Disusun Oleh :
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan
rahmat beserta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Aplikasi Infra Red Radiating, Muscle Release dan Terapi Latihan
pada Kondisi Low Back Pain e.c Spondylosis”. Makalah ini disusun guna
memenuhi salah satu tugas Praktik Komprehensif Fisioterapi.
Tidak lupa penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan dan pembuatan makalah
ini. Semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah
SWT.
Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari segi
isi maupun sistematika. Oleh karena itu, penulis sangat berterima kasih apabila
ada kritik dan saran untuk perbaikan dan kesalahan makalah ini.
Harapan penulis, semoga makalah ini bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya dalam upaya peningkatan wawasan wacana kesehatan.
Akhir kata penulis hanya dapat mengucapkan terimakasih dan semoga
Allah selalu melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua. Aamiin.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
kelompok . Maka dari itu, penulis tertarik untuk menulis makalah dengan
judul “Aplikasi Infra Red Radiating, Muscle Release dan Terapi Latihan
pada kondisi Low Back Pain e.c Spondylosis”
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Definisi
Low Back Pain (LBP) merupakan suatu gejala berupa nyeri dibagian
pinggang yang dapat menjalar ke tungkai kanan atau kiri. Nyeri ini terasa di
antara sudut iga terbawah dan lipat bokong bawah yaitu didaerah lumbal atau
lumbosakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai.
Nyeri yang berasal dari daerah punggung bawah dapat dirujuk ke daerah lain
atau sebaliknya nyeri yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah
punggung bawah.
Spondylosis lumbal merupakan penyakit degenerative pada corpus
vertebra atau diskus intervertebralis. Kondisi ini lebih banyak menyerang
pada wanita. Faktor pencetus low back pain spondylosis lumbal adalah usia,
obesitas, duduk dalam waktu yang lama dan kebiasaan postur yang jelek. Pada
faktor usia menunjukkan bahwa kondisi ini banyak dialami oleh orang yang
berusia 40 tahun keatas. Faktor obesitas juga berperan dalam menyebabkan
perkembangan spondylosis lumbal. Spondylosis lumbal merupakan kelompok
kondisi osteoarthritis yang menyebabkan perubahan degenerative pada
intervertebral joint dan apophyseal joint (Pasha, 2017).
3
2.1.2 Anatomi Dan Fisiologi
Tulang belakang manusia (vertebra) merupakan salah satu struktur
penopang tubuh yang tersusun dari 33 ruas vertebra, yaitu: 7 ruas vertebra
cervikalis, 12 ruas vertebra thorakalis, 5 ruas vertebra lumbalis, 5 ruas
vertebra sakralis, dan 4 ruas coccigeus yang saling menyatu.
Struktur Columna Vertebralis
Menurut Snell, Columna vertebralis merupakan penyangga utama tubuh
manusia dari cranium, gelang bahu, ekstremitas superior, dan dinding thorax,
selain itu melalui gelang panggul meneruskan berat badan ke ekstremitas
inferior. Columna vertebralisterdiri atas 33 vertebrae, yaitu 7 vertebra
cervicalis, 12 vertebra thoracicus, 5 vertebra lumbalis, 5 vertebra
sacralis (yang bersatu membentuk os sacrum), dan 4 vertebra coccygis (tiga
yang dibawah umumnya bersatu).
Struktur Vertebra Lumbal
Vertebra lumbal merupakan vertebra terpanjang dan terkuat processus
spinosusnya pendek dan dan tebal serta menonjol hampir searah garis
horizontal. Foramen intervertebralis yang relatif besar sehinga terjadinya
kompresi akar saraf akan lebih besar pula. Vertebra lumbal merupakan
kolumna vertebralis dengan beban yang paling besar dan memiliki mobilitas
yang besar dan spesifik, sehingga menuntut konsekuensi stabilitas yang besar
dan spesifik yang dibetuk secara aktif dan pasif .
Persendian Lumbal
Artikulasi antara superior dan inferior dari processus articular vertebra
yang bertumpukan disebut artikulasi intervertebralis, sendi tersebut
pergerakannya sangat sedikit dan persendian tersebut dipisahkan oleh bantalan
dari jaringan cartilage fibrosus yaitu discus intevertebralis, tipe persendian
intervertebralis termasuk amphiarthrosis yang pergerakannya sedikit. Selain
itu, terdapat persendian yang terbentuk dari penyatuan
antara pedicle dan lamina yaitu procesus artikulasi superior dan inferior
atau facet jointyang ada di setiap vertebra, procesus artikulasi superior
berartikulasi dengan procesus artikulasi inferior vertebra yang ada di atasnya,
4
begitu juga sebaliknya. Tipe persendian inigliding diarthrosis yang
pergerakannya sedikit fleksi, ekstensi, dan rotasi.
Diskus Intervertebralis
Discus intervertebralis tersusun kurang lebih 20% hingga 25% dari total
panjang kolumna vertebralis . Discus yang paling tebal terdapat di segmen
cervical antara tulang kedua dan ketiga hingga lumbal antara tulang kelima
dan sacrum, karena pada segmen ini banyak terjadinya gerakan dari kolumna
vertebralis (Snell, 2006). Fungsi dari discus ini sebagai peredam kejut atau
benturan bila beban pada kolumna vertebralis bertambah, penyangga beban,
penanahan gerakan antar tulang vertebra, untuk memisahkan antar tulang
vertebra sebagai unit funsional dari sendi facet dan memungkinkan bagian dari
akar saraf keluar dari sumsum tulang belakang melalui foramen
intervertebralis. Diskus intervertebralis terdiri dari dua bagian, bagian pinggir
yaitu anulus fibrosus, dan bagian tengah yaitu nucleus pulposus (Snell, 2006).
Stabilitas
Ligament adalah pita fibrosa atau lembaran jaringan ikat yang
menghubungkan dua atau lebih tulang, tulang rawan, atau struktur lainnya.
Satu atau lebih ligamen untuk memberikan stabilisai selama istirahat dan
gerakan yang berlebihan seperti hiper-ekstensi atau hiper-fleksi. Pada tulang
belakang terdapat beberapa ligament antara lain: (1) ligament longitudinal
anterior mempunyai ciri lebar, dan melekat kuat pada permukaan anterior dan
samping dari corpus vertebra dan discus intervertebralis; (2) ligament
longitudinal posterior bersifat lemah dan sempit, ligament ini melekat pada
sisi posterior discus; (3) ligament supraspinal berada di antara ujung-ujung
processus spinosus yang berdekatan; (4) ligament interspinal menghubungkan
processus spinosus yang berdekatan; (5) ligament intertransversaria berada di
antara processus transversus yang berdekatan; (6) ligament flavum
menghubungkan lamina dari vertebra yang berdekatan (Snell, 2006).
Otot-otot punggung dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama: (1) otot-
ototsuperficial merupakan bagian
ekstremitas superior yaitu m.trapezius, m.latissimus dorsi, m.levator
5
scapularis, dan m.rhomboideus najor dan minor; (2) otot-otot intermedia
berhubungan dengan respirasi dan terdiri atas m.serratus posterior superior,
m.serratus posterior inferior, dan m.levatores costarum; (3) otot-otot profunda
punggung membentuk kolom jaringan otot yang lebar dan tebal yang
menempati lekukan di kanan kiri processus spinosus yaitu Mm.
interspinal dan m. intertransversarii (Snell, 2006).
2.1.3 Etiologi
Menurut Pasha (2017) penyebab low back pain dibagi atas 2 bagian yaitu
low back pain mekanikal dan low back pain non-mekanikal. Low back pain
mekanikal terdiri dari lumbal strain/sprain, spondylosis lumbal, piriformis
syndrome, herniasidiskus, spinal stenosis, fraktur kompresi osteoporotik,
spondylolisthesis, fraktur traumatik, dan penyakit kongenital (skoliosis).
a. Kongenital, misalnya Faset tropismus (asimetris), kelainan vertebra misalnya
sakralisasi, lumbalisasi, dan skoliosis serta Sindrom ligamen transforamina
yang menyempitkan ruang untuk jalannya nervus spinalis hingga dapat
menyebabkan LBP.
b.Trauma dan gangguan mekanik: Trauma dan gangguan mekanik merupakan
penyebab utama LBP. Orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau
sudah lama tidak melakukannya dapat menderita LBP akut, atau melakukan
6
pekerjaan dengan sikap yang salah dalam waktu lama akan menyebabkan
LBP kronik. Hal yang sama juga bisa didapatkan pada wanita hamil, orang
gemuk, memakai sepatu dengan tumit terlalu tinggi. Trauma dapat berbentuk
lumbal strain (akut atau kronik), fraktur (korpus vertebra, prosesus
tranversus), subluksasi sendi faset (sindroma faset), atau spondilolisis dan
spondilolistesis.
c. Radang (Inflamasi), misalnya Artritis Rematoid dan Spondilitis ankilopoetika
(penyakit Marie-Strumpell)
d.Kelainan pada alat-alat visera dan retroperitoneum, pada umumnya penyakit
dalam ruang panggul dirasakan di daerah sakrum, penyakit di abdomen
bagian bawah dirasakan didaerah lumbal.
e. Perubahan postur tubuh, ketidakstabilan ligamen lumbosacral dan kelemahan
otot.
7
2.2 Problematika Fisioterapi
Pada kondisi Low Back Pain e.c Spondylosis terdapat beberapa macam
problematika yang muncul. Permasalahan yang timbul dapat di uraikan sebagai
berikut:
1. Impairment
- Adanya nyeri tekan serta nyeri gerak
- Adanya spasme otot paravertebra
- Adanya keterbatasan Lingkup Gerak Sendi
2. Functional limitation
- Pasien belum mampu berjalan jauh
- aktifitas ibadah pasien terganggu
3. Disability
Pasien belum mampu untuk melakukan aktifitas sehari-hari sebagai ibu rumah
tangga
8
BAB III
PEMBAHASAN
9
membungkuk saat sholat dan saat pasien berjalan jauh. Faktor yang
memperingan kondisi pasien adalah saat pasien istirahat. Oleh dokter,
pasien diberi obat dan dirujuk untuk melakukan terapi ke poli fisioterapi
RSI Fatimah Cilacap.
c. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU : Post Trauma 5 tahun yang lalu
d. RIWAYAT PRIBADI : Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Saat ini
pasien menjalani terapi di poli fisioterapi RSI Fatimah Cilacap.
e. RIWAYAT KELUARGA :
Hipertensi (+)
f. ANAMNESA SISTEM
1) KEPALA DAN LEHER : tidak ada keluhan
2) SISTEM KARDIOVASKULAR : tidak ada keluhan nyeri dada, tidak
ada keluhan jantung berdebar-debar
3) SISTEM RESPIRASI : tidak ada keluhan sesak nafas
4) SISTEM GASTROINSTESTINAL : BAB pasien lancar
5) SISTEM UROGENITAL : BAK pasien lancar
6) SISTEM MUSKULOSKELETAL : adanya nyeri pada punggung bawah
7) SISTEM NERVORUM : tidak ada keluhan kesemutan dan nyeri
menjalar
2. PEMERIKSAAN FISIK
a. TANDA VITAL
1) TEKANAN DARAH : 130/80 mmHg
2) DENYUT NADI : 79 kali per menit
3) FREK. PERNAFASAN : 26 kali per menit
4) TEMPERATUR : 36,5ºC
5) TINGGI BADAN :-
6) BERAT BADAN :-
b. INSPEKSI :
Statis
1. Raut wajah pasien tidak pucat dan tidak terlihat menahan
nyeri
2. Kondisi umum pasien nampak baik
3. Bahu pasien simetris, postur tubuh normal
Dinamis
1. Pasien tampak menahan rasa sakit saat bergerak dan
berjalan
10
c. PALPASI :
Adanya nyeri tekan di daerah pinggang
Sensoris normal
Tidak ada oedem di area nyeri
Adanya spasme otot paravertebra lumbal
d. PERKUSI : tidak dilakukan
e. AUSKULTASI : tidak dilakukan
f. GERAKAN DASAR
1) GERAKAN AKTIF :
Pasien mampu menggerakkan trunk secara aktif ke arah flexi dan
ekstensi , tidak full ROM, ada nyeri
Pasien mampu menggerakkan trunk secara aktif ke arah Lateral
flexi dan rotasi , full ROM, tidak ada nyeri
2) GERAKAN PASIF :
Pasien mampu di gerakkan secara pasif dan tidak full ROM
3) GERAKAN AKTIF MELAWAN TAHANAN :
- Pasien belum mampu melawan tahanan yang diberikan oleh
terapis
g. KOGNITIF, INTRA PERSONAL & INTER PERSONAL :
Kognitif : pasien mampu mengikuti intruksi terapis
Intrapersonal : pasien memiliki semangat tinggi untuk
kesembuhannya
Interpersonal : pasien mampu berkomunikasi dengan baik
dengan terapis maupun dengan keluarga
3. PEMERIKSAAN SPESIFIK
a. Tes skala nyeri dengan VDS
Nyeri diam : 1 (tidak nyeri)
Nyeri tekan : 5 (nyeri cukup berat)
Nyeri gerak :
- Ke arah flexi dan ekstensi : 4 (nyeri tidak begitu berat)
- Ke arah Lateral flexi dextra-sinistra : 1 (tidak nyeri)
11
b. Tes Lingkup Gerak Sendi dengan mitline
Posisi awal Posisi akhir Selisih
Fleksi 42 cm 36 cm 6 cm
Ekstensi 42 cm 37 cm 5 cm
Lateral flexi dekstra 54 cm 41 cm 13 cm
Lateral fleksi sinistra 55 cm 44 cm 11 cm
c. Tes spesifik
Lasseque (-)
Braggard (-)
Neri (-)
Patrick (-)
Contra Patrick (-)
++ : spasme berat
+ : spasme ringan
- : tidak spasme
B. DIAGNOSIS FISIOTERAPI
2. IMPAIRMENT :
Adanya nyeri tekan dan nyeri gerak di area punggung
Adanya keterbatasan Lingkup Gerak Sendi
Adanya spasme otot paravertebra
3. DISABILITY :
Pasien belum mampu untuk melakukan aktivitas sehari-hari
sebagai ibu rumah tangga
4. FUNCTIONAL LIMITATION :
Pasien belum mampu berjalan jauh
Aktivitas ibadah pasien terganggu.
12
C. PERENCANAAN TINDAKAN FISIOTERAPI
1. TUJUAN TERAPI
a. TUJUAN JANGKA PANJANG :
Melanjutkan program terapi jangka pendek dan meningkatkan
aktifitas fungsional pasien
b. TUJUAN JANGKA PENDEK :
Mengurangi intensitas nyeri
Meningkatkan Lingkup Gerak Sendi
Mengurangi spasme otot
2. TINDAKAN FISIOTERAPI
a. TEKNOLOGI YANG DILAKSANAKAN :
Infra Red Radiating
Muscle Release
Terapi Latihan (Pelvic Tilt)
b. TEKNOLOGI ALTERNATIF :
TENS
Ultra Sound
c. EDUKASI : pasien diberi edukasi untuk melakukan latihan seperti yang
diajarkan oleh terapis
D. PERENCANAAN EVALUASI :
Evaluasi LGS dengan mitline
Evaluasi nyeri dengan VDS
Evaluasi spasme dengan skala spasme
E. PELAKSANAAN TERAPI
1. TERAPI KE 1 – 3
a. Infra Red Radiating
Posisikan pasien dengan nyaman yaitu tidur miring diatas bed
Posisi terapis berada di samping bed pasien
Pastikan area terapi kering dan bebas dari pakaian
Nyalakan alat
Atur jarak penyinaran = 40-60 cm
Atur waktu terapi = 12 menit
Selalu pantau kondisi pasien selama terapi
Setelah selesai, matikan dan rapikan alat
b. Muscle Release
Posisi pasien tidur miring diatas bed
Posisi terapis di samping bed pasien
Lakukan palpasi pada otot penggerak trunk pasien, kemudian
lakukan muscle release pada otot yang spasme
13
Gerakan dilakukan secara perlahan
c. Terapi Latihan (Pelvic Tilt)
Posisi pasien tidur terlentang diatas bed
Posisi terapis disamping bed pasien
Sebelum memulai latihan, lakukan Breathing exercise
Instruksikan pasien untuk menekukkan kedua lututnya dengan
telapak kaki menapak di bed
Instruksikan pasien untuk menekan pinggang ke bed, tahan selama
5 detik
Lakukan sebanyak 8 kali pengulangan
Latihan diakhiri dengan breathing exercise
F. PROGNOSIS :
Quo ad sanam : baik
Quo ad vitam : baik
Quo ad cosmeticam : baik
Quo ad fungsionam : sedang
14
3) Evaluasi derajat spasme dengan skala spasme
Nama Otot Terapi 1 Terapi 2 Terapi 3
M.Quadratus Lumborum ++ + +
M.Psoas Mayor ++ ++ +
M.Obliqus Internus + + +
M.Obliqus Eksternus + + +
Keterangan :
++ : spasme berat
+ : spasme ringan
- : tidak spasme
15
3.2 Pembahasan Kasus
Permasalahan yang timbul pada kasus ini , yaitu :
Adanya nyeri tekan dan nyeri gerak di area punggung
Adanya keterbatasan Lingkup Gerak Sendi
Adanya spasme otot paravertebra
Modalitas yang digunakan untuk mengurangi nyeri adalah Infra Red. Melalui
pemanasan menggunakan IR diperoleh efek fisiologi, efek fisiologi yang
ditimbulkan dari pemberian Infra Red adalah meningkatkan proses metabolisme
pada lapisan superficial kulit sehingga pemberian oksigen dan nutrisi kepada
jaringan lebih diperbaiki, begitu juga pengeluaran sampah-sampah pembakaran,
vasodilatasi pembuluh darah kapiler dan arteriolae akan terjadi segera setelah
penyinaran. Terhadap saraf sensoris, pemanasan yang ringan mempunyai
pengaruh sedatif terhadap ujung-ujung saraf sensoris, terhadap jaringan otot,
kenaikan temperature di samping membantu terjadinya relaksasi juga akan
meningkatkan kemampuan otot untuk berkontraksi, kenaikan temperature tubuh,
mengaktifkan kerja kelenjar keringat, sehingga dapat mengurangi intensitas nyeri
dan mengurangi spasme otot (Sujatno,dkk, 2002 ).
Terapi latihan yang digunakan dalam kasus ini adalah pelvic tilt. Latihan
pelvic tilt ini berfungsi untuk menguatkan otot-otot panggul, dan area pinggang.
Kemudian modalitas yang digunakan untuk mengurangi spasme otot adalah
muscle release. Spasme otot adalah mekanisme tubuh untuk memproteksi jaringan
otot yang rusak, kerusakan ini akibat muscle injury biasanya karena terjadi
overstretch. Efek muscle release berperan untuk mengembalikan kondisi otot
akibat terjadi perlengketan atau crosslink jaringan akibat kerusakan. (Abdullah,
2015). Muscle release berperan untuk meregangkan atau memajangkan struktur
miofasia dan otot dengan tujuan melepas adhesion atau perlengketan, mengurangi
spasme, dan mengurangi nyeri.
16
BAB IV
4.1 Simpulan
Seorang pasien yang bernama Ny.S berusia 59 tahun dengan
kondisi Low Back Pain e.c Spondylosis memiliki masalah adanya nyeri
gerak dan nyeri tekan, adanya spasme otot serta adanya keterbatasan
Lingkup Gerak Sendi. Setelah mendapatkan penanganan Fisioterapis
dengan menggunakan modalitas Infra Red Radiating, Muscle Release dan
Terapi Latihan sebanyak 3 kali terapi hasilnya adanya perubahan seperti
penurunan intensitas nyeri, penurunan derajat spasme dan peningkatan
Lingkup Gerak Sendi.
4.2 Saran
Mengenai permasalahan pada pasien Low Back Pain e.c Spondylosis
sangat diperlukan kerja sama dari berbagai pihak (tim medis, keluarga
pasien, serta pasien itu sendiri) agar dapat tercapai hasil yang optimal
dalam proses penyembuhan.
1. Bagi pasien
Dalam hal ini pasien disarankan untuk tetap semangat melakukan
latihan rutin seperti yang diajarkan terapis. Kepada keluarga pasien
disarankan untuk tetap memberikan dukungan dan motivasi kepada
pasien.
2. Bagi Masyarakat
Diharapkan dalam hal ini masyarakat mengetahui apa itu Low Back
Pain e.c Spondylosis dan memahami upaya penanganannya.
17
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Muhammad S. 2015. Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Low Back
Pain Myogenic e.c. Lumbar Strain di RSUD Panembahan Senopati Bantul.
Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta
Kusumaningrum, P. 2014. Penatalaksanaan fisioterapi pada Low Back Pain
akibat Spondylosis Lumbal dan Scoliosis di RSUD dr. Moewardi. Surakarta :
Universitas Muhammadiyah Surakarta available at
http://www.eprints.ums.ac.id/32658/14/10.NASKAH%20PUBLIKASI%20
KTI.pdf accessed on 16 Juli 2018
Muttaqin, A. 2008. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
System Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Pasha, Martharina F. 2017. Penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi Low Back
Pain Spondilosis Lumbal dengan modalitas Transcutaneous Electrical
Nerve Stimulation dan William Fleksi Exercise di RSUD Bendan.
Pekalongan : Fakultas Ilmu Kedokteran UNIKAL
Raharjo, Gusti R. 2016. Penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi Spondilosis
Lumbal di RSUD Moewardi. Surakarta : Universitas Muhammadiyah
Surakarta available at :
http://www.eprints.ums.ac.id/50096/16/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
accessed on 16 Juli 2018
Rahayu, M. 2013. Low Back Pain e.c. Spondilosis. Padang : Universitas Andalas
18