Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH PRAKTEK KOMPREHENSIF

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASCA STROKE

HEMIPARESE SINISTRA

ALIVIA AZIZIAH

18163053

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE
MANADO
2021
MAKALAH PRAKTEK KOMPREHENSIF

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASCA STROKE

HEMIPARESE SINISTRA

ALIVIA AZIZIAH

18163053

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE
MANADO
2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan Rahmat

dan karunianya kepada saya Sehingga makalah “Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Pasca

Stroke Hemiparese Sinistra” ini dapat selesai pada waktunya sesuai batas dan ketentuan

yang telah diatur oleh dosen mata kuliah sebagai mana mestinya.

Dalam penyusunan makalah ini penulis memang mendapatkan banyak sekali

tantangan dan hambatan namun dengan bantuan banyak individu hambatan tersebut

dapat dilewati. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak

yang telah membantu dalam proses penulisan makalah ini.

Penulis telah menyadari bahwa masih banyak kesalahan yang ditemukan dalam

proses penulisan makalah ini. Maka dari itu penulis berharap kritik dari para pembaca

dapat membantu penulis dalam menyempurnakan makalah selanjutnya. semoga

makalah ini dapat membantu para pembaca untuk mendapatkan lebih banyak

pengetahuan.
DAFTAR ISI

Halaman Judul.............................................................................................................i

Kata Pengantar.............................................................................................................ii

Daftar Isi......................................................................................................................iii

BAB I Pendahuluan.....................................................................................................1

BAB II Tinjauan Pustaka

A. Anatomi, Fisiologi dan Biomekanik..........................................................4

B. Strok..........................................................................................................10

C. Problematik Fisioterapi.............................................................................14

D. Teknologi Intervensi Fisioterapi................................................................15

BAB III Pelaksanaan Studi Kasus...............................................................................18

BAB IV Penutup

A. Kesimpulan................................................................................................32

B. Saran .........................................................................................................32

Daftar Pustaka.............................................................................................................34

Lampiran
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ketika beraktivitas maupun bekerja, setiap orang beresiko mengalami gangguan

fungsi pada tubuhnya masing – masing baik itu dikarenakan cedera secara langsung

maupun tidak, bahkan ada beberapa penyakit yang dapat menyerang seseorang

walaupun sedang tidak dalam beraktivitas, salah satu penyakit yang dapat

menyerang seseorang walaupun tidak dalam beraktivitas sekaligus sebagai penyakit

pembunuh nomor 1 didunia yaitu stroke. World Health Organization disingkat

WHO (2015) menjelaskan bahwa stroke sebagai serangan akut mendadak dari

disfungsi otak yang terjadi sekitar 24 jam atau lebih yang dikarenakanadanya

keadaan abnormal dipembuluh darah sehingga mengganggu dan menyebabkan

putusnya aliran pembuluh darah ke otak. Secara singkat diartikan sebagai penyakit

otak yang di sebabkan oleh terganggunya aliran darah keotak yang mengakibatkan

terjadinya obstruksi atau stroke iskemik dan menyebabkan pembuluh darah menjadi

pecah atau stroke hemoragik. Penyakit ini adalah masalah kesehatan global dengan

angka kejadian yang tinggi ada 0,2 hingga 2,5 per 1.000 penduduk setiap tahun.

Jumlah stroke iskemik kini menyumbang sekitar 87% dan stroke hemoragik 13%

(Gazbare et al., 2017).

Sebagai negara berkembang, akibat peningkatan morbiditas dan mortalitas

secara simultan stroke menjadi masalah kesehatan yang penting, peningkatan kasus

akan berdampak negatif pada perekonomian dan produktivitas (Kamenkes, 2019).

Berdasarkan hasil Riskesdas Kementrian Kesehatan tahun 2018, prevelensi Stroke di

Indonesia meningkat 7% hingga 10% dalam 5 tahun terakhir. Penyebab utama

1
munculnya stroke yaitu adanya sumbatan pada pembuluh darah otak. menyebabkan

daerah tersebut mengalami penurunan karena tidak adanya aliran darah, sehingga

otak mengalami penurunan fungsi dengan segera.

Problematik pasca stroke seacara umum biasanya meliputi gangguan

sensomotoric, gangguan kognitif, dan psikiatrik. Gangguan sensomotori pasca

stroke juga akan menyebabkan gangguan pada komponen sensorik dan motorik.

Sehingga menyebabkan terganggunya system kendali postur tubuh sehingga tidak

memungkinkan untuk menjaga keseimbangan tubuh pada posisi tertentu. Pasien

stroke menunjukan bahwa sebagian besar berat badan mereka berada di sisi yang

lebih kuat (Asimetri) saat berdiri, yang dapat menyebabkan keterlambatan aktivitas

otot dan pembentukan Gerakan, yang mempengaruhi stabilitas dan respons 3

kecepatan terhadap keseimbangan tubuh, yang menyebabkan gangguan kapasitas

fungsional pada saat itu (Katharina et al.,2014)

Hilangnya fungsi sensorik serta fungsi motorik seseorang setelah stroke

Menyebabkan gangguan fungsi keseimbangan pada seseorang, termasuk didalamnya

yaitu keadaan yang mengakibatkan seseorang mengalami kondisi lemahnya

kekuatan otot, fleksibilitas pada jaringan lunak menurun, terganggunya gerakan dan

kontrol motorik pasien terganggu, pada pasien stroke menyebabkan hilangnya

hingga dapat menyebabkan hilangnya koordinasi (Thomson, 2010).

Pendekatan motor relearning ini menekankan pada pelatihan tugas-tugas yang

spesifik. Pemberian feedback yang sesuai kepada pasien selama melakukan

pelatihan motorik dengan tugas-tugas spesifik meningkatkan pembelajaran fungsi

motorik serta kesembuhannya (Chung, 2014).

2
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Muh. Irfan dan Jemmi Susanti pada

tahun 2008 pada 9 orang pasien dengan kasus Pasca stroke. sehingga penulis

berminat untuk melakukan studi kasus dengan menggunakan Motor Relearning

Programme untuk meningkat keseimbangan berdiri pasca stroke yang dilakukan

selama 1 bulan dengan frekuensi 2x seminggu dengan durasi 45 – 60 menit setiap

sesi dengan hasil adanya peningkatan keseimbangan berdiri pada pasien post stroke

sehingga penulis berminat untuk menjadikan kasus ini sebagai Karya Tulis Ilmiah.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Otak

1. Otak

Otak adalah kata lain dari encephalon merupakan bagian intergral dari

system saraf pusat (Drake, 2012). Pada otak terdiri dari semua bagian yang

didalamnya termasuk dalam Sistem Saraf Pusat atau SSP yang berada di atas

Spinal Cord. Otak merupakan inti susunan saraf pusat dengan beberapa

komponen bagian yaitu otak besar (Sugiritama et al., 2015).

Normalnya otak berfungsi sebagai sistem kendali tubuh manusia melalui

pasokan oksigen dan nutrisi yang cukup dari jaringan pembuluh darah, dengan

tujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis sel otak termasuk sel saraf dan non

saraf (Jones, 2011).

a. Otak Besar atau Cerebrum

Cerebrum adalah suatu bagian terbesar dari otak. Terdapat 4 lobus yang

merupakan bagian dari otak besar yaitu :

1) Frontal Lobe

Frontal Lobe atau lobus frontal adalah lobus paling depan dari otak dan

yang terbesar diantara lobus – lobus lainnya. Kemampuan motoric,

kemampuan menyelesaikan masalah, kemampuan perencanaan dan

kemampuan untuk focus dalam menimbang baik atau buruk suatu prilaku

adalah fungsi dari lobus ini.(Jones, 2011).

2) Parietal Lobe

4
Parietal Lobe atau lobus parietal terletak dibagian tengah atas otak atau

dibagian belakang lobus frontal. Kemampuan dalam menulis tangan,

mengatur sensai tubuh, mengatur posisi tubuh dan kemampuan

menerjemahkan informasi dari bagian otak lain adalah peran dari lobus

ini. (Jones, 2011).

3) Temporal Lobe

Temporal Lobe atau lobus temporal adalah lobus yang terletak dibagian

sisi samping dari otak. Pengendalian kemampuan daya ingat visual,

kemampuan menginterpertasi emosi dan reaksi dari orang lain,

kemampuan daya ingat verbal dan kemampuan pendengaran adalah

fungsi dari lobus ini. (Jones, 2011).

4) Oxipital Lobe

Pada lobus ini merupakan suatu lobus yang letaknya berada dibagian

belakang otak, mempunyai peran yang sangat penting pada seseorang

untuk melakukan kemampuan mengenali literasi bahkan untuk aspek

penglihatan lainnya dan untuk kemampuan seseorang untuk membaca.

(Jones, 2011).

1 2

4
3

Keterangan:
1. Frontal Lobe
2. Parietal Lobe
3. Temporal Lobe
4. Oksipital Lobe

5
b. Otak kecil (Cerebelum)

Cerebelum merupakan otak terbesar kedua setelah otak besar atau

Cerebrum. Pada otak ini terdapat dua belahan kecil yang masing –

masing belahananya terletak pada posterior pons valori dan pada inferior

cerebral balahan otak. Pada aktivitas seseorang dalam melakukan

aktivitas motorik berdasarkan informasi sensorik dan ingatan pada

gerakan – gerakan yang telah dipelajari sebelunnya adalah peran dari

otak ini yang dilakukan secara otomatis.(Drake, 2012).

Cerebelum tampak atas

Cerebelum tampak bawah

c. Batang Otak (Brainstem)

Brainstem adalah kata lain dari batang otak yang berperan

pentingmengatur semua proses kehidupan dasar yang terkait di atas

diensefalon, di bawah medulla spinalis. (Drake, 2012).

1) Otak Tengah (Mesensefalon)

6
Otak tengah adalah nama lain dari mesensefalon yang terletak

pada bagian depan dari otak kecil dan pons valori. Kemampuan

seseorang dalam melakukan refleks mata, kemampuan pada tonus

otot dan kemampuan seseorang dalam menahan atau melakukan

posisi tubuh kedudukan tubuh seimbang adalah fungsi penting dari

otak tengah. (Sugiritama et al., 2015).

2) Otak Depan (Diensefalon)

Otak depan adalah nama lain dari Diensefalon yang terbagi

menjadi dua yaitu talamus dan hipothalamus.Menumbuhkan sikap

agresif seseorang, mengatur suhu, mengatur nutrient serta

kemampuan seseorang untuk tetap terbangun adalah fungsi utama

dari hipolamus sedangkan untuk untuk menerima ransangan dari

reseptor kecuali ransangan bau adalah fungsi utama dari thalamus.

(Sugiritama et al., 2015).

3) Pons Valori

Jembatan varol adalah nama lain dari pons varoli yang adalah

sekumpulan serabut saraf dan fungsinya yaitu sebagai penghubung

antara otak kecil bagian kanan dan kiri serta menjadi penghubung

antara medula spinalis dan otak besar. (Sugiritama et al., 2015).

4) Medulla Spinalis

Medula Spinalis adalah sekumpulan susunan dari SSP

danberawal dari lubang magnum dari tengkorak dan mengarah

kebawah sekitar 45 cm hingga setinggi vertebra dan menigens.

7
Terdapat 31 pasang saraf pada medula spinalis. (Sugiritama et al.,

2015).

Brainstem tampak dari depan

1
2

4 3

5
6
7

Brainstem tampak dari samping

Keterangan :
1. Thalamus
2. Optic tract
3. Midbrain
4. Pons
5. Cranial nerves
6. Medula Oblongata
7. Spinal Cord

2. Sistem Vaskularisasi

Sepasang arteri vertebralis dan sepasang arteri karotis adalah dua pembuluh

darah arteri yang utama dalam mengalirkan darah keotak. Keempat arteri ini

terletak didalam ruang subaraknoid dan cabang – cabangnya beranastomosis

pada permukaan inferior otak untuk membentuk circulus willisi. Arteri karotis

8
interna, arteri basilaris, arteri cerebri anterior, arteri communicans anterior, arteri

cerebri posterior da communicans posterior dan arteri basilaris ikut membentuk

sirkulus ini. (Snell, 2007).

Sebagai salah satu organ terpenting dalam tubuh manusia, otak memiliki

metabolisme yang paling aktif, walaupun berat otak hanya 2% sekitar dari tubuh

manusia namun otak memerlukan 20% oksigen yang diperlukan oleh tubuh serta

memerlukan setidaknya 17% dari curah jantung. Sirkulasi utama tersebut adalah

(1) sirkulasi arteri serebri anterior yang memberikan suplai pada sebagian besar

kortex serebri dan massa putih sub kartika, ganglis basalis dan kapsula interna.

(2) sirkulasi arteri serebri posterior memberikan suplai ke korteks oksipital

serebri, lobus temporalis medialis, thamulus dan sebagian rostral dari

mesensefalon. (Irfan, 2012)

Sistem vaskularisasi otak (tampak dari bawah)

Keterangan :
1. Frontral Lobe 9. Anterior Cerebral Artery
2. Optic Chiasma 10. Anterior Communicating Artery
3. Middle Cerebral Artery 11. Posterior Communicating Artery
4. Internal Carotid 12. Posterior Cerebral Artery
5. Pituitary Gland 13. Basilar Artery
6. Temporal Lobe 14. Vertebrl Artery
7. Pons 15. Cerebellum
8. Occipital Lobe

9
B. Stroke

1. Pengertian

Berdasarkan WHO, stroke adalah suatu kondisi yang menyebabkan

terganggunya sistem fungsional dari otak baik secara sebagian bahkan maupun

secara menyeluruh yang biasa terjadi secara tiba – tiba dan bersifat akut,

biasanya stroke berlangsung lebih dari 1 hari atau 24 jam yang diakibatkan

adanya gangguan pada aliran darah dalam otak (Junaidi, 2011). Penyakit ini

merupakan serebrovaskular dikarenakan adanya jaringan otak yang mati,

biasanya penyebab dari penyakit ini ialah kurangnya aliran darah ke otak dan

oksigen yang dikarenakan adanya sumbatan, penyempitan bahkan pecahnya

pembuluh darah yang ada di otak. (Pudiastuti, 2011).

Post Stroke merupakan fase yang di alami seseorang setelah serangan stroke

yang berdampak pada gangguan sensorik maupun motorik akibat dari gangguan

aliran darah yang mengalami cedera dan merusak system saraf otak yang

mengontrol bagian otak tertentu. (Martin & Kessler,2015)

2. Etiologi

Etiologi dari stroke dibedakan menjadi 2 yaitu karena tersumbatnya

pembuluh darah atau iskemik serta pendarahan atau hemoragik (Yueniwati,

2015). Penyebab 80% dari cedera stroke terjadi sebagai akibat dari penyumbatan

arteri yang memasok otak dan 20% akibat dari pendarahan pada sistem

peredaran darah otak (Jones, 2011).

Selain itu usia, hipertensi, penyakit jantung, fibrilasi atrium, merokok,

diabetes, dan tingginya kolestrol merupakan faktor resiko dari stroke. (Rehatta,

et al, 2019).

10
Berdasarkan WHO, stroke dibagi menjadi empat tipe berdasarkan kejadian

pada saat terjadinya stroke, yaitu:

a. Stroke Primer, stroke ini biasanya terjadi pertama kali pada orang yang tidak

pernah terkena sebelumnya

b. Stroke Ulang, stroke ini biasanya terjadi kepada seeorang yang telah

mengalami stroke sebelumnya.

c. Stroke Non fatal, stroke ini adalah suatu kasus stroke yang biasanya ketika

seseorang terkena stroke ini, orang itu masih dapat mampu bertahan hidup

sekurangnya 28 hari pada saat stroke terjadi.

d. Stroke Fatal, stroke ini biasanya mengakibatnya seseorang meninggal dunia

sebelum 28hari pasca kejadian stroke.

3. Patologi

Patologi dari stoke yaitu ketika otak tidak lagi mendapatkan oksigen dan sari

makanan yang memadai untuk dapat tetap bekerja sehingga otak memerlukan

pasokan oksigen dan aliran darah dalam 24 jam secara terus – menerus dan

apabila terjadinya gangguan pada aliran darah yang menyuplai oksigen yang

keotak tak tercukupi maka akan terjadinya kematian pada sel otak sehingga

terjadinya stroke. (Junaidi, 2011).

Banyak peristiwa terjadinya stroke diakibatkan adanya subatan pada aliran

darah yang mengarah ke otak, lebih tepatnya sekitar 85% peristiwa stroke

diakibatkan adanya sumbatan pada aliran darah yang mengarah ke otak

sedangkan untuk 15% lainnya adalah peristiwa terjadinya sroke yang

diakibatkan oleh pecahnya pembuluh darah yang mengarah ke otak sehingga

pembuluh darah dan oksigen serta nutrisi yang mengarah ke otak terputus total,

11
biasanya kejadian pecahnya pembuluh darah ini terjadi dikarenakan adanya

tekanan tinggi dari aliran darah atau hipertensi dan sobeknya aneurisma. (Irfan

& Susanti, 2010).

4. Patofisiologi

Patofisiologi stroke yang penulis angkat yaitu patofisiologi dari stroke non

hemoragik. Stroke non hemoragik merupakan stroke yang terjadi diakibatkan

adanya sumbatan pada pembuluh darah yang mengarah keotak sehingga terjadi

perlambatan ataupun terhentinya aliran darah, nutrisi dan oksigen yang

diperlukan oleh otak agar dapat bekerja. Trombus adalah penyebab utama

terjadinya penyumbatan dialiran darah yang menuju ke otak. Ketika otak

mengalami kekurangan oksigen, maka akan mengakibatkan terjadinya asidosis

yang menyebabkan gangguan fungsi pada enzim ditubuh yang dikarenkan

tingginya ion H. selanjutnya asidosis menimbulkan edema serebral yang ditandai

dengan pembengkakan sel terutama pada jaringan glia dan berakibat terhadap

mirkosirkulasi. Oleh karena itu terjadinya peningkatan resistensi vaskular dan

kemudian terjadi penurunan dari tekanan perfusi sehingga terjadi perluasan

daerah iskemik.

5. Tanda dan Gejala

Pada kasus stroke, ketika seseorang mengalami kondisi dimana seseorang itu

mengalami kelumpuhan secara tiba – tiba di salah satu sisi tubuh hingga tidak

dapat berdiri, pusing hingga pingsan, adanya mati rasa atau baal pada satu sisi

tubuh, tidak dapat berbicara dengan lancar ataupun sama sekali tidak dapat

berbicara, pandangan memudar hingga menjadi gelap, pelo, mulut menjadi

miring ke kiri ataupun kanan, perasaan akan jatuh, mual hingga muntah, sakit

12
kepala, sulit bernapas, sulit memikirikan sesuatu atau mengingat dan

ketidakseimbangan saat berdiri. (Sugiritama et al., 2015)

Pada penyakit stroke ini, gejala yang timbul biasanya muncul secara tiba –

tiba pada saat seseorang melakukan aktivitasnya ataupun pada saat santai dan

pada saat tidur atau bangan. Untuk gejala dari stroke ini muncul secara

bervariasi tergantung dibagian otak mana yang mengalami kerusakan di

akibatkan tidak adanya suplai oksigen dan nutrisi yang memadai. (Sugiritama et

al., 2015).

6. Klasifikasi Stroke

Stroke non hemoragik dan stroke hemoragik adalah 2 tipe dari penyakit

stroke. (Pudiastuti, 2011).

a. Stroke Hemoragik,

Sering terjadi diakibatkan oleh pembuluh darah yang pecah dan menekan

aliran darah disekitarnya dan bahkan masuk kedalan suatu daerah otak

sehingga terjadinya tekanan pada suatu otak tersebut dan merusaknnya.

(Pudiastuti, 2011).

b. Stroke Non hemoragik,

Stroke ini dikarenakan menyempitnya pembuluh darah hingga

mengakibatkan tersumbatnya aliran darah ke otak sebagian ataupun

keseluruhan aliran darah terhenti sehingga otak tidak menerima suplai yang

cukup untuk dapat tetap bekerja. (Pudiastuti, 2011).

c. Klasifikasi stroke berdasarkan defisit neurologisnya menurut Irfan pada

tahun 2010 dikelompokkan sebagai berikut:

1) Transient Ischemic Attack (TIA)

13
Terjadi gangguan fungsi lokal otak bergejala terjadi dalam waktu 24

jam ataupun kurang atau suatu serangan sementara, trombus atau emboli

adalah penyebab utama pada kondisi ini.

2) Reversible Ischemic Neurological Defisit (RIND)

Kondisi ini hampir setara dengan TIA, tapi dapat terjadi lebih lama

yaitu sekitar 1 minggu.

3) Stroke In Evolution (SIE) / Progressing

Terjadi dengan bertahap dan akan berkembang mulai ringan hingga

berat seiring berjalannya waktu.

4) Complete Stroke Non Hemorhagic

Kondisi ini adalah kondisi terburuk dalam penyakit stroke ini yaitu

dimana gangguan yang terjadi pada pasien sudah pada tahap permanen

sehingga kondisi ini tidak lagi tergantung pada baian otak mana yang

mengalami kerusakan.

C. Problematik Fisioterapi

1. Impairment

Dalam kasus stroke, banyak impairment yang dapat di temukan contohnya

kelemahan otot, gangguan kognitif, gangguan sensasi, gangguan reflek gerak,

gangguan keseimbangan dan gangguan koordinasi (Susanti & Irfan, 2010).

Namun pada Karya Tulis ini impairment yang akan penulis angkat yaitu

Gangguan Keseimbangan berdiri.

Gangguan keseimbangan berdiri adalah suatu kondisi dimana seseorang

tidak dapat mempertahankan atau melakukan suatu gerakan tertentu dengan

benar, ketidak mampuan dalam menyeimbangkan berat badan pada pada posisi

14
berdiri pada suatu titik tumpu yang dapat memungkinkan seseorang melakukan

suatu aktivitas secara baik dan efektif tanpa adanya rasa ingin jatuh atau rubuh.

Gangguan keseimbangan yang terjadi dapat disebabkan oleh adanya

gangguan pada salah satu daerah otak misalnya otak besar,otak kecil,maupun

batang otak. Penyebab gangguan keseimbangan yang terjadi memiliki ciri khas

yang berbeda pada tiap-tiap bagian otak misalnya gangguan pada persepsi

sensorik yang di atur di area lobus parietal.

2. Functional Limmitation

Functional Limmitation merupakan istilah medis yang biasa digunakan

untuk suatu keadaan dimana seseorang mengalami keterbatasan fungsionalnya.

Pada kasus ini pasien mengalami kesulitan akan menjaga keseimbangannya

sehingga pasien tidak mampu berdiri dengan bernah sehingga pasien tidak dapat

melakukan aktivitas rumah tangga sehari – hari.

3. Participation Restriction

Participation Restriction merupakan suatu istilah yang digunakan untuk

suatu keadaan dari seseorang yang mengalami ketidakmampuan ataupun

kekurangan untuk melakukan aktivitas dengan lingkungan sekitar. Misalnya

pasien tidak dapat bersosialisasi dengan sekitar dikarenakan adanya gangguan

keseimbangan.

D. Teknologi Intervensi Fisioterapi

Intervensi terpilih yang akan penulis gunakan pada pasien stroke dengan

gangguan keseimbangan yaitu terapi latihan menggunakan Teknik Motor

Relearning Progamme.

1. Pengertian Motor Relearning Proggramme

15
Motor Relearning Proggramme adalah sebuah metode berorientasi tugas

tugas, dengan focus pada peningkatan control motorik belajar kembali dari

aktivitas sehari-hari. (Ristiawati,2015). Teknologi ini berikan pelatihan

fungsional dan identifikasi fungsi motor utama pasien. Tugas latihan apa pun

analisis untuk menentukan komponen yang tidak dapat di selesaikan, latih

pasien tentang hal ini serta pastikan pasien melakukan latihan ini di sela

aktivitasnya tiap hari.

a) Prinsip-prinsip Motor Relearning Proggramme

Metode Motor Relearning Proggramme memiliki beberapa prinsip dasar

penting yang termasuk dalam tugas motorik, gerakan motorik saat pasien

dalam posisi tidur ke posisi posisi duduk disisi dari tempat tidur, posisi

duduk ke posisi berdiri dan sebaliknya, menjaga keseimbangan berdiri serta

berjalan, fungsi dari anggota gerak atas serta fungsi orofacial adalah hal yang

perlu dicapai pada metode ini.

Motor Relearning Proggramme juga terdiri dari tujuh sesi yang mewakili

fungsi penting (tugas motoric) dari kehidupan sehari – hari yang

dikelompokan menjai : (1) fungsi ekstremitas atas, (2) fungsi orofasial, (3)

gerakan motoric saat dari tidur ke duduk di tepi tempat tidur, (4)

keseimbangan duduk, (5) posisi duduk ke berdiri, (6) keseimbangan berdiri,

(7) berjalan.

b) Tahapan – tahapan Motor Relearning Proggramme

Untuk memperoleh keseimbangan berdiri pasien ada komponen-

komponen penting yang harus dilakukan yaitu :

16
1) Tahapan satu, pada tahapan satu kita perlu menganalisa Gerakan pasien

dan melakukan pengamatan secara terliti, dari hasil Analisa ini kita akan

melanjutkannya dengan perbandingan analisa Gerakan yang memiliki

abnormalitas

2) Tahapan dua, pada latihan dua sudah masuk pada tahap latihan yang

bertujuan untuk mengembalikan komponen-komponen pola Gerakan

yang hilang dari pasien. Latihan yang di berikan disertai penjelasan dan

hasil identifikasi dari tujuan instruksi.

3) Tahapan tiga, pada tahapan ketika masih di mulai sama seperti tahapan

dua yaitu latihan Gerakan disertai penjelasan dari hasil identifikasi dari

tujuan instruksi, setelah itu pelatihan di lanjutkan menambahkan umpan

balik verbal dan visual dari pasien dan bias juga di tambah dengan

petunjuk- petunjuk manua. Setelah itu di lanjutkan dengan re-evaluasi

latihan, latihan-latihan yang telah di berikan di evaluasi kembali untuk di

Analisa apakah ada kemajuan dan telah tepat. Latihan terakhir di akhiri

dengan melatih fleksibilitas pasien.

4) Tahapan empat, melakukan semua latihan dan memasukannya kedalam

aktivitas tiap hari pasien

17
BAB III

RENCANA STUDI KASUS

A. Waktu dan Tempat

Adapun waktu pelaksanaan studi kasus ini dilaksanakan mulai tanggal 31 Mei

sampai dengan 26 Juni 2021 yang bertempat di RSUD. DR. Sam Ratulangi Tondano

B. Data – Data Medis Rumah Sakit

1) Diagnosis Medis :

SNH

2) Catatan Klinis :

Pasien dirujuk dari dokter saraf ke fisioterapi, pasien tidak melakukan

pemeriksaan CT scan atau MRI

3) Obat – obatan :

Amlodhipine 10 ml

C. Prosedur Studi Kasus

1. Rencana Pengkajian Fisioterapi

a. Anamnesis (Auto)

1) Identitas Pasien

Dengan hasil : (1) nama : Tn. S. L, (2) umur : 51 Tahun, (3) Jenis

Kelamin : Laki - laki, (4) Agama : Kristen, (5) Pekerjaan : Wiraswasta,

(6) Alamat : Tataaran, Tondano.

2) Keluhan Utama

Pasien mengeluhkan kelemahan pada anggota gerak atas dan bawah

pasien sebelah kiri.

18
3) Riwayat Keluhan dan Terapi

Pada bulan Mei 2021, pasien merasakan pusing, mual dan muntah

pada saat pasien sedang beristirahat, kemudian pasien langsung dibawa

ke RSUD. Sam Ratulangi Tondano untuk diberikan penanganan. Saat

sampai dirumah sakit pasien baru merasakan tangan dan kaki pasien sulit

untuk digerakan, kemudian pasien dirawat inap selama 5 hari dan

didiagnosa stroke serangan ke 2. Pasien merasakan kesulitan untuk

berjalan karena pusing. Saat posisi duduk ke berdiri pasien merasakan

pusing dan pasien merasa nyaman pada saat istrirahat. Pasien dirujuk

dari dokter saraf ke fisioterapi pada bulan pertengahan bulan mei 2020

dan hingga sekarang pasien sedang menjalani terapi.

4) Riwayat Penyakit Dahulu dan Penyerta

Hipertensi.

5) Riwayat Keluarga dan Status

Keluarga pasien ada yang memiliki riwayat keluhan serupa. Aktivitas

sosial pasien terganggu baik dirumah maupun dilingkungan tempat

tinggal pasien.

b. Pemeriksaan Fisik

1) Pemeriksaan Vital

Hasilnya yaitu : (1) tekanan darah; 120/80 mmHg, (2) denyut nadi;

89x/menit, (3) pernapasan; 19x/menit, (4) temperature; 35,2° C.

2) Inspeksi

Terlihat saat pasien masuk keruangan dibantu oleh fisioterapi dan

terlihat saat berjalan sedikit pincang.

19
3) Palpasi

Teraba tidak ada bengkak, suhu lokal normal dan tidak ada spasme

otot.

4) Pemeriksaan Gerak Dasar

a) Gerak Aktif :

Pasien mampu menggerakan anggota gerak atas dan anggota

gerak bawah dengan LGS penuh tanpa adanya nyeri.

b) Gerak Pasif

Gerakan pada semua regio anggota gerak atas dan anggota gerak

bawah dilakukan dengan LGS penuh, endfeel fleksi, ekstensi,

abduksi, adduksi terasa soft endfeel, fleksi elbow terasa soft endfeel,

ekstensi elbow terasa hard endfeel, palmar fleksi, dorso fleksi terasa

springy endfeel, fleksi hip terasa firm endfeel, ekstensi hip terasa

springy endfeel, fleksi knee terasa soft endfeel, dan ekstensi knee

terasa hard endfeel.

c) Tes Isometrik Melawan Tahanan

Pasien dapat melawan tahanan minimal pada anggota gerak atas

bagian kiri dan anggota gerak bawah bagian kiri, serta tidak adanya

nyeri.

1) Pemeriksaan Kognitif, Intrapersonal dan Interpersonal

Hasil dari pemeriksaan ini yaitu (1) kognitif; kognitif pasien baik

dilihat dari anamnesis pasien mampu menjelaskan kronologi

kejadiannya. (2) intrapersonal; pasien mempunyai motivasi untuk

20
sembuh. (3) interpersonal; pasien dapat berkomunikasi dengan baik

dengan fisioterapi dan semua orang.

2) Pemeriksaan Fungsional dan Lingkungan Aktivitas

Pasien kesulitan untuk duduk ke berdiri dan pasien kesulitan untuk

berpindah tempat.

c. Pemeriksaan Spesifik

1) Pemeriksaan Kekuatan Otot Menggunakan Manual Muscle Testing

(MMT)

Dari pemeriksaan MMT akan ditunjukan dalam tabel


Regio Kiri Kanan

Hip : Fleksor 3 5

Ekstensor 3 5

Abduktor 3 5

Adduktor 3 5

Knee : Fleksor 3 5

Ekstensor 3 5

Ankle : Plantar 3 5

Dorso 3 5

Shoulder : Fleksor 4 5

Ekstensor 4 5

Abduktor 4 5

Adduktor 4 5

Elbow : Flexor 4 5

Ekstensor 4 5

Wrist : Palmar 4 5

Dorso 4 5

Pemeriksaan Manual Muscle Testing

21
2) Pemeriksaan Keseimbangan (Berg Balance Scale)

Pemeriksaan Berg Balance Scale (BBS) ini digunakan untuk

mengukur kemampuan keseimbangan statis dan dinamis.

Scoring: Sebuah skala lima poin, mulai 0-4. "0" menunjukkan

tingkat terendah dan fungsi "4" tingkat tertinggi fungsi. Jumlah Skor =

28. Interpretasi : (1) 21-28 = Resiko Jatuh Rendah, (2) 11-20 = Resiko

Jatuh Menengah, (3) 0-10 = Resiko Tinggi Jatuh.

Hasil pemeriksaan ini didapat pada tanggal 8 Juni 2021.

Bagian 1 : Duduk ke Berdiri

Instruksi : Meminta pasien untuk berdiri Skor

Memerlukan bantuan sedang hingga penuh agar 0


dapat berdiri

Memerlukan bantuan minimum agar dapat berdiri 1


 stabil

Dapat berdiri dengan bantuan tangan setelah 2


mencoba beberapa kali

Dapat berdiri dengan stabil tapi menggunakan 3


bantuan tangan

Dapat berdiri dengan stabil tanpa menggunakan 4


bantuan tangan

Pemeriksaan BBS 1

Bagian 2 : Berdiri tak bersangga

Instruksi : Meminta pasien untuk berdiri tanpa sanggaan Skor


selama 2 menit

Tidak dapat berdiri dalam waktu 30 detik tanpa 0


bantuan

22
Dapat berdiri selama 30 detik tanpa penyangga 1
setelah mencoba beberapa kali

Dapat berdiri hingga 30 detik tanpa adanya 2


penyangga

 Dapat berdiri hingga dua menit namun dengan


adanya pengawasan
3

Dapat berdiri dengan aman hingga dua menit 4

Pemeriksaan BBS 2

Bagian 3 : Duduk tak bersangga tapi kaki dilantai

Instruksi : Meminta pasien untuk duduk dan melipat Skor


tangan selama dua menit

Tidak dapat duduk tidak bersangga selama 0


sepuluh detik

Dapat duduk hingga sepuluh detik 1

dapat duduk hingga tiga puluh detik 2

 Dapat duduk hingga dua menit namun dengan


adanya pengawasan
3

Dapat duduk dengan aman hingga dua menit 4

Pemeriksaan BBS 3

Bagian 4 : Berdiri ke duduk

Instruksi : Meminta pasien untuk duduk Skor

Memerlukan bantuan orang lain untuk duduk 0

Dapat duduk secara mandiri tapi dengan gerakan 1


yang tidak terkontrol

Dapat mengontrol gerakan duduk menggunakan 2


paha bagian belakang dengan menopang dikursi

 Dapat mengontrol gerakan duduk dengan 3

23
menggunakan tangan

Dapat duduk dengan aman dengan bantuan 4


tangan minimal

Pemeriksaan BBS 4

Bagian 5 : Transfer

Instruksi : Meminta pasien untuk pindah dari kursi yang Skor


satu ke kursi yang lain

Memerlukan lebih dari 1 orang untuk membantu 0

 Membutuhkan satu orang untuk membantu 1

Mampu berpindah dengan adanya pengawasan 2

Dapat ber pindah dengan aman dengan 3


menggunakan tangan

Dapat berpindah dengan aman dengan 4


menggunakan tangan minimal.

Pemeriksaan BBS 5

Bagian 6 : Berdiri tak tersangga dengan mata tertutup

Instruksi : Meminta pasien untuk berdiri dan menutup Skor


mata selama sepuluh detik

Membutuhkan bantuan orang lain untuk menjaga 0


agar tidak jatuh

Tak dapat menutup mata hingga tiga detik 1

Dapat berdiri hingga tiga detik 2

Dapat berdiri hingga sepuluh detik namun dengan 3


adanya pengawasan

 Dapat berdiri dengan aman hingga sepuluh detik 4

Pemeriksaan BBS 6

24
Bagian 7 : Berdiri tidak tersangga dengan kaki rapat

Instruksi : minta pasien untuk berdiri dan merapatkan kaki Skor


tanpa adanya topangan

 Memerlukan bantuan untuk dapat merapatkan


kedua kaki serta tidak dapat berdiri hingga lima
0

belas detik

Memerlukan bantuan untuk dapat merapatkan 1


kedua kaki dan mampu berdiri hingga lima belas
detik

Dapat merapatkan kaki dengan mandiri serta 2


dapat berdiri hingga tiga puluh detik

dapat merapatkan kaki dengan mandiri serta dapat 3


berdiri hingga satu menit dengan adanya
pengawasan

Dapat merapatkan kaki dengan mandiri serta 4


dapat berdiri hingga satu menit

Pemeriksaan BBS 7

Bagian 8 : Meraih kedepan dengan lengan lurus secara penuh

Instruksi : Meminta pasien untuk berdiri dan meminta Skor


pasien untuk meraih benda yang ada didepan pasien

Hilangnya keseimbangan pada saat mencoba 0

Mampu untuk meraih tapi dengan adanya 1


pengawasan

 Mampu untuk meraih lebih dari lima cm dengan 2


aman.

Mampu untuk meraih lebih dari 12.5cm dengan 3


aman.

Mampu untuk meraih dengan meyakinkan lebih 4


dari 25cm

Pemeriksaan BBS 8

25
Bagian 9 : Mengambil objek dari lantai dari posisi berdiri

Instruksi : Meminta pasien untuk mengambil benda yang Skor


ada didepan kaki

 Tak dapat mengambil serta membutuhkan bantuan 0


agar tidak jatuh

Tak dapat mengambil serta mencoba beberapa 1


kali dengan adanya pengawasan

Tak dapat mengambil tapi dapat mendekati sepatu 2


dengan jarak 2 - 5cm dengan seimbang dan
mandiri.

Dapat mengambil, tapi dengan adanya pengawasan 3

Dapat mengambil dengan aman dan mudah 4

Pemeriksaan BBS 9

Bagian 10 : Berbalik untuk melihat ke belakang

Instruksi : Meminta pasien untuk menoleh kebelakang Skor


pada saat berdiri kekiri serta ke kanan fisioterapis dengan
menggunakan benda untuk mengarahkannya.

Memerlukan bantuan agar dapat seimbang dan 0


tidak jatuh

Memerlukan pengawasan untuk ber balik arah 1

 Hanya dapat
seimbang
menoleh ke samping secara 2

Dapat menoleh kebelakang hanya pada salah satu 3


sisi dengan baik

Dapat menoleh kebelakang dari arah kiri dan arah 4


kanan dengan pergerakan yang baik

Pemeriksaan BBS 10

Bagian 11 : Berbalik 360°

Instruksi : Meminta pasien agar berbalik arah sebanyak Skor

26
360° dari arah kiri dan kanan

 Memerlukan bantuan agar dapat ber balik 0

Memerlukan panduan dan adanya pengawasan 1

Dapat ber putar 360° secara baik tapi perlahan- 2


lahan

Dapat berputar 360° secara baik disatu sisi hingga 3


empat detik atau kurang

Dapat berputar 360° derajat hingga empat detik 4

Pemeriksaan BBS 11

Bagian 12 : Menempatkan kaki bergantian ke stool dalam posisi


berdiri tanpa penyangga

Instruksi : Meminta pasien untuk menempatkan kaki pada Skor


step stool secara bergantian dan berpindah ke stool yang
lainnya.

 Memerlukan bantuan agar tidak jatuh 0

Dapat melakukannya dengan lebih dari dua 1


langkah serta memerlukan bantuan ringan

Dapat malakukannya sebanyak empat langkah 2


dengan tidak menggunakan bantuan dan dengan
adanya pengawasan

Dapat berdiri sendiri dengan aman serta dapat 3


melakukannya sebanyak delapan langkah hingga
lebih dari dua puluh detik

Dapat berdiri sendiri dengan aman serta dapat 4


melakukannya sebanya delapan langkah dalam
waktu dua puluh detik

Pemeriksaan BBS 12

Bagian 13 : Berdiri dengan satu kaki di depan kaki

Instruksi : Meminta pasien untuk menempatkan 1 kaki di Skor

27
depan kaki yang lain.

Hilangnya keseimbangan ketika melakukan 0


penempatan kaki pada saat berdiri

 Memerlukan bantuan agar dapat menempatkan 1


tapi hanya ber tahan sekitar lima belas detik

Dapat melakukannya dengan jarak yang kecil 2


serta dapat melakukannya sendiri hingga tiga
puluh detik

Dapat melakukannya dengan sendiri hingga tiga 3


puluh detik detik

Dapat melakukannya dengan sendiri dengan 4


mudah serta tahan selama tiga puluh detik

Pemeriksaan BBS 13

Bagian 14 : Berdiri dengan satu kaki

Instruksi : Meminta pasien untuk berdiri dengan 1 kaki Skor


dan pertahankan

 Tak dapat melakukannya serta memerlukan 0


bantuan supaya tidak jatuh

Mampu untuk berdiri sendiri namun tidak dapat 1


menahan selama tiga detik

Dapat berdiri sendiri serta dapat mempertahankan 2


hingga tiga detik

Dapat berdiri sendiri serta dapat mempertahankan 3


selama lima sampai sepuluh detik

Dapat berdiri sendiri serta dapat 4


mempertahankannya hingga lebih dari sepuluh
detik

Pemeriksaan BBS 14

28
Keterangan : Skor total : 20 skor dengan interpretasi resiko jatuh

menengah

3) Pemeriksaan Koordinasi

Pemeriksaan koordinasi yang dilakukan yaitu berupa knee to hell,

heel to knee, fingger to fingger, fingger to nose. Dengan hasil : (1)

tungkai kanan : pasien mampu melakukann dengan tepat, (2) tungkai kiri

: pasien mampu melakukan namun gerakan tidak terkontrol, (3) lengan

kanan : pasien mampu melakukan dengan tepat, (4) pasien mampu

melakukan namun tidak terkontrol.

1. Problematik Fisioterapi

Dalam melakukan pengakajian fisioterapi seperti yang telah dilakukan

diatas, didapatkan problematic fisioterapi sebagai berikut :

a. Impariment

Adanya gangguan keseimbangan pada saat berdiri.

b. Functional Limitation

Berdasarkan hasil pemeriksaan fungsional dan lingkungan aktivitas

pasien, pasien kesulitan untuk duduk keberdiri, pasien kesulitan untuk

berpindah tempat.

c. Participant Restriction

Pasien kesulitan untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.

2. Program FIsioterapi

a. Tujuan

29
Setelah dilakukannya beberapa pemeriksaan seperti yang telah

disebutkan diatas, penulis memiliki beberapa tujuan yaitu pada jangka

pendek : meningkatkan kemampuan keseimbangan pasien.

Sedangkan untuk jangka panjang : memelihara kapasitas fisik dan

kemampuan fungsional pasien semaksimal mungkin.

b. Prognosis

Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan penulis dapat

menentukan prognosis dari pasien yang pada saat ini dapat disimpulkan

bahwa Qua ad Vitam : Baik, Qua ad Sanam : Ragu-Ragu, Qua ad

Fungsionam : Baik dan Qua ad Cosmeticam : Baik

c. Rencana Evaluasi

Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan, adapun rencana evaluasi

yang akan dilakukan berdasarkan problematic fisioterapi yang telah

ditentukan yaitu mengevaluasi kembali keseimbangan pasien dengan Berg

Balance Scale

d. Edukasi / Homeprograme

Adapun edukasi / homeprograme yang penulis berikan kepada pasien

yaitu pasien dianjurkan yaitu meminta pasien agar dapat melakukan latihan

yang sudah diajarkan oleh fisioterapis seperti latihan berdiri dari posis duduk

yang diawali dengan pegangan di samping kursi maupun dengan bantuan

keluarga dirumah.

3. Pelaksanaan Fisioterapi

Adapun upaya yang akan pasien lakukan untuk mencapai tujuan yang sesuai

dengan problematik fisioterapi yaitu meningkatkan keseimbangan pasien dengan

30
menggunakan Motor Relearning Programe. Pemberian latihan ini di lakukan

selama 45 menit 2-5x/minggu dilakukan selama 1 bulan(Avril Mansfield,et

al,2020).

a. Definisi

MRP adalah suatu latihan yang berorientasi pada tugas – tugas yang

berfokus pada peningkatan kontrol m/otorik berlajar kembali dari aktivitas

sehari – hari.

b. Prosedur

1) Melatih keseimbangan panggul

Posisi pasien berdiri menumpu disisi yang sehat kemudian pasien

diminta untuk meluruskan kaki yang t=lemah secara perlahan – lahan.

2) Mencegah lutut untuk fleksi

Posisi pasien berdiri tegak dan pasien mempertahankan lutut dan

postur tubuh pasien dengan tegak.

3) Latihan kontrol postural ketika gaya gravitasi berubah

Posisi pasien berdiri kemudian terapis menginstruksikan pasien untuk

melihat keatas, membalikan badan, meraih tangan fisioterapis ke depan,

belakang, dan kesamping, dan melangkah kedepan dan kebelakang.

4) Meningkatkan kompleksitas

Pada latihan ini kemampuan pasien saat berdiri harus di tingkatkan

dengan latihan pasien diminta untuk mengambil barang yang ada di

tempat tidur kemudian di berikan kepada fisioterapi

4. Evaluasi dan Tindak Lanjut

31
Adapun hasil evaluasi yang telah penulis lakukan sebanyak enam kali terapi

dan didapati hasil adanya peningkatan keseimbangan yang dialami pasien.

Dengan adanya hasil evaluasi seperti ini, penulis berharap agar dapat

melanjutkan tindakan yang telah dilakukan sebelumnya

T1 T3 T6
8 Juni 2021 18 Juni 2021 28 Juni 2021

Berg Balance
20 22 22
Scale
Resiko jatuh Resiko jatuh Resiko jatuh

menengah rendah rendah

32
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penatalaksanaan studi kasus kepada pasien Tn.S. L yang berumur 51 tahun

dengan diagnosa medis hemiparese sinistra dengan problematik fisioterapi adanya

gangguan keseimbangan telah dilakukan penanganan fisioterapi menggunakan

teknik Motor Relearning Programme yang dilakukan sebanyak 6 kali terapi

didapatkan hasil adanya peningkatan keseimbangan. Walapun begitu, penulis

berharap agar pasien dapat terus melanjutkan terapi dengan menggunakan teknik

yang sama agar tercapainya hasil yang lebih baik.

B. Saran

Kepada pasien agar tetap semangat dan bersabar dalam menjalani terapi dengan

rutin, walaupun pasien mungkin telah merasakan perubahan yang baik tapi pasien

harus hindari faktor – faktor yang dapat memperberat kondisi yang telah dialami

serta melakukan latihan – latihan dan saran yang telah di edukasikan oleh

fisioterapis.

Kepada pihak keluarga pasien disarankan agar dapat memberikan motivasi dan

semangat kepada pasien serta dapat mendampingi pasien dalam proses pemulihan.

Kepada masyarakat dihimbau agar ketika menjumpai kondisi seperti ini

diharapkan agar dapat memeriksakan diri atau orang lain kepada tenaga medis agar

segera mendapatkan penanganan yang sesuai dengan kondisi jika tidak mendapat

penanganan yang sesuai maka akan dapat memperberat kondisinya.

33
Kepada pembaca yang mungkin tertarik untuk melanjutkan studi kasus ini dan

dimasukan kedalam bentuk penelitian, dapat menggunakan teknik Motor Relearning

Programme seperti yang dilakukan penulis dengan waktu yang lebih panjang

34
DAFTAR PUSTAKA

Chung, B. P. H. (2014). Effect of Different Combinations of Physiotherapy Treatment


Approaches on Functional Outcomes in Stroke Patients: A Retrospective Analysis.
Hong Kong Physiotherapy Journal, No. 32.

Drake, R.L., Vogi, W. & Mitchell, A.W.M. 2012. Gray’s Basic Anatomy. p.434- 437.
Elsevier, Churchill Livingstone. Philadelphia.

Drake, R.L., Vogi, W. & Mitchell, A.W.M. 2015. Gray’s Anatomy For Student Flash
Card. 3rded.p.272-273. Elsevier, Churchill Livingstone. Philadelphia.

Gazbare, P., Mahajan, T., Palekar, T., Rathi, M., & Khandare, S. (2017). Comparison of
Motor Relearning Programme with Proprioceptive Neuromuscular Facilitation on
Upper Limb Function in Stroke Patients. International Journal of Scientific
Research and Education, Vol 5 No 5.

Indriaf (2010). Pembahasan. Attributnon-comercial. Avaible From: URL


http://www.scribd.com/doc/40397340/Keseimbangan.

Irfan, M., & Susanti, J. 2010. Pengaruh penerapan Motor Relearning Programme (MRP)
Terhadap peningkatan keseimbangan berdiri pada pasien stroke hemiplegi. Jurnal
Fisioterapi Indonesia Vol. 8 No. 2, Oktober 2010, 188-122.

Jones, K. 2011. Neurological Assesment A Clinician’s Guide. Elsevier, Churchill


Livingstone. London.

Junaidi, I.(2011). Stroke Waspadai Ancamannya.Yogyakarta:C.V ANDI OFFSET.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta:


Kemenkes RI.

Pudiastuti, R. 2011. Penyakit pemicu stroke. Yogyakarta: Nuha medika.

Rahayu, Umi. 2010. Fisiologi Pendengaran dan Keseimbangan. Availabel from :


URL:http://www.fkunja2010.files.wordpress.com.fisiologipendengarandankesemb
angan.

Ristiawati, R. H. (2015). Pengaruh Motor Relearning Program (MRP) terhadap


Peningkatan Kesimbangan Duduk Pasien Pasca Stroke. (Skripsi), Surakarta: FIK
UMS.

Sugiritama, W., tianing, N. w., wibawa, a., winaya, I. m. n., andayani, n. l. n., nyoman,
a. a., nugraha, m. h. s. (2015). Perbedaan Intervensi Pendekatan Metode Bobath
dengan Intervensi Konvensional terhadap Keseimbangan Berdiri Statis pada

35
Pasien Stroke. Laporan Penelitian: Bali Program Studi Fisioterapi Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana.

Thomson, D. (2010). Stroke dan Pencegahannya. Jakarta: Arcan.

Yueniwati, Y. 2015. Deteksi Dini Stroke Iskemia: Dengan Pemeriksaan Ultrasonografi


Vaskuler dan Variasi Genetika. Universitas Brawijaya Press. Malang.

36
Lampiran – lampiran

Dokumentasi

37

Anda mungkin juga menyukai