PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 OTAK
Otak adalah organ vital yang terdiri dari 100 - 200 miliar sel aktif yang saling
berhubungan dan bertanggung jawab atas fungsi mental dan intelektual kita. Otak
terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron.
Otak mengapung dalam suatu cairan yang berkerja sebagai penyerap goncangan
ketika kepala manusia mengalami goncangan. Selaput otak adalah pembungkus otak
dari sumsum tulang belakang untuk melindungi struktur saraf.
Selaput otak terdiri dari tiga bagian, yaitu durameter, araknoidea, dan piameter.
Otak terdiri dari otak besar, otak tengah, otak kecil, dan batang otak.
Otak besar memiliki dua belahan, yaitu hemisfer kiri dan hemisfer kanan
yang dihubungkan oleh masa substansia alba yang juga disebut korpus
oksipitalis. Serebrum terdiri dari:
a) Korteks serebri
(3) area motor sekunder menempati bagian dari lobus parietal, tepat di
seberang sulkus sentral dari daerah area motorik primer yang mengontrol
otot-otot wajah. Neuron-neuron di area ini memengaruhi gerakan di kedua
sisi tubuh.
(1) akson dari sistem piramidal berjalan langsung dari asal mereka di
korteks ke tujuan mereka di sumsum tulang belakang.
(2) Akson dari sistem ekstrapiramidal berakhir pada neuron relay dalam
batang otak. Neuron-neuron ini mempengaruhi sumsum tulang belakang
melalui traktus ulospinalis retik.
b) Basal ganglia
Basal Ganglia adalah nuklei yang saling terhubung dengan serebrum
dan tidak terkoneksi langsung dengan sumsum tulang belakang. Ini
menunjukkan bahwa fungsi utama Basal Ganglia adalah untuk membantu
korteks motorik dalam menghasilkan perintah yang berkaitan dengan
mengendalikan kelompok otot proksimal selama gerakan. misalnya, ketika
tangan digunakan untuk menulis di papan tulis, otot-otot besar lengan dan
bahu digunakan untuk memegang tangan pada posisi yang tepat untuk
menulis.
Hemisfer otak dibagi dalam beberapa lobus atau daerah berdasarkan posisinya
ditulang kranium. Lobus tersebut antara lain:
a) Lobus Frontalis
b) Lobus Temporalis
c) Lobus Parietalis
d) Lobus Oksipitalis
2. Diensefalon
A. Talamus
Talamus adalah stasiun relay untuk impuls saraf sensorik bertolak dari
sumsum tulang belakang untuk otak besar. Beberapa impuls saraf diurutkan dan
dikelompokkan disini sebelum dikirim ke otak besar. Beberapa sensasi seperti
nyeri, tekanan, dan suhu dievaluasi disini juga.
B. Epitalamus
C. Hipotalamus
Otak tengah berada diantara pons varolli dan hemisfer serebri. Bagian dorsal
dari otak tengah terdiri dari dua kolikulus superior yang berhubungan dengan
sistem penglihatan, dan dua kolikulus inferior yang berhubungan dengan
pendengaran. Fungsi mesenfalon antara lain:
c) Mengontrol pendengaran.
Terletak dibagian belakang kepala dekat leher. Otak kecil berfungsi untuk
mengkoordinasi gerakan otot secara sadar, posisi tubuh, dan keseimbangan.
Secara umum, otak kecil adalah pusat keseimbangan, jika otak kecil ini rusak,
maka gerakan otot manusia berpotensi tidak dapat berkerja optimal.
Serebelum berhubungan erat dengan kontrol saraf motorik. Pemindahannya
tidak menghasilkan defisit dalam funtion emosional atau intelektual tetapi
menyebabkan perbedaan besar dalam kemampuan untuk menghasilkan gerakan
yang halus dan terkoordinasi. Fungsi otak kecil tampaknya terkait dengan kontrol
waktu, durasi, dan kekuatan suatu gerakan. Adapun anatomi fisiologisnya :
a) Dua celah transversus membagi otak kecil menjadi tiga lobus yaitu lobus
anterior, posterior, dan flocculonodular. Lobus ini telah berkembang pada
waktu yang berbeda selama evolusi.
b) Gambaran lain dari otak kecil didasarkan pada koneksi yang dibuatnya
dengan Komponen lain dalam sistem kontrol motorik.
Batang otak terletak di depan otak kecil dan dibawah otak besar, serta
menjadi penghubung di antara keduanya. Batang otak berfungsi untuk mengatur
refleks fisiologis, seperti denyut jantung, suhu tubuh, tekanan darah, kecepatan
bernapas, dan lain sebagainya.
Batang otak berisi medula oblongata, pons, otak tengah, dan bagian dari
diencephalon. Sirkuit neuron dalam area Anda mengontrol banyak fungsi
fisiologis termasuk tekanan darah, pernapasan, suhu tubuh, tidur, dan
bangun. Selain itu, pembentukan retikula dan nuklei vestibular merupakan
komponen penting dari sistem kontrol motorik. Formasi reticular adalah stasiun
relai untuk semua perintah motorik kecuali yang berjalan langsung ke sumsum
tulang belakang melalui piramida meduler. Fungsi normal, Formasi reticular
menerima dan memodifikasi perintar motorik ke otot proksimal dan otot aksial
dalam tubuh dan terlibat dalam kinerja semua aktivitas motorik kecuali gerakan-
gerakan halus yang dilakukan oleh otot-otot distal di jari-jari dan tangan.
Pembentukan retikular juga bertanggung jawab untuk mempertahankan bentuk
postur normal.
A. Medulla Oblongata
B. Pons
Empat perbedaan pokok otak kanan dan otak kiri menurut (Pink, 2008: 32-33)
yaitu :
1) Belahan otak sebelah kiri mengontrol bagian tubuh sebelah kanan; belahan
2) Belahan otak sebelah kiri bersifat berurutan; belahan otak sebelah kanan
bersifat simultan.
3) Belahan otak sebelah kiri mengkhususkan pada teks; belahan otak sebelah
Logika yang dimaksud dalam konteks ini ialah proses kompleks dan
unik dari sekian banyak unsur kepastian yang menghasilkan sesuatu unsur
kepastian juga (logis: pasti).
Linier merupakan suatu cara berpikir dimana apa yang dipikirkan selalu
searah. Misalnya, apabila kaita masuk ke dalam suatu ruangan yang gelap maka
kita tidak akan bisa melihat. Semakin gelap semakin tidak dapat melihat.
Berfikir linier selalu melihat suatu hubungan berjalan searah. Sedangkan
sistematis merupakan proses berpikir di mana berpikir merupakan tahapan, dari
tahap yang paling awal, kemudian dan kahir. Dalam berpikir sistematis tidak
diperkenankan melewati satu tahapan dalam berpikir (loncat-loncat). Dan
adapun yang dimaksud dengan rasional ialah berpikir dengan menggunakan
rasio sebagai dasar berpikirnya.
Berpikir detail merupakan berpikir dimana apa yang terpikir pada bagian
yang rinci, kemudian kita telah secara spesifik dan mendalam. Dalam melihat
suatu masalah, biasanya ia menganalisis secara mendalam dan rinci. Orang-
orang dengan dominan pada belahan otak kiri biasanya merupakan pemikir yang
sangat serius dengan mengaitkan pada logika dan penalaran yang rasional.
Sedangkan analisis berada ada cara atau metode menyampaikannya. Sebelum
menyampaikan segala sesuatu. Otak kita akan melakukan analisis-analisis dari
berbagai informasi yang ada di dalam memori, setelah itu baru
menyampaikannya.
c) Kemampuan emosi.
Kemampuan otak kanan ini merupakan kemampuan yang unik dari yang
lain. Karena tingkat emosionalnya yang sangat tinggi dibandingkan dengan
orang yang berotak kiri.
d) Kemampuan sosialisasi
Memang pada otak kiri mampu dalam hal berbahasa, akan tetapi
kemampuan otak kanan tidak kalah pentingnya. Oleh karena otak kanan ini
memiliki kemampuan sosialisai yang tinggi terhadap masyarakat. Gampang
bergaul dan bekerja sama dengan orang sekitar sehingga jiwa gotogroyong orang
yang memiliki kemampuan otak kanan lebih baik di bandingkan dengan otak
kiri.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat dari kekurangan gizi
kronis yang terjadi sejak bayi dalam kandungan sampai usia 2 tahun atau lebih
dikenal dengan 1000 HPK sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Berdasarkan
Standar Antropometri Kementrian Kesehatan Indonesia anak stunting adalah anak
balita dengan nilai Z-score indeks PB/U kurang dari -2SD dan sangat pendek bila Z-
score indeks PB/U kurang dari -3SD.
Pengukuran stunting pada usia batita biasanya menggunakan metode PB/U yaitu
standar panjang badan menurut umur dan pengukuran panjang badan dilakukan
dengan cara posisi anak telentang, pada usia balita pengukuran stunting dapat
dilakukan dengan metode TB/U yaitu standar tinggi badan menurut umur dan
pengukuran tinggi badan dilakukan dengan cara posisi anak berdiri, dan untuk
pengukuran stunting pada usia sekolah biasanya menggunakan metode IMT/U yaitu
indeks masa tubuh menurut umur.
Pada pengukuran antropometri kita dapat melihat pada ambang batas (Z-score)
berdasarkan indeks terhadap kategori status gizi.
Gemuk >2 SD
Obesitas >2 SD
1. Tabel Standar Panjang Badan menurut Unur (PB/U) Anak Laki-laki Umur 0-24
Bualan
2. Tabel Standar Panjang Badan menurut Unur (PB/U) Anak Perempuan Umur 0-24
Bulan
3. Tabel Standar Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) Anak Laki-laki Umur 24-60
Bulan
4. Tabel Standar Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) Anak Perempuan Umur 24-60
Bulan
5. Tabel Standar Indeks Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U) Anak Laki-laki Umur
5-18 Tahun
6. Tabel Standar Indeks Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U) Anak Perempuan
Umur 5-18 Tahun
Berikut contoh pengukuran stunting berdasarkan PB/U dan TB/U
Z-score =
Nilai simpang baku rujukan disini maksudnya adalah selisih kasus dengan
standar +1 SD atau -1 SD. Jadi apabila PB/U atau TB/U pada kasus lebih besar
daripada median, maka nilai simpang baku rujukannya diperoleh dengan mengurangi
+1 SD dengan median. Tetapi jika PB/U atau TB/U kasus lebih kecil daripada
median, maka nilai simpang baku rujukannya menjadi median dikurangi dengan -1
SD.
Contoh :
Seorang anak laki-laki berumur 26 bulan dengan tinggi badan 90 cm dan berat badan
15 kg, dan seorang anak laki-laki dengan umur 11 bulan dengan panjang badan 68 cm
serta berat badan 5 kg. Dari data tersebut analisislah keterkaitan antara PB/U dan
TB/U dengan stunting?
Jawab :
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3
SD
Karena panjang badan nyata pada bayi usia 11 bulan diatas lebih kecil dibandingkan
dengan nilai mediannya, maka dari itu nilai simpang baku rujukannya diperoleh
dengan mengurangi median dengan nilai simpang baku -1 SD. Sehingga perhitungan
z score menjadi :
Dapat disimpulkan bahwa anak laki-laki yang berusia 11 bulan dengan panjang
badan 68 cm mengalami stunting karena Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO),
anak dikatakan stunting jika tinggi badan atau panjang badan menurut usianya di
bawah minus 2 standar deviasi dari median Standar Pertumbuhan Anak WHO.
TINJAUAN KASUS
Lima tahun pertama usia anak-anak merupakan suatu masa atau tahapan umur
yang menentukan kualitas manusia pada usia selanjutnya. Periode kritis anak sampai
usia dua tahun pertama merupakan periode window of opportunity yang
membutuhkan dukungan gizi, stimulus khusus, dan intervensi. Masalah Kurang
Energi Protein (KEP) sebagai salah satu masalah gizi utama yang terjadi pada balita
sangat berpengaruh pada proses tumbuh kembang anak. Pendek atau stunting adalah
retardasi pertumbuhan linier dengan defisit dalam panjang atau tinggi badan sebesar
kurang dari -2 SD Z–Skor, menurut baku rujukan pertumbuhan (WHO/NCHS) di
Indonesia permasalahan stunted merupakan hal yang umum terjadi (ACC/SCN
2000). Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, prevalensi nasional balita
pendek (stunted) dan balita sangat pendek (severe stunted) adalah 35.6% (terdiri dari
18.5% sangat pendek dan 17.1% pendek). Kejadian stunting menjadi masalah
kesehatan masyarakat karena berhubungan dengan meningkatnya risiko terjadinya
kesakitan, perkembangan motorik terlambat, dan terhambatnya pertumbuhan mental
(Waterlow & Schurch 1994 dalam ACC/SCN 2000).
Penelitian yang dilakukan oleh Sa’adah (2014) terhadap 120 siswa kelas 1-5
Sekolah Dasar Negeri 01 Guguk Malintang Kota Padang Panjang mengenai
hubungan status gizi dengan prestasi belajar. Berdasarkan uji analisis dengan chi-
square, didapatkan p= 0,020 (p < 0,05) untuk status gizi wasting dan p = 0,005 (p <
0,05) untuk status gizi stunting. Hal ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara
status gizi dengan prestasi belajar, baik status gizi wasting maupun stunting. Hasil
penelitian ini didukung oleh penelitian Ijarotimi dan Ijadunola di Nigeria, yang
menemukan bahwa anak dengan kekurangan gizi akan mengalami perubahan pada
metabolisme yang berdampak pada kemampuan kognitif dan kemampuan otak. Hal
ini diakibatkan karena kurangnya asupan nutrisi pada anak seperti kekurangan energi
protein akan berefek pada fungsi hipokampus dan korteks otak dalam membentuk
dan menyimpan memori.
Keadaan kurang gizi yang yang lebih berat dan kronis tidak hanya
mengganggu pertumbuhan (stunting), tetapi juga menyebabkan jumlah sel dalam otak
berkurang dan terjadi ketidakmatangan serta ketidaksempurnaan organisasi biokimia
dalam otak. Keadaan ini dapat berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan anak.
Kekurangan gizi pada masa lampau akan menyebabkan perubahan metabolisme di
dalam otak terutama jika terjadi saat golden period (3 tahun) pertumbuhan dan
perkembangan otak anak. Hal ini akan menyebabkan ketidakmampuan otak untuk
berfungsi normal.
DAFTAR PUSTAKA
Bullock, John dkk. 1984. The National Medical Series for Independent Study
Physiology. Pennsylvania. Harwal Publishing Company Media.