Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan aspek yang sangat penting bagi kehidupan
manusia. Meskipun begitu masih banyak penyakit yang timbul di
masyarakat, seperti penyakit pernafasan. Salah satu penyakit pernafasan
yang terjadi di masyarakat adalah efusi pleura.
Efusi pleura merupakan keadaan di mana terjadinya penumpukan cairan
yang berlebih di dalam kavum pleura (Simanjuntak, 2014 dalam Iswandi,2012).
Hal ini membatasi kemampuan paru-paru dalam berkembang dan
mengempis serta karenanya manusia kesulitan untuk bernafas. Ada lapisan
tipis cairan di antara paru-paru dan dinding dada, dalam tubuh manusia.
Cairan ini sangat penting karena bertindak sebagai pelumas antara dinding
dada dan paru-paru ketika kita bernapas. Rongga atau ruang antara dinding
dada dan paru-paru, dimana cairan ini terakumulasi, disebut pleura dan
cairan tersebut dinamakan cairan pleura. Peningkatan abnormal dalam
jumlah cairan pleura menyebabkan dinding dada terpisah dari paru-paru.
Kondisi ini dikenal sebagai efusi pleura (Bram, 2014 dalam Permana, 2016).
Prevalensi efusi pleura di dunia diperkirakan sebanyak 320 kasus per
100.000 penduduk di negara-negara industri dengan penyebarannya
tergantung dari etiologi penyakit yang mendasarinya. Prevalensi efusi pleura
di Indonesia mencapai 2,7 % dari penyakit infeksi saluran napas lainnya
(Depkes RI, 2006 dalam Iswandi,2012). Insiden efusi pleura yang tinggi
terdapat pada beberapa data di rumah sakit Indonesia.
Fisioterapi berperan dalam penurunan nyeri, peningkatan ekspansi
sangkar thorax, pengurangan spasme dan pengurangan sputum pada pasien
dengan kondisi efusi pleura. Maka dari itu, penulis tertarik untuk menulis
makalah dengan judul “Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kondisi Efusi
Pleura”

1
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana pengaruh Deep Breathing Exercise dan Myofascial Release
terhadap penurunan nyeri?
b. Bagaimana pengaruh Deep Breathing Exercise , Mobilisasi sangkar
thorax dan Latihan meniup balon terhadap peningkatan ekspansi sangkar
thorax dan mengurangi sesak nafas ?
c. Bagaimana pengaruh Myofascial Release terhadap penurunan derajat
spasme ?
d. Bagaimana pengaruh Chest Therapy dan postural drainage terhadap
pengurangan sputum ?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Menjelaskan pengaruh pengaruh Deep Breathing Exercise dan
Myofascial Release terhadap penurunan nyeri
b. Menjelaskan pengaruh Deep Breathing Exercise, Mobilisasi sangkar
thorax dan Latihan meniup balon terhadap peningkatan ekspansi sangkar
thorax dan mengurangi sesak nafas
c. Menjelaskan pengaruh Myofascial Release terhadap penurunan derajat
spasme
d. Menjelaskan pengaruh Chest Therapy dan postural drainage terhadap
pengurangan sputum

1.4 Manfaat Penulisan


Dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Efusi Pleura dan
proses penatalaksanaan tindakan Fisioterapi pada kasus Efusi Pleura dengan
modalitas Deep Breathing Exercise, Mobilisasi Sangkar Thorax, Myofascial
Release, Chest Therapy dan Postural Drainage.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Definisi
Efusi pleura berasal dari dua kata, yaitu efusion yang berarti ekstravasasi
cairan kedalam jaringan atau rongga tubuh, sedangkan pleura yang berarti
membran tipis yang terdiri dari dua lapisan yaitu pleura viseralis dan pleura
parietalis. Sehingga dapat disimpulkan efusi pleura merupakan ekstravasasi
cairan yang terjadi diantara lapisan viseralis dan parientalis. Efusi pleura
dapat berupa cairan jernih, transudat, eksudat, darah, dan pus (Diane, 2000
dalam Iswandi,2012).
Efusi pleura adalah kondisi yang ditandai oleh penumpukan cairan di
antara dua lapisan pleura. Pleura merupakan membran yang memisahkan
paru-paru dengan dinding dada bagian dalam. Cairan yang diproduksi pleura
ini sebenarnya berfungsi sebagai pelumas yang membantu kelancaran
pergerakan paru-paru ketika bernapas. Namun ketika cairan tersebut
berlebihan dan menumpuk, maka bisa menimbulkan gejala-gejala tertentu
(Iswandi,2012).
Water Seal Drainage (WSD) adalah Suatu sistem drainage yang
menggunakan water seal untuk mengalirkan udara atau cairan dari cavum
pleura atau rongga pleura. Rongga pleura dalam keadaan normal berisi sekitar
10-20 ml cairan yang berfungsi sebagai pelumas agar paru-paru dapat
bergerak dengan lancar saat bernapas. Cairan yang melebihi normal akan
menimbulkan gangguan jika tidak bisa diserap oleh pembuluh darah dan
pembuluh limfe (Syahruddinet al, 2009 dalam Iswandi,2012).

2.1.2 Anatomi Dan Fisiologi


Paru-paru terletak pada rongga dada, datarannya menghadap ke tengah
rongga dada/kavum mediastinum. Pada bagian tengah itu terdapat tampuk

3
paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru
dibungkus oeh selaput selaput yang bernama pleura.

Pleura dibagi menjadi dua :


1. Pleura viseral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru yang langsung
membungkus paru-paru.
2. Pleura parietal, yaitu selaput paru yang melapisi bagian dalam dinding dada.
Berat paru-paru kanan sekitar 620 gram, sedangkan paru-paru kiri sekitar
560 gram. Masing-masing paru berbentuk kerucut. Paru kanan dibagi oleh dua
buah fisura kedalam tiga lobus atas, tengah dan bawah. Paru kiri dibagi oleh
sebuah tisuda ke dalam dua lobus atas dan bawah. Permukaan datar paru
menghadap ke tengah rongga dada atau kavum mediastinum. Pada bagian tengah
terdapat tampak paru-paru atau hillus paru-paru dibungkus oleh selaput yang tipis
disebut Pleura. Pleura merupakan membran tipis, transparan yang menutupi paru
dalam dua lapisan : Lapisan viseral, yang dekat dengan permukaan paru dan
lapisan parietal menutupi permukaan dalam dari dinding dada paru- paru yaitu:
paru-pau kanan, terdiri dari 3 lobus (belah paru), lobus pulmo dekstra superior,
lobus medialis, dan lobus inferior, tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru kiri,
terdiri dari, pulmo sinester, lobus superior, dan lobus inferior, tiap-tiap lobus
terdiri dari belahan- belahan yang lebih kecil bernama segment. Paru-paru kiri
mempunyai 10 segment yaitu: lima buah segment pada lobus superior, dua buah
segment pada lobus medialis tiga buah segmen pada lobus inferior. Kapasitas
paru-paru merupakan kesanggupan paru-paru dalam menampung udara
didalamnya.
Kapasitas paru-paru dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Kapasitas total yaitu jumlah udara yang dapat megisi paru-paru pada inspirasi
sedalam dalamnya.
2. Kapasitas vital yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi
maksimal.
Fungsi paru secara umum yaitu untuk memfasilitasi proses pertukaran
oksigen dan karbondioksida. Untuk menjalankan fungsinya dengan baik, paru-
paru dilapisi oleh pleura. Pleura merupakan kantung tertutup yang terbuat dari
membran serosa yang di dalamnya mengandung cairan serosa. Paru terinvaginasi

4
(tertekan masuk ke dalam) lapisan ini, sehingga membentuk dua lapisan penutup.
Satu bagian melekat kuat pada paru dan bagian lainnya pada dinding rongga
toraks. Bagian pleura yang melekat kuat pada paru disebut pleura viseralis dan
lapisan paru yang membatasi rongga toraks disebut pleura parietalis. Otot-otot
pernapasan merupakan sumber kekuatan untuk menghembuskan udara. Diafragma
merupakan otot utama yang ikut berperan meningkatkan volume paru. Pertukaran
udara masuk dan keluar akan menyebabkan peningkatan dan penurunan volume
rongga toraks. Pada proses tersebut, paru-paru tidak mengalami kontraksi tetapi
mengalami peningkatan dan penurunan volume.
Otot-otot di sekitar paru-paru seperti otot interkostal dan diafragma
mengalami kontraksi saat terjadi inspirasi. Secara normal, proses ekspirasi
merupakan proses pasif, sedangkan proses inspirasi merupakan proses aktif (yaitu
terjadi kontraksi otot). Dengan adanya peningkatan rongga toraks, tekanan di
sekitar paru- paru akan menurun, dan selanjutnya paru-paru akan mengembang
dan udara dari luar akan masuk atau terhisap ke dalam paru-paru. Pada saat
istirahat, otot-otot pernapasan mengalami relaksasi. Saat inspirasi, otot
sternokleidomastoides, otot skalenes, otot pektoralis minor, otot serratus anterior,
dan otot interkostalis sebelah luar mengalami kontraksi sehingga menekan
diafragma ke bawah dan mengangkat rongga dada untuk membantu masuknya
udara ke dalam paru. Sedangkan pada fase ekspirasi, otot-otot tranversal dada,
otot interkostalis sebelah dalam, dan otot abdominal mengalami kontraksi,
sehingga mengangkat diafragma dan menarik rongga dada untuk mengeluarkan
udara dari paru.
Proses kembang kempis paru (kembali ke bentuk semula) dikarenakan
adanya elastic recoil, yang terdiri dari dua komponen jaringan yaitu komponen
elastis yang menjaga elastisitas jaringan dan menjaga kekuatan yang dapat
merubah bentuk permukaan udara-air alveoli. Paru-paru memerlukan kekuatan
setempat yang sebanding dengan tegangan permukaannya untuk mendapatkan
luas permukaan difusi yang besar. Tegangan permukaan ini merupakan daya tarik
yang lebih besar molekul cairan jika dibandingkan dengan molekul cairan dan
udara. Komponen yang berfungsi mendukung kerja paru yaitu serat saraf
penghubung (diatur oleh kolagen dan elastin) dan surfaktan.

5
2.1.3 Klasifikasi Efusi Pleura
Secara umum diklasifikasikan sebagai transudat dan eksudat,
tergantung dari mekanisme terbentuknya serta profil kimia cairan efusi
tersebut.
a. Efusi pleura Transudat
Pada efusi pleura jenis transudat ini keseimbangan kekuatan menyebabkan
pengeluaran cairan dari pembuluh darah. Mekanisme terbentuknya transudat
karena peningkatan tekanan hidrostatik (CHF), penurunan onkotik
(hipoalbumin) dan tekanan negatif intra pleura yang meningkat. Biasa terjadi
pada penderita gagal jantung, sindroma nefrotik,hipoalbuminemia, dan sirosis
hepatis.
b. Efusi pleura Eksudat
Eksudat ini terbentuk karena penyakit dari pleura itu sendiri yang berkaitan
dengan peningkatan permaebilitas kapiler atau drainase limfatik yang kurang.
Biasa terjadi pada penderita pneumonia bakterialis, karsinoma, infark paru, dan
pleuritis.

2.1.4 Etiologi
Efusi pleura umumnya dibagi menjadi dua, yaitu transudatif dan
eksudatif. Efusi pleura transudatif disebabkan oleh meningkatnya tekanan
dalam pembuluh darah atau rendahnya kadar protein dalam darah. Hal ini
mengakibatkan cairan merembes ke lapisan pleura. Sedangkan efusi pelura
eksudatif disebabkan oleh peradangan, cedera pada paru-paru, tumor, dan
penyumbatan pembuluh darah atau pembuluh getah bening.
Efusi pleura sering kali terjadi sebagai komplikasi dari beberapa jenis penyakit
lainnya, seperti:
 Kanker paru-paru.
 Tuberkulosis (TBC).
 Pneumonia.
 Emboli paru.
 Sirosis atau penurunan fungsi hati.
 Penyakit ginjal.

6
 Gagal jantung
 Penyakit lupus.
 Rheumatoid arthritis.
Sejumlah faktor risiko dapat meningkatkan risiko seseorang untuk
menderita efusi pleura. Di antaranya adalah memiliki riwayat tekanan darah
tinggi (hipertensi), merokok, mengonsumsi minuman beralkohol, dan terkena
paparan debu asbes.

2.1.5 Patofisiologi
Didalam rongga pleura teradapat ± 5 ml cairan yang cukup untuk
membasahi seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura visceralis. Cairan
ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hidrostatis,
tekanan koloid, dan daya tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh
kapiler paru dan pleura visceralis, sebagian kecil lainya (10-20 %) mengalir ke
dalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan ini mencapai 1 liter seharinya.
Dalam keadaan normal, selalu terjadi filtrasi cairan ke dalam rongga pleura
melalui kapiler pada pleura parietalis tetapi cairan ini segera direabsorpsi oleh
saluran limfe, sehingga terjadi keseimbangan antara produksi dan reabsorpsi.
Apabila antara produk dan reabsorpsinya tidak seimbang (produksinya
meningkat atau reabsorpsinya menurun) maka akan timbul efusi pleura.

2.1.6 Tanda dan Gejala


Gejala-gejala efusi pleura antara lain adalah nyeri dada saat menarik dan
membuang napas, batuk, demam, dan sesak napas. Gejala biasanya terasa jika
efusi pleura sudah memasuki level menengah hingga parah, atau terjadi
peradangan. Jika penumpukan cairan masih tergolong ringan biasanya
penderita tidak akan merasakan gejala apa-apa.

7
2.2 Problematika Fisioterapi
Pada kondisi efusi pleura terdapat beberapa macam problematik-problematik
yang timbul. Permasalahan yang timbul dapat di uraikan sebagai berikut:
1. Impairment
Adanya spasme atau ketegangan otot bantu pernafasan yaitu pada m. pectoralis
mayor, m. pectoralis minor, dan m. sternocleidomastoideus, m. intercostalis
externus, m. diafragma, m.rhomboid, adanya nyeri pada luka bekas incisi
pemasangan water seal drainage (WSD), adanya sesak nafas, serta adanya
penurunan ekspansi sangkar thorak.
2. Functional limitation
Pasien mengalami penurunan aktivitas fungsional dan aktifitas sehari-hari.
3. Disability
Kemampuan pasien untuk berinteraksi atau bersosialisasi dengan masyarakat
berkurang.

2.3 Penatalaksanaan Fisioterapi


1) Deep Breathing Exercise
Deep breathing exercise atau bisa disebut juga Thoracic Expansion
Exercise (TEE) merupakan program treatment yang dapat membantu
meningkatkan expansi thorax , latihan nafas dalam yang menekan pada fase
inspirasi. Inspirasi bisa dengan penahanan nafas selama 3 detik pada waktu
inspirasi sebelum dilakukan ekspirasi.
Deep breathing exercise atau bisa disebut juga Thoracic Expansion
Exercise (TEE) berfungsi untuk mengurangi sesak nafas karena
mengefektifkan kerja dari otot-otot pernapasan sehingga dapat memperbaiki
ventilasi paru yang menurun.
2) Mobilisasi Thoraks
Mobilisasi sangkar thoraks adalah latihan yang meliputi gerakan-gerakan
pada trunk dan anggota gerak atas, dapat dilakukan bersamaan dengan
breathing exercise. Sehingga otot-otot bantu pernafasan yang mengalami
ketegangan menjadi relaks. Breathing exercise dibuat untuk melatih otot-otot
pernapasan dan mengembalikan distribusi ventilasi, membantu mengurangi
kerja otot pernapasan dan membetulkan pertukaran gas serta oksigen yang

8
menurun. Breathing exercise bertujuan untuk meningkatkan fungsi paru dan
menambah jumlah udara yang dapat dipompakan oleh paru sehingga dapat
menjaga kinerja otot-otot bantu pernapasan dan dapat menjaga serta
meningkatkan mobilitas sangkar thorax.
4) Chest therapy
Chest therapy adalah sekumpulan tehnik fisioterapi sebagai usaha untuk
membersihkan jalannya nafas akibat menurunnya fungsi mucocilliary
clearance atau batuk. Chest therapy adalah teknik yang bertujuan untuk
mengelurakan secret yang berlebihan atau material yang teraspirasi dari
dalam saluran pernafasan, material atau benda-benda yang masuk ke saluran
pernafasan menyebabkan kerusakan pada saluran pernafasan yang
diakibatkan oleh resistensi saluran pernafasan dan usaha dalam bernafas
sehingga menjadi hiperinflasi.
5) Postural Drainage
Postural drainage adalah salah satu intervensi untuk melepaskan sekresi
dari berbagai bidang segmen paru dengan menggunakan pengaruh gaya
gravitasi. PD dilakukan untuk mencegah terkumpulnya secret dalam saluran
nafas. Tetapi juga mempercepat pengeluran secret sehingga tidak terjadi
atelektasis.

6) Myofascial Release
Myofascial release technique (MRT) yaitu merupakan prosedur yang
mengkombinasikan tekanan manual terhadap bagian otot yang spesifik dan
penggunaan stretching secara simultan. Aplikasi MRT ini berupa kontrol dan
fokus pada tekanan,berperan untuk meregangkan atau memajangkan struktur
miofasia dan otot dengan tujuan melepas adhesion atau perlengketan,
mengurangi spasme, mengurangi nyeri, memulihkan jaringan fasia, mobilitas
jaringan dan fungsi normal sendi.

Anda mungkin juga menyukai