Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTEK KLINIK

DI YPAC MAKASSAR
PERIODE 2

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA GANGGUAN


TUMBUH KEMBANG ANAK AKIBAT CEREBRAL PALSY
TIPE SPASTIK QUADRIPLEGI

OLEH :
SRI NURFATMA ARIANA
PO.71.3.241.14.1.093

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


MAKASSAR
PRODI D.III FISIOTERAPI
2016
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan klinik dengan judul “penatalaksanaan fisioterapi pada gangguan tumbuh kembang
anak akibat cerebral palsy tipe spastic quadriplegi”. Disusun oleh : SRI NURFATMA
ARIANA, Po.71.3.241.14.1.093 telah disetujui untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan praktek klinik di YPAC Makassar yang dimulai pada tanggal 17
Oktober – 12 November 2016.

Makassar, 7 November 2016

Mengetahui

Pembimbing klinik Pembimbing Akademik

Dwy Rustyanto, S.Ft,Physio Drs.H.Anwar Sarman, M.Kes


Nip. 19550405 197702 1002
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penyusun panjatkan kepada Allah subhanahu wata’ala karena atas
rahmat dan hidayah –Nya yang diberikan selama ini sehingga penyusun dapat menyelesaikan
laporan klinik “penatalaksanaan Fisioterapi pada gangguan Tumbuh kembang anak akibat
Cerebral palsy tipe spastic Quadriplegi”. Shalawat dan salam kami hanturkan kepada
nabiullah Muhammad Shalallahu Alaihi wasallam yang telah memberikan petunjuk yang
luar biasa atas segala bentuk tingkah selama menyelesaikan laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan klinik ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
saya sangat mengharapkan adanya kiritik dan saran yang bersifat membangun sehingga
dapat menjadi tolak ukur dalam penyusunan laporan selanjutnya, dengan demikian tujuan
penyusunan laporan ini pun yakni bermanfaat untuk semua pihak dapat terealisasikan.
Semoga Allah senantiasa meridhoi segala bentuk usaha kita. Amin.

Makassar, 7 November 2016

Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………………………………………………………. i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………………………… ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………………………………………………….1

BAB II ANATOMI FISIOLOGI

A. Sistem Syaraf Pusat………………………………………………………………………………………. 2

BAB III PATOLOGI TERAPAN

A. Defenisi CP……………………………………………………………………………………………………. 4
B. Tanda dan Gejala CP…………………………………………………………………………………….. 4
C. Etimologi CP…………………………………………………………………………………………………. 4
D. Jenis-jenis CP………………………………………………………………………………………………… 5
E. Patofisiologi CP…………………………………………………………………………………………….. 6

BAB IV STATUS KLINIK

A. Data-data Medis…………………………………………………………………………………………… 7
B. Pemeriksaan Fisioterapi……………………………………………………………………………….. 7
C. Diagnostik Fisioterapi…………………………………………………………………………………… 11
D. Problematik Fisioterapi………………………………………………………………………………….11
E. Perencanaan Fisioterapi……………………………………………………………………………….. 11
F. Intervensi Fisioterapi……………………………………………………………………………………. 12
G. Evaluasi………………………………………………………………………………………………………… 13

Hasil Terapi……………………………………………………………………………………………………BAB I
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Cerebral Palsy (kelumpuhan otak) merupakan suatu penyakit yang ditandai


engan gangguan kontrol otot, sehingga timbul kesulitan dalam bergerak dan
meletakkan posisi tubuh akibat kerusakan / kelainan fungsi bagian otak tertentu
pada bayi / anak, hal ini dapat terjadi ketika bayi berada di dalam kandungan, saat
lahir atau setelah lahir.

Cerebral Palsy ditandai dengan adanya kerusakan sel otak bagian tertentu
sehingga menyebabkan kontrol gerakan tubuh terganggu, karena otot-otot salah
menerima instruksi dari bagian otak yang rusak membuat otot-otot tersebut kaku
atau lemas sehingga penderita Cerebral Palsy sulit bergerak atau meletakkan
posisi tubuhnya..

Bagian otak yang sering mengalami kerusakan biasanya bagian otak yang
mengontrol memori, penglihatan, pendengaran dan akhirnya mengalami gangguan
fungsi. Dari kerusakan bagian otak itulah sehingga muncul gangguan-gangguan
seperti; gangguan gerak, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, kesalahan
posisi tubuh, kesulitan belajar dan kesulitan berkomuniaksi yang akhirnya akan
menimbulkan kecacatan fisik, mental, dan sosial bagi penderita Cerebral Palsy.
BAB II
ANATOMI FISIOLOGI

A. Sistem Saraf Pusat


Otak mengatur dan mengkordinir sebagian besar gerakan, perilaku dan fungsi tubuh
homeostatis seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu
tubuh. Otak manusia bertanggung jawab terhadap pengaturan seluruh badan dan
pemikiran manusia.
Sistem saraf pusat terdiri atas :
1. Otak
Otak terbagi atas :
a. Otak besar (cerebrum )
b. Otak kecil (cerebellum)
c. Batang otak (brain stem)
2. Medulla Spinalis
Medulla spinalis terbagi atas :
a. MS. Cervical C1 – C7
b. MS. ThorachalisTH1 – TH12
c. MS. Lumbalis L1 – L5
d. MS. Sacralis S1 – S5
e. MS. Coxygeus

a. Cerebrum (otak besar)


Merupakan bagian terbesar dari otak manusia disebut juga sebagai cortex
cerebri. Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan berfikir atau intelektual,
analisa, logika, bahasa, kesadaran, persepsi, memory, aktivitas motorik yang
kompleks dan kemampuan visual. Cerebrum dibagi menjadi dua belahan, yaitu
hemisfer kanan dan hemisfer kiri. Kedua belahan tersebut terhubung oleh saraf.
Secara umum, hemisfer kanan berfungsi mengontrol sisi kiri tubuh dan terlibat
dalam kreativitas serta kemampuan artistic. Sedangkan hemisfer kiri berfungsi
mengontrol sisi kanan tubuh dan untuk logika serta berfikir rasional. Serebrum
terbagi menjadi 4 lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian
lekukan disebut sulcus. Keempat lobus tersebut masing-masing adalah:
Hemisferium cerebri terdiri atas beberapa lobus, yaitu:
1. Lobus frontalis: merupakan bagian lobus yang paling depan dari cerebrum.
Lobus ini berhungan dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan
gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, member penilaian,
kreativitas, control perasaan, control perilaku seksual, dan kemampuan
bahasa secara umum.
2. Lobus parietalis: berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor
perasaan seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.
3. Lobus temporal: berada di bagian bawah, berhubungan dengan
kemampuan pendengaran, pusat ingatan, pemaknaan informasi dan bahasa
dalam bentuk suara.
4. Lobus Occipital : ada dibagian paling belakang, berhubungan dengan
ransangan visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan
interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata.

b. Cerebellum (otak kecil)


Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat dengan ujung leher bagian
atas. Cerebellum berfungsi dalam pengaturan koordinasi pencernaan gerak,
pengaturan tonus, kontrol postur, keserasian gerak, dan pengaturan keseimbangan.
Cerebellum juga berfungsi sebagai pengatur system saraf otonom seperti
pernafasan,mengatur ukuran pupil,dll. Jika terjadi cedera atau terdapat kerusakan
pada area ini, dapat mengakibatkan gangguan pada sikap dan koordinasi gerak otot.
Gerakan menjadi tidak terkoordinasi, misalnya orang tersebut tidak mampu
memasukkan makanan ke dalam mulutnya atau tidak mampu mengancing bajunya.

c. Brain Stem (Batang Otak)


Batang otak berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala bagian dasar
dan memanjang sampai ketulang punggung atau sumsum tulang belakang. Bagian
otak ini mengatur fungsi dasar manusia termasuk pernafasan, denyut jantung,
mengatur suhu tubuh, mengatur proses pencernaan, dan merupakan sumber insting
dasar manusia yaitu fight or flight saat datangnya bahaya.
Batang otak terdiri atas :
1. Diencephalon : untuk mengatur kegiatan reflex dan membantu pekerjaan
jantung.
2. Mercephalon : untuk membantu pergerakan bola mata dan mengangkat bola
mata, memutar mata dan sebagai pusat pergerakan mata.
3. Medulla Oblongata :
Berfungsi :
a. Mengontrol pergerakan jantung
b. Konstruksi pembuluh darah
c. Pusat pernafasan
d. Mengontrol refleks.

d. Medulla Spinalis
Merupakan pusat yang pertama menerima impuls somata sensorik yang
umumnya berhubungan secara langsung dengan efektor sumsum tulang belakang
yang terletak dalam canalis vertebralis yang dimulai dari foramen magnum hingga
setinggi vertebra L1 , dari medulla spinalis ini keluar saraf spinalis yang terdiri dari
31 pasang saraf yang melalui canalis vertebralis pada ujung serabut saraf spina yang
masuk ke dalam medulla spinalis melalui bagian posterior didapatkan ganglion
radiks dorsalis yang merupakan ganglion sensoris.
Medulla spinalis terdiri atas 3 lapisan, yaitu :
1. Durameter (lapisan luar)
2. Piameter (lapisan dalam)
3. Arachnoid (lapisan tengah)
BAB III
PATOLOGI TERAPAN
A. Defenisi
Cerebral palsy adalah suatu kerusakan yang permanent , tetapi bukan berarti tidak
mengalami perubahan sama sekali pada postur gerakan yang terjadi karena kerusakan
otak non-progresif (tidak berkelanjutan) disebabkan oleh factor bawaan, masalah selama
di dalam kandungan, proses kelahiran dan masa bayi atau sekitar dua tahun pertama
kehidupan anak.
Secara defenisi dapat diartikan kata cerebral itu sendiri adalah otak, sedangkan palsy
adalah kelumpuhan, kelemahan, atau kurangnya pengendalian otot dalam setiap
pergerakan atau bahkan tidak terkontrol. Kerusakan otot tersebut mempengaruhi sistem
dan penyebab anak mempunyai koordinasi yang buruk, keseimbangan yang buruk, pola-
pola gerakan yang abnormal atau kombinasi dari krakter-karakter tersebut.

B. Etiologi
1. Sebelum Lahir
a. Infeksi kuman
b. Penyakit sistem metabolis seperti DM
c. Kebiasaan-kebiasaan buruk sang Ibu: alkoholik, perokok, komsumsi gizi kurang,
pecandu obat-obatan tertentu.
d. Penyakit keturunan
e. Letak janin tidak normal
f. Trauma
2. Pada saat Lahir
a. Bayi lama di pintu sehingga sel-sel otak rusak karena kekurangan oksigen
b. Trauma melahirkan; akibat rongga panggul yang kecil.
c. Lahir sebelum waktunya
3. Setelah Lahir
a. Infeksi otak seperti Meningitis
b. Demam sangat tinggi atau kekurangan cairan (dehidrasi)
c. Kecelakaan yang menyebabkan cedera pada kepala
d. Kekurangan oksigen karena tenggelam, keracunan gas pestisida
e. Tumor otak

C. Tanda dan Gejala


Pada awal pertumbuhan, gejala-gejala CP sulit diketahui oleh keluarganya karena
penderita tidak menunjukkan adanya kelaian. Tanda-tanda CP yaitu:
a. Tanda-tanda Dini CP
- Anak akan terkulai lemas atau mengalami kekakuan yang dapat terlihat segera
setelah lahir.
- Kejang tiba-tiba
- Perkembangan lambat
- Sulit makan
- Tingkah laku yang tidak umum
- Tumbuh kembang anak tidak sesuai dengan usia anak normal.
b. Tanda-tanda Lanjut CP
- Refleks abnormal karena gangguan fungsi refleks yang mengatur pusat fasilitas,
inhibisi dan sinergis
- Gangguan tonus otot
- Gangguan mental
- Kelemahan otot

D. Jenis-jenis CP
a. Tipe Spastic
- Tonus otot meninggi
- Tendon otot nampak menonjol, karena otot hampir selalu berkontraksi
- Hyperreflex
- Kelainan postur
- Gerak voluntary
- Mudah timbul kecacatan
Secara topografi distribusi tipe ini adalah sebagai berikut:

 Hemiplegia, apalagi mengenai anggota gerak sisi yang sama


 Spastik Diplegia, mengenai keempat anggota gerak, anggota gerak atas
sedikit lebih berat.
 Quadriplegia, mengenai keempat anggota gerak, anggota gerak atas sedikit
lebih berat.
 Monopogi, bila hanya satu anggota gerak.
 Triplegia, apabila mengenai satu anggota gerak atas dan dua anggota gerak
bawah, biasanya merupakan varian dari Quadriplegia.

b. Tipe Athetoid
- Gerak di luar kehendak (involunter) berupa gerakan memilin.
- Pasien akan mengambil posisi aneh bila terkejut atau dalam kegirangan.
- Saat istirahat gerak athetosis berkurang dan akan bertambah saat terkejut atau
kegirangan.
- Reflex normal dan otot dapat berkontraksi.
- langkah terhuyung-huyung
- Terkadang kepala ke belakang, mulut terbuka, lidah menjulur keluar
- Gangguan keseimbangan dan mudah jatuh.

c. Tipe Ataxic
- Gangguan keseimbangan terganggu
- nampak kikuk menggunakan kedua tangannya.
- Hipotanus
- Nistagmus

d. Tipe flaccid
- Otot-otot dalam keadaan lemah.
- Tonus otot hilang atau sangat rendah
- Lingkup gerak sendi (LGS) dapat berlebihan.
e. Tipe Rigid (kaku)
- Sendi nampak kaku dan sulit di gerakkan, baik secara pasif maupun aktif.
- Refleks tendon menurun
- Gerakan pasif terasa adanya hambatan yang sama besarnya di semua LGS.

f. Tipe campuran
Merupakan campuran dari berbagai tipe atau lebih misalnya spastic ataxis,
spastic – athetoid.

E. Patofisiologi
Diawali dengan terjadinya kerusakan bagian otak tertentu sehingga control
gerak tubuh tertentu menjadi terganggu, akibat otot-otot salah menerima intruksi.
Sehingga oto menjadi kaku dan lemas yang berakibat anak CP sulit bergerak atau
meletakkan posisi tubuhnya sesuai yang dikhendaki. Namun alat tersebut
sesungguhnya tidaklah lumpuh.

Bagian otak yang mengalami kerusakan, terutama bagian otak yang


mengontrol memori / intelegensi, penglihatan dan pendengaran mengalami
gangguan fungsi. Dari sana muncul gangguan-gangguan gerak, kesalahan posisi
tubuh, kesulitan belajar / berkomuniaksi yang pada akhirnya akan menimbulkan
kecacatan fisik, mental dan social bagi anak CP (Cerebral Palsy).
BAB IV
STATUS KLINIK
A. Data – Data Medis
1. Diagnosa medis : Cerebral Palsy tipe spastic quadriplegi.
2. Pasien saat ini menjalani terapi di bagian fisioterapi YPAC.

B. Pemeriksaan Fisioterapi

1. Anamnesis (Allo Anamnesis)


a. Anamnesis umum
1) Anak
 Nama : An. A
 Usia kalender : 6 tahun 1 bulan
 Usia tumbang : 3-4 bulan
 Jenis kelamin : laki laki
 Agama : Islam
 Alamat : jl. satanga
2) Orang Tua
 Nama Ayah : bpk.Aprizal
 Umur : 34 tahun
 Agama : Islam
 Pekerjaan : pelaut

 Nama ibu : ibu. nurlarla


 Umur : 33 tahun
 Agama : Islam
 Pekerjaan : IRT

b. Anamnesis khusus
1) Riwayat kehamilan
 Keadaan ibu saat hamil : Normal / baik.
 Hamil pada saat usia : 28 tahun
 Anak ke - : 1 (pertama) / anak tunggal

2) Riwayat Persalinan
 Umur kehamilan : 9 Bulan
 Proses persalinan : Caesar
 Keadaan setelah lahir : bayi tidak langsung
menangis
 Yang menolong persalinan : Dokter ahli kandungan
 Berat badan saat lahir : 2,7 kg
3) Riwayat setelah lahir
a) Riwayat sakit : kejang-kejang
b) Pernah dirawat di RS : pernah
c) Kapan kejadian :Pada saat anak berusia 11 bulan.

4) RPP :
Terjadi pada saat memasuki usia 7 bulan kandungan kondisi
kepala anak telah menunjukan kelainan (microlepalus) atau
ukuran kepalanya berukuran 2 cm dan anak lahir malalui
proses Caesar. Sejak lahir pernah kejang kejang pada usia
11 bulan , kemudian pada usia 1 tahun ibu menyadari bahwa
perkembangan anak terlambat karena anak hanya mampu
terlentang, sejak saat itu ibu mulai membawa anak ke
fisioterapi anak terikat keterlambatan anak.

2. Inspeksi
a. Statis :
 Kepala anak lebih kecil dari pada anak seusianya.
 Posisi kepala cenderung lateral fleksi kiri
 Pada saat duduk kepala cenderung ekstensi
 Tungkai cenderung ekstensi
b. Dinamis :
 Anak belum maksimal dalam mengontrol gerak kaki dan badannya.
 Anak belum sempurna dalam mengenggam barang atau yang lain.
 Anak belum bisa duduk, berdiri, dan berjalan.

3. Pemeriksaan Spesifik
a. Tes sensorik
Fisioterapi memberikan rangsanagan dengan melakukan goresan halus
secara bergantian pada keempat anggota gerak.
Hasil : Normal, dilihat dari mimic wajahnya.

b. Tes tonus
Tujuan : untuk mengetahui keadaan tonus otot pada anak.

Pemeriksaan tonus otot dengan menggunakan skala Asworth


0 : tidak ada peningkatan otot.
1 : ada sedikit peningkatan tonus otot yang ditandai dengan adanya
tahanan minimal pada akhir ROM pada waktu sendi digerakkan
fleksi dan ekstensi.
2 : ada peningkatan tonus otot ditandai dengan adanya pemberhentian
gerakan (catch) dan diikuti dengan adanya tahanan minimal
sepanjang sebagian besar ROM, tetapi sepanjang sebagian besar
ROM.
3 : peningkatan tonus otot lebih nyata sepanjang sebagian besar ROM
tetapi sendi masih mudah di gerakkan.
4 : peningkatan tonus otot sangat nyata. Gerak pasif sulit dilakukan.
5 : sendi atau ektremitas kaku (rigid) pada gerakan fleksi atau
ekstensi.
Pelaksanaan : fisioterapis mempalpasi bagian muscle belly pasien.
Hasil : Hipertonus

c. Tes Refleks
1. Refleks patologis

 Refleks Babynsky
Tujuan : untuk mengetahui apakah masih ada refleks babynsky pada anak.
Teknik : anak dalam posisi terlentang, kemudia tarik garis dari tumit ke
sepanjang arah lateral kaki kearah ibu jari kaki dengan
menggunakan ibu jari fisioterapis.
Hasil : (+)

 Refleks Moro
Tujuan : untuk mengetahui apakah masih ada refleks moro pada anak.
Teknik : anak dalam posisi terlentang, kepala dan pinggul anak disanggah
tangan fisioterapis. Kemudian secara tiba-tiba jatuhkan pegangan
kepala anak tanpa ditekan. Positif jika ada reaksi seperti terkejut,
yaitu kedua elbow fleksi dengan forearm supinasi.

Hasil : (+)

 Refleks Grap
Tujuan : untuk mengetahui apakah masih ada refleks grap pada anak.
Teknik : anak dalam posisi terlentang, kemudian fisioterapis memberikan
stimulus pada telapak tangan anak.

Hasil : (+)

2. Refleks fisiologis
 APR
Tungkai bawah di fleksikan sedikit kemudian fisioterapis memegang kaki
pada ujungnya untuk memberikan sikap dorsofleksi ringan pada kaki. Setelah itu
tendon diketok dengan palu refleks.

Hasil : hyper refleks


 KPR
Tungkai difleksikan dan digantungkan, misalnya pada posisi duduk
kemudian ketok pada tendon m.quadriceps femoralis (dibawah patella pada
tuberositas tibia).

Hasil : hyper refleks


 Biceps
Fisioterapis memegang lengan anak yang disemifleksikan sambil
menempatkan ibu jari di atastendon m.biceps lalu ibu jari diketok.

Hasil : hyper refleks


 Triceps
Fisioterapis memegang lengan bawah anak yang disemifleksikan setelah itu
ketok pada bagian tendon m. triceps yang berada sedikit diatas olecranon.

Hasil : hyper reflex

d. Tes koordinasi
Teknik :
 finger to nose : anak tidur terlentang, kemudian anak diminta atau
diarahkan untuk menyentuh hidungnya sendiri.
 Finger to therapist finger : anak tidur terlentang, kemudian anak
diminta atau diarahkan untuk menyentuh ujung jari fisioterapis
dengan jarinya.
Hasil : anak belum mampu melakukannya.

e. Tes keseimbangan
Teknik :untuk posisi duduk,, anak diberi stimulasi berupa dorongan
baik kedepan, kebelakang, maupun kesamping kiri dan
kanan.

Hasil : Anak kurang mampu menahan posisi dengan baik

f. Tes kognitif
Teknik : Fisioterapis mengajak anak untuk bercerita dan menjawab.
Hasil : Anak belum dapat mersepon perteanyaan.

C. Diagnosa Fisioterapi
“Gangguan Tumbuh Kembang Anak akibat Cerebral Palsy Tipe Spastic
Quadriplegi dengan Usia Tumbuh Kembang 3 – 4 Bulan”

D. Problematik Fisioterapi
 Spastisitas
 Kontraktur
 Gangguan keseimbangan
 Gangguan ADL

E. Perencanaan Fisioterapi
 Tujuan jangka pendek
- Mengurangi spastic
- Mengurangi kontraktur
- Menngkatkan keseimbangan duduk
- Meningkatkan ADL

 Tujuan jangka panjang


Meningkatkan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional anak.

F. Intervensi Fisioterapi
a. Exercise
1. Pasif Exercise
Tujuan : untuk menyiapkan komponen gerak seperti otot, ligament,
jaringan ikat serta mengurangi spastisitas otot dan
mencegah kekakuan pada persendian.
Teknik : pasien tidur terlentang, kemudian fisioterapis memberikan
gerakan pasif exercise pada lengan dan tungkai anak. Ini
dilakukan sampai batas toleransi kelelahan pada anak.
Dosis :
F : 1 x sehari
I : 8 – 10 gerakan
T : pasif movement
T : 10 menit
b. Streching
Tujuan : untuk meningkatkan elastisitas, fleksibilitas serta ekstensibilitas
otot dan mengurangi spastisitas otot serta mengurangi kontraktur
sekaligus koreksi postur.
Teknik :posisi anak tidur terlentang, kemudian fisioterapis melakukan
stretching secara pasif pada tungkai si anak.

Dosis :
F : 1 x sehari
I : 3 x repetisi dalam 8 hitungan
T : inhibisi postur
T : 10 menit

c. Bobath Exercise
1. RIP ( Refleks Inhibisi Postur )
Tujuan : untuk mengembalikan posisi kaki yang spastic
Teknik : anak dalam posisi tidur terlentang, lalu fisioterapi
memposisikan kaki dalam posisi yang normal dengan
menggunakan AFO dan Splint. Dilakukan pula pada kedua
lengan pasien dengan menggunakan splint.

2. RIM ( Refleks Inhibisi Movement )


Tujuan : untuk mengunci gerakan-gerakan yang memutar.
Teknik : pasien tidur terlentang, lalu fisioterapis memperbaiki
(posisi fleksi) dan memberikan tahanan supaya tidak ada
gerakan selama 10 menit dengan menggunakan AFO dan
Splint.

d. TENS
Tujuan : untuk merangsang saraf dan otot agar berkontraksi.
Teknik : fisioterapis memasangkan pad pada punggung pasien dengan
waktu 30 menit.

e. Latihan duduk
Tujuan : untuk persiapan duduk, melatih control kepala, penguatan otot-
otot pada leher dan kedua tangan
Teknik : anak dalam posisi duduk kemudian fisioterapis berada di belakang
pasien, dengan memfiksasi pada pelvic pasien, posisi kedua tungkai
lurus dan abduksi.

f. Latihan Keseimbangan
Tujuan : untuk koreksi postur dan memperbaiki adaptasi berdiri,
Teknik : anak di posisikan di wallbar dengnan masih menggunakan AFO
dan splint pada tungkai

G. Evaluasi

 Sesaat :
anak merasa kelelahan.
 Berkala :
perkembangan anak belum terlalu banyak, anak belum mampu berdiri sendiri
dan duduk, air liur sedikit berkurang

Anda mungkin juga menyukai