Anda di halaman 1dari 51

UNIVERSITAS INDONESIA

PROGRAM VOKASI
RUMPUN KESEHATAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

LEMBAR PENGESAHAN

Makalah konfrensi kasus telah disetujui, dikoreksi, dan diterima Pembimbing Praktek Klinik
Program Studi Fisioterapi Pediatri di RSCM untuk melengkapi tugas Praktek Klinik I Tahun
2013.

Pada Hari

: Senin

Tanggal

: 28 Oktober 2013

Pembimbing,

................................
Sri Novia Fauza, SST.FT

KATA PENGANTAR

1
UNIVERSITAS INDONESIA

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah konferensi kasus Fisioterapi
Pediatri dengan tepat waktu. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk melengkapi tugas dalam
Praktek Klinik I Semester V.
Kami sebagai tim penulis mengucapkan terima kasih kepada para instruktur praktek
klinik atau fisioterapis di RSPUN Dr. Cipto Mangunkusumo, terutama instruktur fisioterapi
pediatri yang telah memberikan waktu untuk membimbing dan mendukung kami selama
pembuatan makalah ini serta orang tua dan teman-teman mahasiswa Fisioterapi Universitas
Indonesia yang telah memberi bantuan baik material maupun spiritual karena tanpa bantuan
mereka makalah ini tidak dapat selesai dengan baik. Tak lupa ucapan terima kasih kepada
pasien beserta keluarganya yang bersedia membantu bekerjasama untuk kelancaran
penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan baik dalam segi materi
maupun sistematika penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kami mohon maaf atas
ketidaksempurnaan makalah ini dan kami mohon para pembaca untuk memberi kritik dan
saran yang membangun untuk pembuatan makalah yang lebih baik kedepannya. Makalah ini
belum dapat dijadikan acuan sebelum disetujui oleh dosen pembimbing pada saat konferensi
kasus.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan rekanrekan fisioterapis khususnya.

Jakarta, September 2014

Tim Penulis

2
UNIVERSITAS INDONESIA

DAFTAR ISI

3
UNIVERSITAS INDONESIA

DAFTAR GAMBAR

4
UNIVERSITAS INDONESIA

DAFTAR TABEL

5
UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Cerebral palsy merupakan sindrom non progresif yang mempengaruhi otak dan
menyebabkan difungsi motor pada masa perkembangan. Angka kejadian cerebral palsy adalah
lebih kurang 5,5 perseribu kelahiran hidup dan tersebar merata pada kedua jenis kelamin,
segala ras dan berbagai negara (Garrison, 1995). Sehingga sangat dibutuhkan metode khusus
dalam rangka penanganannya. Oleh karena itu, kami mengambil tugas karya akhir mengenai
cerebral palsy tipe diplegi.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka kami sebagai
penulis dapat mengidentifikasikan masalah untuk kasus tersebut sebagai berikut :
1. Tonus postural abnormal
2. Gangguan postur
3. Gangguan perkembangan motorik kasar
4. Gangguan ambulasi dan transfer
1.2.1
Pembatasan Masalah
Banyak jenis dan masalah yang timbul pada kasus cerebral palsy, maka kami akan
membatasi permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini. Adapun masalah yang akan
dibahas pada penatalaksanaan fisioterapi pada penderita cerebral palsy
1.2.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa defenisi dari cerebral palsy?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi otak?
3. Bagaimana klasifikasi dari cerebral palsy?
4. Apa definisi dari cerebral palsy diplegi?
5. Bagaimana patofisiologi dari cerebral palsy?
6. Bagaimana etiologi dari cerebral palsy?
7. Bagaimana manifestasi klinis dari cerebral palsy?
8. Bagaimana prognosa dari cerebral palsy?
9. Bagaimana penatalaksanaan fisioterapi pada cerebral palsy?
1.3 Metode Pelaksananaan Fisioterapi

6
UNIVERSITAS INDONESIA

Berikut ini merupakan metode pelaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy adalah
sebagai berikut
1.1.1. Massage
1.1.2. Stretching
1.1.3. NDT

1.

1.4 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini dibagi menjadi dua, yakni:
1.1.1. Tujuan Umum
Karya tulis ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir kami sebelum kami pindah stase pada

2.

peminatan lain.
Untuk mengaplikasikan pengetahuan kami dalam mengatasi masalah pada kasus cerebral
palsy spastik diplegi.
1.1.1.4.2.
Tujuan Khusus
a. Bagi mahasiswa :
1.
Mengetahui definisi cerebral palsy.
2.
Mengetahui anatomi dan fisiologi otak.
3.
Mengetahui klasifikasi cerebral palsy.
4.
Mengetahui definisi cerebral palsy spastik diplegi.
5.
Mengetahui patofisiologi cerebral palsy spastik diplegi.
6.
Mengetahui etiologi cerebral palsy spastik diplegi.
7.
Mengetahui manifestasi klinis cerebral palsy spastik diplegi.
8.
Mengetahui prognosa cerebral palsy spastik diplegi.
9.
Mengetahui penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastik diplegi.
b. Bagi pasien :
Mengetahui hal-hal yang harus dilakukan untuk membantu proses rehabilitasi
sehingga anak dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan sesuai umurnya.

7
UNIVERSITAS INDONESIA

1.5 Manfaat Penulisan


1.1.1. Bagi Penulis
Menambah pemahaman mengenai kasus cerebral palsy spastik diplegi dan menerapkan
penatalaksanaan fisioterapi yang baik dan benar pada kasus tesebut.
1.1.2. Bagi Fisioterapis
Dapat memperkaya atau menambah pengetahuan mengenai cerebral palsy spastik diplegi
dan mampu mengembangkan aplikasi latihan di rumah maupun di rumah sakit atau klinik..
1.6 Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, metode yang penulis gunakan adalah metode kepustakaan
yaitu dengan membaca buku-buku dan juga literatur dari internet yang berkaitan dengan kasus
yang diangkat.
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada tugas akhir ini terdiri dari
BAB I merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan
sistematika penulisan.
BAB II merupakan kajian teori yang meliputi definisi, anatomi fisiologi otak,
epidemiologi, patofisiologi, etiologi, manifestasi klinis,

prognosis, dan penatalaksanaan

fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastik diplegi.


BAB III merupakan pembahasan status pada kasus cerebral palsy spastik diplegi.
BAB IV merupakan penutupan berupa kesimpulan dan saran.

8
UNIVERSITAS INDONESIA

BAB 2
KAJIAN TEORI
2.1. Defenisi Cerebral palsy
Istilah cerebral palsy (CP) dipublikasikan pertama kali oleh Willam Little pada tahun
1843 dengan istilah cerebral diplegia, sebagai akibat dari prematuritas atau asfiksia
neonatorum. Sedangkan istilah cerebral palsy diperkenalkan pertama kali oleh Sir William
Osler (Mohamad Efendi: 2006). Istilah cerebral palsy dimaksudkan untuk menerangkan
adanya kelainan gerak, sikap ataupun bentuk tubuh, gangguan koordinasi yang disertai
dengan gangguan psikologis dan sensoris yang disebabkan oleh adanya kerusakan atau
kecacatan pada masa perkembangan otak.

2.2.1.

2.2. Anatomi dan Fisiologi Otak


Bagian-Bagian Otak

Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu cerebrum atau otak besar, cerebellum atau
otak kecil, brainstem atau batang otak dan diencephalons (Satyanegara, 1998). Otak mengatur
Gambar 1

dan mengkordinir sebagian besar gerakan, perilaku dan fungsi homeostatis seperti detak
9
UNIVERSITAS INDONESIA

jantuk, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh. Otak manusia bertanggung
jawab terhadap pengaturan seluruh badan dan pemikiran manusia. Otak manusia terdiri dari
beberapa bagian yaitu
a. Cerebrum
Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan nama
cortex cerebri, forebrain atau otak depan. Cerebrum merupakan bagian otak yang memiliki
kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan
kemampuan visual sehingga membuat manusia berbeda dengan binatang. Kecerdasan
intelektual ditentukan oleh kualitas bagian ini. Cerebrum terbagi menjadi empat bagian yang
disebut dengan lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan disebut
sulcus.

Lobus frontal

Merupakan bagian lobus paling depan dari otak besar. Lobus ini berhubungan dengan
kemampuan membuat alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian
masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual dan
kemampuan bahasa secara umum.

Lobus parietal

Berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor perasaan seperti tekanan,


sentuhan dan rasa sakit.

Lobus temporal

Berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan pendengaran, pemaknaan


informasi dan bahasa dalam bentuk suara.

Lobus occipital

Merupakan bagian otak paling belakang, berhubungan dengan rangsangan visual yang
memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi terhadap suatu objek yang ditangkap
oleh retina mata.
b. Cerebellum
Cerebellum atau otak kecil terletak di bagian belakang kepala dekat dengan ujung
leher bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak diantaranya mengatur
sikap atau posisi tubuh, mengontrol keseimbangan maupun koordinasi otot dan gerakan
tubuh. Otak kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang
dipelajari seperti gerakan mengendarai motor, menulis, menutup pintu dan sebagainya.
10
UNIVERSITAS INDONESIA

Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatan gangguan pada sikap dan
koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi.
c. Brainstem
Brainstem atau batang otak merupakan bagian di dalam tulang tengkorak atau rongga
kepala bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum tulang
belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi dasar manusia seperti pernafasan, denyut jantung,
suhu tubuh, proses pencernaan, insting manusia untuk fight or fight (lawan atau lari) saat
datang bahaya. Batang otak terdiri dari tiga bagian yaitu:
Mesencephalon atau otak tengah (mid brain)
Bagian teratas dari batang otak yang menghubungkan otak besar dan otak kecil. Otak
tengah berfungsi dalam hal mengontrol respon pengelihatan, gerakan mata, pembesaran pupil
mata maupun gerakan tubuh dan pendengaran.

Medulla oblongata

Merupakan titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri badan menuju bagian kanan
badan dan juga sebaliknya. Medulla oblongata mengontrol fungsi otomatis otak seperti detak
jantung, sirkulasi darah, pernafasan dan pencernaan.

Pons

Merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat otak bersama dengan formasi
reticular. Pons berfungsi untuk mengkondisikan seseorang untuk bangun atau tidur.
d. Diencephalons
Diencephalons terletak di dalam otak dengan dengan nukleus basal. Diencephalons
merupakan suatu struktur garis tengah yang membentuk dinding-dinding rongga ventrikel
ketiga yang salah satunya merupakan tempat lewatnya cairan serebrospinalis. Diencephalons
terdiri dari dua bagian yaitu:
Thalamus
Berfungsi sebagai stasiun penyambung dan pusat integrasi sinaps untuk pengolahan
pendahuluan semua masukan sensorik dalam perjalanan menuju korteks. Thalamus bersama
dengan batang otak serta daerah asosiasi korteks berfungsi penting untuk kemampuan
seseorang untuk mengarahkan perhatian ke rangsangan yang menarik.

Hypothalamus

11
UNIVERSITAS INDONESIA

Merupakan kumpulan nukleus spesifik dan serat-serat yang terkait dan terletak di bawah
thalamus. Daerah ini merupakan pusat integrasi banyak fungsi homeostatik penting dan
berfungsi sebagai penghubung antara sistem saraf otonom dan sistem endokrin.
e. Meninges
Otak dilindungi oleh tiga lapisan selaput meninges. Bila membran ini terkena infeksi
maka akan terjadi radang yang disebut dengan meningitis. Ketiga lapisan membran meninges
dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:

Durameter atau lapisan luar


Durameter disebut juga pachimeningen atau meningen fibrosa. Hal ini dikarenakan

tebal, kuat dan mengandung serabut kolagen. Pada durameter dapat diamati adanya serabut
elastis, fibrosit, saraf, pembuluh darah dan limfe. Lapisan dalam durameter terdiri dari
beberapa lapis fibrosit pipi dan sel-sel luar dari lapisan arachnoid.
Araknoid atau lapisan tengah
Araknoid merupakan serabut halus yang memisahkan durameter dan piameter. Lapisan
arachnoid terdiri atas fibrosit berbentuk pipih dan serabut kolagen. Arachnoid berbentuk
seperti jaring laba-laba. Antara arachnoid dan piameter terdapat ruangan berisi cairan yang
berfungsi untuk melindungi otak dari benturan.
Piameter atau lapisan dalam
Piameter merupakan membran yang sangat lembut dan tipis berisi penuh dengan
pembuluh darah dan sangat dekat dengan permukaan otak. Lapisan ini berfungsi untuk
memberi oksigen dan nutrisi serta mengangkut bahan sisa metabolisme.
2.1.3
2.1.1

Klasifikasi Cerebral palsy


Klasifikasi Berdasarkan Keparahan Fungsional

Menurut Yulianto (Abdul Salim, 2007: 178-182), karakteristik cerebral palsy dibagi
sesuai dengan derajat kemampuan fungsional. Adapun karakteristik cerebral palsy sesuai
dengan derajat kemampuan fungsional yaitu:
a. Golongan Ringan (10%)
Cerebral palsy golongan ringan umumnya dapat hidup bersama anak-anak sehat lainnya,
kelainan yang dialami tidak mengganggu dalam kegiatan sehari-hari, maupun dalam
mengikuti pendidikan.
b. Golongan Sedang (30%)
Cerebral palsy yang termasuk sedang sudah kelihatan adanya pendidikan khusus agar
dapat mengurus dirinya sendiri, dapat bergerak atau bicara. Anak memerlukan alat bantuan
khusus untuk memperbaiki pola geraknya misalnya braces.
c. Golongan Berat (60%)
12
UNIVERSITAS INDONESIA

Cerebral palsy yang termasuk berat sudah menunjukkan kelainan yang sedemikian rupa,
sama sekali sulit melakukan kegiatan dan tidak mungkin dapat hidup tanpa bantuan orang
lain. Membutuhkan kursi roda dan memiliki keterbatasan yang signifikan dalam menjalani
kegiatan sehari-hari. Sebaiknya anak ditampung dalam rumah dengan perawatan khusus.
2.1.1.3.2

Klasifikasi Berdasarkan Gross Motor Functional Classification System

(GMFCS)
Berdasarkan factor dapat tidaknya beraktifitas atau ambulasi, Gross Motor Functional
Classification System (GMFCS) secara luas digunakan untuk menentukan derajat fungsional
penderita cerebral palsy. Pembagian derajat fungsional cerebral palsy menurut GMFCS,
dibagi menjadi 5 level dan berdasarkan kategori umur dibagi menjadi 4 kelompok yaitu 0-2
tahun, 2-3 tahun, 4-6 tahun dan 6-12 tahun. Berdasarkan pembagian

2.3.3. Klasifikasi Berdasarkan Fungsi Motorik


Ada dua kelompok utama yang berhubungan dengan hal ini yaitu spastik dan non
spastik. Masing-masing memiliki beberapa variasi dan mungkin memiliki campuran dari
kedua jenis tersebut. Cerebral palsy tipe spastik ditandai dengan meningkatnya tonus otot
sedangkan tipe non spastik akan menunjukkan adanya penurunan atau berfluktuasi pada tonus
otot. Fungsi motorik pada lokasi piramidal dan ekstrapiramidal mengacu pada lokasi cedera
otak. Cerebral palsy tipe spastik termasuk pada piramidal dan non spastik termasuk pada
ekstrapiramidal.
Traktus piramidal terdiri dari dua kelompok serabut saraf yang bertanggung jawab
dalam voluntary movement. Sehingga cerebral palsy yang terjadi pada piramidal akan
menunjukkan bahwa traktus piramidal tidak berfungsi baik atau rusak. Cerebral palsy yang
terjadi di ekstrapiramidal menujukkan adanya cidera di luar traktus seperti ganglia basal,
thalamus dan otak kecil. Kerusakan pada piramidal dan ekstrapiramidal merupakan kunci
gangguan gerak.
Cerebral palsy tipe spastik terjadi peningkatan tonus otot atau hipertonus dan
keterbatasan lingkup gerak sendi akibat adanya kekakuan. Cerebral palsy tipe spastis juga
dapat menyebabkan kekakuan otot atau ketegangan otot, menyebabkan sebagian otot menjadi
kaku, gerakan-gerakan lambat dan canggung, gangguan berbicara, makan, bernafas dan

13
UNIVERSITAS INDONESIA

menelan. Selain itu cerebral palsy tipe spastik juga dapat menyebabkan dislokasi hip, kelainan
tulang belakang dan deformitas pada anggota gerak.
Athetoid merupakan salah satu jenis cerebral palsi dengan ciri menonjol, gerakangerakan tidak terkontrol terutama pada pada lengan bawah, lengan atas, tungkai atau otot-otot
wajah yang lambat bergeliat-geliut secara tiba-tiba dan cepat. Ataxia ditandai gerakangerakan tidak terorganisasi dan kehilangan keseimbangan. Jadi keseimbangan buruk, ia
mengalami kesulitan untuk memulai duduk dan berdiri.
Tremor ditandai dengan adanya otot yang sangat kaku, demikian juga gerakannya, otot
terlalu tegang diseluruh tubuh, cenderung menyerupai robot waktu berjalan tahan-tahan dan
kaku. Rigiditi ditandai dengan adanya gerakan-gerakan yang kecil tanpa disadari, dengan
irama tetap, lebih mirip dengan getaran. Campuran merupakan kombinasi dari dua tipe
cerebral palsy yaitu spastik dan atethoid.
2.3.4. Klasifikasi Berdasarkan Distribusi Topografi
Menurut Victorian Cerebral Palsy Register, klasifikasi berdasarkan distribusi topografi
menggambarkan bagian tubuh mana yang terkena. Hal ini berguna dalam penanganan
tindakan pengobatan cerebral palsy. Ada dua istilah dalam metode klasifikasi ini yaitu:
a. Paresis, merujuk pada kehilangan kontraktilitas otot atau dengan kata lain terjadi
kelemahan otot.
b. Plegia atau plegic, merujuk pada kehilangan total kontraktilitas otot atau bisa diartikan
sebagai kelumpuhan.
Prefiks dan akar kata yang dikombinasikan dapat menghasilkan klasifikasi yang biasa
digunakan seperti
a. Monoplegi
Monoplegi berarti hanya satu ekstremitas saja yang mengalami kelumpuhan. Pada
umumnya terjadi pada lengan atau ekstremitas atas.
b. Diplegi
Diplegi berarti yang kekakuan terjadi pada dua anggota tubuh sedangkan sistem lain
normal. Biasanya ekstremitas bawah lebih berat dibandingkan dengan ekstremitas atas.
c. Triplegi
Triplegi umumnya terjadi pada tiga buah ektremitas dan biasanya menyerang pada
ekstremitas pada kedua sisi tubuh dan salah satu sisi pada ekstremitas bawah.
d. Quadriplegi
Quadriplegi ditandai dengan adanya kekakuan pada keempat ekstremitas dan juga terjadi
keterbatasan (paucity) pada tungkai.
2.4. Definisi Cerebral palsy Spastic Diplegi
14
UNIVERSITAS INDONESIA

Cerebral palsy Diplegi adalah salah satu tipe cerebral palsy yang merupakan kondisi
dimana adanya kerusakan pada system saraf pada bagian piramidalis ditandai dengan tonus
otot yang meninggi dan terjadi pada dua anggota tubuh. Umumnya ekstremitas bawah lebih
berat dibandingkan dengan ekstremitas atas. Manifestasi kliniknya adalah pemendekkan dan
kekakuan.
2.5 Epidemiologi Cerebral palsy
Menurut Hagner (dikutip oleh Champbell, 1995), angka kejadian Cerebral Palsy yang
sesungguhnya tidak diketahui secara pasti. Namun berdasarkan penelitian oleh National
Institute of Neuorological Disorder and Stroke (NINDS) yang diadakan pada tahun 2000,
menyatakan bahwa dua sampai tiga bayi dari seribu kelahiran menderita Cerebral Palsy.
Sedangkan menurut Garrison, 1995, angka kejadian Cerebral Palsy adalah lebih kurang 5,5
per seribu kelahiran hidup dan tersebar merata pada kedua jenis kelamin, segala ras dan
berbagai negara. Resiko terkena Cerebral Palsy meningkat tajam seiring dengan berat badan
lahir rendah, bayi yang berat badan lahir kurang dari 1000 gram mempunyai resiko tinggi 40
kali lipat dibandingkan dengan bayi yang berat badan lahirnya normal (2,5 kg 4 kg). Serta
menurut Trombly, (1989), usia ibu saat hamil 40 tahun lebih, beresiko melahirkan anak
dengan Cerebral Palsy dibandingkan usia ibu hamil dibawah 40 tahun. Distribusi pasien pada
setiap tipe cp adalah sebagai berikut : (Shevell et al, 2003)
Spastic quadriplegic
: 77 (35.5%)
Spastic hemiplegic *
: 68 (31.3%)
*Right hemiplegic (37); Left hemiplegic (31)
Spastic diplegic
: 39 (18.0%)
Mixed
: 12 (5.5%)
Ataxic-hypotonic
: 12 (5.5%)
Spastic monoplegic
: 5(2.7%)
1) Dyskinetic
: 2 (0.9%)
2) Worster-Drought
: 2 (0.9%)
2.6 Etiology Cerebral palsy Spastic Diplegia

15
UNIVERSITAS INDONESIA

Faktor Resiko
Pre Natal
Masa Kandungan

Penyebab yang Berhubungan


Gangguan metabolisme
Kekurangan nutrisi misalnya anemia
Anak kembar atau kelahiran yang banyak
Perdarahan
Toxemia
Ketidakcocokan darah
Terpapar radiasi
Infeksi misalnya rubella, toxoplamosis

2.7

Persalinan prematur
Prematur

Sesak napas yang menyebabkan perdarahan


pada cerebral

Faktor Genetik

Ketiadaan corpus callosum, aqueductal


stenosis, cerebral hypoplasia

Kelainan Kongenital

Tidak diketahui penyebab, tidak ada penyebab

Pada Otak
Perinatal

jelas pada pembahasan klinis


Anesthesia atau analgesia selama melahirkan
dan persalinan
Trauma mekanik selama persalinan
Immaturity dari kelahiran
Gangguan metabolik misalnya
hiperbilirubinemia, gangguan asam amino,
hiperosmolarit
Gangguan elektrolit misalnya hipernatermia,

Post Natal

hipoglikemia
Trauma kepala
Infeksi misalnya meningitis atau encephalitis
Kecelakaan cerebrovaskular
Toxicosis
Lingkungan misalnya gangguan fungsi
pencernaan atau ikan yang terkontaminasi oleh

merkuri
Patofisiologi Cerebral palsy Diplegi
16
UNIVERSITAS INDONESIA

Cerebral palsy spastik diplegi disebabkan oleh karena adanya hemorage dan
periventricular leukomalacia pada area substansi alba yang merupakan area terbesar dari
korteks motor. Periventrivaskular leukomalacia adalah nekrosis dari substansia alba sekitar
ventrikel akibat dari menurunya kadar oksigen dan arus darah pada otak yang biasanya terjadi
bersamaan dengan lesi hemorage dan potensi terjadi selama apneu pada bayi premature, baik
periventricular leukomalacia maupun lesi hemorage dapat menyebabkan spastic diplegi. Hal
ini sekaligus menguatkan arti patogenesis adalah kejadian kerusakan pada white matter (de
Vriest et al,1985 yang dikutip Shepred 1995).
Pada kasus Cerebral palsy diplegi ini, pasien mengalami atrofi cerebri korteks serebri,
traktus piramidalis, traktus ekstrapiramidalis, traktus kortikospinal yang menyebabkan pasien
kejang dan berakibat pada gangguan groos dan fine motor serta gangguan kognisi.
2.8. Manifestasi Klinik Cerebral palsy
Manifestasi Klinik pada kasus Cerebral palsy spastic diplegic

Kepala dan leher dapat bergerak secara bebas dan tidak mengalami keterbatasan
Ekstremitas atas cenderung bergerak aktif
Sendi panggul/hip memiliki kecenderungan dalam posisi semi flexi, adduksi dan

endorotasi yang menyebabkan ekstremitas bawah dalam kognisi menggunting/scissor


Sendi lutut dan knee memiliki cenderung dalam posisi semi flexi
Sendi pergelangan kaki cenderung dalam posisi plantar flexi karena adanya

ketegangan pada otot Achilles


Masalah keseimbangan karena dengan pola jalan menggunting akan rawan untuk

anak jatuh kedepan


Keterlambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan
2.8.1 Tonus postural
Gejala domain dari CP diplegi adalah abnormalitas tonus postural. Tonus postural
abnormal disebabkan oleh kerusakan pembentukan sistem syaraf pusat sehingga terjadi
inkoordinasi terhadap gerakan otot. Pada umumnya tonus postural CP dibedakan hipertonus,
hipotonus, dystonia, campuran. Tonus postural yang abnormal sering kali disertai oleh ankle
clonus, wrist clonus spasme otot dan kontraktur pada sendi. Selain itu tonus postural yang
abnormal akan mempengaruhi pola gerak.pola spastis sering ditandai dengan scissor
gait.spasme otot serta flexi kontraktur.
Pada CP diplegi terdapat tonus postural otot tinggi terutama pada ektremitas bawah,
pada CP diplegia biasanya juga disertai kejang dan gambaran ataksia.
2.8.2 Refleks
17
UNIVERSITAS INDONESIA

Refleks primitive merupakan refleks yang timbul beberapa bulan pasca kelahiran dan
menghilang seiring peningkatan perkembangan anak. Beberapa refleks primitive yang
menetap pada penderita CP diplegia adalah ATNR, STNR, Spinal Gallant, Refleks Tonic,
labyrithen refleks, palmar graps, refleks moro.
2.8.3 Fungsi Motorik kasar
Fungsi motorik kasar

adalah

kemampuan

mengkoordinasikan

sekelompok otot untuk menciptakan suatu gerakan yang fungsional. Penderita


CP memiliki gangguan fungsi motorik kasar terkait dengan tonus postural yang
abnormal. Seringkali tonus postural yang abnormal menciptakan pola yang
sangat khas contoh cara berjalan anak CP yang jinjit dan belum stabil. Sebagai
contoh juga CP diplegi dapat menimbulkan spastisitas sehingga gerakan seperti
berguling, duduk, merangkak, berdiri dan berjalan sulit untuk dilakukan.
2.8.4 Fungsi motorik halus
Perkembangan fungsi

motorik

halus

pada

anak

CP

seperti

menggenggam objek kecil, memegang benda di sela jari telunjuk dan ibu jari.
Menaruh benda perlahan menggunakan peralatan makan akan mengalami
kesulitan berkaitan dengan adanya pola spastisitas.
2.8.5 Pertumbuhan
Kesulitan makan dapat menyebabkan anak tidak tumbuh dengan
semestinya karena penyerapan kalori kedalam tubuh mengalami hambatan
berkaitan penggunaan kalori berlebihan menuju otot yang terkait dengan
hipertonus seperti kasus CP diplegi.
2.9 Diagnosa Cerebral palsy
Dokter-dokter mendiagnosa CP pada bayi dengan melakukan test pada kemampuan
motorik dan analisis menyeluruh pada catatan medi mereka.suatu riwayat medis,test diagnose
dan regular check-up dapat digunakan untuk memastikan diangnosa CP atau untuk
mengeliminasi kemungkinan terjadinya penyakit yang lain (anonym,2004). Untuk diagnosa
CP, disamping berdasarkan anamnesis yang teliti, juga diperlukan pemeriksaan penunjang.
(soetjiningsih,1995)
Berikut adalah beberapa test yang dilakukan test yang digunakan untuk diagnosis CP.
1. Electroensefalogram (EEG)
2. Elektromiografi ( EMG) dan Nerve Conduction Velocity (NCV)
3. BERA (Brain Evoke Audiometry)
18
UNIVERSITAS INDONESIA

4. Tes laboratorium
a. Analisis kromosom
b. Test fungsi tiroid
c. Test ammonia dalam darah
5. Imaging test
a. Magnetic Resonance Imaging atau MRI
b. CT scan
c. Ultra Sono Graphy
2.10. Prognosis CP diplegia
Menurut Steve M prognosis pasien CP diplegi dipengaruhi beberapa faktor antara
lain :
a. Pemberian terapi dengan dosis yang tepat dan adekuat juga berpengaruh terhadap
prognosis pasien. Semakin tepat dan adekuat terapi yang diberikan semakin baik
prognosisnya.
b. Kondisi tubuh pasien
Dengan kondisi tubuh kita yang baik akan mempermudah pasien untuk
mengembangkan kemampuannya pada saat latihan sehingga pasien dapat melakukan
aktifitas sehari-hari secara mandiri.
c. Lingkungan tempat pasien tinggal dan bersosialisasi
Peran lingkungan terutama keluarga sangat mempengaruhi perkembangan pasien,
dukungan mental yang diberikan keluarga kepada pasien sangat dibutuhkan pasien
tidak hanya pada saat menjalani terapi sehingga pasien bersemangat setiap kali
menjalani sesi latihan tetapi juga untuk menumbuhkan rasa percaya diri pasien untuk
bersosialisasi dengan dunia luar.

19
UNIVERSITAS INDONESIA

2.11. Penatalaksanaan Fisioterapi pada Cerebral Palsy Spastic Diplegi


Assessment merupakan proses pengumpulan data pribadi atau data pemeriksaan pasien
untuk dijadikan dasar program pemberian terapi dan tujuan terapi, yang disesuaikan dengan
kondisi dan lingkungan pasien.
1. Anamnesis
Anamnesis merupakan proses untuk mengumpulkan data dengan cara melakukan tanya
jawab antara terapis dan sumber data. Dilihat dari segi pelaksanaannya anamnesis dibedakan
atas dua yaitu:
Auto anamnesis adalah proses tanya jawab langsung kepada pasien yang
bersangkutan
Allo anamnesis adalah proses tanya jawab tidak langsung ditujukan kepada pasien
melainkan melalui orang lain yaitu keluarga, teman, atau orang terdekat pasien.
Anamnesis umum berisi tentang nama jelas pasien, tempat tanggal lahir, alamat,
pendidikan terakhir, pekerjaan, hobi, dan diagnosa medik. Identitas pasien harus diisi dengan
lengkap untuk menghindari kesalahan pada dalam pemberian tindakan. Berikut ini merupakan
bagian-bagian dari anamnesis.
o Keluhan utama
Keluhan utama berisi alasan pasien datang ke fisioterapi, juga sebagai acuan menggali
informasi yang lebih dalam
o Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang adalah runtutan cerita yang berhubungan dengan keluhan utama
dan perjalanan penyakit sejak timbul keluhan sampai mendapat intervensi dari fisioterapi serta
informasi tentang riwayat pengobatan yang sudah pernah dilakukan dan hasil dari pengobatan
yang diperoleh. Hal ini juga untuk dijadikan acuan dalam melakukan pemeriksaan serta
pemberian tindakan.
o Riwayat prenatal
Berisi tentang informasi ibu saat mengandung meliputi usia ibu, kehamilan direncanakan atau
tidak, rutin control ke dokter atau tidak, selama hamil adakah riwayat trauma, pendarahan,
menderita suatu penyakit sampai dirawat atau tidak, mengkonsumsi obat-obatan atau tidak.
o Riwayat natal
Berisi tentang riwayat kelahiran pasien, usia kehamilan, lahir spontan atau Caesar, mendapat
pertolongan kelahiran dari siapa, langsung menangis atau tidak, berat badan dan panjang bayi
lahir, saat lahir adakah tanda biru atau kuning, terlilit tali pusar.
20
UNIVERSITAS INDONESIA

o Riwayat postnatal
Berisi tentang riwayat anak setelah lahir yaitu pernah kejang atau tidak atau pernah
menggunakan alat bantu.
o Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit yang tidak berhubungan dengan keluhan utama namun pernah diderita
pasien seperti gangguan jantung dan paru. Riwayat penyakit dahulu perlu diketahui karena
beberapa penyakit bisa mempengaruhi penyakit yang sekarang dialami. Data ini bisa
dijadikan sebagai pertimbangan untuk pemilihan tindakan yang akan diberikan.
o Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit pada keluarga yang sama dengan pasien.
o Riwayat psikososial
Riwayat yang berisi tentang informasi pasien anak keberapa dari berapa bersaudara, usia,
pendidikan, dan pekerjaan orang tua, sehari hari pasien diasuh oleh siapa.
o Riwayat imunisasi
Informasi tentang keterangan lengkap atau tidaknya imunisasi yang diberikan kepada
anak tersebut.
o Riwayat tumbuh kembang
Riwayat tumbuh kembang normal anak meliputi fase-fase perkembangan dan
pertumbuhan anak dapat dilalui pada saat usia anak berapa tahun, senyum pada orang pertama
kali, berbicara pertama kali, riwayat makan dan minum, bahasa yang dapat anak ucapkan,
baik sebelum sakit maupun setelah sakit jika ada perubahan tumbuh kembang. Riwayat
tumbuh kembang normal dapat dilihat berdasarkan grafik denver II.
2. Pemeriksaan
Pemeriksaan umum
a) Cara datang
Mandiri, digendong, atau menggunakan alat bantu
b) Kesadaran
Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan
dari lingkungan, tingkat kesadaran dibedakan menjadi :
1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab
semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya
acuh tak acuh.
3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak,
berhalusinasi, kadang berhayal.
4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat,
mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi
jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.
21
UNIVERSITAS INDONESIA

6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun
(tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil
terhadap cahaya).
c) Tensi
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan sistolik
adalah tekanan darah pada saat terjadi kontraksi otot. Sedangkan, tekanan diastolic adalah
tekanan darah yang digambarkan pada rentang di antara grafik denyut jantung. Pengukuran
tekanan darah pada anak-anak dilakukan pada kasus-kasus tertentu.
Menurut Pamela (1993) jumlah tekanan darah yang normal berdasarkan usia seseorang adalah
Usia
Bayi dibawah usia 1 bulan
1-6 bulan
6-12 bulan
1-4 tahun
4-6 tahun
6-8 tahun
8-10 tahun

Denyut nadi
85/15 kali/menit
90/60 kali/menit
96/65 kali/menit
99/65 kali/menit
160/60 kali/menit
185/60 kali/menit
110/60 kali/menit

d) Lingkar kepala
Mengukur lingkar kepala berfungsi untuk mengetahui perkembangan otaknya.
Meskipun ukuran lingkar kepala tidak berkaitan dengan kecerdasannya, namun ukuran lingkar
kepala volume otaknya. Lingkar kepala anak akan bertambah sesuai dengan usia dan juga
dipengaruhi oleh jenis kelamin. Perkembangan normal ukuran lingkar kepala bayi

1. Lingkar kepala anak laki-laki seperti di bawah ini

22
UNIVERSITAS INDONESIA

2. Lingkar kepala anak perempuan seperti di bawah ini

e) Nadi
Mengetahui denyut nadi merupakan dasar untuk melakukan latihan fisik yang benar
dan terukur atau mengetahui seberapa keras jantung bekerja. Pengukuran nadi dilakukan
dengan durasi 1 menit. Berikut ini adalah frekuensi denyut nadi normal:
23
UNIVERSITAS INDONESIA

Usia
Baru lahir
1 minggu 3 bulan
3 bulan 2 tahun
2 tahun 10 tahun
10 tahun dewasa

Normal
100 180
100 220
80 150
70 110
55 90

Tidur
80 160
80 200
70 120
60 90
50 90
Tabel

Demam
Lebih dari 220
Lebih dari 220
Lebih dari 220
Lebih dari 220
Lebih dari 220

f) Repirasi rate
Respirasi rate adalah jumlah seseorang mengambil nafas per menit. Tingkat respirasi
biasanya diukur ketika seseorang pada posisi diam dan hanya melibatkan menghitung jumlah
nafas selama satu menit dengan menghitung berapa kali dada meningkat.
Respirasi dapat menigkat pada saat demam, berolahraga dan emosi. Ketika memeriksa
pernafasan penting juga untuk memperhatikan apakah seseorang memiliki kesulitan dalam
bernafas.
Usia
Baru lahir
1 11 bulan
2 tahun
4 tahun
6 tahun
8 tahun
10 tahun
12 tahun
14 tahun
16 tahun
18 tahun

Respirasi Rate
35
30
25
23
21
20
19
19
18
17
16 18
Tabel 2

g) Suhu Badan
Nilai hasil pemeriksaan suhu merupakan indikator untuk menilai keseimbangan antara
pembentukan dan pengeluaran panas. Nilai akan meningkat jika pengeluaran panas
meningkat. Hal ini terjadi karena vasodilatasi, berkeringat, hiperventilasi dsb. Pemeriksaan ini
bisa dilakukan dengan menggunakan punggung tangan. Afebris artinya dalam batas normal,
subfebris artinya demam yang tidak tinggi atau ketika di palpasi terasa hangat, febris artinya
demam cenderung tinggi.
Ukuran Suhu Badan normal pada anak-anak
Usia
3 bulan
6 bulan
1 tahun

Suhu
37,5 oC
37,5 oC
37,7 oC
24
UNIVERSITAS INDONESIA

37,2 oC
37,0 oC
36,8 oC
36,7 oC
36,7 oC
36,6 oC

3 tahun
5 tahun
7 tahun
9 tahun
11 tahun
13 tahun

Tabel 3

h) Status Gizi
Status gizi anak dapat dilihat dari pemeriksaan turgor kulit, konjungtiva mata, dan
proporsi tubuh. Namun, untuk lebih meyakinkannya lagi, dapat dihitung dari rumus:
Panjang badan = 80 + 5n
Berat badan = 8 + 2n
Dimana n adalah umur dalam tahun.
(Arif Mansjoer, 2000)
3. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus terdiri dari impairment, functional limitation, dan partisipasi
reaction. Pada kasus ini pemeriksaan khusus terdiri dari :
i.

Pengamatan Posisi

Pemeriksaan ini berfungsi untuk menilai ada tidaknya gerakan ekstremitas abnormal,
asimetris, posisi dan gerakan yang abnormal. Pengamatan posisi dilakukan pada saat
terlentang, berguling, telungkup, merayap, ke duduk, duduk, merangkak, ke berdiri, berdiri,
dan berjalan. Pengamatan posisi anak dilakukan sesuai dengan kemampuan anak. Setiap
posisi memiliki komponennya masing masing yang harus diamati :
a. Terlentang
Komponen yang dilihat:
1.) Gerakannya (aktif, simultan, kecenderungan posisi)
2.) Posisi kepala
Posisi kepala apakah sejajar atau tidak dengan trunk
3.) Posisi trunk (simetris atau tidak simetris)
Posisi kesejajaran tulang belakang
4.) Posisi shoulder
Posisi bahu protraksi atau retraksi
5.) Posisi elbow
Posisi lengan flexi atau extensi
6.) Posisi wrist
Posisisi tangan
7.) Posisi jari
Posisi jari menggenggam atau terbuka
8.) Posisi hip
25
UNIVERSITAS INDONESIA

9.) Posisi knee


10.)
Posisi ankle
b. Berguling
Komponen yang dilihat:
1.) Via (hip atau shoulder)
Berguling dengan menggunakan bahu atau pinggang
2.) Rotasi trunk (ada atau tidak)
Gerakan berputar dari tulang belakang
c. Telungkup
Komponen yang dilihat:
1.) Head lifting
Kemampuan mengangkat kepala
2.) Head control
Kemampuan mengangkat dan menggerakkan kepala mengikuti gerakan atau sumber bunyi
3.) Forearm support
Kemampuan menumpukan weight bearing pada lengan
4.) Hand support
Kemampuan menumpukan weight bearing pada tangan
5.) Posisi trunk
Posisi kesejajaran tubuh
6.) Posisi hip
7.) Posisi knee
8.) Posisi ankle
d. Merayap
Komponen yang dilihat:
1.) Head control
Kemampuan mengangkat dan menggerakkan kepala mengikuti gerakan atau sumber bunyi
2.) Forearm support
Kemampuan menumpukan weight bearing pada lengan
3.) Rotasi trunk
Gerakan berputar dari tulang belakang
4.) Gerakannya simultan
Gerakan tangan dan kaki berlawanan dan bergantian
5.) Transfer weight bearing
Perpindahan tumpuan berat badan
e. Duduk
Komponen yang dilihat:
1.) Head control
Kemampuan mengangkat dan menggerakkan kepala mengikuti gerakan atau sumber bunyi
2.) Trunk control
Kemampuan mengatur posisi tulang punggung
3.) Hand support
Kemampuan menumpukan weight bearing pada tangan
4.) Weight bearing
26
UNIVERSITAS INDONESIA

Tumpuan berat badan


5.) Sitting balance
Kemampuan keseimbangan pada posisi duduk
6.) Protective reaction
Kemampuan untuk menjaga agar tidak jatuh
f. Ke duduk
Komponen yang dilihat:
1.) Posisi awal
2.) Proses
3.) Head control
Kemampuan mengangkat dan menggerakkan kepala mengikuti gerakan atau sumber bunyi
4.) Forearm support
Kemampuan menumpukan weight bearing pada lengan
5.) Hand suppport
Kemampuan menumpukan weight bearing pada tangan
6.) Fiksasi gerakan
Menahan gerakan yang tidak seharusnya
7.) Transfer weight bearing
Perpindahan tumpuan berat badan
g. Merangkak
Komponen yang dilihat:
1.) Head control
Kemampuan mengangkat dan menggerakkan kepala mengikuti gerakan atau sumber bunyi
2.) Weight bearing
Tumpuan berat badan
3.) Rotasi trunk
Gerakan berputar dari tulang belakang
4.) Transfer wieght bearing
Perpindahan tumpuan berat badan
5.) Gerakannya simultan atau tidak
Gerakan tangan dan kaki berlawanan
h. Berdiri
Komponen yang dilihat
1.) Head control
Kemampuan mengangkat dan menggerakkan kepala mengikuti gerakan atau sumber bunyi
2.) Posisi shoulder
Posisi bahu protraksi atau retraksi
3.) Posisi elbow
Posisi lengan flexi atau extensi
4.) Posisi wrist
Posisisi tangan
5.) Posisi jari-jari
Posisi menggenggam atau tidak
6.) Posisi trunk
Posisi kesejajaran tulang belakang
7.) Trunk control
Kemampuan mengatur posisi tulang punggung
27
UNIVERSITAS INDONESIA

8.) Posisi hip


Pola pada hip biasanya netral, abd, dan rotasi netral
9.) Posisi knee
Posisi extensi
10.)
Posisi ankle
Posisi kaki biasanya
11.)
Weight bearing
Tumpuan berat badan
12.)
Standing balance
Keseimbangan pada posisi berdiri
i. Ke berdiri
Komponen yang dilihat:
1.) Posisi awal
2.) Proses
3.) Head control
Kemampuan mengangkat dan menggerakkan kepala mengikuti gerakan atau sumber bunyi
4.) Trunk control
Kemampuan mengatur posisi tulang punggung
5.) Weight bearing
Tumpuan berat badan
6.) Transfer weight bearing
Perpindahan tumpuan berat badan
7.) Pola ke berdiri
j. Berjalan
Komponen yang dilihat:
1.) Head control
Perpindahan tumpuan berat badan
2.) Trunk control
Perpindahan tumpuan berat badan
3.) Rotasi trunk
Gerakan berputar dari tulang belakang
4.) Transfer weight bearing
Perpindahan tumpuan berat badan
ii.

Spastisitas
Spastisitas merupakan fungsi tonus yang meningkat tergantung pada kecepatan

gerakan. Merupakan gambaran lesi pada Upper Motor Neuron. Membentuk ekstrimitas pada
posisi ekstensi. Pengukuran spastisitas dilakukan apabila ada kecurigaan kecenderungan
posisi. Skala pengukuran dapat menggunakan ashworth.
Skala Klinis Spastisitas (ASHWORTH)
1
2

: Tidak terdapat peningkatan tonus postural.


: Sedikit peningkatan tonus, terdapat tahanan minimal di akhir Lingkup Gerak Sendi.
1+

: Sedikit peningkatan tonus, tahanan sedikit kurang dari Lingkup Gerak Sendi.
28
UNIVERSITAS INDONESIA

: Peningkatan tonus lebih nyata hampir seluruh Lingkup Gerak Sendi, namun masih
bisa digerakkan

: Peningkatan tonus bermakna, sehingga gerakan pasif sulit dilakukan.

: Sendi dalam posisi fleksi atau ekstensi atau dalam satu posisi.

(Malene Wesselhoff, 2012)


1. Ankle Clonus
Bila terjadi rileks yang sangat hiperaktif, maka keadaaan ini disebut klonus. Jika kaki
dibuat dorsi fleksi dengan tiba-tiba, dapat mengakibatkan dua atau tiga kali gerakan sebelum
selesai pada posisi istirahat. Kadang-kadang pada penyakit Sistem Saraf Pusat terdapat
aktivitas ini dan kaki tidak mampu istirahat di mana tendon menjadi longgar tetapi aktivitas
menjadi berulang-ulang.
2. Tightness
a. Pemeriksaan tightness pada m. hamstring
Posisi os
: terlentang
Tatalaksana : fleksikan salah satu hip. Positif jika hip pada sisi kontralateral terangkat.
b. Pemeriksaan tightness pada m. illiopsoas
Posisi os
: telungkup
Tatalaksana : adduksikan kedua hip, Positif jika hip fleksi, jika belum terlihat fleksi bisa
ditambah dengan gerakan fleksi pada kedua knee.
c. Pemeriksaan tightness tendon achilles
Posisi os
: terlentang
Tatalaksana : dorsi fleksikan ankle. Positif jika ankle sulit didosi fleksikan.
3. Pemeriksaan 7 Refleks
Merupakan salah satu komponen penentu prognosis berjalan. Pemeriksaan 7 refleks
dilakukan mulai usia 1 tahun hingga usia kurang dari 7 tahun. Pemeriksaan 7 refleks meliputi
(Pamela, 1993):
a. ATNR atau Asymetrical Tonic Refleks
Lokasi
: brainstem
Muncul saat usia
: 2 bulan
Hilang saat usia
: 4 bulan
Cara pemeriksaaan : anak terlentang dengan posisi kepala pada midline, kemudian kepala
dirotasikan ke salah satu sisi. Positif jika elbow dan knee pada ipsilateral fleksi, dan pada sisi
kontralateral: shoulder abduksi, elbow ekstensi.
b. STNR atau Symetrical Tonic Neck Refleks
Lokasi
: brainstem
Muncul saat usia
: 4 sampai 6 bulan
29
UNIVERSITAS INDONESIA

Hilang saat usia


Cara pemeriksaaan

: 10 bulan
: anak telungkup dipangkuan pemeriksa. Kemudian kepala anak

difleksikan atau diekstensikan. Positif jika saat kepala difleksikan, maka kedua lengan fleksi
dan tungkai ekstensi. Positif jika saat kepala ekstensikan, maka kedua lengan ekstensi dan
tungkai fleksi.
c. Neck Righting
Lokasi
: Midbrain
Muncul saat usia
: Baru lahir
Hilang saat usia
: 4 sampai 6 bulan
Cara pemeriksaaan : anak dalam posisi terlentang. Kemudian kepala dirotasikan ke salah satu
sisi. Positif jika tubuh berputar mengikuti kepala, mulai dari shoulder, trunk, dan pelvis, serta
anggota gerak bawah.
d. ExtensorThrust
Lokasi
Muncul saat usia
Hilang saat usia
Cara pemeriksaaan

: Spinal
: Baru lahir
: 1 sampai 2 bulan
: knee anak dalam posisi fleksi. Kemudian telpak kaki digores atau

disentuh. Positif jika knee menjadi lurus.


e. Moro
Lokasi
: Spinal
Muncul saat usia
: Baru lahir
Hilang saat usia
: 1 sampai 2 bulan
Cara pemeriksaaan: anak dalam posisi terlentang, kepala dan punggung anak disanggah
menggunakan tangan pemeriksa. Kemudian secara tiba-tiba jatuhkan pegangan kepala anak
tanpa ditekan. Positif jika ada reaksi seperti terkejut, yaitu kedua elbow fleksi dengan forearm
supinasi.
f. Parachute
Lokasi
Muncul saat usia
Hilang saat usia
Cara pemeriksaaan

: Cortical
: 6 sampai 9 bulan
: tidak hilang atau sepanjang usia
: anak diposisikan seperti akan terjun, handling pemeriksa pada bagian

torakal, posisi kepala lebih rendah dari kaki. Positif jika kedua lengan anak lurus, jari-jari
tangan diekstensikan seolah hendak mendarat, atau sering disebut handsupport.
g. Foot placement
Lokasi
Muncul saat usia
Cara pemeriksaaan

: Cortical
: Baru lahir
: anak diposisikan berdiri, handling pada axilla anak. Kemudian

punggung tungkai anak digoreskan pada meja. Positif jika kaki anak naik ke atas meja.
30
UNIVERSITAS INDONESIA

Penilaian 7 refleks:
ATNR

(-)

STNR

(-)

Neck righting

(-)

Extensor thrust

(-)

Moro

(-)

Paracute

(+)

Foot placement

(+)

Keterangan:
Jika skor 0, maka anak bisa berjalan.
Jika skor 1, maka anak bisa berjalan tanpa atau dengan alat bantu.
Jika skor 2 atau lebih dari 2, maka prognosa berjalan jelek.
4. Pemeriksaan Fungsi Bermain
Anak kecil mempunyai organ memori yang belum banyak terisi. Melalui bermain anak
akan mengeksplorasi dan memanipulasi benda-benda disekitarnya. Setelah mengenali dan
mempelajari, selanjutnya anak akan menyimpannya di dalam sel-sel memori atau otak.
Semakin banyak sel memorinya terisi oleh data-data tertentu yang diperolehnya melalui
permainan, maka akan semakin meningkatkan kemampuan kognitifnya. Fungsi bermain anak
berbeda-beda sesuai dengan usianya.
Pemeriksaan denver II adalah suatu pemeriksaan yang digunakan untuk screening
perkembangan anak dari lahir sampai usia 6 tahun, yang meliputi 4 aspek penilaian yaitu
personal sosial, motorik kasar, bahasa, dan motorik halus
6.1. Pengumpulan Data Tertulis Pemeriksaan Penunjang
Merupakan data-data yang dijadikan sebagai referensi.
Elektroensefalogram (EEG)
Elektromiografi (EMG) dan nerve conduction velocity (NCV)
BERA (brain evoked response audiometri)
Tes laboratorium :
Analisa kromoson
Tes fungsi tiroid
31
UNIVERSITAS INDONESIA

Tes amonia dalam darah


Imaging test:
Magnetic resonance imaging atau MRI
CT scan
Ultrasonografi
6.2.

1. Urutan Masalah Fisioterapi Berdasarkan Prioritas


Urutan masalah didapatkan dari hasil pemeriksaan fisik baik pemeriksaan umum
maupun pemeriksaan khusus dan juga keluhan dari pasien itu sendiri berdasarkan
prioritas.
2. Diagnosa Fisioterapi
Menurut ICF (International Clasification Functional Disability and Healt)
Diagnosa pada kasus tumbuh kembang anak adalah ketidakmampuan anak untuk
mencapai untuk mencapai level perkembangan motorik kasar atau gangguan pola gerak
sesuai dengan keluhan utama berdasarkan dari urutan masalah yang ada. Diagnosa
Fisioterapi terdiri dari :

1. Impairment
Ketidaknormalan anatomi, fisiologi & psikologi dalam organ-organ tertentu atau sitem
tubuh
2. Keterbatasan gerak (functional limitation)
Ketidakmampuan antara membentuk suatu aktivitas fungsional yang normal contoh
AKS, transfer dan ambulasi.
3. Partisipasi restriction
Ketidakmampuan dalam bersosialisasi
4. Keterbatasan fungsional yang berhubungan dengan diagnosa medik.
6.3. Program Pemeriksaan Fisioterapi
1. Pengumpulan data program Fisioterapi dari dokter Rehabilitasi Medik
Merupakan program yang disusun oleh dokter Rehabilitasi Medik yang
bersangkutan.
2. Tujuan
a. Tujuan Jangka Pendek
Tujuan jangka pendek biasanya dibuat berdasarkan prioritas masalah yang utama.
Dalam membuat tujuan jangka pendek ini harus disertai dengan bagaimana tujuan atau
32
UNIVERSITAS INDONESIA

rencana tersebut akan dicapai, alokasi waktu pencapaian, dan kondisi-kondisi seputar
pasien dan lingkungan yang memungkinkan tujuan tersebut dapat dicapai.
b. Jangka Panjang
Tujuan jangka panjang juga dibuat berdasarkan prioritas masalah, tetapi bukan
masalah yang utama atau segera. Tujuan jangka panjang harus realistis sesuai dengan
perkiraan pemulihan yang maksimal sesuai patologi dan keadaan pasien juga harapan
dari pasien dan keluarga. Pada kasus anak dengan masalah Cerebral palsy Spastic
Quadriplegic menentukan prognosis berjalan berdasarkan penilain 7 refleks dan
komponen prognosis berjalan yang lain adalah kognisi, distribusi spastis, level spastis
berdasarkan nilai Skala Ashworht, penanganan atau intervensi dini, lingkungan atau
persepsi, setelah usia 2 tahun belum bisa duduk maka prognosis berjalan buruk.
1. Massage
Merupakan suatu tindakan manipulasi pada jaringan lunak secara ilmiah dan
sistematis yang dilakukan dengan tangan, baik dengan cara mengurut, menggosok,
meremas, mengangkat atau dengan goyangan lembut (vibrasi), dengan tujuan
mempengaruhi sistem saraf pada otot dan sirkulasi darah.
Jenis massage menurut tujuan dan penggunaannya :
1. General Massage
Dilakukan pada keseluruhan tubuh yang bertujuan untuk rileksasi otot dan
membuat tubuh lebih segar dari sebelum diberikan massage.
2. Remedial Massage
Untuk terapi penyakit tertentu. Contoh penyakit : Asma, Back Pain, Tenis
Elbow. Klasifikasi dan tehnik terbagi dalam 3 kelompok :
1. Stroking movement
a. Light stroking
b. Deep centripetal stroking (efflurage)
2. Compression movement
a. Kneading (palm kneading, finger kneading, squeezing, ironing
kneading, skin rolling), picking up, wringing, petrissage.
b. Friction
3. Percussion movement
a. Tapotement : hacking, clapping, beating, pounding
b. Shaking dan vibration
2. Stretching
Merupakan salah satu tehnik terapi latihan yang dirancang untuk mengulur
struktur jaringan lunak yang memendek secara patologis. Salah satu tujuannya adalah
untuk menambah LGS (Sauda Gaffar,2012).
Metode terapi stretching jaringan lunak :
1. Passive stretching : metode berdasarkan tipe force, intensitas dan durasi stretch.

33
UNIVERSITAS INDONESIA

2. Active inhibition : suatu tehnik dimana pasien secara reflek melemaskan otot yang
diulur sebelum atau selama peregangan.
3. Self stretching : latihan peregangan otot yang dilakukan oleh pasien sendiri.
Indikasi dilakukan stretching :
1. LGS terbatas akibat kontraktur, perlengketan jaringan dan pembentukan jaringan
parut, timbulnya pemendekan otot, jaringan ikat dan kulit
2. LGS terbatas oleh karena deformitas struktur tulang
3. Aktifitas fungsional yang salah sehingga menyebabkan kontraktur
4. Bila terdapat otot yang lemah sedangkan otot yang berlawanan tegang, maka otot
yang tegang harus di stretch dahulu sebelum menguatkan otot yang lemah tersebut.
Tujuan dilakukan stretching :
1. Menambah LGS dan mobilisasi jaringan sekitar sendi senormal mungkin.
2. Goal yang spesifik :
a. Mencegah kontraktur yang menetap
b. Fleksibilitas
c. Mencegah/meminimalisir resiko cidera musculotendinous berkaitan dengan
aktifitas fisik yang spesifik
3. Metode Bobath atau Neuro Development Threatment (NDT)
Adalah suatu tehnik yang dikembangkan oleh Karel dan Bertha Bobath pada tahun
1997. Metode ini khususnya ditujukan untuk menangani gangguan sistem saraf pusat pada
bayi dan anak-anak.
Metode/pendekatan NDT living concept :
a. Pendekatan problem-solving termasuk manajemen disfungsi gerak dan treatment
masing-masing individu dengan memperhatikan patofisiologi dan central nervus
sistem
b. Metode bobath : proses interaktif dari individu yang terlibat, care giver, dan disiplin
ilmu lain sebagai tim.
Teori dasar NDT
1. Pengertian bahwa manusia itu dipengaruhi oleh sistem-sistem yang berbeda (otot,
tulang, paru, jantung, hormon, saraf, dll) yang bekerja dibawah komando otak.
2. Pentingnya mengerti bagaimana perkembangan anak dan bagaimana anak bergerak,
sehingga terapis dapat membuat rencana treatment sesuai dengan gangguan geraknya.
3. Anak cerebral palsy mempunyai banyak kesulitan.
34
UNIVERSITAS INDONESIA

4. Treatment dimulai dengan assessment dan treatment difokuskan pada kemandirian


gerak.
Prinsip NDT
1. Anak sebagai manusia seutuhnya
2. Intervensi bersifat individual, mengacu pada :
a. Masalah geraknya
b. Personality, keluarga dan budaya
3. Assesmen rutin setiap akan dilakukannya treatment
4. Kesempatan anak bergerak aktif selama treatment
5. Handling
6. Mengembangkan komponen gerak dengan bantuan furnitur dan equipment
7. Mengacu pada tumbuh kembang normal
8. Prinsip motor learning dan motor control
9. All day management
10. Team approach
11. Tone influence patterns (TIPs)
Suatu usaha untuk mengurangi aktifitas refleks, reaksi asosiasi, ivoluntary movement
dan untuk mengatasi tonus postural abnormal dengan menggunakan inhibisi, stimulasi,
sehingga dapat dilakukan fasilitasi untuk mencapai :
a. Gambaran postural yang normal untuk bergerak
b. Membangun reaksi righting dan equilibrium
c. Membangun pattern gerakan yang fundamental yang lebih kearah aktifitas yang lebih
terampil, berfungsi dan bertujuan.
Tone influence patterns (TIPs) dipengaruhi oleh fasilitasi reaksi normal yang merupak key
poin dari control. Ada 2 hal yang termasuk dalam key control yaitu develop movement
sequences (balance dan protective reaction) dan develop fungsional skill (play, ADL) yang
mana sama-sama mempengaruhi TIPs, Key point of control (KPoC) adalah bagian tubuh
(biasanya terletak di proximal) yang digunakan untuk handling normalisasi tonus maupun
menurunkan gerak aktif yang normal. Letak key points of control (KPoC) yang utama adalah
kepala, gelang bahu dan gelang panggul.
Tone inhibiting patterns terdiri dari :
a. Inhibisi
Suatu usaha untuk mengurangi aktifitas reflek, reaksi asosiasi, involuntary movement, dan
b.
c.
1.
2.
3.

untuk mengatasi tonus postural abnormal.


Stimulasi
Biasanya diberikan pada kasus fleksid, berupa kompresi, tapping, placing, holding
Fasilitasi
Gambaran postural yang lebih normal untuk bergerak
Membangun reaksi righting dan equilibrium
Membangun pattern gerakan yang fundamental yang lebih kea rah key point of control
35
UNIVERSITAS INDONESIA

Komponen dari postur control ialah core stability. Core stability adalah kemampuan untuk
mengontrol posisi dan gerakan batang tubuh melalui panggul dan kaki untuk memungkinkan
produksi optimal, transfer dan control kekuatan dan gerakan ke segmen terminal dalam
aktifitas rantai kinetic terintegrasi (Kibler,2006).
Yang dimaksud dengan core adalah daerah llumbo-pelvic-hip kompleks. Daerah core
adalah tempat atau letak dari pusat perkenaangaya gravitasi dan tempat dari awal semua
gerakan. Core stability yang baik berfungsi untuk meningkatkan penampilan gerak serta untuk
mencegah terjadinya cedera, kekuatan daripada otot-otot inti batang tubuh berasal dari region
batang tubuh dan sesungguhnya bertugas untuk membantu mengontrol kondisi kekuatan,
memperhalus gerakan serta koordinasi gerak yang efisien dan lebih baik pada anggota gerak.
Selebihnya kondisi core muscle yang baik juga membantu mengurangi resiko terjadinya
cedera akibat posisi postur yang buruk.
Otot utama dari core muscle adalah otot panggul, tranversus abdominis, multifidus,
internal dan external obliques, rektus abdominis, sacrospinalis khusus nya longissimus toracis,
dan diafragma. Minor core termasuk latisimus dorsi, gluteus maximus dan trapezius.
4. Uraian tindakan fisioterapi
Merupakan implementasi metode pemberian fisioterapi
5. Program untuk di rumah
Merupakan semua hal yang berkaitan dengan tujuan jangka pendek dan jangka panjang yang
dapat dilakukan dirumah terutama dalam kehidupan sehari-hari.
1.6 evaluasi
1. evaluasi hasil terapi
Evaluasi dilakukan sesaat melakukan tindakan, dan setelah dilakukan tindakan
fisioterapi. Jika pasien mengalami kemajuan dari sebelumnya maka evaluasi ditulis dalam
format SOAP.
2. jadwal evaluasi ke dokter
Jadwal evaluasi kedokter untuk kasus cerebral palsy tergantung progresivitas yang
didapat, biasanya satu bulan setelah terapi.

36
UNIVERSITAS INDONESIA

http://oknurse.wordpress.com/2010/07/13/pemeriksaan-kesadaran-mengukur-gcs/
http://growupclinic.com/2013/08/20/perkembangan-normal-ukuran-lingkar-kepala-bayi/

2.4 Dampak Dari Cerebral palsy


Cerbral palsy dapat berdampak pada keadaan kejiwaan yang banyak dialami adalah
kurannya ketenangan. Anak cerebral palsy tidak dapat stabil, sehingga menyulitkan pendidik
untuk mengikat (mengarahkan) kepada suatu pelajaran atau latihan. Anak cerebral palsy
dapat juga bersikap depresif, seakan-akan melihat sesuatu dengan putus asa atau sebaliknya
agresif dengan bentuk pemarah, ketidak sabaran atau jengkel, yang akhirnya sampai kejang .
(Mumpuniarti, 2001: 101). Pendapat lain yang dikemukakan oleh Mohammad Efendi (2006:
126).
Kondisi ketunadaksaan pada anak sebagian besar menimbulkan kesulitan belajar dan
perkembangan kognitifnya. Khsusunya anak cerebral palsy selain mengalami kesulitan dalam
belajar dan perkembangan fungsi kognitifnya, mereka pun seringkali mengalami kesulitan
dalam

37
UNIVERSITAS INDONESIA

komunikasi, persepsi, maupun kontrol gerakan, bahkan beberapa penelitian sebagian besar
diketahui terbelakang mental (tunagrahita). Sedangkan menurut Abdul Salim (2007: 184-176),
kelainan fungsi dapat terjadi tergantung dari jenis cerebral palsy dan berat ringannya
kelainan, antara lain:
a. Kelainan fungsi mobilitas
Kelainan fungsi mobilitas dapat diakibatkan oleh adanya kelumpuhan anggota gerak tubuh,
baik anggota gerak atas maupun anggota gerak bawah, sehingga anak dalam melakukan
mobilitas mengalami hambatan.
b. Kelainan fungsi komunikasi
Kelainan ini dapat timbul karena adanya kelumpuhan pada otot-otot mulut dan kelainan pada
alat bicara. Kelainan tersebut mengakibatkan kemampuan anak untuk berkomunikasi secara
lisan mengalami hambatan.
c. Kelainan fungsi mental
Kelainan fungsi mental dapat terjadi terutama pada anak cerebral palsy dengan potensi mental
normal. Oleh karena ada hambatan fisik yang berhubungan dengan fungsi gerak dan
perlakuan yang keliru, mengakibatkan anak yang sebenarnya cerdas akan tampak tidak dapat
menampikan kemampuannya secara maksimal.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, kerusakan otak pada anak cerebral palsy berdampak
pada kelainan fisik, kelainan psikologis, kelainan mobilitas, kelainan komunikasi, kelainan
mental dan inteligensi.

UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM VOKASI
BIDANG STUDI KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
FORMULIR FISIOTERAPI
38
UNIVERSITAS INDONESIA

39
UNIVERSITAS INDONESIA

Nama Fisioterapi

: Pipin Suparmi, SST.FT

Peminatan

: Pediatri

Nama Dokter

: dr Luh Karunia Wahyuni, SpKFR-K

Ruangan

: Poliklinik Fisioterapi Anak

Nomer Register

: 391-41-05

Tgl. Pemeriksaan

: Kamis, 11 September 2014

I.

PENGUMPULAN DATA IDENTITAS PASIEN : (S)


Nama Jelas
Tempat & Tgl lahir
Alamat
Pendidikan Terakhir
Pekerjaan
Hobi
Diagnosis Medik

II.

: a.n. AT
: Jakarta 17 November 2009 (4 tahun 10 bulan)
: Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan
: PAUD
: Siswi TK
: menulis, menggambar
: CP Spastik Diplegik

PENGUMPULAN DATA RIWAYAT PENYAKIT (S)

KU

: Tidak bisa berdiri sendiri

RPS

: Pada usia 1 tahun ibu os membawa os ke puskesmas karena os hanya bisa


terlentang. 1-3 tahun di Mintoharjo os menjalani terapi, os bisa merangkak
tapi lama progress lainnya. Kemudian os dirujuk ke RS Budi Asih pada usia 3
tahun, sempat mendapat tindakan dari fisioterapi di RS tersebut selama 2-3
bulan, namun tidak ada perubahan apapun, membuat AFO tapi kondisi jelek.
Pada usia 4,3 tahun Os dirujuk ke RSCM dan dilakukan pemeriksaan oleh
dokter RSCM lalu pasien dirujuk ke fisioterapi RSCM dengan kondisi awal
os datang dengan cara di tetah ibunya, sudah bisa duduk dan merambat.
Sampai sekaran os telah menjalani 23 kali terapi 1x/minggu dan telah terjadi
perubahan yaitu dapat berdiri berpegangan.

R. Prenatal

:
40
UNIVERSITAS INDONESIA

o Setelah 3-6 bulan lepas KB, Ibu os tidak sadar ia hamil.


o Tidak mengonsumsi obat obatan kecuali vitamin
o Sering cek ke bidan tapi instruk si untuk tidak terlalu capek diabaikan.
o Kandungan ibu os sering kontraksi setiap saat tapi dibiarkan
o Tidak pernah dilakukan USG ataupun pengecekan ke dokter kandungan
o Saat mengandung os, ibu berusia 35 tahun, tekanan darah dan gula darah
normal.
R. Natal

:
o Lahir 32 minggu
o Spontan, ditarik pakai tangan oleh dokter karena ketika lahir posisi pasien
bokong duluan.
o Tidak langsung menangis, ditolong alat bantu
o Bbl 2,2 kg, pbl 45 cm
o Lahir di RS Mintoharjo karena di bidan tidak dapat melakukan tindakan
karena bayi diperkirakan kecil

R. Postnatal:
o Pernah mengalami kuning tapi ibu os lupa kadar bilirubinnya berapa, dirawat
2-3 hari di RS Mintoharjo
o Tidak pernah mengalami kejang dan biru
o Pernah mengalami demam tinggi pada usia 1 tahun dan dirawat selama
seminggu
RPD

: usia 1 tahun os mengalami flek paru, sudah menjalani pengobatan selama 9


bulan dan sembuh

R. Psikososial

: os anak ketiga dari tiga bersaudara, ayah sudah meninggal, ibu sebagai IRT
41 tahun, anak pertama umur 20 tahun, normal, perempuan. Anak kedua lakilaki usia 16 tahun, normal. Os diasuh oleh ibunya.

RPK
R. Tumbang

: tidak ada
:

41
UNIVERSITAS INDONESIA

Gross motor
o Telentang sampai usia 1 tahun
o Tengkurep dengan dada, berguling dan merangkak usia 1,5 tahun
o Melompat seperti kodok 2 tahun
o Mampu diposisikan duduk 2 tahun
o Duduk stabil 3 tahun
o Berlutut dan berdiri berpegangan 4 tahun
Fine Motor
Os dapat menulis, menggambar, menggenggam, dan menekan piano
Bicara dan bahasa
o 1 tahun bisa bicara mama papa
o3,5 tahun bicara dengan kalimat
o4,10 tahun os mengerti instruksi dan dapat mengenal huruf
Bermain
o Os telah masuk PAUD, mampu menyusun balok menjadi sebuah bangunan, mengenal
warna, bisa menggoes sepeda roda tiga, main congklak.
Makan :
o bisa makan nasi dengan disuapi

42
UNIVERSITAS INDONESIA

III.

PEMERIKSAAN (O)
a. Pemeriksaan Umum

43
UNIVERSITAS INDONESIA

Cara Datang
Kesadaran
Koperatif / tidak koperatif
Lingkar Kepala
Nadi

RR

: Dituntun
: Compos Mentis
: Kooperatif
: 51 cm (N:40-53 cm, kesan normal)
: 81 kali/menit
(Normal: 76-115 kali/menit, kesan normal
: 20 kali/menit
(Normal: 19-29 kali/menit, kesan normal)
: Kesan Cukup
: Afebris

- Status Gizi
- Suhu
b. Pemeriksaan Khusus
1. Motorik kasar dan pola gerakan
- - Terlentang
- Head : Bergerak bebas
- Shoulder
: Netral
- Elbow : ekstensi dan supinasi
- Trunk : simetri
- Hip : abduksi, eksorotasi
- Knee : semi fleksi
- Ankle : plantar flexi, eversi
- Berguling via shoulder
- rotasi trunk minimal
- head control ada
- Telungkup
- Head lifting
: ada
- Head control
: ada
- Forearm support
: ada
- Hand support
: ada
- Trunk
: simetri
- Hip
: abduksi, eksorotasi
- Knee
: ekstensi
- Ankle
: plantar fleksi, eversi
- Duduk dengan w sitting
- Head control
: ada
- Trunk control
: ada
- Hand support
: ada
- Trunk
: simetri
- Tumpuan
: sakrum
- Balance
: ada
- Protective reaction
: ada
- Ke duduk via terlentang
Fiksasi gerakan
:
Forearm and hand support : ada
Rotasi trunk
: ada
Transfer WB
:
44

UNIVERSITAS INDONESIA

Merangkak
Head control

: ada

Weight bearing
: dilutut dan tangan
Rotasi trunk
: ada
Bergerak simultan tapi finger cenderung fleksi
Berlutut dengan berpegangan

Head control

Trunk control : ada

Balance

Weight bearing ada pada kedua lutut

: ada

: inadekuat

Berdiri dengan berpegangan


-

Head control

: ada

Trunk control

: ada

Trunk

: simetri

Hip

: Semi fleksi, adduksi, endorotasi

Knee

: semi fleksi

Ankle

: plantar fleksi dan eversi

Weight bearing

: di medial kaki

Balance

: tidak ada

Ke berdiri dengan berpegangan dan menarik


- Dimulai dari posisi berlutut
- TWB lutut kanan, rotasi kiri, kaki kiri ngangkat
- Rotasi trunk ada
45
UNIVERSITAS INDONESIA

- Rambatan dengan berpegangan


- Hip
: adduksi, endorotasi
- Knee
: hyperekstensi
- Ankle
: eversi dan plantar
- Berjalan dengan mendorong benda
- Balance
: tidak ada
- Rotasi trunk
: minimal
- Hip
: adduksi, semi fleksi, endorotasi
- Knee
: hyperekstensi
- Ankle
: plantar, eversi
-Ada Clonus
- Tightness pada hamstring, Achilles, adductor hip, illiopsoas
- Tes Spastisitas
- UE : 1 skala ashworth (kanan), 1 skala ashworth (kiri)
- LE : 1+ skala ashworth (kanan), 1+ skala ashworth (kiri)
- Prognosa berjalan melalui 7 refleks
o ATNR
(-)
0
o STNR
(-)
0
o Moro
(-)
0
o Neck righting
(-)
0
o Extensor thrust
(-)
0
o Parachute
(+)
0
o Foot replacement
(+)
0
+
-

IV.

skor

Prognosa berjalan baik

Pemeriksaan Fungsi bermain


Mampu mengikuti benda
Mampu mengikuti sumber suara mainan
Mampu menyusun balok menjadi sebuah bangunan
Memegang benda yang berukuran besar dan kecil, mampu difungsikan sesuai

fungsinya.
Mampu menulis dan menggambar.
Fungsi bermain sesuai dengan usia 4,6 tahun.
PENGUMPULAN DATA TERTULIS PEMERIKSAAN PENUNJANG
29 Agustus 2013
-

MSCT Scan. kesan : tidak pendarahan lesi ischemic, ringan massa

intrakranial
46
UNIVERSITAS INDONESIA

1. URUTAN MASALAH FISIOTERAPI BERDASARKAN PRIORITAS


1. Tonus postural tinggi
2. Pola berdiri : adduksi, endorotasi, semifleksi (hip), semifleksi (knee), plantar dan

V.

eversi ( ankle)
3. Tightness hamstring, Achilles, adductor hip, illiopsoas
4. Tidak ada balance saat berdiri
- 2. DIAGNOSA FISIOTERAPI
a) Ketidakmampuan berdiri stabil terkait pola pada hip adduksi, endorotasi, dan
semifleksi, knee semifleksi dan ankle plantar fleksi eversi Karen tonus postural
tinggi.
b) Tightness pada hamstring, Achilles, adductor hip terkait tonus postural tinggi
VI.

PROGRAM PELAKSANAAN FISIOTERAPI (P)


1. Pengumpulan data program fisioterapi dari dokter Rehabilitasi Medik
21/08/14 dr Luh Karunia, SpKFR
- Stretching otot adductor hip, gastroc, soleus
- Stretching extensor/antagonis
2. Tujuan :
a. Tujuan Jangka Pendek
- berdiri stabil
b. Tujuan Jangka Panjang
-

- berjalan

3. Metoda Pemberian Fisioterapi


-

Me

Keteranga
n

s
i
-

Se

s
I

Untuk
melatih

interaksi

47
UNIVERSITAS INDONESIA

sosial,
s

kognisi

dan emosi

m
i
n
g
g
-

Ma

u
1

Relaksasi
otot

sebelum
stretching

s
e
m
i
n
g
g
-

Str

u
1

Mengulur
otot

Hamstring
,Achilles,

Adduktor

Hip

IIliopsoas

dan

i
n
g
g
48
UNIVERSITAS INDONESIA

ND

u
1

Fasilitasi berjalan
Stimulasi berdiri

x
s
e
m
i
n
g
g
u
- 4. Uraian Tindakan Fisioterapi
1. Tujuan massage untuk relaksasi otot
- Posisi FT
: di depan pasien
- Posisi Pasien : telentang
- Gerakan
:
massage

melawan

pola

spastisitas

kearah

abduksi,exorotasi dan ekastensi


2. Tujuan mengulur otot hamstring
- Posisi FT
: disamping pasien
- Posisi Pasien : terlentang
- Gerakan
: Fixasi pada distal of femur,handling di posterior bagian
distal of tibia arahkan ke cranial tahan 8 detik.mulai 2001-2008
3. Tujuan mengulur otot Achilles
- Posisi FT
: disamping pasien
- Posisi Pasien : terlentang
- Gerakan
: fleksi knee 30 derajat fixasi di distal of tibia handling di
calcaneus gerakan kedepan tahan 8 detik.mulai 2001-2008
4. Tujuan mengulur otot adductor hip
- Posisi FT
: disamping pasien
- Posisi Pasien : terlentang
- Gerakan
: fixasi pada tungkai berlawanan dengan ang ingin di
stretch,handling pada distal of femur arahkan keluar lalu tahan 8 detik.mulai 20012008
5. Tujuan untuk mengulur otot illiopsoas
49
UNIVERSITAS INDONESIA

- Posisi FT
: disamping pasien berlawanan dengan bagian ang ingin di stretch
- Posisi Pasien : tengkurap
- Gerakan
: untuk stretching illiopsoas fiksasi di pelvic,handling di
proximal of femur flexi knee arahkan ke adduksi dan ekstensi.kemudian stretch
kebagian atas (tidak terlal tinggi) lalu tahan 8 detik.mulai 2001-2008
6. Tujuan Fasilitasi berjalan
- Posisi FT
: dibelakang pasien
- Posisi Pasien : berdiri menggnakan nancy Hilton
- Gerakan
: handling pada hip,pindahkan weight bearing ke kaki
kanan,rotasi hip kearah kiri,kaki kiri melangkah.dan demikian sebaliknya
5. Program dirumah
Menggunakan nancy hilton pada saat berjalan
Berjalan tidak di tetah tetapi fixasi di axilla
Menggunakan walker untuk latihan, ibu menjaga os agar tidak jatuh dengan cara
memegang bagian belakang baju kodok
VII.

EVALUASI
1. Evalusi hasil terapi
S:
os masih belm bias berdiri
O:
os berdiri berpegangan dengan pola hip adduksi,endorotasi,semi flexi,knee
-

: semi flexi dan ankle plantar flexi dan eversi


A:
anak belum bias berdiri stabil akibat tonus postural tinggi dan tightness

pada illiopsoas,hamstring,Achilles adductor hip


P:
mampu berdiri stabil dan berjalan
2. Jadwal kembali ke dokter 4 bulan sekali
-

DAFTAR PUSTAKA

Jan S. Tecklin. Pediatric Physical Therapy. 4th edition. Philadelphia: Lippincott Williams
& Walkins; 2008.

50
UNIVERSITAS INDONESIA

Levitt Sophie, Treatment of cerebral palsy and motor delay , third edition, Blackwell
science, Berlin Germany, reprinted 2000.
- Mario Stanton. The Cerebral palsy Handbook. United Kingdom :
Vermilion;2002
-

Pamela M. Eckersley. Elements of Paediatric Physiotherapy. Singapore :

Longman

Singapore; 1993.
-

Rosenbaum Peter L, Walter D S et all, Gross Motor Function Measure (GMFM-66 &
GMFM-88) Users Manual. London : Mac Keith Press ; 2002.

Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1995.
Steven M, Strauss J D, et all. Prognosis for ambulation in cerebral palsy : A populationbased study. Pediatrics 2004.
-

Brain and Spinal Cord : Resources & Information for Brain & Spinal Cord Injury
Survivors,

Spastic

Diplegia,

diakses

tanggal

17

September

2014

dari

http://www.brainandspinalcord.org/cerebral-palsy/types/spastic-diplegia.html
Malene Wesselhoff. The Modified Ashworth Scale. Post on Juni 2012. Available in:
http://fysio.dk/fafo/Maleredskaber/Maleredskaber-alfabetisk/Ashworth-Scale/

Susan G Galvo pada Massage Therapy principles dan practice tahun 1999, saunders
company,USA)

http://oknurse.wordpress.com/2010/07/13/pemeriksaan-kesadaran-mengukur-gcs/
diakses pada 16 September 2014

http://growupclinic.com/2013/08/20/perkembangan-normal-ukuran-lingkar-kepala-bayi/
diakses pada 16 September 2014

51
UNIVERSITAS INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai