PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana pengaruh Deep Breathing Exercise dan Myofascial Release
terhadap penurunan nyeri?
b. Bagaimana pengaruh Deep Breathing Exercise , Mobilisasi sangkar
thorax dan Latihan meniup balon terhadap peningkatan ekspansi sangkar
thorax dan mengurangi sesak nafas ?
c. Bagaimana pengaruh Myofascial Release terhadap penurunan derajat
spasme ?
d. Bagaimana pengaruh Chest Therapy dan postural drainage terhadap
pengurangan sputum ?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Definisi
Efusi pleura berasal dari dua kata, yaitu efusion yang berarti ekstravasasi
cairan kedalam jaringan atau rongga tubuh, sedangkan pleura yang berarti
membran tipis yang terdiri dari dua lapisan yaitu pleura viseralis dan pleura
parietalis. Sehingga dapat disimpulkan efusi pleura merupakan ekstravasasi
cairan yang terjadi diantara lapisan viseralis dan parientalis. Efusi pleura
dapat berupa cairan jernih, transudat, eksudat, darah, dan pus (Diane, 2000
dalam Iswandi,2012).
Efusi pleura adalah kondisi yang ditandai oleh penumpukan cairan di
antara dua lapisan pleura. Pleura merupakan membran yang memisahkan
paru-paru dengan dinding dada bagian dalam. Cairan yang diproduksi pleura
ini sebenarnya berfungsi sebagai pelumas yang membantu kelancaran
pergerakan paru-paru ketika bernapas. Namun ketika cairan tersebut
berlebihan dan menumpuk, maka bisa menimbulkan gejala-gejala tertentu
(Iswandi,2012).
Water Seal Drainage (WSD) adalah Suatu sistem drainage yang
menggunakan water seal untuk mengalirkan udara atau cairan dari cavum
pleura atau rongga pleura. Rongga pleura dalam keadaan normal berisi sekitar
10-20 ml cairan yang berfungsi sebagai pelumas agar paru-paru dapat
bergerak dengan lancar saat bernapas. Cairan yang melebihi normal akan
menimbulkan gangguan jika tidak bisa diserap oleh pembuluh darah dan
pembuluh limfe (Syahruddinet al, 2009 dalam Iswandi,2012).
3
paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru
dibungkus oeh selaput selaput yang bernama pleura.
4
(tertekan masuk ke dalam) lapisan ini, sehingga membentuk dua lapisan penutup.
Satu bagian melekat kuat pada paru dan bagian lainnya pada dinding rongga
toraks. Bagian pleura yang melekat kuat pada paru disebut pleura viseralis dan
lapisan paru yang membatasi rongga toraks disebut pleura parietalis. Otot-otot
pernapasan merupakan sumber kekuatan untuk menghembuskan udara. Diafragma
merupakan otot utama yang ikut berperan meningkatkan volume paru. Pertukaran
udara masuk dan keluar akan menyebabkan peningkatan dan penurunan volume
rongga toraks. Pada proses tersebut, paru-paru tidak mengalami kontraksi tetapi
mengalami peningkatan dan penurunan volume.
Otot-otot di sekitar paru-paru seperti otot interkostal dan diafragma
mengalami kontraksi saat terjadi inspirasi. Secara normal, proses ekspirasi
merupakan proses pasif, sedangkan proses inspirasi merupakan proses aktif (yaitu
terjadi kontraksi otot). Dengan adanya peningkatan rongga toraks, tekanan di
sekitar paru- paru akan menurun, dan selanjutnya paru-paru akan mengembang
dan udara dari luar akan masuk atau terhisap ke dalam paru-paru. Pada saat
istirahat, otot-otot pernapasan mengalami relaksasi. Saat inspirasi, otot
sternokleidomastoides, otot skalenes, otot pektoralis minor, otot serratus anterior,
dan otot interkostalis sebelah luar mengalami kontraksi sehingga menekan
diafragma ke bawah dan mengangkat rongga dada untuk membantu masuknya
udara ke dalam paru. Sedangkan pada fase ekspirasi, otot-otot tranversal dada,
otot interkostalis sebelah dalam, dan otot abdominal mengalami kontraksi,
sehingga mengangkat diafragma dan menarik rongga dada untuk mengeluarkan
udara dari paru.
Proses kembang kempis paru (kembali ke bentuk semula) dikarenakan
adanya elastic recoil, yang terdiri dari dua komponen jaringan yaitu komponen
elastis yang menjaga elastisitas jaringan dan menjaga kekuatan yang dapat
merubah bentuk permukaan udara-air alveoli. Paru-paru memerlukan kekuatan
setempat yang sebanding dengan tegangan permukaannya untuk mendapatkan
luas permukaan difusi yang besar. Tegangan permukaan ini merupakan daya tarik
yang lebih besar molekul cairan jika dibandingkan dengan molekul cairan dan
udara. Komponen yang berfungsi mendukung kerja paru yaitu serat saraf
penghubung (diatur oleh kolagen dan elastin) dan surfaktan.
5
2.1.3 Klasifikasi Efusi Pleura
Secara umum diklasifikasikan sebagai transudat dan eksudat,
tergantung dari mekanisme terbentuknya serta profil kimia cairan efusi
tersebut.
a. Efusi pleura Transudat
Pada efusi pleura jenis transudat ini keseimbangan kekuatan menyebabkan
pengeluaran cairan dari pembuluh darah. Mekanisme terbentuknya transudat
karena peningkatan tekanan hidrostatik (CHF), penurunan onkotik
(hipoalbumin) dan tekanan negatif intra pleura yang meningkat. Biasa terjadi
pada penderita gagal jantung, sindroma nefrotik,hipoalbuminemia, dan sirosis
hepatis.
b. Efusi pleura Eksudat
Eksudat ini terbentuk karena penyakit dari pleura itu sendiri yang berkaitan
dengan peningkatan permaebilitas kapiler atau drainase limfatik yang kurang.
Biasa terjadi pada penderita pneumonia bakterialis, karsinoma, infark paru, dan
pleuritis.
2.1.4 Etiologi
Efusi pleura umumnya dibagi menjadi dua, yaitu transudatif dan
eksudatif. Efusi pleura transudatif disebabkan oleh meningkatnya tekanan
dalam pembuluh darah atau rendahnya kadar protein dalam darah. Hal ini
mengakibatkan cairan merembes ke lapisan pleura. Sedangkan efusi pelura
eksudatif disebabkan oleh peradangan, cedera pada paru-paru, tumor, dan
penyumbatan pembuluh darah atau pembuluh getah bening.
Efusi pleura sering kali terjadi sebagai komplikasi dari beberapa jenis penyakit
lainnya, seperti:
Kanker paru-paru.
Tuberkulosis (TBC).
Pneumonia.
Emboli paru.
Sirosis atau penurunan fungsi hati.
Penyakit ginjal.
6
Gagal jantung
Penyakit lupus.
Rheumatoid arthritis.
Sejumlah faktor risiko dapat meningkatkan risiko seseorang untuk
menderita efusi pleura. Di antaranya adalah memiliki riwayat tekanan darah
tinggi (hipertensi), merokok, mengonsumsi minuman beralkohol, dan terkena
paparan debu asbes.
2.1.5 Patofisiologi
Didalam rongga pleura teradapat ± 5 ml cairan yang cukup untuk
membasahi seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura visceralis. Cairan
ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hidrostatis,
tekanan koloid, dan daya tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh
kapiler paru dan pleura visceralis, sebagian kecil lainya (10-20 %) mengalir ke
dalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan ini mencapai 1 liter seharinya.
Dalam keadaan normal, selalu terjadi filtrasi cairan ke dalam rongga pleura
melalui kapiler pada pleura parietalis tetapi cairan ini segera direabsorpsi oleh
saluran limfe, sehingga terjadi keseimbangan antara produksi dan reabsorpsi.
Apabila antara produk dan reabsorpsinya tidak seimbang (produksinya
meningkat atau reabsorpsinya menurun) maka akan timbul efusi pleura.
7
2.2 Problematika Fisioterapi
Pada kondisi efusi pleura terdapat beberapa macam problematik-problematik
yang timbul. Permasalahan yang timbul dapat di uraikan sebagai berikut:
1. Impairment
Adanya spasme atau ketegangan otot bantu pernafasan yaitu pada m. pectoralis
mayor, m. pectoralis minor, dan m. sternocleidomastoideus, m. intercostalis
externus, m. diafragma, m.rhomboid, adanya nyeri pada luka bekas incisi
pemasangan water seal drainage (WSD), adanya sesak nafas, serta adanya
penurunan ekspansi sangkar thorak.
2. Functional limitation
Pasien mengalami penurunan aktivitas fungsional dan aktifitas sehari-hari.
3. Disability
Kemampuan pasien untuk berinteraksi atau bersosialisasi dengan masyarakat
berkurang.
8
menurun. Breathing exercise bertujuan untuk meningkatkan fungsi paru dan
menambah jumlah udara yang dapat dipompakan oleh paru sehingga dapat
menjaga kinerja otot-otot bantu pernapasan dan dapat menjaga serta
meningkatkan mobilitas sangkar thorax.
4) Chest therapy
Chest therapy adalah sekumpulan tehnik fisioterapi sebagai usaha untuk
membersihkan jalannya nafas akibat menurunnya fungsi mucocilliary
clearance atau batuk. Chest therapy adalah teknik yang bertujuan untuk
mengelurakan secret yang berlebihan atau material yang teraspirasi dari
dalam saluran pernafasan, material atau benda-benda yang masuk ke saluran
pernafasan menyebabkan kerusakan pada saluran pernafasan yang
diakibatkan oleh resistensi saluran pernafasan dan usaha dalam bernafas
sehingga menjadi hiperinflasi.
5) Postural Drainage
Postural drainage adalah salah satu intervensi untuk melepaskan sekresi
dari berbagai bidang segmen paru dengan menggunakan pengaruh gaya
gravitasi. PD dilakukan untuk mencegah terkumpulnya secret dalam saluran
nafas. Tetapi juga mempercepat pengeluran secret sehingga tidak terjadi
atelektasis.
6) Myofascial Release
Myofascial release technique (MRT) yaitu merupakan prosedur yang
mengkombinasikan tekanan manual terhadap bagian otot yang spesifik dan
penggunaan stretching secara simultan. Aplikasi MRT ini berupa kontrol dan
fokus pada tekanan,berperan untuk meregangkan atau memajangkan struktur
miofasia dan otot dengan tujuan melepas adhesion atau perlengketan,
mengurangi spasme, mengurangi nyeri, memulihkan jaringan fasia, mobilitas
jaringan dan fungsi normal sendi.