Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

UJIAN AKHIR PRAKTEK KLINIK FISIOTERAPI


KOMPREHENSIF

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN


DENGAN MODALITAS TENS DAN TERAPI LATIHAN
Di RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano

Alivia Aziziah
18163053

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE
MANADO
2021

i
HALAMAN PENGESAHAN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN


DENGAN MODALITAS TENS DAN TERAPI LATIHAN

Oleh :
Alivia Aziziah
18163053

Telah diseminarkan pada Ujian Akhir Praktek Fisioterapi Komprehensif pada hari sabtu
tanggal 3 juli tahun 2021 di depan Tim Penguji.

TIM PENGUJI

Dosen Penguji Tanda Tangan

1. Friets T.V. Eman, SST.Ft,.M. Fis :

2. Sumarsono, SST.Ft,.M.Kes :

3. Filly J. Mamuaja, SST.Ft,.M.Kes :

MENGETAHUI,

Dekan Fakultas Keperawatan Ketua Program Studi D III Fisioterapi


Unika De La Salle Fakultas Keperawatan
Manado Unika De La Salle Manado

Wahyuny Langelo, BSN., M.Kes. Filly J. Mamuaja, SST.Ft., M.Kes.


NIDN. 0923068401 NIDN. 0920028103

ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
karunianya kepada saya Sehingga makalah “ Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Low Back
Pain Dengan Modalitas Tens Dan Terapi Latihan ” ini dapat selesai pada waktunya sesuai
batas dan ketentuan yang telah diatur oleh dosen mata kuliah sebagai mana mestinya.
Dalam penyusunan makalah ini penulis memang mendapatkan banyak sekali
tantangan dan hambatan namun dengan bantuan banyak individu hambatan tersebut
dapat dilewati. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam proses penulisan makalah ini.
Penulis telah menyadari bahwa masih banyak kesalahan yang ditemukan dalam
proses penulisan makalah ini. Maka dari itu penulis berharap kritik dari para pembaca
dapat membantu penulis dalam menyempurnakan makalah selanjutnya. semoga
makalah ini dapat membantu para pembaca untuk mendapatkan lebih banyak
pengetahuan.

                                     

Tomohon, 3 Juli 2021


Penulis,
Alivia Aziziah

ii
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ............................................................................................. i


Halaman Pengesahan .................................................................................. ii
Kata Pengantar ............................................................................................ iii
Daftar Isi ..................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1


BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi, Fisiologi dan Biomekanik ......................................... 3
B. Kasus yang dikaji ...................................................................... 7
C. Problematik Fisioterapi.............................................................. 10
D. Tekhnologi Intervensi Fisioterapi ............................................. 11

BAB III. PELAKSANAAN STUDI KASUS ............................................. 13

BAB IV. PENUTUP ................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Nyeri punggung bawah (Lower Back Pain) kebanyakan menyerang daerah

pinggang antara tulang rusuk bagian bawah dan daerah glutealis dan sering menjalar ke

daerah paha belang. Nyeri pinggang dapat terjadi karena adanya masalah dari struktur

neuromuskuloskeletal di daerah pinggang bawah, termasuk otot dan saraf serta tulang

tulang belakang dan diskus intervertebralis (Mujianto, 2013).

Dalam kehidupan sehari – hari kasus nyeri punggung bawah memang banyak

dijumpai, dan kasus ini menyerang banyak usia. Misalkan saja spondylosis, yang

merupakan degenerasi dari discus. Pada degenerasi discus, dan terutama setelah

prolapse yang berulang, mungkin terdapat pemipihan berangsur – angsur dari discus

dan pergeseran sendi – sendi permukaan posterior. Pergerakan yang terganggu pada saat

flexi dan ekstensi merupakan suatu jenis gerakan ketidakstabilan sendi segmen yang

menimbulkan gejala ketidakmampuan gerak pada pasien (Woolfson & Tony, 2008).

Insiden secara keseluruhan pria dan wanita sama tetapi setelah usia 60 tahun

wanita lebih banyak oleh karena terjadinya osteoporosis. Kasus Nyeri Punggung

Bawah (NPB) di Amerika Serikat memerlukan biaya lebih dari $16 Bilyun pertahun.

Prevalensi umur terbanyak antara usia 55 – 64 tahun. Di Rumah sakit Dr. Kariadi

Semarang, pasien baru yang berkunjung di Divisi Rehabilitasi Medik selama Januari –

Desember 1995 sebanyak 1327 terdapat 276 orang (20 %) dengan keluhan NPB dengan

5 orang harus menjalani operasi dan 9 orang (3,04%) mengalami keterbatasan aktifitas

sehari-hari / ADL. Pada tahun 2002 didapatkan 52 penderita nyeri punggung bawah dari

pasien baru yang berkunjung di Instalasi Rehabilitasi Medik (Priyatna, 2000).

iv
Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu

dan/atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan

fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara

manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis) pelatihan

fungsi, komunikasi (SK Menkes. No. 80 tahun 2013).

Pada kasus Low Back Pain akibat Spondylosis dan Scoliosis ini peranan fisioterapi

yaitu mengurangi rasa nyeri, meningkatkan LGS, meningkatkan kekuatan otot dan

meningkatkan aktivitas fungsional. Untuk mengatasi permasalahan tersebut fisioterapi

menggunakan berbagai modalitas, yaitu Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation

(TENS) dan massage, yang berfungsi untuk mengurangi nyeri. Sedangkan untuk

meningkatkan LGS, meningkatkan kekuatan otot dan meningkatkan aktivitas fungsional

menggunakan Terapi Latihan Willian Exercise.

v
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi, Fisiologi dan Biomekanik

1. Anatomi, Fisiologi Lumbal

a. Strukrur tulang vertebra lumbal

Tulang vertebra lumbal tersusun 5 vertebra yang bersendi satu sama

lain yang berperan penting dalam menjalankan fungsinya untuk menyangga

tubuh dan alat gerak tubuh. Susunan tulang vertebra secara umum terdiri

dari corpus, arcus, dan foramen vertebra (Platzer, 1992).

Gambar 1.
Tulang belakang dilihat dari lateral dan anterior (Putz, 1995)
Ket :
1. Vertebra cervicalis I – VII 6. Atlas
2. Vertebra thoracalis I – XII 7. Axis
3. Vertebra lumbalis I – V 8. Vertebra prominens
4. Osc. Sacrum 9. Foramen intervertebralis
5. Oss. Coccygae 10. Promotorium

vi
b. Diskus intervertebralis

1) Bagian dalam disebut nukleus pulposus merupakan bahan gelatinosa

dengan sifat daya pengikat air yang kuat karena mengandung 88% air

(Platzer, 1992).

2) Bagian tepi disebut annulus fibrosus yang terdiri dari atas serabut-serabut

kolagen yang tersusun konsentrasi dan fibrikartilago yang berbeda dalam

keterangan oleh nukleus pulposus (Platzer, 1992).

Merupakan struktur elastis diantara korpus vertebra. Struktur diskus

bagian dalam disebut nucleus pulposus, sedangkan bagian tepi disebut

anulus fibrosus. Diskus berfungsi sebagai bantalan sendi antara korpus

yang berdekatan sebagai shock breaker pada berbagai tekanan dalam

menumpu berat badan (Kapandji, 1990).

c. Stabilitas

Stabilitas pada vertebra ada dua macam yaitu stabilisasi pasif dan

stabilisasi aktif. Untuk stabilisasi pasif adalah ligament yang terdiri dari :

(1) ligament longitudinal anterior yang melekat pada bagian anterior tiap

diskus dan anterior korpus vertebra, ligament ini mengontrol gerakan

ekstensi, (2) ligament longitudinal posterior yang memanjang dan melekat

pada bagian posterior dikcus dan posterior korpus vertebra. Ligament ini

berfungsi untuk mengontrol gerakan fleksi, (3) ligament flavum terletak di

dorsal vertebra di antara lamina yang berfungsi melindungi medulla spinalis

dari posterior, (4) ligament tranfersum melekat pada tiap procesus

tranversus yang berfungsi mengontrol gerakan fleksi (Kapandji, 1990).

vii
Sedangkan yang berfungsi untuk stabilisasi aktif adalah adalah otot-

otot yang berfungsi untuk penggerak lumbal yang terletak di sebelah

anterior, lateral maupun posterior. Otot-otot disebelah anterior dan lateral,

antara lain : m. rektus abdominis, m. obliqus internus, m. psoas mayor, dan

m. quadratus lumborum. Otot-otot di sebelah posterior Antara lain: m.

longisimus thorakalis, m. iliocostalis (Kapandji, 1990).

Gambar 2.

Otot Perut & Punggung (Spaltecholz, 2000)


Ket: Ket:
1. M. serratus anterior 1. M. oblique internus abdominis
2. M. serratus posterior 2. M. intertransversarii lateralis lumborum
3. M. oblique ekstemus 3. M. oblique eksternus abdominis
4. MM. Intercostal eksternus 4. Mm. Multifidi
5. MM. Intercostal internus 5. M. transversus abdominis
6. M. oblique ekstemus 6. M. quadratus lumborum, fascia
7. M. oblique internus
8. M. piramidalis
9. M. rectus abdominis

viii
2. Biomekanik

Dilihat luas gerak sendinya termaksuk pada bidang geraknya dibagi

menjadi tiga yaitu sagital, trasversal dan juga frontal. Sedangkan gerakanya

yaitu fleksi, ekstensi, lateral fleksi juga rotasi. (Kapanji, 2010).

a. Fleksi & Ekstensi Lumbal

Gerak fleksi terdapat pada bidang sagital dan axixnya pada gerakan

frontal. Pada gerak ini sudut normalnya adalah 60°. Otot rectus abdominis

dan esktensor spinal yang membantu gerakan ini (Kapanji, 2010). Ekstensi

lumbal terdapat pada axis frontal dengan bidangnya sagital, pada gerakan

ini sudutnya adalah 35°. Otot penggeraknya adalah longisimus dorsi dan

illiocostalis lumbal. (Kapanji, 2010).

b. Rotasi lumbal

Sudut normal gerakan ini adalah 45° dengan otot utama penggeraknya

adalah otot illiocostalis lumborum untuk gerakan ipsi lateral dan kontra

lateral. Gerakan ini tercipta pada bidang horizontal dengan aksis melalui

processus spinosus (Kapanji, 2010).

c. Lateral fleksi lumbal

Sudut yang dibentuk oleh gerakan bidang frontal adalah 30° juga otot

penggeraknya yaitu otot Abliqus internus abominis, dan otot rektus

abdominis. Pada tulang lumbal walaupun mempunyai kebebasan yang

ix
besar tetapi cenderung terjadi cidera dengan kemungkinan yang besar

meskipun tulang-tulang vertebra di bagian punggung lebih kokoh.

B. Low Back Pain

1. Definisi

Nyeri punggung bawah miogenik adalah suatu pengalaman sensorik dan

emosional yang tidak menyenangkan di daerah antara vertebra torakal 12 sampai

dengan bagian bawah pinggul atau lubang dubur. Yang timbul akibat adanya

potensi kerusakan ataupun adanya kerusakan jaringan antara lain: dermis

pambuluh darah, facia, muskulus, tendon, cartilago, tulang ligament, intra

artikuler meniscus, bursa (Paliyama, 2003). Nyeri punggung bawah miogenik

berhubungan dengan stress/strain otot punggung, tendon, ligament yang

biasanya ada bila melakukan aktivitas seharihari berlebihan. Nyeri barsifat

tumpul, intensitas bervariasi seringkali menjadi kronik, dapat terlokalisir atau

dapat meluas ke sekitar glutea. Nyeri ini tidak disertai dengan hipertensi,

parestesi, kelemahan atau defisit neorologis. Bila batuk atau bersin tidak

menjalar ke tungkai (Priyanta, 2000)

2. Etiologi

Spondylosis adalah penyakit degeneratif tulang belakang. Spondylosis ini

disebabkan oleh proses degenerasi yang progresif pada diskus intervertebralis,

yang mengakibatkan makin menyempitnya jarak antar vertebra sehingga

mengakibatkan terjadinya osteofit, penyempitan kanalis spinalis dan foramen

intervertebralis dan iritasi persendian posterior. Rasa nyeri pada spondylosis ini

disebabkan oleh terjadinya osteoartritis dan tertekan radiks oleh kantong

x
durameter yang mengakibatkan iskemik dan radang (Harsono dan Soeharso,

2005).

Hal ini akan menimbulkan keterbatasan gerak pada regio lumbal dan dapat

menimbulkan nyeri pada area ini. Pemeriksaan neurologis dapat memperlihatkan

tanda – tanda sisa dari prolaps diskus yang lama (misalnya tiadanya reflek

fisiologis). Pada tahap sangat lanjut, gejala dan tanda – tanda stenosis spinal

atau stenosis saluran akar unilateral dapat timbul (Appley, 2013).

Perubahan patologi yang terjadi pada diskus intervertebralis antara lain: (a)

annulus fibrosus menjadi kasar, collagen fiber cenderung melonggar dan muncul

retak pada berbagai sisi, (b) nucleus pulposus kehilangan cairan, (c) tinggi

diskus berkurang, (d) perubahan ini terjadi sebagai bagian dari proses degenerasi

pada diskus dan dapat hadir tanpa menyebabkan adanya tanda – tanda dan gejala

(Yulianza, 2013).

Spondylosis lumbal menggambarkan adanya osteofit yang timbul dari

vertebra lumbalis. Apabila hal ini mengenai saraf, maka akan terjadi kompresi

pada saraf tersebut, dan dari hal itu dapat menimbulkan rasa nyeri, baik lokal

maupun menjalar, parastesia atau mati rasa, dan kelemahan otot (Woolfson,

2008).

3. Tanda dan gejala

Gejala penyakit punggung yang sering dirasakan adalah nyeri, kaku,

deformitas, dan nyeri serta paraestesia atau rasa lemah pada tungkai. Gejala

serangan pertama sangat penting. Dari awal kejadian serangan perlu

diperhatikan, yaitu apakah serangannya dimulai dengan tiba – tiba, mungkin

setelah menggeliat, atau secara berangsur – angsur tanpa kejadian apapun. Dan

xi
yang diperhatikan pula gejala yang ditimbulkan menetap atau kadang – kadang

berkurang. Selain itu juga perlu memperhatikan sikap tubuh, dan gejala yang

penting pula yaitu apakah adanya sekret uretra, retensi urine, dan inkontinensia

(Apley, 2013).

4. Patologi

Pada kondisi nyeri punggung bawah pada umumnya otot ekstensor lumbal

lebih lemah dibanding otot fleksor, sehingga tidak kuat mengangkat beban. Otot

sendiri sebenarnya tidak jelas sebagai sumber nyeri, tetapi muscle spindles jelas

di inervasi sistem saraf simpatis. Dengan hiperaktifitas kronik, muscle spindles

mengalami spasme sehingga mengalami nyeri tekan. Perlengketan otot yang

tidak sempurna akan melepaskan pancaran rangsangan saraf berbahaya yang

mengakibatkan nyeri sehingga menghambat aktivitas otot (Calliet, 1981).

5. Diagnose Banding

a. HNP

HNP adalah keluar/menonjolnya nucleus pulposus melalui annulus

fibrosus kapsul adanya trauma langsung atau tidak langsung pada diskus

intervertebralis akan menyebabkan kompresi hebat dan frakmentasi Nucleus

ulposus sehingga anullus menjadi pecah bahkan dapat robek. Nucleus

pulposus yang tertekan hebat akan mencari jalan keluar dan melalui robekan

anullus fibrosus mendorong ligamentum longitudinal terjadilah hernia. Hal

itu akan menyebabkan penyempitan jarak antara corpus vertebra, yang

akhirnya akan mengiritasi akar saraf yang masuk ke foramen intervertebralis

sehingga timbul nyeri yang hebat, kadang – kadang menjalar ke tungkai

(Calliet, 1981).

xii
b. Lumbal spinal stenosis

Spinal stenosis adalah penyempitan kanal spinal dengan kompresi saraf,

dengan atau tanpa keluhan. Kelainan yang menyebabkan stenosis pada spinal

adalah perubahan hypertrophic degenerative dari facet dan penebalan

ligementum flavum (Calliet, 1981).

c. Spondylolisthesis

Spondylolisthesis adalah kelainan yang disebabkan perpindahan ke

depan (masuk; tergelincir) satu bodi vertebra terhadap vertebra di bawahnya.

Tersering L4-L5 (Calliet, 1981).

d. Spondylosis

Spondylosis adalah kelainan degeneratif yang menyebabkan hilangnya

suktur dan fungsi normal spinal. Walaupun peran proses penuaan adalah

penyebab utama, lokasi dan percepatan degenerasi bersifat individual. Proses

degeneratif pada regio cervical, thorak, atau lumbal dapat mempengaruhi

discus intervertebral dan sendi facet (Calliet, 1981).

C. Problematik Fisioterapi

1. Impairment

Impairment yang terdapat pada Hernia Nucleus Pulposus yaitu penderita

merasakan suatu nyeri tekan, diam maupun gerak. Selain nyeri penderita

mengalami keterbatasan pada lingkup gerak sendinya.

a. Nyeri

Ialah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan,

dikarenakan kerusakan jaringan aktual maupun potensial atau dapat

dijelaskan oleh trauma itu sendiri.

xiii
b. Mekanisme nyeri pada HNP

Penyebab terjadinya nyeri pada penderita HNP dikarenakan adanya

suatu tekanan pada saraf tulang belakang atau bisa juga karena trauma tulang

belakang.

c. Lingkup gerak sendi

Merupakan besarnya gerakan yang terjadi pada sendinya, ketika

menggerakkan suatu segmen melalui lingkup geraknya, seluruh struktur

yang terlibat pada regio tersebut adalah otot-otot, permukaan sendi, kapsul,

ligamen, fascia, pembuluh darah, dan juga saraf.

2. Functional limitation

Functional Limitation adalah istilah yang dipakai di setiap keadaan dimana

seseorang mengalami keterbatasan pada fungsinya sehingga menyebabkan

seseorang tidak mampu melakukan aksi atau gerakan. Biasanya pada penderita

Hernia Nucleus Pulposus mengalami beberapa kondisi yaitu penderita

mengalami hambatan pada aktifitasnya pekerjaan setiap hari seperti

membungkuk atau mengangkat badan.

3. Participation retriction

Participation Restriction adalah ketidak mampuan atau kekurangan untuk

melakukan aktivitas dengan lingkungan sekita sekitar. Misalnya kesulitan

bersosialisasi dengan sekitar dikarenakan adanya nyeri.

D. Instrumen Penilaian

Dalam instrumen penelitian ini, metode operasional berikut yang digunakan:

1. Verbal Deskriptive Scale (VDS)

Skala pengukuran VDS dilakukan dengan cara pasien diminta untuk menilai

xiv
derajad nyerinya sendiri sesuai kriteria berikut: (Trisnowiyanto, 2012).

Tabel 2
Skala Nyeri dengan VDS
Kriteria
1 = Tidak Nyeri
2 = Nyeri Sangat Ringan
3 = Nyeri Ringan
4 = Nyeri Tak Begitu Berat
5 = Nyeri Cukup Berat
6 = Nyeri Berat
7 = Nyeri Tak Tertahankan

2. Midline

Adalah sebuah alat pemeriksaan yang digunakan fisioterapi untuk mengukur

Lingkup Gerak Sendi (ROM), Lingkar tubuh dan panjang anggota gerak.

Pemeriksaan dengan menggunakan alat ini pada tulang belakang bertujuan untuk

mengetahui data tentang ROM pada gerak pasif atau aktif, ekstensibilitas dan

fleksibilitas jaringan lunak beserta ROM fungsional.

E. Teknologi Intervensi Fisioterapi

1. TENS

Mekanisme pengurangan nyeri oleh TENS konvensional dimana

menghasilkan efek analgesia terutama melalui mekanisme segmental yaitu

dengan jalan mengaktivasi serabut A-b yang selanjutnya akan menginhibisi

neuron nosiseptif di kornu posterior medula spinalis, dari sel internunsial yang

bersifat inhibitor yang dikenal sebagai substansia gelatinosa dan sel T yang

merelei informasi dari pusat yang lebih tinggi dan keduanya terletak di kornu

xv
posterior medula spinalis. Dengan mengaktifkan sel T, pada saat yang

bersamaan impuls tersebut juga akan mengaktifkan substansia gelatinosa yang

berdampak pada penurunan asupan terhadap sel T dan menghambat transmisi

impuls nyeri sehingga nyeri dirasakan berkurang. TENS secara bermakna

mengurangi aktivitas sel nosiseptor di kornu posterior saat TENS diaplikasikan

pada area somatik (Hodges dan Richardson, 2006).

2. Terapi Latihan

a. William Fexion Exercise

Dr. Paul William pertama kali memperkenalkan program latihan ini

pada tahun 1937 untuk pasien dengan Low back pain (LBP) kronik sebagai

respon atas pengamatan klinik dimana kebanyakan pasien yang pernah

mengalami LBP dengan degenerasi vertebra hingga penyakit degeneratif

discus

Latihan ini terdiri dari 6 bentuk gerakan yang dirancang untuk

mengurangi nyeri punggung dengan memperkuat otot-otot yang

memfleksikan lumbosacral spine terutama otot abdominal dan otot gluteus

maksimus dan meregangkan kelompok otot ekstensor (Basmajian, 1978).

xvi
BAB III

PELAKSANAAN STUDI KASUS

A. Data – data Medis di Rumah Sakit / Puskesmas

Low Back Pain

B. Pemeriksaan / Pengkajian Fisioterapi

1. Anamnesis

1. Identitas pasien

1) Nama: ny. S.P

2) Umur: 62 tahun

3) Jenis kelamin: perempuan

4) Alamat: Papakelen

5) Pekerjaan: IRT

2. Keluhan utama:

Nyeri pada punggung bawah

3. Riwayat keluhan:

± 3 tahun yang lalu pasien merasakan nyeri pada punggung bawah

karena pasien pernah jatuh. Pasien merasakan nyeri saat berjalan jauh, duduk

lama, berdiri lama, posisi duduk ke berdiri, jongkok, dan posisi tidur miring

kanan dan miring kiri. Pasien merasa nyeri berkurang saat beristirahat.

Karena pasien mersakan nyeri yang tidak nyaman secara terus menerus

pasien langsung memeriksakan diri ke dokter saraf dan di lakukan foto

rotgen kemudian pasien langsung di rujuk ke fisioterapi. Sekarang pasien

sedang dilakukan terapi.

xvii
2. Pemeriksaan fisik

1. Tanda-tanda vital :

1) Tekana darah: 140/70 mmHg

2) Denyut nadi: 62x/menit

3) Pernafasan: 21x/menit

2. Inspkesi

Statis: terlihat ekspresi wajah pasien seperti menahan sakit, tidak terlihat

adanya bengkak, tidak ada tidak ada atrofi otot dan tidak ada perubahan

warna kulit di area sekitar nyeri

Dinamis: pasien saat berjalan normal tanpa alat bantu

3. Palpasi

Adanya nyeri tekan pada area punggung bawah, terba adanya spasme

otot pada otot paravertebral, tidak ada bengkak, dan suhu local normal.

3. Pemeriksaan gerak dasar

1. Gerak aktif

pasien tidak mampu melakukan gerakkan dengan full ROM Karena

adanya nyeri

2. Gerak pasif

Saat di gerakkan tidak full ROM karena adanya nyeri

4. Pemeriksaan kognitif, intrapersonal dan interpersonal

1. Kognitif: kognitif pasien baik dilihat dari anamnesis pasien mampu

menjelaskan kronologi kejadian

2. Intrapersonal : pasien mempunyai motivasi untuk sembuh

xviii
3. Intrapersonal : pasien dapat berkomunukasi dengan baik dengan fisioterapi

dan semua orang

5. Pemeriksaan fungsional dan lingkungan aktivitas

a) Pasien kesulitan untuk berjalan jauh

b) Pasien kesulitan Posisi Duduk lama

c) Pasien kesulitan Posisi duduk lama

d) Pasien kesulitan saat posis tidur miring

e) Pasien kesulitan untuk pusisi dari duduk ke berdiri

6. Pemeriksaan spesifik

1. Pemeriksaan nyeri dengan VDS(Verbal Descriptive scale)

1=untuk tidak nyeri

2= nyeri sangat ringan

3= nyeri ringan

4= nyeri tidak begitu berat

5= nyeri cukup berat

6= nyeri berat

7= nyeri hamper tak tertahankan

Interpertasi

1) Nyeri diam = 2(nyeri sangat ringan)

2) Nyeri gerak = 6(nyeri berat)

3) Nyeri tekan=3(nyeri ringan)

2. Pemeriksaan LGS Dengan midline

Fleksi = 50cm-55cm= 5 cm

Ekstensi =50cm-47cm= 3 cm

xix
Lateral fleksi kanan =67cm- 61 cm= 6cm

Lateral fleksi kiri =67cm-61cm= 6cm

Interpertasi = ada keterbatasan LGS karena adanya nyeri

3. Tes lasegue

Posisi pasien tidur terlentang

Posisi ft berada di samping bed

Pelaksanaan: meletakan satu tangan pada ankle pasien. selanjutnya secara

pasif memfleksikan hip pasien hingga merasakan nyeri menjalar hingga ke

tungkai. Kemudian perlahan – lahan menurunkan tungkai pasien.

Interpertasi: + adanya nyeri menjalar

4. Tes braggard

Posisi pasien tidur terlentang

Posisi ft berada di samping bed

Pelaksanaan: meletakan satu tangan pada ankle pasien. selanjutnya secara

pasif memfleksikan hip dan memfleksikan cervical pasien hingga

merasakan nyeri menjalar hingga ke tungkai. Kemudian perlahan – lahan

menurunkan tungkai pasien.

Interpertasi: + adanya nyeri menjalar

5. Tes Patrick

Posisi pasien tidur terlentang kemudian ft menempatkan kaki pada sisi

yang akan di periksa di atas lutut tungkai satunya. Hip joint fleksi, abduksi,

dan external rotasi

Interpertasi= + adanya nyeri

6. Tes kontra Patrick

xx
Posisi pasien tidur terlentang kemudian lutut yang akan diperiksa di

posisikan fleksi membentuk 90 derajat, adduksi 10 derajat dan internal

rotasi 10 derajat

Interpertasi: + adanya nyeri

C. Problematik / Diagnosa Fisioterapi

1. Impairment

Adanya nyeri pada punggung bawah, adanya nyeri gerak pada lateral fleksi

kanan dan lateral fleksi kiri

2. Functional limitation

Adanya gangguan aktifitas terutama pada saat duduk lama, berdiri lama,

tidur mkring kanan dan kiri, dan saat jongkok

3. Participation restriction

Aktivita sosial pasien terganggu

D. Program Fisioterapi

1. Tujuan

a. Tujuan jangaka pendek

Mengurangi nyeri,Meningkatkan lingkup gerak sendi

b. Tujuan jangka Panjang

Memelihara kapasitas fisik pasien dan kemampuan fungsional pasien

semaksimal mungkinn

2. Rencana evaluasi

Evaluasi nyeri dengan VDS dan evaluasi LGS dengan midline

xxi
3. Prognosis

1. Quo ad vitam : Baik

2. Quo ad sanam : Baik

3. Quo ad fungsionam : Baik

4. Quo ad cosmeticam : Baik

4. Edukasi & Homeprogram

Pasien di anjurkan untuk mengikuti anjuran tentang cara bangun yang baik

yang telah di ajarkan oleh ft dan meminta pasien untuk menhindari posisi yang

membuat nyeri pada punggung bawah.

E. Penatalaksanaan Fisioterapi

1. Transcutaneous electrical verve stimulation (TENS)

a. Persiapan alat :

Terapis menghubungkan alat dengan kabel stop kontak kemudian

Periksa alat yang akan digunakan dalam baik dan berfungsi saat dinyalakan

dan digunakan.

b. Persiapan pasien :

Jelaskan pada pasien tujuan, manfaat dan efek yang akan dirasakan

selama pemasangan alat kemudian Posisikan pasien tidur menyamping dan

nyaman

c. Pelaksanaan :

Sebelum menempelkan ped pada area yang akan diterapi, terapis

terlebih dahulu membersihkan area terapi dengan kapas alkohol agar steril,

kemudian ped ditempel pada area keluhan. Waktu terapi disetel 10 menit

xxii
dengan tipe continue dan intensitas 14,3 mA sesai toleransi pasien. Selama

terapi berlangsung terapis akan mengontrol keadaan pasien.

d. Sesudah terapi :

Setelah terapi selesai alat yang digunakan dirapihkan kembali.

2. Terapi latihan wiliam fleksion

a. Single knee to chest

Posisi permulaan yaitu dengan tidur terlentang kemudian pasien

memfleksikan hip dan knee menahan selama 8 detik di ulangi 3x repitasi

dalam Teknik ini dilakukan pada kaki sebelah kiri

xxiii
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Nyeri punggung bawah merupakan penyakit yang perlu perhatian khusus dan

tidak boleh di anggap sepele, terutama nyeri punggung bawah yang di sebabkan

oleh hernia nucleus pulposus, gejala dan dampaknya akan lebih berat jika tidak di

tengani dengan cepat dan baik, pasien akan mengalami penurunan kemampuan

fungsional sehingga dapat menggangu aktivitas lingkungan dan sosial pasien.

B. Saran

Saran kepada pasien ,yaitu untuk dapat mengikuti proses terapi dengan baik

sesuai ketentuan dan program yang telah disusun oleh fisioterapis agar tujuan terapi

bisa dicapai dengan maksimal.

xxiv
Daftar Pustaka

Appley, A. G dan Louis Solomon. 1995. Terjemah Ortopedi dan Fraktur Sistem Appley.
Edisi ke tujuh. Jakarta: Widya Medika.

Basmajian, John U, 1978; Therapeutic Exercise; Third Edition, Rehabilitation median,


Jakarta

Cailliet, R, 1979; Low Back Pain Syndrome; Second Edition, F. A Davis Company,
Philadelphia
.
Harsono dan Soeharso. 2005. Nyeri punggung Bawah (Harsono). Kapita Selekta
Neurologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Kapandji, I. A., 1990; The Physiologi of Joints; Volume three, Churchill Livingstone,
USA.

Mujianto. 2013. Cara Cepat Mengatasi 10 Besar Kasus Muskuloskeletal dalam Praktik
Klinik Fisioterapi. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Platzer, Warner, (1995). Atlas dan Buku Teks Anatomi Manusia. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

Priyatna, Heri, 2000; Perbedaan Pemberian Back Isometrik dan Back Isotonik pada
Kasus Low Back Pain Akibat Lumbo Sacral Strain Ditinjau dari Kemampuan
Aktivitas Sehari-hari; Kumpulan Makalah TITAFI XV ; Semarang 2-4 Oktober
2000, IFI.

R. Putz and R. Pabst (2000). Atlas Anatomi Manusia, Sobotta Anatomi, Edisi 2. Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.

Woolfson, Tony. 2008. Synopsis of Causation Spondylosis. Edinburgh: Medical


Author, Medical Text.

Yulianza, Rizky Dwi. 2013. Teknik Pemeriksaan Radiografi Lumbosakral dengan


Klinis Spondylosis Lumbal. Malang: Widya Cipta Husada.

xxv

Anda mungkin juga menyukai