Anda di halaman 1dari 16

OTAK DAN BAGIAN-BAGIANNYA

MAKALAH
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH BIOPSIKOLOGI
KELAS 2
Dosen Pengampu Dr.phill. Dian Veronika Sakti Kaloeti, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Disusun Oleh
KELOMPOK 1

1. Azzahra Putwiantoro (15000121130102)


2. Nazla Ranakamila (15000121130110)
3. Hary Cahyo Pamungkas (15000121130116)
4. Dzulman Nafiya (15000121130150)
5. Niken Anindita Sripalupi (15000121130151)
6. Vanni Fierputeri (15000121130155)
7. Lintang Kinasih (15000121130176)

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO


SEMARANG
SEPTEMBER, 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat serta hidayah-
Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Otak dan Bagian-
Bagiannya” dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Biopsikologi. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang otak dan bagian-bagiannya bagi para
pembaca dan juga bagi kami.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr.phill. Dian Veronika Sakti
Kaloeti, S.Psi., M.Psi. selaku dosen Mata Kuliah Biopsikologi. Ucapan terima kasih
juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah
ini.

Kami sebagai penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
sebab itu, saran dan kritik yang membangun kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Semarang, 31 Agustus 2021

Kelompok 1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI --------------------------------------------------------------------------

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang -------------------------------------------------------- 1
B. Rumusan Masalah----------------------------------------------------- 2
C. Tujuan Penulisan ------------------------------------------------------ 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Tinjauan Teoritis ----------------------------------------------------- 3
B. Keterkaitan dengan Penelitian Terkini ---------------------------- 4
C. Contoh Praktis dalam Kehidupan ---------------------------------- 6

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ----------------------------------------------------------- 9
B. Saran-saran ----------------------------------------------------------- 9

PERTANYAAN

SENARAI

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Otak merupakan salah satu organ yang fungsinya sangat vital bagi manusia.
Otak terdiri atas beberapa bagian dengan fungsinya masing-masing. Setiap bagian
otak memiliki tugas tertentu yang mempengaruhi sistem kerja berbagai organ
tubuh
Otak adalah salah satu organ yang paling kompleks dalam tubuh manusia.
Organ ini tersusun dari sejumlah jaringan pendukung dan milyaran sel saraf yang
saling terhubung. Otak dilindungi oleh lapisan pembungkus yang disebut selaput
otak (meninges) dan tulang tengkorak, serta terhubung ke saraf tulang belakang.
Salah satu bagian dari otak adalah otak kecil atau cerebellum. Cerebellum
terletak di bawah otak besar pada bagian belakang otak, tepatnya di bawah lobus
oksipital. Cerebellum bertanggung jawab dalam mengendalikan gerakan, menjaga
keseimbangan, serta mengatur posisi dan koordinasi gerakan tubuh. Bagian otak
ini juga berperan dalam mengendalikan gerakan halus, seperti menulis dan melukis.
Secara lebih detail Rohkamm (2004) menjelaskan struktur dan fungsi otak
kecil terbagi pada tiga spesifikasi, yaitu vestibulocerebellum (anrcheocerebellum),
terdiri atas flocculonodular lobe dan lingula, bertanggung jawab untuk mengontrol
keseimbangan, otot aksial dan proksimal, irama pernafasan, pergerakan kepala dan
mata (stabilisasi pandangan). Kedua, spinocerebellum (paleocerebellum);
berfungsi dalam mengontrol otot-otot yang berkaitan dengan postur, keseimbangan.
Ketiga, pontocerebellum (neocerebellum); berfungsi untuk keseimbangan tubuh,
kecepatan serta ketepatan pergerakan tubuh dan perkataan. Batang otak
(brainstem), posisinya berada di dalam tulang tengkorak bagian dasar dan
memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum tulang belakang. Batang otak
tersusun atas otak tengah, pons, dan medulla. Didalamnya terdapat inti saraf
kranial dan jalan naik-turunnya pertukaran informasi dari otak, otak kecil, dan
tulang belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi dasar kehidupan seperti
pernafasan, denyut jantung, suhu tubuh, proses pencernaan, dan lain-lain.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana tinjauan teoritis cerebellum?
2. Bagaimana keterkaitan cerebellum dengan penelitian terkini?
3. Apa saja contoh praktis fungsi cerebellum dalam kehidupan?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Mendeskripsikan tinjauan teoritis cerebellum.
2. Mendeskripsikan keterkaitan cerebellum dengan penelitian terkini.
3. Mendeskripsikan contoh praktis fungsi cerebellum dalam kehidupan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. TINJAUAN TEORITIS
Cerebellum atau otak kecil merupakan bagian otak terbesar kedua di
rongga tengkorak setelah cerebrum dan salah satu bagian terkompleks yang
memiliki banyak neuron. Struktur permukaan cerebellum memiliki banyak
lipatan-lipatan, sehingga ini memungkinkan cerebellum untuk memiliki neuron
lebih banyak 50% dari bagian otak lainnya. Karena itu pula massa keseluruhan
cerebellum lebih banyak 10% dibandingkan dengan total massa otak.
Cerebellum terletak dibawah lobus oksipitalis, yang berfungsi mengolah
informasi visual dan menempel di sebuah batang bernama pedunculus cerebellaris
dibelakang pons dan medulla pada fossa cranii posterior. Pedunculus cerebellaris
yang berfungsi sebagai penghubung antara cerebellum dan bagian otak lainnya.
Tentorium cerebelli merupakan lapisan pemisah antara cerebellum dan cerebrum.
Bagian terluar dari cerebellum dilindungi oleh lapisan sel berwarna abu- abu yang
bernama cerebellar cortex. Cerebellar cortex terdiri dari tiga lapisan yaitu :

1.Lapisan Granular (GL), Sel granula menerima input dari mossy fibers, melalui
pontine nuclei yang berada di atas batang otak sebelum masuk ke cerebellum.
2.Lapisan sel Purkinje (PC), terbentuk oleh banyaknya sel purkinje yang berfungsi
melakukan koordinasi yang mengatur gerakan volunter pada setiap fungsi
motorik.
Ada dua tipe input yang diterima oleh dendrit sel Purkinje, salah satunya
dihasilkan dari parallel fibers yang merupakan bagian akson yang telah
berpisah dari sel granula dan input lainnya dari climbing fibers yang berasal
dari inferior olive. GABA merupakan output yang diberikan sel purkinje dengan
sifat inhibitor dari deep cerebral .

3
3.Lapisan Molekuler (ML), mengandung sel-sel stelata yang dilintasi secara
horizontal oleh akson tanpa myelin.
Berdasarkan anatomi, lobus-lobus yang berada di cerebellum terpisah oleh dua dua
fisura (primer dan sekunder), sedangkan lobus terbagi menjadi tiga bagian yaitu
1.Lobus anterior (lobus depan)
2.Lobus posterior (lobus belakang)
3.Lobus flocculant nodular
Berdasarkan fungsinya otak terbagi menjadi tiga fungsi utama, yaitu
1. Vestibulocerebellum (anrcheocerebellum) yang bertanggung jawab untuk
mengontrol keseimbangan, otot aksial dan proksimal, irama pernafasan,
pergerakan kepala dan mata (stabilisasi pandangan).
2. Spinocerebellum (paleocerebellum) yang berfungsi dalam mengontrol otot-otot
yang berkaitan dengan postur, keseimbangan.
3. Cerebral cortex yang berfungsi dalam mengontrol gerak motorik dan menerima
informasi sensorik
Kerusakan pada bagian cerebellum dapat menyebabkan berkurangnya
cairan pergerakan voluter pada otak dan menyebabkan pergerakan yang kaku
seperti robot. Pada saat melakukan pergerakan, akan muncul gejala tremor yang
menghilang setelah tidak adanya pergerakan. Selain itu kerusakan pada bagian ini
juga dapat terlihat dari pergerakan kecepatan bola mata yang menurun dan
ketidakmampuan untuk berbicara dengan benar.

B. KETERKAITAN DENGAN PENELITIAN TERKINI (KASUS)


1. Penelitian tentang Cerebellar Cognitive Affective Syndrome
Cerebellar Cognitive Affective Syndrome (CCAS) adalah sindrom yang
disebabkan oleh kerusakan atau gangguan pada cerebellum. Beberapa
karakteristik CCAS, yaitu gangguan pada executive function, seperti
perencanaan, pengorganisasian, dan multitasking; gangguan kognisi spasial,
seperti kesulitan untuk mengerti jarak atau gambar, perubahan kepribadian,
mood dan perasaan; dan linguistic difficulties, seperti membuat kalimat dan
mengingat kata atau kalimat.

4
Istilah CCAS ini diperkenalkan pada tahun 1998 oleh Schmahmann dan
Sherman dari Massachusetts General Hospital. Walaupun karakteristik penyakit
cukup jelas, namun cara mendiagnosa penyakit ini masih kurang baik. Pada
tahun 2018, ditemukan sebuah skala yang dinamakan Schmahmann Scale, skala
yang digunakan untuk mendiagnosa CCAS pada pasien yang memiliki
gangguan pada cerebellum.
Penelitian ini dilakukan untuk meneliti dampak neuropsikologis pada
pasien gangguan cerebellum dan mengeksplorasi lebih jauh kesimpulan dari
CCAS. Penelitian dilakukan dengan membandingkan hasil tes neuropsikiatri
pasien gangguan cerebellum dengan subjek yang sehat. Tes neuropsikiatri yang
dilakukan antara lain block design test, five point test, beck depression inventory,
dan tes-tes lainnya. Hasil dari tes ini menunjukkan bahwa dibandingkan dengan
subjek yang sehat, pasien gangguan cerebellum memiliki performa yang lebih
buruk dalam kecepatan pemikiran, memori, executive functions, dan bahasa.
Keberlanjutan penelitian dan penggunaan Schmahmann Scale ini sangat penting
bagi rehabilitasi pasien tidak hanya dalam hal-hal yang terganggu seperti spasial,
bahasa, dan executive functions, namun juga pada kesejahteraan psikologis
pasien.
2. Pengaruh Stres Kronik terhadap Otak: Kajian Biomolekuler Hormon
Glukokortikoid dan Regulasi Brain-Derived Neurotrophic Factor (BDNF)
Pascastres di Cerebellum
BDNF, sebagai famili neurotropin, dikenal merupakan faktor utama
yang berperan dalam kelangsungan hidup sel saraf, sekaligus terlibat dalam
proliferasi dan diferensiasi, serta regulasi fungsi sinaps pada susunan saraf pusat.
Ekspresi BDNF di cerebellum sangat tinggi terutama pada sel granular. Baik sel
granular maupun sel Purkinje mengekspresikan reseptor BDNF yaitu
tropomyosin-receptor kinase B (TrkB).
Delesi gen BDNF pada mencit meningkatkan kematian sel granular,
menghambat pertumbuhan dendrit sel Purkinje, dan mempengaruhi pola foliasi
cerebellum. Beberapa penelitian terdahulu menyebutkan bahwa BDNF dapat
melindungi sel saraf dari cedera yang diinduksi oleh hipoglikemia, iskemia,
hipoksia dan neurotoksisitas lainnya.

5
Stres, baik akut maupun kronik, mempengaruhi ekspresi BDNF dan
TrkB di otak. Penelitian terdahulu telah menunjukkan bahwa stres kronik
menurunkan ekspresi mRNA dan protein BDNF di hippocampus, sedangkan
stres akut justru sebaliknya. Penelitian lainnya justru menyebutkan bahwa stres
kronik dapat meningkatkan ekspresi protein BDNF dan TrkB di hippocampus.
Meskipun pengaruh stress terhadap sintesis BDNF menunjukkan hasil yang
berbeda-beda, BDNF terbukti dapat melindungi sel-sel saraf dari kerusakan
akibat stres. Hal tersebut melatarbelakangi perlunya dikaji bagaimana pengaruh
stres kronik terhadap sintesis protein BDNF di otak, terutama cerebellum.
Sebagai organ utama yang merespon stress sekaligus menjadi target stres,
otak mengalami perubahan struktur maupun kimiawi. Hal tersebut merupakan
bentuk adaptasi otak dalam mempertahankan homeostasis. Meskipun otak
mampu beradaptasi, paparan stres kronik menyebabkan abnormalitas plastisitas,
sekaligus mengganggu respon stres di otak, terutama cerebellum. Hal tersebut
didasari oleh tingginya kandungan lipid dan besi, serta rendahnya kadar
antioksidan endogen di cerebellum.
Sebagai salah satu mekanisme neuroprotektif, BDNF pada cerebellum
diyakini dapat meningkatkan pertumbuhan neurit, proliferasi dan diferensiasi sel
saraf, serta mencegah apoptosis sel granular. Gangguan cerebellum akibat
paparan stres kronik diduga dilatarbelakangi oleh penurunan ekspresi protein
BDNF pasca stres kronik.

C. CONTOH PRAKTIS DALAM KEHIDUPAN


1. Berpikir positif
Berpikir positif dikatakan dapat mengembangkan kinerja otak,
sebagaimana yang tertera dalam hasil riset dari Leone yang membuktikan
bahwa pikiran dan otak saling berhubungan. Diibaratkan otak adalah alatnya,
sedangkan berpikir merupakan pelaku yang menggunakan alat itu. Jika sebuah
alat tidak digunakan sesuai fungsinya maka ia akan berakibat fatal dan tidak
akan memperoleh hasil yang baik karena keduanya tidak selaras. Khususnya
pada cerebellum yang mempunyai salah satu guna yaitu mengatur koordinasi
dan gerakan tubuh.

6
Seperti hasil riset dari Leone di atas, terbukti bahwa perilaku yang
dikeluarkan dan imajinasi pikiran yang dikembangkan dalam otak itu memiliki
kesamaan dalam perubahan struktur saraf pusat (otak). Dengan membayangkan
aktivitas yang dilakukan seolah-olah nyata dalam imajinasi sama hasilnya
dengan perilaku yang kita lakukan dalam dalam kehidupan nyata. Jadi dapat
disimpulkan, pikiran mengambil banyak peran penting dalam pengembangan
kinerja otak. Oleh karena itu, tanamkanlah hal-hal positif dalam pikiran kita,
agar apa yang kita pikirkan bisa merangsang otak kita untuk merealisasikannya
melalui respons anggota tubuh kita.
2. Permainan tradisional
a. Congklak
Congklak adalah salah satu permainan tradisional di Indonesia yang
dikenal dengan berbagai macam nama. Umumnya dalam permainan ini papan
congklak yang digunakan terbuat dari kayu atau plastik, dan sejenis cangkang
kerang digunakan sebagai biji congklak, jika tidak ada, biasanya
menggunakan biji-bijian. Permainan ini dilakukan oleh dua orang yang saling
berhadapan dan bergantian meletakkan biji congklak di papan permainan.
Dari permainan tersebut ternyata dapat mengaktivasi otak kecil yakni
sirkuit kortiko serebelar, kerjasama otak besar dan kecil, karena melatih
refleks kerjasama otak kecil dan otak besar.
b. Gobak Sodor
Permainan ini terdiri atas 3-5 orang setiap timnya. Inti permainannya
adalah menghadang lawan agar tidak lolos melewati garis ke baris terakhir
secara bolak-balik, dan untuk meraih kemenangan, seluruh anggota grup
harus secara lengkap melakukan proses bolak-balik dalam area lapangan yang
ditentukan.
Permainan ini dapat melatih anak-anak yang kurang fokus dalam
mengerjakan suatu aktivitas belajar. Anak menjadi individu yang dilatih harus
cepat tanggap dalam mengambil keputusan dengan perhitungan dalam
mengambil risiko. Suasana meriah dalam permainan membuat anak bergairah
dan melakukan permainan ini tanpa adanya paksaan. Sehingga anak terlatih
cepat dan tepat di saat kondisi yang mengharuskan bersikap demikian.

7
Daerah otak prefrontal (pengambilan keputusan) bekerja secara baik
dengan otak kecil untuk refleks kecepatan pengambilan keputusan. Kemudian
pada saat permainan melalui celah longgar saat penjagaan lawan lengah
diperlukan refleks kerjasama yang baik, sehingga dengan tepat bisa lolos dari
kejaran lawan. Hal ini memerlukan kerjasama yang baik antara otak besar dan
kecil melalui jaras (kabel) saraf yang disebut kortigo cerebellar.
c. Balap Karung
Balap karung merupakan salah satu lomba tradisional yang sangat populer
di Indonesia, dan biasanya perlombaan ini dilaksanakan pada saat peringatan
hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus. Sejumlah peserta diwajibkan
memasukkan bagian bawah badannya ke dalam karung kemudian berlomba
sampai garis akhir.
Permainan ini dapat melatih anak-anak yang mengalami gangguan
konsentrasi. Suasana meriah dan gembira akan melatih anak terlibat secara
emosional dan berusaha memfokuskan perhatiannya kepada usaha memakai
karung sambil melompat. Selain itu juga untuk melatih koordinasi karena
terdapat gerakan yang berulang dalam permainan ini. Bila anak tidak mampu
melakukan permainan ini berarti menunjukkan adanya gangguan suatu fungsi
otak kecil dalam hal koordinasi gerak ritmik.
3. Naik sepeda
Saat kita mempelajari suatu keterampilan baru, contohnya naik sepeda.
Kita pasti akan berlatih melalui metode coba-coba terdahulu. Namun, semakin
lama gerakan kita akan semakin sempurna dan kian mahir ketika kita
melakukannya secara konsisten terus-menerus.
Otak kecillah yang memegang peranan penting dalam proses
pembelajaran keterampilan motorik ini. Selain berfungsi untuk pembelajaran
motorik, otak kecil juga berfungsi untuk mengatur keseimbangan dan postur
tubuh. Pada saat kita berusaha menggerakkan sepeda dengan cara mengayuhnya,
otak kecil kita pada saat itu bekerja untuk mengatur keseimbangan tubuh kita
agar tidak limbung atau jatuh dari sepeda.

8
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Cerebellum (otak kecil) merupakan bagian kompleks yang memiliki
banyak neuron. Struktur permukaan cerebellum memiliki banyak lipatan-lipatan,
sehingga ini memungkinkan cerebellum untuk memiliki neuron lebih banyak 50%
dari bagian otak lainnya. Cerebellum terletak dibawah lobus oksipitalis, yang
berfungsi mengolah informasi visual dan menempel di sebuah batang bernama
pedunculus cerebellaris dibelakang pons dan medulla pada fossa cranii posterior.
Kerusakan pada bagian cerebellum dapat menyebabkan berkurangnya cairan
pergerakan voluter pada otak dan menyebabkan pergerakan yang kaku.
Penelitian tentang Cerebellar Cognitive Affective Syndrome. Cerebellar
Cognitive Affective Syndrome (CCAS) adalah sindrom yang disebabkan oleh
kerusakan atau gangguan pada cerebellum. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti
dampak neuropsikologis pada pasien gangguan cerebellum dan mengeksplorasi
lebih jauh kesimpulan dari CCAS. Penelitian dilakukan dengan membandingkan
hasil tes neuropsikiatri pasien gangguan cerebellum dengan subjek yang sehat.
Selain itu ada pula penelitian tentang Pengaruh Stres Kronik terhadap Otak.
Otak mengalami perubahan struktur maupun kimiawi yang merupakan bentuk
adaptasi otak dalam mempertahankan homeostasis. Meskipun otak mampu
beradaptasi, paparan stres kronik menyebabkan abnormalitas plastisitas, sekaligus
mengganggu respon stres di otak, terutama cerebellum.
Contoh praktis dalam kehidupan sehari-hari mengenai cerebellum, yaitu
berpikir positif (hal ini dikatakan dapat mengembangkan kinerja otak), bermain
permainan tradisional (congklak, gobak sodor, dan balap karung), bersepeda
(kegiatan ini berfungsi untuk pembelajaran motorik dan untuk mengatur
keseimbangan dan postur tubuh).

B. SARAN-SARAN
Kepada masyarakat, selalu senantiasa memperhatikan kondisi tubuh dan
menjaga kesehatan otak. Hal ini dilakukan agar otak dapat bekerja dengan baik.

9
PERTANYAAN

Bagaimana hubungan antara kesulitan berbicara dengan cerebellum?


Cerebellum, memimiliki peran sebagai pemegang kontrol gerakan (kontrol
motorik). Cerebellum tidak memulai atau membuat gerakan, tapi menyokong fungsi
koordinasi anggota gerak, ketepatan pergerakannya, dan waktu gerak yang akurat.
Cerebellum akan menerima sinyal dari pusat sensor utama di tulang belakang dan
bagian otak lainnya, kemudian mengolah sinyal tersebut untuk menyempurnakan
aktivitas motorik tubuh. Selain mengatur gerakan, otak kecil juga sedikit banyak
terlibat dalam beberapa fungsi kognitif seperti fokus perhatian dan bahasa serta
mengatur respon ketakutan dan kesenangan. Dalam hal ini, kesulitan berbicara
berhubungan denga cerebellum, yang mana kesulitan berbicara merupakan salah satu
gejala apabila cerebellum terganggu atau tidak bekerja secara normal.

10
SENARAI

beck depression inventory : kuesioner sebanyak 21 nomor yang dijawab dengan


memilih satu dari empat pilihan yang masing-masing
pilihan tersebut intensitasnya semakin meningkat
(contohnya, dari tidak setuju hingga sangat setuju)
block design test : tes yang dilakukan dengan cara menyusun blocks atau
kubus-kubus yang memiliki warna berbeda di tiap
sisinya
climbing fibers : projeksi dari saraf memanjang yang berasal dari inferior
olive
executive function : kemampuan manusia dalam memulai, mengatur,
mengorganisasikan, dan mengendalikan informasi dan
perilaku
five point test : tes yang dilakukan dengan membuat bentuk dengan
menghubungkan garis dari titik satu ke titik-titik yang
lain
fossa cranii posterior : merupakan bagian dari rongga tengkorak yang berada di
belakang
GABA : neurotransmitter inhibisi yang bekerja dengan
(asam gamma-aminobutirat) menghambat sinyal otak tertentu
kognisi spasial : kemampuan manusia dalam memahami letak atau
tempat
linguistic difficulties : kesulitan dalam berbahasa
lobus flocculonodular : Merupakan bagian serebelum yang bertanggung jawab
menyediakan sirkuit saraf bagi sebagian besar gerakan
keseimbangan tubuh dan gaya berjalan
Lobus oksipital : merupakan salah satu dari empat lobus atau empat
bagian yang terletak di otak bagian belakang. Bagian ini
berfungsi untuk membantu kita mengenali objek lewat
indera penglihatan dan memahami arti kata-kata tertulis

11
Neuropsikiatri : subspesialisasi ilmu kedokteran yang mempelajari
gangguan jiwa yang diakibatkan oleh penyakit saraf
Neuropsikologi : bidang psikologi yang mempelajari hubungan otak
dengan proses dan perilaku psikologis
parallel fibers : akson lanjutan dari sel granula
Pons : merupakan batang berisi serabut saraf yang berfungsi
untuk menghubungkan otak besar dengan sumsum
tulang belakang serta menghubungkan bagian otak
kecil kiri dengan kanan
Sindrom : gejala yang terjadi secara bersamaan dan menimbulkan
ketidaknormalan tertentu
Skala : alat pengukuran yang digunakan untuk mengetahui atau
menjelaskan suatu hal

12
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadian, N., van Baarsen, K., van Zandvoort, M., & Robe, P. A. (2019). The
Cerebellar Cognitive Affective Syndrome—a Meta-analysis. The Cerebellum.
diakses dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6761084/ tanggal 1
September 2021 pukul 21.00
Amin, M. S. (2018). Perbedaan struktur otak dan perilaku belajar antara pria dan
wanita; Eksplanasi dalam sudut pandang neurosains dan filsafat. Jurnal Filsafat
Indonesia, 1(1), 38-43.
Barokah, Khoiriah. (2021). Manfaat Berpikir Positif Terhadap Pengembangan Kinerja
Otak. Spiritual Healing: Jurnal Tasawuf dan Psikoterapi, 1(2), 67-75
Hoche, F., Guell, X., Vangel, M. G., Sherman, J. C., & Schmahmann, J. D. (2017).
The cerebellar cognitive affective/Schmahmann syndrome scale. Brain, 141(1),
248–270. diakses dari https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29206893/ tanggal 1
September 2021 pukul 18.40
Juananda, D., Sari, D. C. R., Prakosa, D., Arfian, N., & Romi, M. (2017). Pengaruh
Stres Kronik terhadap Otak: Kajian Biomolekuler Hormon Glukokortikoid dan
Regulasi Brain-Derived Neurotrophic Factor (BDNF) Pascastres di Cerebellum.
Jurnal ilmu kedokteran, 9(2), 65-70.
Saichudin. (2016). Mengoptimalkan Stimulasi dan Meminimalkan Cedera Sel
Purkinje Cerebellum Dalam Menjaga dan Meningkatkan Kualitas Gerak
Keolahragaan. Prosiding Seminar Nasional Peran Pendidikan Jasmani Dalam
Menyangga Interdisipliner Ilmu Keolahragaan, 88-104
Saputro, Rijal Dwika.(2017). Pengaruh Pemberian Daging Ikan Kembung
(Restrellinger sp.) Terhadap Jumlah Sel Purkinje Pada Serebelum Tikus Putih
Hipotiroid Kongenital. Diakses dari
http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/11286?show=full tanggal 01
September 2021
Schmahmann, J. D. (2004). Disorders of the Cerebellum: Ataxia, Dysmetria of
Thought, and the Cerebellar Cognitive Affective Syndrome. Journal of
Neuropsychiatry, 16(3), 367–378. diakses dari
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/15377747/ tanggal 1 September 2021 pukul
16.54
Wickes, A. (2005). Foundations of Biopsychology (2nd ed). Prentice Hall.

13

Anda mungkin juga menyukai