya seakan-akan menyerupai gulungan per (coiled
spring)
- Lapisan dalam terdiri dari jaringan fibro kartilagenus
- Daerah transisi.
 Nucleus pulposus
Nucleus pulposus adalah bagian tengah discus yang bersifat
semigetalin, nucleus ini mengandung berkas-berkas kolagen, sel
jaringan penyambung dan sel-sel tulang rawan. Juga berperan
penting dalam pertukaran cairan antar discus dan pembuluh-
pembuluh kapiler.
 Vertebral endplate
Tulang rawan yang membungkus apofisis korpus vertebra,
membentuk batas atas dan bawah dari diskus.
Diskus intervertabralis berfungsi secara hidrodinamik. Tekanan
pada nucleus disebarkan ke semua arah, hal inilah yang menjaga tetap
terpisahnya vertebral end plates. Serabut-serabut annulus fibrosus
mempunyai kemampuan cukup untuk bergerak fleksi dan ekstensi
sehingga memungkinkan perubahan bentuk dari nukleus pulposus.
Fleksibilitas dari annulus fibrosus dimungkinkan oleh karena adanya (1)
kelenturan, (2) kemampuan memanjang dan (3) adanyalubrikasi atau
pelumasan dari lembaran-lemabaran annulus. 9
Nucleus Pulposus adalah suatu gel yang viskus terdiri dari
proteoglycan (hyaluronic long chain) mengandung kadar air yang tinggi
(80%) dan mempunyai sifat sangat higroskopis. Nucleus pulposus
berfungsi sebagai bantalan dan berperan menahan tekanan atau beban.
Diskus intervertebralis, baik annulus fibrosus maupun nukleus
pulposus adalah bangunan yang tidak peka nyeri. Bagian yang peka nyeri
adalah :
- Ligamentum longitudinal anterior
- Ligamentum longitudinal posterior
- Corpus vertebrae dan periosteumnya
- Ligamentum supraspinosum
- Fasia dan otot
Medula spinalis merupakan jaringan saraf berbentuk kolum vertical
yang terbentang dari dasar otak, keluar dari rongga kranium melalui
foramen occipital magnum, masuk kekanalis sampai setinggi segmen
lumbal-2. medulla spinalis terdiri dari 31 pasang saraf spinalis (kiri dan
kanan) yang terdiri atas :
- 8 pasang saraf servical.
- 5 pasang saraf thorakal.
- 5 pasang saraf lumbal.
- 5 pasang saraf sacral.
- 1 pasang saraf cogsigeal.
Penampang melintang medulla spinalis memperlihatkan bagian
bagian yaitu substansia grisea (badan kelabu) dan substansia alba.
Substansia grisea mengelilingi kanalis centralis sehingga membentuk
kolumna dorsalis, kolumna lateralis dan kolumna ventralis. Kolumna ini
menyerupai tanduk yang disebut conv. Substansia alba mengandung
saraf myelin (akson).12
Sumsum tulang belakang berjalan melalui tiap-tiap vertebra dan
membawa saraf yang menyampaikan sensasi dan gerakan dari dan ke
berbagai area tubuh. Semakin tinggi kerusakan saraf tulang belakang,
maka semakin luas trauma yang diakibatkan. Misal, jika kerusakan saraf
tulang belakang di daerah leher, hal ini dapat berpengaruh pada fungsi di
bawahnya dan menyebabkan seseorang lumpuh pada kedua sisi mulai
dari leher ke bawah dan tidak terdapatsensasi di bawah leher. Kerusakan
yang lebih rendah pada tulang sakral mengakibatkan sedikit kehilangan
fungsi.8

2.2 Definisi
Low back pain adalah suatu periode nyeri di punggung bawah yang
berlangsung lebih dari 24 jam, yang didahului dan diikuti oleh 1 bulan atau
lebih tanpa nyeri punggung bawah. Sumber lain menyebutkan LBP adalah
nyeri dan ketidak nyamanan yang terlokalisasi di bawah sudut iga terakhir
(costal margin) dan diatas lipat bokong bawah dengan atau tanpa nyeri
pada daerah tungkai. Penyebab umum yang sering terjadi adalah
regangan otot serta bertambahnya usia yang menyebabkan intensitas
berolahraga dan intensitas bergerak semakin berkurang sehingga otot-
otot pada punggung dan perut yang berfungsi mendukung tulang
belakang menjadi lemah. Sumber lain megatakan bahwa Low Back Pain
atau Nyeri punggung bawah adalah suatu pengalaman sensorik dan
emosional yang tidak menyenangkan di daerah antara vertebra torakal 12
sampai dengan bagian bawah pinggul atau lubang dubur. Yang timbul
akibat adanya potensi kerusakan jaringan antara lain: dermis pambuluh
darah, facia, muskulus, tendon, cartilago, tulang ligament, intra artikuler
meniscus, bursa.8

2.3 Etiologi
Berdasarkan etiologinya, LBP mekanik dibagi menjadi 2 kategori, yaitu :
a) Mekanik Statik
LBP mekanik statik terjadi apabila postur tubuh dalam keadaan
posisi statis (duduk atau berdiri) sehingga menyebabkan
peningkatan pada sudut lumbosakral (sudut antara segmen
vertebra L5 dan S1 yang sudut normalnya 30° - 40°) dan
menyebabkan pergeseran titik pusat berat badan. Peningkatan
sudut lumbosakral dan pergeseran titik pusat berat badan tersebut
akan menyebabkan peregangan pada ligamen dan kontraksi otot-
otot yang berusaha untuk mempertahankan postur tubuh yang
normal sehingga dapat terjadi strain atau sprain pada ligamen dan
otot-otot di daerah punggung bawah yang menimbulkan nyeri.
b) Mekanik Dinamik
LBP mekanik dinamik dapat terjadi akibat beban mekanik abnormal
pada struktur jaringan (ligamen dan otot) di daerah punggung
bawah saat melakukan gerakan. Beban mekanik tersebut melebihi
kapasitas fisiologik dan toleransi otot atau ligamen di daerah
punggung bawah. Gerakan-gerakan yang tidak mengikuti
mekanisme normal dapat menimbulkan LBP mekanik, seperti
gerakan kombinasi (terutama fleksi dan rotasi) dan repetitif,
terutama disertai dengan beban yang berat.

Sedangkan jika dilihat dari segi klinisnya, LBP dibagi menjadi 4


kelompok :
a. LBP oleh faktor mekanik :
1. LBP oleh mekanik akut. Rasa nyeri yang menyerang secara
tiba-tiba, rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa
hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau
sembuh. LBP oleh mekanik akut dapat disebabkan karena luka
traumatic seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri
dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain
merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon.
Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah
lumbal dan spinal masih dapat sembuh sendiri. Sampai saat ini
penatalaksanaan awal nyeri pinggang akut terfokus pada
istirahat dan pemakaian analgesik.10
2. LBP oleh mekanik kronik (menahun). Rasa nyeri yang
menyerang lebih dari 3 bulan atau rasa nyeri yang berulang-
ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset
yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. LBP oleh
mekanik kronik dapat terjadi karena osteoarthritis,
rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus intervertebralis
dan tumor.10

b. LBP oleh faktor organik :


1. LBP Osteogenik, terdiri atas :
 Radang
 Trauma. Merupakan penyebab utama LBP. Gerakan bagian
punggung yang kurang baik dapat menyebabkan kekakuan
dan spasme yang tiba-tiba pada otot punggung,
mengakibatkan terjadinya trauma punggung sehingga
menimbulkan nyeri. Kekakuan otot cenderung dapat
sembuh dengan sendirinya dalam jangka waktu tertentu.
Namun pada kasus-kasus yang berat memerlukan
pertolongan medis agar tidak mengakibatkan gangguan
yang lebih lanjut. Tidak jarang LBP merupakan keluhan
utama pada fraktur vertebra lumbal. Terutama fraktur
spontan akibat osteoporosis pada penderita usia lanjut. Jenis
fraktur ini sering disertai spondilolistesis L5-S1 dan L4-L5.
 Keganasan. Dapatbersifat primer, multiple myeloma atau
sekunder akibat metastasis.5
2. LBP diskogenik. Dalam hal ini proses primer terletak pada
diskus intervertebralis. Bentuk dan gangguan yang sering
dijumpai ialah :
 Spondilosis. Proses degenerasi progresif diskus
intervertebra.
 Hernia Nukleus Pulposus. Yaitu keluarnya nukleus
pulposus dari diskus intervertebra melalui robekan anulus
fibrosus keluar ke arah belakang/dorsal menekan medulla
spinalis atau mengarah ke dorsolateral menekan saraf
spinalis sehingga menimbulkan gangguan. Hernia Nukleus
Pulposus (HNP) paling sering terjadi pada pria dewasa,
dengan insiden puncak pada dekade ke-4 dan ke-5.
Kelainan ini lebih banyak terjadi pada individu dengan
pekerjaan yang banyak membungkuk dan mengangkat.5
 Spondilitis ankilosa. Biasanya dimulai dari sendi
sakroiliaka, lalu menjalar ke atas daerah leher. Gejala
permulaan bersifat ringan, sering hanya berupa kaku.
Keluhan terutama dirasakan pada waktu pagi bangun tidur,
membaik setelah melakukan pergerakan.5
 LBP neurogenik. Neoplasma, Arakhnoiditis, Stenosis
kanal.5

Nyeri merupakan fenomena yang tidak menyenangkan yang


kompleks yang terdiri dari pengalaman sensorik yang meliputi waktu,
ruang, intensitas, emosi, kognisi, dan motivasi. Yang berasal jaringan
yang rusak atau potensial. Dapat dialami oleh setiap individu; tidak
memadai untuk didefinisikan, diidentifikasi, atau diukur oleh
pengamat.25
Nyeri punggung bawah/ Low Back Pain (LBP) adalah nyeri
yang dirasakan di daerah punggung bawah, diantara sudut iga paling
bawah sampai sakrum. Nyeri yang berasal dari daerah punggung
bawah dapat dirujuk ke daerah lain atau sebaliknya nyeri yang berasal
dari daerah lain dirasakan di daerah punggung bawah (referred pain).
LBP merupakan jenis nyeri yang sering dijumpai.4 Punggung bawah
umumnya didefinisikan sebagai daerah antara bagian bawah tulang
rusuk dan lipatan pantat. Beberapa orang dengan LBP non-spesifik
juga Mungkin merasa nyeri pada bagian atas kaki mereka tapi nyeri
punggung bawah biasanya mendominasi. Jika diklasifikasikan maka
dapat dibagi sebagai :9

c. Nyeri Rujukan
1. Nyeri rujukan somatis
Iritasi serabut-serabut sensoris dipermukaan dapat dirasakan
lebih dalam pada dermatom yang bersangkutan. Sebaliknya
iritasi di bagian-bagian dalam dapat dirasakan di bagian lebih
superfisial.5,10
2. Nyeri rujukan viserosomatis
Adanya gangguan pada alat-alat retroperitoneum, intraabdomen
atau dalam ruangan panggul dapat dirasakan di daerah
pinggang.5,10
d. Nyeri Psikogenik
Rasa nyeri yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi
saraf dan dermatom dengan reaksi wajah yang sering berlebihan.
Nyeri punggung bawah berdasarkan sumber:
1. Nyeri punggung bawah Spondilogenik
Nyeri yang disebabkan karena kelainan vertebra, sendi, dan
jaringan lunaknya. Antara lain spondylosis, osteoma,
osteoporosis, dan nyeri punggung miofasial.
2. Nyeri punggung bawah Viserogenik
Nyeri yang disebabkan karena kelainan pada organ dalam,
misalnya kelainan ginjal, kelainan ginekologi, dan tumor
retroperitoneal.
3. Nyeri punggung bawah vaskulogenik
Nyeri yang disebabkan karena kelainan pembuluh darah,
misalnya aneurisma, dan gangguan peredaran darah.
4. Nyeri punggung bawah Psikogenik
Nyeri yang disebabkan karena gangguan psikis seperti
neurosis, ansietas dan depresi. Nyeri ini tidak menghasilkan
definisi yang jelas, juga tidak menimbulkan gangguan anatomi
dari akar saraf atau saraf tepi. Nyeri ini superficial tetapi dapat
juga dirasakan pada bagian dalam secara nyata atau tidak
nyata, radikuler maupun non radikuler, berat atau ringan. Lama
keluhan tidak mempunyai pola yang jelas, dapat dirasakan
sebentar ataupun bertahun-tahun.5,10

International Association for the Study of Pain (IASP), 2010,


mengklasifikasikan yang termasuk dalam low back pain terdiri dari :
 Lumbar Spinal Pain
nyeri di daerah yang dibatasi Superior oleh garis transversal imajiner
yang melalui ujung prosesus spinosus dari vertebra thorakal terakhir,
inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung prosesus
spinosus dari vertebra sakralis pertama dan lateral oleh garis vertikal
tangensial terhadap batas lateral spina lumbalis.
 Sacral Spinal Pain
nyeri di daerah yang dibatasi superior oleh garis transversal
imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus vertebra sakralis
pertama, inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui sendi
sakrokoksigeal posterior dan lateral oleh garis imajiner melalui spina
iliaka superior posterior dan inferior.
 Lumbosacral Pain
nyeri di daerah 1/3 bawah daerah lumbar spinal pain dan 1/3 atas
daerah sacral spinal pain. Lumbosacral Pain.

2.4 Faktor resiko


Faktor risiko terjadinya Low Back Pain antara lain adalah:
 Usia
Usia merupakan salah satu faktor yang memperberat terjadinya
Low Back Pain (LBP), sehingga penyakit ini biasanya diderita oleh
orang berusia lanjut karena penurunan fungsi-fungsi tubuhnya
terutama fungsi tulang sehingga tidak lagi elastis seperti pada waktu
muda.
 Indeks Masa Tubuh (IMT)
Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih risiko
timbulnya nyeri pinggang lebih besar, karena beban pada sendi akan
meningkat seiring bertambahnya berat badan, sehingga dapat
menimbulkan terjadinya nyeri pinggang
 Riwayat Cedera Punggung Sebelumnya
Seseorang yang pernah mengalami cedera/trauma sebelumnya
beresiko untuk mengalami LBP dikarenakan faktor kekambuhan atau
karena cedera tersebut berlangsung kronis.
 Pekerjaan
Faktor risiko di tempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan
otot rangka terutama adalah kerja fisik berat, penanganan dan cara
pengangkatan barang, gerakan berulang, posisi atau sikap tubuh
selama bekerja, getaran, dan kerja statis.
 Posisi Tubuh
Posisi lumbar yang berisiko menyebabkan terjadinya Low Back
Pain ialah fleksi ke depan, rotasi, dan mengangkat beban yang berat
dengan tangan yang terbentang.
 Aktivitas / Olahraga
Kebiasaan seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat
beban pada posisi yang salah dapat menyebabkan nyeri pinggang.
Posisi berdiri yang salah yaitu berdiri dengan membungkuk atau
menekuk ke muka. Posisi tidur yang salah seperti tidur pada kasur
yang tidak menopang spinal. Posisi mengangkat beban dari posisi
berdiri langsung membungkuk mengambil beban merupakan posisi
yang salah, seharusnya beban tersebut diangkat setelah jongkok
terlebih dahulu.
 Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang sama terhadap
keluhan Low Back Painsampai umur 60 tahun. Pada wanita keluhan
ini lebih sering terjadi misalnya pada saat mengalami siklus
menstruasi, selain itu proses menopause juga dapat menyebabkan
kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen
sehingga memungkinkan terjadinya LBP.
 Faktor Psikososial
Berbagai faktor psikologis dan sosial dapat meningkatkan risiko
LBP. Kecemasan, stress, depresi, ketidakpuasan kerja, tanggung
jawab, stress di tempat kerja dapat menempatkan orang-orang pada
peningkatan risiko LBP kronis.
 Merokok
Kebiasaan merokok akan dapat menurunkan kapasitas paru-paru
yang diakibatkan adanya kandungan karbon monoksida sehingga
kemampuan untuk mengkonsumsi oksigen menurun dan sebagai
akibatnya tingkat kesegaran menurun. Jika melakukan tugas yang
menuntut pengerahan tenaga maka akan mudah lelah karena
kandungan oksigen dalam darah rendah, pembakaran karbohidrat
terhambat, terjadi penumpukan asam laktat, dan akhirnya timbul nyeri
otot.
2.5 Patofisiologi
Struktur-struktur jaringan yang sering terlibat dalam nyeri punggung
bawah atau low back pain antara lain otot, tendon, diskus, ligamen dan
sendi pada vertebra lumbal sehingga struktur tersebut sering mengalami
inflamasi atau cidera pada kondisi dibawah tekanan mekanik atau
gerakan. Komponen struktural vertebra sangat sensitive dan responsive
terhadap stimuli nociceptive dalam hal ini nyeri seperti pada peregangan
ligamen, otot, fascia atau kapsul sendi secara terus menerus yang
dipengaruhi oleh beban mekanik baik secara statis maupun dinamis. Nyeri
terjadi jika saraf sensoris perifer, yang disebut nociseptor terpicu oleh
rangsang mekanik kimiawi maupun thermal maka impuls nyeri akan
dihantarkan ke serabut-serabut afferen cabang spinal, dari medula
spinalis impuls diteruskan ke otak melalui traktus spinotalamikus kolateral.
Selanjutnya akan memberikan respon terhadap impuls saraf tersebut.
Respon tersebut berupa upaya untuk menghambat atau mensupresi nyeri
dengan pengeluaran substansi peptide endogen yang mempunyai sifat
analgesik yaitu endorphin. Disamping itu impuls nyeri yang mencapai
medulla spinalis, akan memicu respon reflek spinal segmental yang
menyebabkan spasme otot dan vasokonstriksi. Spasme otot yang terjadi
disini adalah merupakan suatu mekanisme proteksi, karena adanya
spasme otot akan membatasi gerakan sehingga dapat mencegah
kerusakan lebih berat, namun dengan adanya spasme otot, juga terjadi
vasokonstriksi pembuluh darah yang menyebabkan ischemia dan
sekaligus menjadi titik picu terjadinya nyeri.11
Penyebab nyeri lainnya adalah ischemia, dimana ischemia dapat
menyebabkan akumulasi asam laktat dengan jumlah yang besar di dalam
jaringan, yang terbentuk sebagai konsekuensi dari metabolisme
anaerobik. Kemungkinan juga adalah keterlibatan unsur-unsur kimiawi
lainnya seperti bradykinin dan enzim proteolytic yang terbentuk di dalam
jaringan karena adanya kerusakan sel. Keterlibatan ke dua enzim dan
akumulasi asam laktat di dalam jaringan dapat merangsang ujung-ujung
saraf nyeri (reseptor nyeri). Di samping itu, muscle spasm juga penyebab
umum dari nyeri. Nyeri dapat berasal dari efek langsung dari muscle
spasm yang merangsang reseptor nyeri mechanosensitive, 17 tetapi dapat
juga berasal dari efek tidak langsung dari muscle spasm yang
mengompresi pembuluh darah sehingga menyebabkan ischemia. Hal ini
akan menciptakan pelepasan substance kimiawi penyebab nyeri. Adanya
spasme otot menyebabkan ketidakseimbangan otot abdominal dan
paravertebrae, maka akan membatasi mobilitas lumbal terutama untuk
gerakan membungkuk(fleksi) dan memutar(rotasi). Nyeri dan spasme otot
seringkali membuat individu takut menggunakan otot-otot punggungnya
untuk melakukan gerakan lumbal, selanjutnya akan menyebabkan
perubahan fisiologi pada otot tersebut yaitu berkurangnya massa otot dan
penurunan kekuatan otot, akhirnya menimbulkan gangguan aktivitas
fungsionalnya.12
Penyebab Spasme atau tightness merupakan manifestasi dari reflex
muscle guarding sebagai respon terhadap adanya stimulus nyeri. Muscle
spasm juga dapat terjadi sebagai respon terhadap perubahan sirkulasi
dan metabolik lokal yang terjadi ketika otot dalam keadaan kontraksi yang
terus menerus. Nyeri juga merupakan hasil dari adanya perubahan
lingkungan sirkulasi dan metabolik.13
Pada kondisi low back pain, jaringan lunak yang sering mengalami
muscle spasm adalah otot paravertebralis lumbal. Nyeri yang berasal dari
mechanical spine disebabkan oleh deformasi mekanikal dari jaringan yang
terganggu secara struktural, di mana sebagian besar disfungsi terjadi
pada komponen artikular tetapi keterlibatan struktur kontraktil tidak dapat
diabaikan. Keadaan ini akan menyebabkan muscle
tension(spasme/tightness), scarring, adherence (perlengketan),
pemendekan adaptif atau kontraktur otot, atau perbaikan yang tidak
sempurna.13

2.6 Manifestasi Klinis


Penderita LBP memiliki keluhan yang beragam tergantung dari
patofisiologi, perubahan kimia atau biomekanik dalam diskus
intervertebralis, dan umumnya mereka mengalami nyeri. Nyeri miofasial
khas ditandai dengan nyeri dan nyeri tekan pada daerah yang
bersangkutan (trigger points), kehilangan ruang gerak kelompok otot yang
tersangkut (loss of range of motion) dan nyeri radikuler yang terbatas
pada saraf tepi. Keluhan nyeri sendiri sering hilang bila kelompok otot
tersebut diregangkan.10
Berdasarakan pemeriksaan yang cermat, LBP dapat dikategorikan
ke dalam kelompok :
A. Simple Back Pain (LBP sederhana) dengan karakteristik :
1. Adanya nyeri pada daerah lumbal atau lumbosacral tanpa
penjalaran atau keterlibatan neurologis.
2. Nyeri mekanik, derajat nyeri bervariasi setiap waktu, dan
tergantung dari aktivitas fisik.
3. Kondisi kesehatan pasien secara umum adalah baik.
B. LBP dengan keterlibatan neurologis, dibuktikan dengan adanya 1
atau lebih tanda atau gejala yang mengindikasikan adanya
keterlibatan neurologis .
 Gejala : nyeri menjalar ke lutut, tungkai, kaki ataupun adanya
rasa baal di daerah nyeri.
 Tanda : adanya tanda iritasi radikular, gangguan motorik
maupun sensorik/refleks.
C. Red flag a LBP dengan kecurigaan mengenai adanya cedera atau
kondisi patologis yang berat pada spinal. Karakteristik umum :
 Trauma fisik berat seperti jatuh dari ketinggian ataupun
kecelakaan kendaraan bermotor.
 Nyeri non mekanik yang konstan dan progresif.
 Ditemukan nyeri abdomen dan atau thoracal.
 Nyeri hebat pada malam hari yang tidak membaik dengan
posisi terlentang.14

2.7 Diagnosa
Pendekatan diagnosis dimulai dengan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang.
A. Anamnesis
Dalam anamnesis perlu ditanyakan kapan dan bagaimana mulai
timbulnya, lokasi nyeri, sifat nyeri, kualitas nyeri, apakah nyeri yang
diderita diawali dengan kegiatan fisik, faktor yang memperberat atau
memperingan, ada riwayat trauma sebelumnya dan apakah ada keluarga
penderita penyakit yang sama. Adanya riwayat mengangkat beban yang
berat dengan sikap tubuh yang salah dan berulangkali, kegiatan fisik atau
olahraga yang tidak biasa. Sifat nyeri yang tajam, menusuk dan
berdenyut, seringkali bersumber dari sendi, tulang dan ligamen.
Sedangkan rasa pegal, biasanya berasal dari otot. Nyeri yang disertai
dengan penjalaran ke arah tungkai menunjukkan adanya keterlibatan
radiks saraf. Sedangkan nyeri yang berpindah-pindah dan tidak wajar,
sangat mungkin merupakan nyeri psikogenik. Harus pula diperhatikan
adanya gangguan miksi dan defekasi untuk mengetahui gangguan pada
radiks saraf. Hal lain yang perlu diketahui adalah adanya demam selama
beberapa waktu terakhir untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi,
misalnya spondilitis. Riwayat penyakit terdahulu dan riwayat pekerjaan
harus diketahui untuk mempertajam penegakan diagnosis.16,17
B. Pemeriksaan fisik :
1. Inspeksi
Perhatikan cara berjalan, berdiri, duduk. Inspeksi daerah
punggung perhatikan lurus tidaknya tulang belakang, lordosis,
kifosis, gibus, deformitas, ada tidak jalur spasme otot
paravertebral.15
2. Palpasi
Palpasi sepanjang kolumna vertebralis ada tidaknya nyeri
tekan pada salah satu prosessus spinosus, atau gibus/deformitas
kecil dapat teraba pada palpasi atau adanya spasme otot
paravertebral.15
3. Pemeriksaan Neurologik
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah
kasus nyeri punggung bawah adalah benar karena adanya
gangguan saraf atau karena sebab yang lain. 15
4. Pemeriksaan Motorik
Apakah ada kelumpuhan, atrofi fasikulasi. Jika ada
kelumpuhan segmen mana yang terganggu.15
C. Tes-tes Provokasi:
1. Tes Laseque
Tungkai difleksikan pada sendi coxae sedangkan sendi lutut
tetap lurus. Saraf ischiadiscus akan tertarik. Bila nyeri punggung
dikarenakan iritasi pada saraf ini maka nyeri akan dirasakan pada
sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari pantat sampai ujung
kaki.16

Gambar 2.7 Tes Laseque16


2. Tes Patrick
Pada tes ini pasien berbaring, tumit dari salah satu kaki
diletakkan pada sendi lutut tungkai yang lain. Setelah itu dilakukan
penekanan pada sendi lutut hingga terjadi rotasi keluar. Bila timbul
rasa nyeri, maka hal ini berarti ada suatu sebab yang non
neurologik misalnya coxitis. Tes ini dilakukan pada kedua kaki. 17

17
Gambar 2.8 Tes Patrick
3. Tes Kontra Patrick
Tes kontra Patrick dilakukan saat pasien tidur terlentang,
sama halnya dengan melakukan tes Patrick akan tetapi kaki
dirotasi kedalam (internal). Tangan pemeriksa memegang
pergelangan kaki dan bagian lateral dari lutut. Setelah itu lakukan
penekanan pada sendi lutut ke rotasi dalam. Apabila nyeri timbul
(+) menunjukkan sumber nyeri di sacroiliaka.18

28
Gambar 2.9 Tes Kontra Patrick.18
4. Tes Bragard
Modifikasi yang lebih sensitif dari tes Laseque. Caranya
sama seperti tes Laseque dengan ditambah dorso fleksi kaki. Bila
nyeri punggung dikarenakan iritasi pada saraf ini maka nyeri akan
dirasakan pada sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari pantat
sampai ujung kaki.19

Gambar 2.10 Tes Bragard.19


5. Tes Sicard
Sama seperti tes Laseque namun ditambah dorsofleksi dari
ibu jari kaki. Bila nyeri punggung dikarenakan iritasi pada saraf ini
maka nyeri akan dirasakan pada sepanjang perjalanan saraf ini,
mulai dari pantat sampai ujung kaki.19
6. Femoral Nerve Stretch Test (FNST)
Tes ini bertujuan untuk menilai iritasi pada saraf femoralis
(dibentuk oleh radiks L2, L3, dan L4) dengan cara pasien berbaring
miring pada sisi yang tidak sakit dengan sendi paha dan sendi
lutut yang sakit sedikit fleksi, pinggang dan punggung lurus dan
kepala difleksikan. Secara perlahan-lahan fleksi lutut ditambah
dan sendi paha diekstensikan. Tes positif bila terasa nyeri yang
menjalar sepanjang permukaan paha bagian anterior. 20

29
Gambar 2.11. Femoral Nerve Stretch Test (FNST).20
7. Tes Valsava
Tes ini mengakibatkan naiknya tekanan intratekal sehingga
muncul nyeri radikuler. Pasien diminta mengejan dan menahan
napas kemudian dinilai apakah ada nyeri atau tidak. 21

Gambar 2.12. Tes Valsava.21


D. PemeriksaanPenunjang
Beberapa macam metode diagnostik yang dapat dipakai untuk
memastikan penyebab low back pain.
1. Foto polos
Pada pasien dengan keluhan nyeri punggung bawah, dianjurkan
berdiri saat pemeriksaan dilakukan dengan posisi antero posterior,
lateral dan oblique. Gambaran radiologis yang sering terlihat normal
atau kadang-kadang dijumpai penyempitan ruang diskus
intervertebral, osteofit pada sendi facet, penumpukan kalsium pada
vertebra, pergeseran korpus vertebra (spondilolistesis), dan infiltrasi
tulang oleh tumor. Penyempitan ruangan intervertebral terlihat
bersamaan dengan suatu posisi yang tegang, melurus dan suatu
skoliosis akibat spasme otot para vertebral.
2. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
MRI digunakan untuk melihat defek intra dan ekstradural serta
melihat jaringan lunak. Pada pemeriksaan dengan MRI bertujuan
untuk melihat vertebra dan level neurologis yang belum jelas,
kecurigaan kelainan patologis pada medulla spinalis atau jaringan
lunak, menentukan kemungkinan herniasi diskus pada kasus post
operasi, kecurigaan karena infeksi atau neoplasma.
3. CT-Mielografi
CT-mielografi merupakan alat diagnostik yang sangat berharga untuk
diagnosis LBP untuk menentukan lokalisasi lesi pre-operatif dan
menentukan adanya sekuester diskus yang lepas dan mengeksklusi
suatu tumor.10,15,22

2.8 Tata laksana


Untuk mengatasi nyeri punggung bawah bervariasi, dimulai dengan
edukasi dan konseling tentang masalah untuk meringankan kegelisahan
pasien sehingga sampai tahap resolve. Tujuan penatalaksanaan LBP
pada prinsipnya adalah untuk menghilangkan nyeri,mengembalikan
aktivitas dan gerakan pada fungsi sebelumnya dan mencegah untuk
kambuh.
A. Bed Rest
Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama
beberapa hari dengan sikap tertentu. Tempat tidur tidak boleh
memakai pegas atau per. Tirah baring ini sangat bermanfaat untuk
nyeri punggung mekanik akut, fraktur, dan HNP.
B. Medikamentosa
Ada 2 jenis obat dalam tatalaksana LBP ini, ialah obat yang
bersifat simtomatik dan bersifat kausal. Obat-obatan simtomatik
antara lain analgetika (salisilat, parasetamol, dll), kortikosteroid
(prednison, prednisolon), anti inflamasi non-steroid (AINS) misalnya
piroksikam, antidepresan trisiklik (secara sentral) misalnya
aminiptrilin, dan obat penenang minor misalnya diazepam,
klordiasepoksid.
 Salisilat Merupakan analgetik yang paling tua, selain khasiat
analgetik juga mempunyai khasiat antipiretik, antiinflamasi dan
antitrombotik. Contohnya aspirin.
- Dosis aspirin : analagetik 600-900, diberikan 4x sehari
- Dosis aspirin : antiinflamasi 750-1500 mg diberikan 4x
sehari.
- Kontraindikasi : tukak lambung, resiko terjadi perdarahan,
gangguan faal ginjal dan hipersensitif.
 Paracetamol Merupkan analgetik-antipiretik yang paling aman
untuk menghilangkan rasa nyeri tanpa disertai inflamasi 17.
 Dosis terapi : 600-900 diberikan 4x sehari
 Obat-obat kausal misalnya anti tuberkulosis, antibiotika untuk
spondilitis piogenik, nukleolisis misalnya khimopapain,
kolangenase (untuk HNP).
C. Fisioterapi
 Biasanya dalam bentuk diatermi (pemanasan dengan
jangkauan permukaan yang lebih dalam) misalnya pada HNP,
trauma mekanik akut, serta traksi pelvis misalnya untuk
relaksasi otot dan mengurangi lordosis.
 Bentuk paling umum terapi fisik meliputi:
1. Terapi Fisik Pasif (Modalitas)
Meliputi alat yang diberikan kepada pasien, seperti
penggunaan pemanas, ice pack, dan stimulasi elektrik.
Sebagai contoh: heating pad dapat digunakan untuk
menghangatkan otot sebelum melakukan latihan atau
peregangan, dan ice pack dapat digunakan setelah
meringankan otot dan jaringan lunak. Terapi fisik pasif
meliputi:
 Terapi panas dan dingin
Pemanas dan es adalah modalitas yang paling
umum dan mudah tersedia. Setiap tipe terapi
membantu mengurangi spasme otot dan inflamasi.
Beberapa pasien merasa nyerinya semakin ringan
dengan terapi panas dengan heat pack dan lainnya
dengan terapi dingin dengan pijat es. Biasanya terapi
diakukan 10-20 menit sekali tiap 2 jam, dan lebih
berguna pada fase awal episode nyeri.
 Elektrostimulus
o Acupunture
Menggunakan jarum untuk memproduksi
rangsangan yang ringan.
o Ultrasound
Adalah bentuk pemanasan dalam yang
menggunakan gelombang suara ke kulit dan
penetrasi ke jaringan lunak. Berguna meringankan
nyeri episode akut dan meningkatkan penyembuhan
jaringan.
o Radiofrequency Lesioning Dengan menggunakan
impuls listrik untuk merangsang saraf :
 Spinal endoscopy
Dengan memasukkan endoskopi pada
kanalis spinalis untuk memindahkan atau
menghilangkan jaringan scar.
 Percutaneous Electrical Nerve Stimulation
(PENS)
 Elektro thermal disc decompresion.
 Trans Cutaneous Electrical Nerve Stimulation
(TENS).
Sebuah unit Transcutaneous Electrical Nerve
Stimulator, menggunakan stimulasi elektrik
untuk memodulasi sensasi Low Back
Paindengan mengutamakan sinyal nyeri yang
dikirim ke otak.
 Traction Helaan atau tarikan pada punggung untuk
kontraksi otot.
 Pemijatan atau massage Dengan terapi ini bisa
menghangatkan, merefleksikan otot belakang dan
melancarka peredaran darah.
2. Terapi fisik aktif
Fokus pada latihan dan peregangan spesifik. Untuk
terapi LBP tersering, terapi fisik aktif adalah fokus program
terapi fisik. Terapi fisik aktif meliputi:
- William Flexion Exercise
William Flexion Exercise banyak ditujukan pada
pasien-pasien kronik LBP dengan kondisi degenerasi
corpus vertebra sampai pada degenerasi diskus. Program
latihan ini telah berkembang dan banyak ditujukan pd laki-
laki dibawah usia 50-an & wanita dibawah usia 40-an yang
mengalami lordosis lumbal yang berlebihan, penurunan
space diskus antara segmen lumbal & gejala-gejala kronik
LBP. William flexion exercise telah menjadi dasar dalam
manajemen nyeri pinggang bawah selama beberapa tahun
untuk mengobati beragam problem nyeri pinggang bawah
berdasarkan temuan diagnosis. Dalam beberapa kasus,
program latihan ini digunakan ketika penyebab gangguan
berasal dari facet joint (kapsul-ligamen), otot, serta
degenerasi corpus dan diskus .
Tujuan dari William Flexion Exercise adalah untuk
mengurangi nyeri, memberikan stabilitas lower trunk
melalui perkembangan secara aktif pada otot abdominal,
gluteus maximus, dan hamstring, untuk menigkatkan
fleksibilitas atau elastisitas pada group otot fleksor hip dan
lower back (sacrospinalis), serta untuk mengembalikan
/atau menyempurnakan keseimbangan kerja antara group
otot postural fleksor & ekstensor. Selain itu juga
meningkatkan kekuatan otot abdominal dan lumbosacral
serta mengulur back ekstensor.
Indikasi dari William Flexion Exercise adalah
spondylosis, spondyloarthrosis, dan disfungsi sendi facet
yang menyebabkan nyeri pinggang bawah. Kontraindikasi
dari William Flexion Exercise adalah gangguan pada
diskus seperti disc. bulging, herniasi diskus, atau protrusi
diskus.

Gambar 2. 13 William’sFlexion Exercise


D. Terapi Operatif
Terapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan konservatif tidak
memberikan hasil yang nyata, atau terhadap kasus fraktur yang langsung
mengakibatkan defisit neurologik, yang dapat diketahui adalah gangguan
fungsi otonom dan paraplegia.
 Foraminotomy : Merupakan operasi untuk memindahkan atau
membersihkan atau memperbesar lubang pada tulang (foramen)
dimana serabut saraf keluar dari kanalis spinalis. Bagian kecil dari
tulang sepanjang serabut saraf dipindahkan melalui celah sempit,
yang memungkinkan ahli bedah untuk memotong jalur hambatan
dan memperbaiki tekanan dari serabut saraf.
 Intra Discal Electrothermal Therapy (IDET). Menggunakan terapi
energi panas untuk mengobati nyeri akibat penonjolan diskus
spinalis atau kerusakan diskus spinalis. Jarum khusus dimasukkan
melalui kateter ke dalam diskus dan dipanaskan hingga temperatur
yang tinggi selama lebih dari 20 menit.
E. Rehabilitasi
Rehabilitasi mempunyai makna yang luas apabila ditinjau dari segi
pelaksanaanya. Tujuannya adalah mengupayakan agar penderita dapat
segera bekerja seperti semula dan tidak timbul NPB lagi kemudian hari.
Agar penderita tidak menggantungkan diri pada orang lain dalam
melakukan kegiatan sehari-hari. Agar penderita tidak mengalami
komplikasi yang membahayakan penderita, misalnya pneumonia,
osteoporosis, infeksi saluran kencing, dan sebagainya. 23,24

2.9 Pencegahan
Cara yang paling efektif untuk mencegah nyeri punggung bawah
adalah dengan olahraga secara teratur. Latihan aerobic dan olahraga
untuk meregangkan dan mengencangkan otot sangat membantu. Aerobik,
berenang, dan berjalan, memperbaiki kebugaran tubuh secara
menyeluruh dan juga memperkuat otot-otot. Latihan tertentu dapat
meregangkan dan memperkuat otot-otot perut, bokong, dan punggung
sehingga dapat menstabilkan tulang punggung. Pada beberapa orang,
latihan peregangan dapat menambah nyeri punggung, untuk itu latihan
perlu dilakukan secara hati-hati. Secara umum, olahraga yang
menimbulkan atau menambah nyeri harus dihentikan.

2.10 Edukasi
 Waktu berdiri
- Bila berdiri dalam waktu lama, selingi dengan periode
duduk sebentar.
- Bila mengambil sesuatu di tanah, jangan membungkuk,
tetapi menekuk lutut terlebih dahulu.
- Waktu berjalan, berjalan dengan posisi tegak rileks dan
jangan tergesa-gesa
 Waktu duduk
 Kursi jangan terlalu tinggi sehingga bila duduk, kaki
dapat sepenuhnya merapat ke lantai.
 Bila duduk seluruh punggung menempel atau
bersandar pada kursi.
 Waktu tidur
- Tidur dengan punggung mendatar, alas tidur sebaiknya
yang keras
 Waktu bangun tidur
Saat akan bangun tidur dengan cara melipat kedua kaki
terlebih dahulu, kemudian badan dimiringkan dan kedua kak
terlebih dahulu turun dari tempat tidur kemudian diikuti
badan.

Gambar 2. 14Pencegahan Low Back Pain


BAB III
KESIMPULA
N

Low Back Pain (LBP) merupakan keluhan yang sering dijumpai.


LBP adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah, dapat
berupa nyeri lokal maupun nyeri radikular atau keduanya.
Etiologi Low Back Painbermacam-macam, yang paling banyak
adalah penyebab sistem neuromuskuloskeletal. Disamping itu, LBP dapat
merupakan nyeri alih dari gangguan sistem gastrointestinal, system
genitourinaria atau sistem kardiovaskuler.
Faktor resiko yang dapat mempengaruhi Low back pain bias dilihat
dengan adanya “Red Flags” untuk low back pain akut dan “yellow Flags”
untuk low back pain kronis. Sebagian besar pasien dapat diatasi secara
efektif dengan kombinasi dari pemberian informasi, saran, analgesia, dan
jaminan yang tepat.
Tujuan penatalaksanaan LBP pada prinsipnya adalah untuk
menghilangkan nyeri,mengembalikan aktivitas dan gerakan pada fungsi
sebelumnya dan mencegah untuk kambuh, meliputi :
 Terapi medikamentosa
 Terapi Fisik
 Terapi Operatif
 Rehabilitasi
DAFTAR PUSTAKA
1. Sarwili I. Hubungan beban kerja perawat terhadap angka kejadian
LBP (Low Back Pain). [Journal] 2015 ;5:25-33.
2. Kalangi P, Angliadi E, Gessal J. Perbandingan Kecepatan Berjalan
pada Pasien Nyeri Punggung Bawah Mekanik Subakut dan Kronik
Menggunakan Timed Up And Go Test. Ilmu Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi. Manado: FKUNSRAT. 2015; (3):143-9.
3. Patrianingrum, M., Oktaliansah, E. & Surahman, E., 2015.
Prevalensi dan Faktor Risiko Nyeri Punggung Bawah di Lingkungan
Kerja Anestesiologi Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Jurnal Anestesi Perioperatif, 3(1), pp.47–56.
4. Hansen, Tj., 2014. Netter’s Clinical Anatomy 3rd Edition,
Philadelphia: Elsevier.
5. Angliadi L.S, Sengkey L, Gessal J, Mogi Th. I. Low Back Pain. Ilmu
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Manado: FKUNSRAT. 2006:79-
90.
6. Kapanji, L.A., 1990. The Physiology of Joint volume 3., USA:
Churchill Livingstone.
7. Susilowati, dkk, 1993; Anatomi, Bagian Pertama, Pendidikan Ahli
Madya Fisioterapi Surakarta, Surakarta.
8. Priyambodo, Hanung. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi
Low Back Pain Miogenik di RSUD Boyolali. Program Studi
Fisioterapi. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2008 : 6.
9. Awaji, M., 2016. Epidemiology of Low Back Pain in Saudi Arabia.
Journal of Advances in Medical and Pharmaceutical Sciences, 6(4),
pp.1–9.
10. Elsya Adetia. Low Back Pain ec Mekanik Kronik.[Jurnal]Universitas
Diponegoro Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 2015.
11. Meliala L,Pinzon R, Patofisiologi dan Penatalaksanaan nyeri
punggung bawah, Dalam: Meliala L, Rusdi I, Gofir A, editor. Pain
Symposium: Towards Mechanism Based Treatment, Jogjakarta,
Hal. 109-116. 2004.
12. Guyton, A. C, 2007. Buku ajar fisiologi kedokteran, edisi 11, Alih
Bahasa Ken A. Tengadi. EGC. Jakarta.
13. Kisner, C dan Colby L. A. 2007. Therapeutic Exercise: Foundations
and Techniques. 5th Ed. Philadelphia: F. A. Davis Company. PP: 2
14. Kuntono, 2007. Intervensi Elektroterapi Pada Kondisi Nyeri
Muskuloskeletal.Surakarta : IFI Cabang Surakarta.
15. Huldani. Referat Nyeri Punggung. FK Universitas Lambung
Mangkurat Banjarmasin. 2012:19-24.
16. Miguel AJ. Dor lombar – como previnir. Diakses tanggal 30 April
2018. Diunduh dari: http://www.medicinageriatrica.com.br/tag/sinal-
de-lasegue
17. Anonim. Physical therapy management of hip OA. Diakses tangggal
30 April 2018. Diunduh dari:
http://morphopedics.wikidot.com/physical-therapy-management-of-
hip-oa
18. Bahar A, Wuysang D. Pemeriksaan Neurologi Lainnya.
Departement Neurologi Unhas. 2015: 23.
19. Anonim. Test bragard. Diakses tanggal tanggal 30 April 2018.
Diunduh dari : http://dottoraus.com/2009/07/test-di-bragard.html
20. The Thoracolumbar Spine. Diakses tanggal 1 Mei 2018. Diunduh
dari: https://musculoskeletalkey.com/the-thoracolumbar-spine/
21. Advanced Assesment Of Lower Extremity Injuries. Diakses tanggal
1 Mei 2018. Diunduh dari:https://www.slideshare.net/JLS10/kin19-
ach1-lumbar-thoracic-evaluation
22. Yasin M, Komang A, Sustini, Andreani S, Fatchur Rochman F.
Hubunganantara Karakteristik, Antropometrik, Kebiasaan, Status
Psikososial, dan Gambaran Radiografis Responden dengan
Kejadian Spondylogenic Low Back Pain. Diakses tanggal tanggal 1
Mei 2018. Diunduh dari
: http://journal.unair.ac.id/downloadfullpapersHubungan%20antara
%
20Karakteristik.pdf.
23. Soeroso J. Diagnosis dan Penatalaksanaan Nyeri Pinggang. In :
Workshop Physical Diagnosis and Treatment Option Of Low Back
Pain. Kalim H, Handono S, Suryana P, editors. Surabaya, 2011. 4.
24. Nuartha AA. Beberapa Segi Klinik dan Penatalaksanaan Nyeri
Pinggang Bawah. Denpasar, 2010.
25. PERDOSSI. Konsensus Nasional 1 Kelompok Studi Nyeri.
Surabaya: Airlangga University Press; 2011: 29-33. Diakses
tanggal 26 Januari 2020. Diunduh dari :
http://www.yankes.kemkes.go.id/read-low-back-pain-lbp-5012.html

Anda mungkin juga menyukai