PROGRAM VOKASI
RUMPUN KESEHATAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah konfrensi kasus telah disetujui, dikoreksi, dan diterima Pembimbing Praktek Klinik
Program Studi Fisioterapi Pediatri di RSCM untuk melengkapi tugas Praktek Klinik I Tahun
2013.
Pada Hari
: Senin
Tanggal
: 28 Oktober 2013
Pembimbing,
................................
Sri Novia Fauza, SST.FT
KATA PENGANTAR
1
UNIVERSITAS INDONESIA
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah konferensi kasus Fisioterapi
Pediatri dengan tepat waktu. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk melengkapi tugas dalam
Praktek Klinik I Semester V.
Kami sebagai tim penulis mengucapkan terima kasih kepada para instruktur praktek
klinik atau fisioterapis di RSPUN Dr. Cipto Mangunkusumo, terutama instruktur fisioterapi
pediatri yang telah memberikan waktu untuk membimbing dan mendukung kami selama
pembuatan makalah ini serta orang tua dan teman-teman mahasiswa Fisioterapi Universitas
Indonesia yang telah memberi bantuan baik material maupun spiritual karena tanpa bantuan
mereka makalah ini tidak dapat selesai dengan baik. Tak lupa ucapan terima kasih kepada
pasien beserta keluarganya yang bersedia membantu bekerjasama untuk kelancaran
penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan baik dalam segi materi
maupun sistematika penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kami mohon maaf atas
ketidaksempurnaan makalah ini dan kami mohon para pembaca untuk memberi kritik dan
saran yang membangun untuk pembuatan makalah yang lebih baik kedepannya. Makalah ini
belum dapat dijadikan acuan sebelum disetujui oleh dosen pembimbing pada saat konferensi
kasus.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan rekanrekan fisioterapis khususnya.
Tim Penulis
2
UNIVERSITAS INDONESIA
DAFTAR ISI
3
UNIVERSITAS INDONESIA
DAFTAR GAMBAR
4
UNIVERSITAS INDONESIA
DAFTAR TABEL
5
UNIVERSITAS INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
6
UNIVERSITAS INDONESIA
Berikut ini merupakan metode pelaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy adalah
sebagai berikut
1.1.1. Massage
1.1.2. Stretching
1.1.3. NDT
1.
2.
peminatan lain.
Untuk mengaplikasikan pengetahuan kami dalam mengatasi masalah pada kasus cerebral
palsy spastik diplegi.
1.1.1.4.2.
Tujuan Khusus
a. Bagi mahasiswa :
1.
Mengetahui definisi cerebral palsy.
2.
Mengetahui anatomi dan fisiologi otak.
3.
Mengetahui klasifikasi cerebral palsy.
4.
Mengetahui definisi cerebral palsy spastik diplegi.
5.
Mengetahui patofisiologi cerebral palsy spastik diplegi.
6.
Mengetahui etiologi cerebral palsy spastik diplegi.
7.
Mengetahui manifestasi klinis cerebral palsy spastik diplegi.
8.
Mengetahui prognosa cerebral palsy spastik diplegi.
9.
Mengetahui penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastik diplegi.
b. Bagi pasien :
Mengetahui hal-hal yang harus dilakukan untuk membantu proses rehabilitasi
sehingga anak dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan sesuai umurnya.
7
UNIVERSITAS INDONESIA
8
UNIVERSITAS INDONESIA
BAB 2
KAJIAN TEORI
2.1. Defenisi Cerebral palsy
Istilah cerebral palsy (CP) dipublikasikan pertama kali oleh Willam Little pada tahun
1843 dengan istilah cerebral diplegia, sebagai akibat dari prematuritas atau asfiksia
neonatorum. Sedangkan istilah cerebral palsy diperkenalkan pertama kali oleh Sir William
Osler (Mohamad Efendi: 2006). Istilah cerebral palsy dimaksudkan untuk menerangkan
adanya kelainan gerak, sikap ataupun bentuk tubuh, gangguan koordinasi yang disertai
dengan gangguan psikologis dan sensoris yang disebabkan oleh adanya kerusakan atau
kecacatan pada masa perkembangan otak.
2.2.1.
Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu cerebrum atau otak besar, cerebellum atau
otak kecil, brainstem atau batang otak dan diencephalons (Satyanegara, 1998). Otak mengatur
Gambar 1
dan mengkordinir sebagian besar gerakan, perilaku dan fungsi homeostatis seperti detak
9
UNIVERSITAS INDONESIA
jantuk, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh. Otak manusia bertanggung
jawab terhadap pengaturan seluruh badan dan pemikiran manusia. Otak manusia terdiri dari
beberapa bagian yaitu
a. Cerebrum
Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan nama
cortex cerebri, forebrain atau otak depan. Cerebrum merupakan bagian otak yang memiliki
kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan
kemampuan visual sehingga membuat manusia berbeda dengan binatang. Kecerdasan
intelektual ditentukan oleh kualitas bagian ini. Cerebrum terbagi menjadi empat bagian yang
disebut dengan lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan disebut
sulcus.
Lobus frontal
Merupakan bagian lobus paling depan dari otak besar. Lobus ini berhubungan dengan
kemampuan membuat alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian
masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual dan
kemampuan bahasa secara umum.
Lobus parietal
Lobus temporal
Lobus occipital
Merupakan bagian otak paling belakang, berhubungan dengan rangsangan visual yang
memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi terhadap suatu objek yang ditangkap
oleh retina mata.
b. Cerebellum
Cerebellum atau otak kecil terletak di bagian belakang kepala dekat dengan ujung
leher bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak diantaranya mengatur
sikap atau posisi tubuh, mengontrol keseimbangan maupun koordinasi otot dan gerakan
tubuh. Otak kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang
dipelajari seperti gerakan mengendarai motor, menulis, menutup pintu dan sebagainya.
10
UNIVERSITAS INDONESIA
Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatan gangguan pada sikap dan
koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi.
c. Brainstem
Brainstem atau batang otak merupakan bagian di dalam tulang tengkorak atau rongga
kepala bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum tulang
belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi dasar manusia seperti pernafasan, denyut jantung,
suhu tubuh, proses pencernaan, insting manusia untuk fight or fight (lawan atau lari) saat
datang bahaya. Batang otak terdiri dari tiga bagian yaitu:
Mesencephalon atau otak tengah (mid brain)
Bagian teratas dari batang otak yang menghubungkan otak besar dan otak kecil. Otak
tengah berfungsi dalam hal mengontrol respon pengelihatan, gerakan mata, pembesaran pupil
mata maupun gerakan tubuh dan pendengaran.
Medulla oblongata
Merupakan titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri badan menuju bagian kanan
badan dan juga sebaliknya. Medulla oblongata mengontrol fungsi otomatis otak seperti detak
jantung, sirkulasi darah, pernafasan dan pencernaan.
Pons
Merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat otak bersama dengan formasi
reticular. Pons berfungsi untuk mengkondisikan seseorang untuk bangun atau tidur.
d. Diencephalons
Diencephalons terletak di dalam otak dengan dengan nukleus basal. Diencephalons
merupakan suatu struktur garis tengah yang membentuk dinding-dinding rongga ventrikel
ketiga yang salah satunya merupakan tempat lewatnya cairan serebrospinalis. Diencephalons
terdiri dari dua bagian yaitu:
Thalamus
Berfungsi sebagai stasiun penyambung dan pusat integrasi sinaps untuk pengolahan
pendahuluan semua masukan sensorik dalam perjalanan menuju korteks. Thalamus bersama
dengan batang otak serta daerah asosiasi korteks berfungsi penting untuk kemampuan
seseorang untuk mengarahkan perhatian ke rangsangan yang menarik.
Hypothalamus
11
UNIVERSITAS INDONESIA
Merupakan kumpulan nukleus spesifik dan serat-serat yang terkait dan terletak di bawah
thalamus. Daerah ini merupakan pusat integrasi banyak fungsi homeostatik penting dan
berfungsi sebagai penghubung antara sistem saraf otonom dan sistem endokrin.
e. Meninges
Otak dilindungi oleh tiga lapisan selaput meninges. Bila membran ini terkena infeksi
maka akan terjadi radang yang disebut dengan meningitis. Ketiga lapisan membran meninges
dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:
tebal, kuat dan mengandung serabut kolagen. Pada durameter dapat diamati adanya serabut
elastis, fibrosit, saraf, pembuluh darah dan limfe. Lapisan dalam durameter terdiri dari
beberapa lapis fibrosit pipi dan sel-sel luar dari lapisan arachnoid.
Araknoid atau lapisan tengah
Araknoid merupakan serabut halus yang memisahkan durameter dan piameter. Lapisan
arachnoid terdiri atas fibrosit berbentuk pipih dan serabut kolagen. Arachnoid berbentuk
seperti jaring laba-laba. Antara arachnoid dan piameter terdapat ruangan berisi cairan yang
berfungsi untuk melindungi otak dari benturan.
Piameter atau lapisan dalam
Piameter merupakan membran yang sangat lembut dan tipis berisi penuh dengan
pembuluh darah dan sangat dekat dengan permukaan otak. Lapisan ini berfungsi untuk
memberi oksigen dan nutrisi serta mengangkut bahan sisa metabolisme.
2.1.3
2.1.1
Menurut Yulianto (Abdul Salim, 2007: 178-182), karakteristik cerebral palsy dibagi
sesuai dengan derajat kemampuan fungsional. Adapun karakteristik cerebral palsy sesuai
dengan derajat kemampuan fungsional yaitu:
a. Golongan Ringan (10%)
Cerebral palsy golongan ringan umumnya dapat hidup bersama anak-anak sehat lainnya,
kelainan yang dialami tidak mengganggu dalam kegiatan sehari-hari, maupun dalam
mengikuti pendidikan.
b. Golongan Sedang (30%)
Cerebral palsy yang termasuk sedang sudah kelihatan adanya pendidikan khusus agar
dapat mengurus dirinya sendiri, dapat bergerak atau bicara. Anak memerlukan alat bantuan
khusus untuk memperbaiki pola geraknya misalnya braces.
c. Golongan Berat (60%)
12
UNIVERSITAS INDONESIA
Cerebral palsy yang termasuk berat sudah menunjukkan kelainan yang sedemikian rupa,
sama sekali sulit melakukan kegiatan dan tidak mungkin dapat hidup tanpa bantuan orang
lain. Membutuhkan kursi roda dan memiliki keterbatasan yang signifikan dalam menjalani
kegiatan sehari-hari. Sebaiknya anak ditampung dalam rumah dengan perawatan khusus.
2.1.1.3.2
(GMFCS)
Berdasarkan factor dapat tidaknya beraktifitas atau ambulasi, Gross Motor Functional
Classification System (GMFCS) secara luas digunakan untuk menentukan derajat fungsional
penderita cerebral palsy. Pembagian derajat fungsional cerebral palsy menurut GMFCS,
dibagi menjadi 5 level dan berdasarkan kategori umur dibagi menjadi 4 kelompok yaitu 0-2
tahun, 2-3 tahun, 4-6 tahun dan 6-12 tahun. Berdasarkan pembagian
13
UNIVERSITAS INDONESIA
menelan. Selain itu cerebral palsy tipe spastik juga dapat menyebabkan dislokasi hip, kelainan
tulang belakang dan deformitas pada anggota gerak.
Athetoid merupakan salah satu jenis cerebral palsi dengan ciri menonjol, gerakangerakan tidak terkontrol terutama pada pada lengan bawah, lengan atas, tungkai atau otot-otot
wajah yang lambat bergeliat-geliut secara tiba-tiba dan cepat. Ataxia ditandai gerakangerakan tidak terorganisasi dan kehilangan keseimbangan. Jadi keseimbangan buruk, ia
mengalami kesulitan untuk memulai duduk dan berdiri.
Tremor ditandai dengan adanya otot yang sangat kaku, demikian juga gerakannya, otot
terlalu tegang diseluruh tubuh, cenderung menyerupai robot waktu berjalan tahan-tahan dan
kaku. Rigiditi ditandai dengan adanya gerakan-gerakan yang kecil tanpa disadari, dengan
irama tetap, lebih mirip dengan getaran. Campuran merupakan kombinasi dari dua tipe
cerebral palsy yaitu spastik dan atethoid.
2.3.4. Klasifikasi Berdasarkan Distribusi Topografi
Menurut Victorian Cerebral Palsy Register, klasifikasi berdasarkan distribusi topografi
menggambarkan bagian tubuh mana yang terkena. Hal ini berguna dalam penanganan
tindakan pengobatan cerebral palsy. Ada dua istilah dalam metode klasifikasi ini yaitu:
a. Paresis, merujuk pada kehilangan kontraktilitas otot atau dengan kata lain terjadi
kelemahan otot.
b. Plegia atau plegic, merujuk pada kehilangan total kontraktilitas otot atau bisa diartikan
sebagai kelumpuhan.
Prefiks dan akar kata yang dikombinasikan dapat menghasilkan klasifikasi yang biasa
digunakan seperti
a. Monoplegi
Monoplegi berarti hanya satu ekstremitas saja yang mengalami kelumpuhan. Pada
umumnya terjadi pada lengan atau ekstremitas atas.
b. Diplegi
Diplegi berarti yang kekakuan terjadi pada dua anggota tubuh sedangkan sistem lain
normal. Biasanya ekstremitas bawah lebih berat dibandingkan dengan ekstremitas atas.
c. Triplegi
Triplegi umumnya terjadi pada tiga buah ektremitas dan biasanya menyerang pada
ekstremitas pada kedua sisi tubuh dan salah satu sisi pada ekstremitas bawah.
d. Quadriplegi
Quadriplegi ditandai dengan adanya kekakuan pada keempat ekstremitas dan juga terjadi
keterbatasan (paucity) pada tungkai.
2.4. Definisi Cerebral palsy Spastic Diplegi
14
UNIVERSITAS INDONESIA
Cerebral palsy Diplegi adalah salah satu tipe cerebral palsy yang merupakan kondisi
dimana adanya kerusakan pada system saraf pada bagian piramidalis ditandai dengan tonus
otot yang meninggi dan terjadi pada dua anggota tubuh. Umumnya ekstremitas bawah lebih
berat dibandingkan dengan ekstremitas atas. Manifestasi kliniknya adalah pemendekkan dan
kekakuan.
2.5 Epidemiologi Cerebral palsy
Menurut Hagner (dikutip oleh Champbell, 1995), angka kejadian Cerebral Palsy yang
sesungguhnya tidak diketahui secara pasti. Namun berdasarkan penelitian oleh National
Institute of Neuorological Disorder and Stroke (NINDS) yang diadakan pada tahun 2000,
menyatakan bahwa dua sampai tiga bayi dari seribu kelahiran menderita Cerebral Palsy.
Sedangkan menurut Garrison, 1995, angka kejadian Cerebral Palsy adalah lebih kurang 5,5
per seribu kelahiran hidup dan tersebar merata pada kedua jenis kelamin, segala ras dan
berbagai negara. Resiko terkena Cerebral Palsy meningkat tajam seiring dengan berat badan
lahir rendah, bayi yang berat badan lahir kurang dari 1000 gram mempunyai resiko tinggi 40
kali lipat dibandingkan dengan bayi yang berat badan lahirnya normal (2,5 kg 4 kg). Serta
menurut Trombly, (1989), usia ibu saat hamil 40 tahun lebih, beresiko melahirkan anak
dengan Cerebral Palsy dibandingkan usia ibu hamil dibawah 40 tahun. Distribusi pasien pada
setiap tipe cp adalah sebagai berikut : (Shevell et al, 2003)
Spastic quadriplegic
: 77 (35.5%)
Spastic hemiplegic *
: 68 (31.3%)
*Right hemiplegic (37); Left hemiplegic (31)
Spastic diplegic
: 39 (18.0%)
Mixed
: 12 (5.5%)
Ataxic-hypotonic
: 12 (5.5%)
Spastic monoplegic
: 5(2.7%)
1) Dyskinetic
: 2 (0.9%)
2) Worster-Drought
: 2 (0.9%)
2.6 Etiology Cerebral palsy Spastic Diplegia
15
UNIVERSITAS INDONESIA
Faktor Resiko
Pre Natal
Masa Kandungan
2.7
Persalinan prematur
Prematur
Faktor Genetik
Kelainan Kongenital
Pada Otak
Perinatal
Post Natal
hipoglikemia
Trauma kepala
Infeksi misalnya meningitis atau encephalitis
Kecelakaan cerebrovaskular
Toxicosis
Lingkungan misalnya gangguan fungsi
pencernaan atau ikan yang terkontaminasi oleh
merkuri
Patofisiologi Cerebral palsy Diplegi
16
UNIVERSITAS INDONESIA
Cerebral palsy spastik diplegi disebabkan oleh karena adanya hemorage dan
periventricular leukomalacia pada area substansi alba yang merupakan area terbesar dari
korteks motor. Periventrivaskular leukomalacia adalah nekrosis dari substansia alba sekitar
ventrikel akibat dari menurunya kadar oksigen dan arus darah pada otak yang biasanya terjadi
bersamaan dengan lesi hemorage dan potensi terjadi selama apneu pada bayi premature, baik
periventricular leukomalacia maupun lesi hemorage dapat menyebabkan spastic diplegi. Hal
ini sekaligus menguatkan arti patogenesis adalah kejadian kerusakan pada white matter (de
Vriest et al,1985 yang dikutip Shepred 1995).
Pada kasus Cerebral palsy diplegi ini, pasien mengalami atrofi cerebri korteks serebri,
traktus piramidalis, traktus ekstrapiramidalis, traktus kortikospinal yang menyebabkan pasien
kejang dan berakibat pada gangguan groos dan fine motor serta gangguan kognisi.
2.8. Manifestasi Klinik Cerebral palsy
Manifestasi Klinik pada kasus Cerebral palsy spastic diplegic
Kepala dan leher dapat bergerak secara bebas dan tidak mengalami keterbatasan
Ekstremitas atas cenderung bergerak aktif
Sendi panggul/hip memiliki kecenderungan dalam posisi semi flexi, adduksi dan
Refleks primitive merupakan refleks yang timbul beberapa bulan pasca kelahiran dan
menghilang seiring peningkatan perkembangan anak. Beberapa refleks primitive yang
menetap pada penderita CP diplegia adalah ATNR, STNR, Spinal Gallant, Refleks Tonic,
labyrithen refleks, palmar graps, refleks moro.
2.8.3 Fungsi Motorik kasar
Fungsi motorik kasar
adalah
kemampuan
mengkoordinasikan
motorik
halus
pada
anak
CP
seperti
menggenggam objek kecil, memegang benda di sela jari telunjuk dan ibu jari.
Menaruh benda perlahan menggunakan peralatan makan akan mengalami
kesulitan berkaitan dengan adanya pola spastisitas.
2.8.5 Pertumbuhan
Kesulitan makan dapat menyebabkan anak tidak tumbuh dengan
semestinya karena penyerapan kalori kedalam tubuh mengalami hambatan
berkaitan penggunaan kalori berlebihan menuju otot yang terkait dengan
hipertonus seperti kasus CP diplegi.
2.9 Diagnosa Cerebral palsy
Dokter-dokter mendiagnosa CP pada bayi dengan melakukan test pada kemampuan
motorik dan analisis menyeluruh pada catatan medi mereka.suatu riwayat medis,test diagnose
dan regular check-up dapat digunakan untuk memastikan diangnosa CP atau untuk
mengeliminasi kemungkinan terjadinya penyakit yang lain (anonym,2004). Untuk diagnosa
CP, disamping berdasarkan anamnesis yang teliti, juga diperlukan pemeriksaan penunjang.
(soetjiningsih,1995)
Berikut adalah beberapa test yang dilakukan test yang digunakan untuk diagnosis CP.
1. Electroensefalogram (EEG)
2. Elektromiografi ( EMG) dan Nerve Conduction Velocity (NCV)
3. BERA (Brain Evoke Audiometry)
18
UNIVERSITAS INDONESIA
4. Tes laboratorium
a. Analisis kromosom
b. Test fungsi tiroid
c. Test ammonia dalam darah
5. Imaging test
a. Magnetic Resonance Imaging atau MRI
b. CT scan
c. Ultra Sono Graphy
2.10. Prognosis CP diplegia
Menurut Steve M prognosis pasien CP diplegi dipengaruhi beberapa faktor antara
lain :
a. Pemberian terapi dengan dosis yang tepat dan adekuat juga berpengaruh terhadap
prognosis pasien. Semakin tepat dan adekuat terapi yang diberikan semakin baik
prognosisnya.
b. Kondisi tubuh pasien
Dengan kondisi tubuh kita yang baik akan mempermudah pasien untuk
mengembangkan kemampuannya pada saat latihan sehingga pasien dapat melakukan
aktifitas sehari-hari secara mandiri.
c. Lingkungan tempat pasien tinggal dan bersosialisasi
Peran lingkungan terutama keluarga sangat mempengaruhi perkembangan pasien,
dukungan mental yang diberikan keluarga kepada pasien sangat dibutuhkan pasien
tidak hanya pada saat menjalani terapi sehingga pasien bersemangat setiap kali
menjalani sesi latihan tetapi juga untuk menumbuhkan rasa percaya diri pasien untuk
bersosialisasi dengan dunia luar.
19
UNIVERSITAS INDONESIA
o Riwayat postnatal
Berisi tentang riwayat anak setelah lahir yaitu pernah kejang atau tidak atau pernah
menggunakan alat bantu.
o Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit yang tidak berhubungan dengan keluhan utama namun pernah diderita
pasien seperti gangguan jantung dan paru. Riwayat penyakit dahulu perlu diketahui karena
beberapa penyakit bisa mempengaruhi penyakit yang sekarang dialami. Data ini bisa
dijadikan sebagai pertimbangan untuk pemilihan tindakan yang akan diberikan.
o Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit pada keluarga yang sama dengan pasien.
o Riwayat psikososial
Riwayat yang berisi tentang informasi pasien anak keberapa dari berapa bersaudara, usia,
pendidikan, dan pekerjaan orang tua, sehari hari pasien diasuh oleh siapa.
o Riwayat imunisasi
Informasi tentang keterangan lengkap atau tidaknya imunisasi yang diberikan kepada
anak tersebut.
o Riwayat tumbuh kembang
Riwayat tumbuh kembang normal anak meliputi fase-fase perkembangan dan
pertumbuhan anak dapat dilalui pada saat usia anak berapa tahun, senyum pada orang pertama
kali, berbicara pertama kali, riwayat makan dan minum, bahasa yang dapat anak ucapkan,
baik sebelum sakit maupun setelah sakit jika ada perubahan tumbuh kembang. Riwayat
tumbuh kembang normal dapat dilihat berdasarkan grafik denver II.
2. Pemeriksaan
Pemeriksaan umum
a) Cara datang
Mandiri, digendong, atau menggunakan alat bantu
b) Kesadaran
Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan
dari lingkungan, tingkat kesadaran dibedakan menjadi :
1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab
semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya
acuh tak acuh.
3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak,
berhalusinasi, kadang berhayal.
4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat,
mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi
jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.
21
UNIVERSITAS INDONESIA
6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun
(tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil
terhadap cahaya).
c) Tensi
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan sistolik
adalah tekanan darah pada saat terjadi kontraksi otot. Sedangkan, tekanan diastolic adalah
tekanan darah yang digambarkan pada rentang di antara grafik denyut jantung. Pengukuran
tekanan darah pada anak-anak dilakukan pada kasus-kasus tertentu.
Menurut Pamela (1993) jumlah tekanan darah yang normal berdasarkan usia seseorang adalah
Usia
Bayi dibawah usia 1 bulan
1-6 bulan
6-12 bulan
1-4 tahun
4-6 tahun
6-8 tahun
8-10 tahun
Denyut nadi
85/15 kali/menit
90/60 kali/menit
96/65 kali/menit
99/65 kali/menit
160/60 kali/menit
185/60 kali/menit
110/60 kali/menit
d) Lingkar kepala
Mengukur lingkar kepala berfungsi untuk mengetahui perkembangan otaknya.
Meskipun ukuran lingkar kepala tidak berkaitan dengan kecerdasannya, namun ukuran lingkar
kepala volume otaknya. Lingkar kepala anak akan bertambah sesuai dengan usia dan juga
dipengaruhi oleh jenis kelamin. Perkembangan normal ukuran lingkar kepala bayi
22
UNIVERSITAS INDONESIA
e) Nadi
Mengetahui denyut nadi merupakan dasar untuk melakukan latihan fisik yang benar
dan terukur atau mengetahui seberapa keras jantung bekerja. Pengukuran nadi dilakukan
dengan durasi 1 menit. Berikut ini adalah frekuensi denyut nadi normal:
23
UNIVERSITAS INDONESIA
Usia
Baru lahir
1 minggu 3 bulan
3 bulan 2 tahun
2 tahun 10 tahun
10 tahun dewasa
Normal
100 180
100 220
80 150
70 110
55 90
Tidur
80 160
80 200
70 120
60 90
50 90
Tabel
Demam
Lebih dari 220
Lebih dari 220
Lebih dari 220
Lebih dari 220
Lebih dari 220
f) Repirasi rate
Respirasi rate adalah jumlah seseorang mengambil nafas per menit. Tingkat respirasi
biasanya diukur ketika seseorang pada posisi diam dan hanya melibatkan menghitung jumlah
nafas selama satu menit dengan menghitung berapa kali dada meningkat.
Respirasi dapat menigkat pada saat demam, berolahraga dan emosi. Ketika memeriksa
pernafasan penting juga untuk memperhatikan apakah seseorang memiliki kesulitan dalam
bernafas.
Usia
Baru lahir
1 11 bulan
2 tahun
4 tahun
6 tahun
8 tahun
10 tahun
12 tahun
14 tahun
16 tahun
18 tahun
Respirasi Rate
35
30
25
23
21
20
19
19
18
17
16 18
Tabel 2
g) Suhu Badan
Nilai hasil pemeriksaan suhu merupakan indikator untuk menilai keseimbangan antara
pembentukan dan pengeluaran panas. Nilai akan meningkat jika pengeluaran panas
meningkat. Hal ini terjadi karena vasodilatasi, berkeringat, hiperventilasi dsb. Pemeriksaan ini
bisa dilakukan dengan menggunakan punggung tangan. Afebris artinya dalam batas normal,
subfebris artinya demam yang tidak tinggi atau ketika di palpasi terasa hangat, febris artinya
demam cenderung tinggi.
Ukuran Suhu Badan normal pada anak-anak
Usia
3 bulan
6 bulan
1 tahun
Suhu
37,5 oC
37,5 oC
37,7 oC
24
UNIVERSITAS INDONESIA
37,2 oC
37,0 oC
36,8 oC
36,7 oC
36,7 oC
36,6 oC
3 tahun
5 tahun
7 tahun
9 tahun
11 tahun
13 tahun
Tabel 3
h) Status Gizi
Status gizi anak dapat dilihat dari pemeriksaan turgor kulit, konjungtiva mata, dan
proporsi tubuh. Namun, untuk lebih meyakinkannya lagi, dapat dihitung dari rumus:
Panjang badan = 80 + 5n
Berat badan = 8 + 2n
Dimana n adalah umur dalam tahun.
(Arif Mansjoer, 2000)
3. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus terdiri dari impairment, functional limitation, dan partisipasi
reaction. Pada kasus ini pemeriksaan khusus terdiri dari :
i.
Pengamatan Posisi
Pemeriksaan ini berfungsi untuk menilai ada tidaknya gerakan ekstremitas abnormal,
asimetris, posisi dan gerakan yang abnormal. Pengamatan posisi dilakukan pada saat
terlentang, berguling, telungkup, merayap, ke duduk, duduk, merangkak, ke berdiri, berdiri,
dan berjalan. Pengamatan posisi anak dilakukan sesuai dengan kemampuan anak. Setiap
posisi memiliki komponennya masing masing yang harus diamati :
a. Terlentang
Komponen yang dilihat:
1.) Gerakannya (aktif, simultan, kecenderungan posisi)
2.) Posisi kepala
Posisi kepala apakah sejajar atau tidak dengan trunk
3.) Posisi trunk (simetris atau tidak simetris)
Posisi kesejajaran tulang belakang
4.) Posisi shoulder
Posisi bahu protraksi atau retraksi
5.) Posisi elbow
Posisi lengan flexi atau extensi
6.) Posisi wrist
Posisisi tangan
7.) Posisi jari
Posisi jari menggenggam atau terbuka
8.) Posisi hip
25
UNIVERSITAS INDONESIA
Spastisitas
Spastisitas merupakan fungsi tonus yang meningkat tergantung pada kecepatan
gerakan. Merupakan gambaran lesi pada Upper Motor Neuron. Membentuk ekstrimitas pada
posisi ekstensi. Pengukuran spastisitas dilakukan apabila ada kecurigaan kecenderungan
posisi. Skala pengukuran dapat menggunakan ashworth.
Skala Klinis Spastisitas (ASHWORTH)
1
2
: Sedikit peningkatan tonus, tahanan sedikit kurang dari Lingkup Gerak Sendi.
28
UNIVERSITAS INDONESIA
: Peningkatan tonus lebih nyata hampir seluruh Lingkup Gerak Sendi, namun masih
bisa digerakkan
: Sendi dalam posisi fleksi atau ekstensi atau dalam satu posisi.
: 10 bulan
: anak telungkup dipangkuan pemeriksa. Kemudian kepala anak
difleksikan atau diekstensikan. Positif jika saat kepala difleksikan, maka kedua lengan fleksi
dan tungkai ekstensi. Positif jika saat kepala ekstensikan, maka kedua lengan ekstensi dan
tungkai fleksi.
c. Neck Righting
Lokasi
: Midbrain
Muncul saat usia
: Baru lahir
Hilang saat usia
: 4 sampai 6 bulan
Cara pemeriksaaan : anak dalam posisi terlentang. Kemudian kepala dirotasikan ke salah satu
sisi. Positif jika tubuh berputar mengikuti kepala, mulai dari shoulder, trunk, dan pelvis, serta
anggota gerak bawah.
d. ExtensorThrust
Lokasi
Muncul saat usia
Hilang saat usia
Cara pemeriksaaan
: Spinal
: Baru lahir
: 1 sampai 2 bulan
: knee anak dalam posisi fleksi. Kemudian telpak kaki digores atau
: Cortical
: 6 sampai 9 bulan
: tidak hilang atau sepanjang usia
: anak diposisikan seperti akan terjun, handling pemeriksa pada bagian
torakal, posisi kepala lebih rendah dari kaki. Positif jika kedua lengan anak lurus, jari-jari
tangan diekstensikan seolah hendak mendarat, atau sering disebut handsupport.
g. Foot placement
Lokasi
Muncul saat usia
Cara pemeriksaaan
: Cortical
: Baru lahir
: anak diposisikan berdiri, handling pada axilla anak. Kemudian
punggung tungkai anak digoreskan pada meja. Positif jika kaki anak naik ke atas meja.
30
UNIVERSITAS INDONESIA
Penilaian 7 refleks:
ATNR
(-)
STNR
(-)
Neck righting
(-)
Extensor thrust
(-)
Moro
(-)
Paracute
(+)
Foot placement
(+)
Keterangan:
Jika skor 0, maka anak bisa berjalan.
Jika skor 1, maka anak bisa berjalan tanpa atau dengan alat bantu.
Jika skor 2 atau lebih dari 2, maka prognosa berjalan jelek.
4. Pemeriksaan Fungsi Bermain
Anak kecil mempunyai organ memori yang belum banyak terisi. Melalui bermain anak
akan mengeksplorasi dan memanipulasi benda-benda disekitarnya. Setelah mengenali dan
mempelajari, selanjutnya anak akan menyimpannya di dalam sel-sel memori atau otak.
Semakin banyak sel memorinya terisi oleh data-data tertentu yang diperolehnya melalui
permainan, maka akan semakin meningkatkan kemampuan kognitifnya. Fungsi bermain anak
berbeda-beda sesuai dengan usianya.
Pemeriksaan denver II adalah suatu pemeriksaan yang digunakan untuk screening
perkembangan anak dari lahir sampai usia 6 tahun, yang meliputi 4 aspek penilaian yaitu
personal sosial, motorik kasar, bahasa, dan motorik halus
6.1. Pengumpulan Data Tertulis Pemeriksaan Penunjang
Merupakan data-data yang dijadikan sebagai referensi.
Elektroensefalogram (EEG)
Elektromiografi (EMG) dan nerve conduction velocity (NCV)
BERA (brain evoked response audiometri)
Tes laboratorium :
Analisa kromoson
Tes fungsi tiroid
31
UNIVERSITAS INDONESIA
1. Impairment
Ketidaknormalan anatomi, fisiologi & psikologi dalam organ-organ tertentu atau sitem
tubuh
2. Keterbatasan gerak (functional limitation)
Ketidakmampuan antara membentuk suatu aktivitas fungsional yang normal contoh
AKS, transfer dan ambulasi.
3. Partisipasi restriction
Ketidakmampuan dalam bersosialisasi
4. Keterbatasan fungsional yang berhubungan dengan diagnosa medik.
6.3. Program Pemeriksaan Fisioterapi
1. Pengumpulan data program Fisioterapi dari dokter Rehabilitasi Medik
Merupakan program yang disusun oleh dokter Rehabilitasi Medik yang
bersangkutan.
2. Tujuan
a. Tujuan Jangka Pendek
Tujuan jangka pendek biasanya dibuat berdasarkan prioritas masalah yang utama.
Dalam membuat tujuan jangka pendek ini harus disertai dengan bagaimana tujuan atau
32
UNIVERSITAS INDONESIA
rencana tersebut akan dicapai, alokasi waktu pencapaian, dan kondisi-kondisi seputar
pasien dan lingkungan yang memungkinkan tujuan tersebut dapat dicapai.
b. Jangka Panjang
Tujuan jangka panjang juga dibuat berdasarkan prioritas masalah, tetapi bukan
masalah yang utama atau segera. Tujuan jangka panjang harus realistis sesuai dengan
perkiraan pemulihan yang maksimal sesuai patologi dan keadaan pasien juga harapan
dari pasien dan keluarga. Pada kasus anak dengan masalah Cerebral palsy Spastic
Quadriplegic menentukan prognosis berjalan berdasarkan penilain 7 refleks dan
komponen prognosis berjalan yang lain adalah kognisi, distribusi spastis, level spastis
berdasarkan nilai Skala Ashworht, penanganan atau intervensi dini, lingkungan atau
persepsi, setelah usia 2 tahun belum bisa duduk maka prognosis berjalan buruk.
1. Massage
Merupakan suatu tindakan manipulasi pada jaringan lunak secara ilmiah dan
sistematis yang dilakukan dengan tangan, baik dengan cara mengurut, menggosok,
meremas, mengangkat atau dengan goyangan lembut (vibrasi), dengan tujuan
mempengaruhi sistem saraf pada otot dan sirkulasi darah.
Jenis massage menurut tujuan dan penggunaannya :
1. General Massage
Dilakukan pada keseluruhan tubuh yang bertujuan untuk rileksasi otot dan
membuat tubuh lebih segar dari sebelum diberikan massage.
2. Remedial Massage
Untuk terapi penyakit tertentu. Contoh penyakit : Asma, Back Pain, Tenis
Elbow. Klasifikasi dan tehnik terbagi dalam 3 kelompok :
1. Stroking movement
a. Light stroking
b. Deep centripetal stroking (efflurage)
2. Compression movement
a. Kneading (palm kneading, finger kneading, squeezing, ironing
kneading, skin rolling), picking up, wringing, petrissage.
b. Friction
3. Percussion movement
a. Tapotement : hacking, clapping, beating, pounding
b. Shaking dan vibration
2. Stretching
Merupakan salah satu tehnik terapi latihan yang dirancang untuk mengulur
struktur jaringan lunak yang memendek secara patologis. Salah satu tujuannya adalah
untuk menambah LGS (Sauda Gaffar,2012).
Metode terapi stretching jaringan lunak :
1. Passive stretching : metode berdasarkan tipe force, intensitas dan durasi stretch.
33
UNIVERSITAS INDONESIA
2. Active inhibition : suatu tehnik dimana pasien secara reflek melemaskan otot yang
diulur sebelum atau selama peregangan.
3. Self stretching : latihan peregangan otot yang dilakukan oleh pasien sendiri.
Indikasi dilakukan stretching :
1. LGS terbatas akibat kontraktur, perlengketan jaringan dan pembentukan jaringan
parut, timbulnya pemendekan otot, jaringan ikat dan kulit
2. LGS terbatas oleh karena deformitas struktur tulang
3. Aktifitas fungsional yang salah sehingga menyebabkan kontraktur
4. Bila terdapat otot yang lemah sedangkan otot yang berlawanan tegang, maka otot
yang tegang harus di stretch dahulu sebelum menguatkan otot yang lemah tersebut.
Tujuan dilakukan stretching :
1. Menambah LGS dan mobilisasi jaringan sekitar sendi senormal mungkin.
2. Goal yang spesifik :
a. Mencegah kontraktur yang menetap
b. Fleksibilitas
c. Mencegah/meminimalisir resiko cidera musculotendinous berkaitan dengan
aktifitas fisik yang spesifik
3. Metode Bobath atau Neuro Development Threatment (NDT)
Adalah suatu tehnik yang dikembangkan oleh Karel dan Bertha Bobath pada tahun
1997. Metode ini khususnya ditujukan untuk menangani gangguan sistem saraf pusat pada
bayi dan anak-anak.
Metode/pendekatan NDT living concept :
a. Pendekatan problem-solving termasuk manajemen disfungsi gerak dan treatment
masing-masing individu dengan memperhatikan patofisiologi dan central nervus
sistem
b. Metode bobath : proses interaktif dari individu yang terlibat, care giver, dan disiplin
ilmu lain sebagai tim.
Teori dasar NDT
1. Pengertian bahwa manusia itu dipengaruhi oleh sistem-sistem yang berbeda (otot,
tulang, paru, jantung, hormon, saraf, dll) yang bekerja dibawah komando otak.
2. Pentingnya mengerti bagaimana perkembangan anak dan bagaimana anak bergerak,
sehingga terapis dapat membuat rencana treatment sesuai dengan gangguan geraknya.
3. Anak cerebral palsy mempunyai banyak kesulitan.
34
UNIVERSITAS INDONESIA
Komponen dari postur control ialah core stability. Core stability adalah kemampuan untuk
mengontrol posisi dan gerakan batang tubuh melalui panggul dan kaki untuk memungkinkan
produksi optimal, transfer dan control kekuatan dan gerakan ke segmen terminal dalam
aktifitas rantai kinetic terintegrasi (Kibler,2006).
Yang dimaksud dengan core adalah daerah llumbo-pelvic-hip kompleks. Daerah core
adalah tempat atau letak dari pusat perkenaangaya gravitasi dan tempat dari awal semua
gerakan. Core stability yang baik berfungsi untuk meningkatkan penampilan gerak serta untuk
mencegah terjadinya cedera, kekuatan daripada otot-otot inti batang tubuh berasal dari region
batang tubuh dan sesungguhnya bertugas untuk membantu mengontrol kondisi kekuatan,
memperhalus gerakan serta koordinasi gerak yang efisien dan lebih baik pada anggota gerak.
Selebihnya kondisi core muscle yang baik juga membantu mengurangi resiko terjadinya
cedera akibat posisi postur yang buruk.
Otot utama dari core muscle adalah otot panggul, tranversus abdominis, multifidus,
internal dan external obliques, rektus abdominis, sacrospinalis khusus nya longissimus toracis,
dan diafragma. Minor core termasuk latisimus dorsi, gluteus maximus dan trapezius.
4. Uraian tindakan fisioterapi
Merupakan implementasi metode pemberian fisioterapi
5. Program untuk di rumah
Merupakan semua hal yang berkaitan dengan tujuan jangka pendek dan jangka panjang yang
dapat dilakukan dirumah terutama dalam kehidupan sehari-hari.
1.6 evaluasi
1. evaluasi hasil terapi
Evaluasi dilakukan sesaat melakukan tindakan, dan setelah dilakukan tindakan
fisioterapi. Jika pasien mengalami kemajuan dari sebelumnya maka evaluasi ditulis dalam
format SOAP.
2. jadwal evaluasi ke dokter
Jadwal evaluasi kedokter untuk kasus cerebral palsy tergantung progresivitas yang
didapat, biasanya satu bulan setelah terapi.
36
UNIVERSITAS INDONESIA
http://oknurse.wordpress.com/2010/07/13/pemeriksaan-kesadaran-mengukur-gcs/
http://growupclinic.com/2013/08/20/perkembangan-normal-ukuran-lingkar-kepala-bayi/
37
UNIVERSITAS INDONESIA
komunikasi, persepsi, maupun kontrol gerakan, bahkan beberapa penelitian sebagian besar
diketahui terbelakang mental (tunagrahita). Sedangkan menurut Abdul Salim (2007: 184-176),
kelainan fungsi dapat terjadi tergantung dari jenis cerebral palsy dan berat ringannya
kelainan, antara lain:
a. Kelainan fungsi mobilitas
Kelainan fungsi mobilitas dapat diakibatkan oleh adanya kelumpuhan anggota gerak tubuh,
baik anggota gerak atas maupun anggota gerak bawah, sehingga anak dalam melakukan
mobilitas mengalami hambatan.
b. Kelainan fungsi komunikasi
Kelainan ini dapat timbul karena adanya kelumpuhan pada otot-otot mulut dan kelainan pada
alat bicara. Kelainan tersebut mengakibatkan kemampuan anak untuk berkomunikasi secara
lisan mengalami hambatan.
c. Kelainan fungsi mental
Kelainan fungsi mental dapat terjadi terutama pada anak cerebral palsy dengan potensi mental
normal. Oleh karena ada hambatan fisik yang berhubungan dengan fungsi gerak dan
perlakuan yang keliru, mengakibatkan anak yang sebenarnya cerdas akan tampak tidak dapat
menampikan kemampuannya secara maksimal.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, kerusakan otak pada anak cerebral palsy berdampak
pada kelainan fisik, kelainan psikologis, kelainan mobilitas, kelainan komunikasi, kelainan
mental dan inteligensi.
UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM VOKASI
BIDANG STUDI KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
FORMULIR FISIOTERAPI
38
UNIVERSITAS INDONESIA
39
UNIVERSITAS INDONESIA
Nama Fisioterapi
Peminatan
: Pediatri
Nama Dokter
Ruangan
Nomer Register
: 391-41-05
Tgl. Pemeriksaan
I.
II.
: a.n. AT
: Jakarta 17 November 2009 (4 tahun 10 bulan)
: Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan
: PAUD
: Siswi TK
: menulis, menggambar
: CP Spastik Diplegik
KU
RPS
R. Prenatal
:
40
UNIVERSITAS INDONESIA
:
o Lahir 32 minggu
o Spontan, ditarik pakai tangan oleh dokter karena ketika lahir posisi pasien
bokong duluan.
o Tidak langsung menangis, ditolong alat bantu
o Bbl 2,2 kg, pbl 45 cm
o Lahir di RS Mintoharjo karena di bidan tidak dapat melakukan tindakan
karena bayi diperkirakan kecil
R. Postnatal:
o Pernah mengalami kuning tapi ibu os lupa kadar bilirubinnya berapa, dirawat
2-3 hari di RS Mintoharjo
o Tidak pernah mengalami kejang dan biru
o Pernah mengalami demam tinggi pada usia 1 tahun dan dirawat selama
seminggu
RPD
R. Psikososial
: os anak ketiga dari tiga bersaudara, ayah sudah meninggal, ibu sebagai IRT
41 tahun, anak pertama umur 20 tahun, normal, perempuan. Anak kedua lakilaki usia 16 tahun, normal. Os diasuh oleh ibunya.
RPK
R. Tumbang
: tidak ada
:
41
UNIVERSITAS INDONESIA
Gross motor
o Telentang sampai usia 1 tahun
o Tengkurep dengan dada, berguling dan merangkak usia 1,5 tahun
o Melompat seperti kodok 2 tahun
o Mampu diposisikan duduk 2 tahun
o Duduk stabil 3 tahun
o Berlutut dan berdiri berpegangan 4 tahun
Fine Motor
Os dapat menulis, menggambar, menggenggam, dan menekan piano
Bicara dan bahasa
o 1 tahun bisa bicara mama papa
o3,5 tahun bicara dengan kalimat
o4,10 tahun os mengerti instruksi dan dapat mengenal huruf
Bermain
o Os telah masuk PAUD, mampu menyusun balok menjadi sebuah bangunan, mengenal
warna, bisa menggoes sepeda roda tiga, main congklak.
Makan :
o bisa makan nasi dengan disuapi
42
UNIVERSITAS INDONESIA
III.
PEMERIKSAAN (O)
a. Pemeriksaan Umum
43
UNIVERSITAS INDONESIA
Cara Datang
Kesadaran
Koperatif / tidak koperatif
Lingkar Kepala
Nadi
RR
: Dituntun
: Compos Mentis
: Kooperatif
: 51 cm (N:40-53 cm, kesan normal)
: 81 kali/menit
(Normal: 76-115 kali/menit, kesan normal
: 20 kali/menit
(Normal: 19-29 kali/menit, kesan normal)
: Kesan Cukup
: Afebris
- Status Gizi
- Suhu
b. Pemeriksaan Khusus
1. Motorik kasar dan pola gerakan
- - Terlentang
- Head : Bergerak bebas
- Shoulder
: Netral
- Elbow : ekstensi dan supinasi
- Trunk : simetri
- Hip : abduksi, eksorotasi
- Knee : semi fleksi
- Ankle : plantar flexi, eversi
- Berguling via shoulder
- rotasi trunk minimal
- head control ada
- Telungkup
- Head lifting
: ada
- Head control
: ada
- Forearm support
: ada
- Hand support
: ada
- Trunk
: simetri
- Hip
: abduksi, eksorotasi
- Knee
: ekstensi
- Ankle
: plantar fleksi, eversi
- Duduk dengan w sitting
- Head control
: ada
- Trunk control
: ada
- Hand support
: ada
- Trunk
: simetri
- Tumpuan
: sakrum
- Balance
: ada
- Protective reaction
: ada
- Ke duduk via terlentang
Fiksasi gerakan
:
Forearm and hand support : ada
Rotasi trunk
: ada
Transfer WB
:
44
UNIVERSITAS INDONESIA
Merangkak
Head control
: ada
Weight bearing
: dilutut dan tangan
Rotasi trunk
: ada
Bergerak simultan tapi finger cenderung fleksi
Berlutut dengan berpegangan
Head control
Balance
: ada
: inadekuat
Head control
: ada
Trunk control
: ada
Trunk
: simetri
Hip
Knee
: semi fleksi
Ankle
Weight bearing
: di medial kaki
Balance
: tidak ada
IV.
skor
fungsinya.
Mampu menulis dan menggambar.
Fungsi bermain sesuai dengan usia 4,6 tahun.
PENGUMPULAN DATA TERTULIS PEMERIKSAAN PENUNJANG
29 Agustus 2013
-
intrakranial
46
UNIVERSITAS INDONESIA
V.
eversi ( ankle)
3. Tightness hamstring, Achilles, adductor hip, illiopsoas
4. Tidak ada balance saat berdiri
- 2. DIAGNOSA FISIOTERAPI
a) Ketidakmampuan berdiri stabil terkait pola pada hip adduksi, endorotasi, dan
semifleksi, knee semifleksi dan ankle plantar fleksi eversi Karen tonus postural
tinggi.
b) Tightness pada hamstring, Achilles, adductor hip terkait tonus postural tinggi
VI.
- berjalan
Me
Keteranga
n
s
i
-
Se
s
I
Untuk
melatih
interaksi
47
UNIVERSITAS INDONESIA
sosial,
s
kognisi
dan emosi
m
i
n
g
g
-
Ma
u
1
Relaksasi
otot
sebelum
stretching
s
e
m
i
n
g
g
-
Str
u
1
Mengulur
otot
Hamstring
,Achilles,
Adduktor
Hip
IIliopsoas
dan
i
n
g
g
48
UNIVERSITAS INDONESIA
ND
u
1
Fasilitasi berjalan
Stimulasi berdiri
x
s
e
m
i
n
g
g
u
- 4. Uraian Tindakan Fisioterapi
1. Tujuan massage untuk relaksasi otot
- Posisi FT
: di depan pasien
- Posisi Pasien : telentang
- Gerakan
:
massage
melawan
pola
spastisitas
kearah
- Posisi FT
: disamping pasien berlawanan dengan bagian ang ingin di stretch
- Posisi Pasien : tengkurap
- Gerakan
: untuk stretching illiopsoas fiksasi di pelvic,handling di
proximal of femur flexi knee arahkan ke adduksi dan ekstensi.kemudian stretch
kebagian atas (tidak terlal tinggi) lalu tahan 8 detik.mulai 2001-2008
6. Tujuan Fasilitasi berjalan
- Posisi FT
: dibelakang pasien
- Posisi Pasien : berdiri menggnakan nancy Hilton
- Gerakan
: handling pada hip,pindahkan weight bearing ke kaki
kanan,rotasi hip kearah kiri,kaki kiri melangkah.dan demikian sebaliknya
5. Program dirumah
Menggunakan nancy hilton pada saat berjalan
Berjalan tidak di tetah tetapi fixasi di axilla
Menggunakan walker untuk latihan, ibu menjaga os agar tidak jatuh dengan cara
memegang bagian belakang baju kodok
VII.
EVALUASI
1. Evalusi hasil terapi
S:
os masih belm bias berdiri
O:
os berdiri berpegangan dengan pola hip adduksi,endorotasi,semi flexi,knee
-
DAFTAR PUSTAKA
Jan S. Tecklin. Pediatric Physical Therapy. 4th edition. Philadelphia: Lippincott Williams
& Walkins; 2008.
50
UNIVERSITAS INDONESIA
Levitt Sophie, Treatment of cerebral palsy and motor delay , third edition, Blackwell
science, Berlin Germany, reprinted 2000.
- Mario Stanton. The Cerebral palsy Handbook. United Kingdom :
Vermilion;2002
-
Longman
Singapore; 1993.
-
Rosenbaum Peter L, Walter D S et all, Gross Motor Function Measure (GMFM-66 &
GMFM-88) Users Manual. London : Mac Keith Press ; 2002.
Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1995.
Steven M, Strauss J D, et all. Prognosis for ambulation in cerebral palsy : A populationbased study. Pediatrics 2004.
-
Brain and Spinal Cord : Resources & Information for Brain & Spinal Cord Injury
Survivors,
Spastic
Diplegia,
diakses
tanggal
17
September
2014
dari
http://www.brainandspinalcord.org/cerebral-palsy/types/spastic-diplegia.html
Malene Wesselhoff. The Modified Ashworth Scale. Post on Juni 2012. Available in:
http://fysio.dk/fafo/Maleredskaber/Maleredskaber-alfabetisk/Ashworth-Scale/
Susan G Galvo pada Massage Therapy principles dan practice tahun 1999, saunders
company,USA)
http://oknurse.wordpress.com/2010/07/13/pemeriksaan-kesadaran-mengukur-gcs/
diakses pada 16 September 2014
http://growupclinic.com/2013/08/20/perkembangan-normal-ukuran-lingkar-kepala-bayi/
diakses pada 16 September 2014
51
UNIVERSITAS INDONESIA