Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

KRITIS MASALAH KESEHATAN STROKE

Disusun guna memenuhi penugasan mata kuliah Keperawatan Kritis

Dosen Pengampu :

Di susun oleh :

1. Agustinus E Koyari
2. Feronika Pongoh
3. Ana Bagau
4. Alfrianty Bembe
5. Meswan Lingga
6. Hilan Yulianti Sasewa

UNIVERSITAS CENDERAWASI FAKULTAS KEDOKTERAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yhs, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Salam
kami curahkan kepada Tuhan yang telah membimbing kita hingga saat ini.

Makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Kritis Masalah Kesehatan Stroke ini
ditulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Kritis. Adapun
penyusunan makalah ini kiranya masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini. Kami pun berharap pembaca dapat
memberikan kritik dan sarannya kepada kami agar di kemudian hari kami bisa
membuat yang lebih sempurna lagi.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada segala pihak yang tidak bisa disebutkan
satu- persatu atas bantuannya dalam penyusunan makalah ini.

Jayapura, 06 November 2023

Kelompok I
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Rumusan Masalah
D. Manfaat

BAB II 5
TINJAUAN PUSTAKA 5
A. KONSEP DASAR 5
1. Anatomi Fisiologi 5
2. Pengertian Stroke 11
3. Etiologi Stroke 12
4. Faktor Resiko terjadinya Stroke 13
5. Pathway Stroke 15
6. Manifestasi Klinik 15
7. Komplikasi 16
8. Pemeriksaan Penunjang 16
9. Penatalaksanaan Medis 17
B. ASUHAN KEPERAWATAN 19
1. Pengkajian 19
2. Diagnosa Keperawatan 24
3. Rencana Keperawatan 24
4. Implementasi Keperawatan 27
5. Evaluasi 28
BAB III 51
PENUTUP 51
A. SIMPULAN 51
B. SARAN 51

DAFTAR PUSTAKA 52
BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR
1. Anatomi Fisiologi
Otak manusia kira-kira 2% dari berat badan orang dewasa (3Ibs). Otak
menerima 20% dari curah jantung dan memerlukan sekitar 20% pemakaian
oksigen tubuh, dan sekitar 400 kilo kalori energi setiap harinya. Secara
anatomis sistem saraf tepi dibagi menjadi 31 pasang saraf spinal dan 12
pasang saraf cranial. Saraf perifer terdiri dari neuron- neuron yang
menerima pesan-pesan neural sensorik (aferen) yang menuju ke system
saraf pusat, dan atau menerima pesan-pesan neural motorik ( eferen) dari
system saraf pusat. Saraf spinal menghantarkan pesan- pesan tersebut
maka saraf spinal dinamakan saraf
campuran. Sistem saraf somatic terdiri dari saraf campuran.
Bagian aferen membawa baik informasi sensorik yang disadari maupun
informasi sensorik yang tidak disadari. Sistem saraf otonom merupakan
sistem saraf campuran. Serabut-serabut aferen membawa masukan dari
organ- organ visceral. Saraf parasimpatis adalah menurunkan kecepatan
denyut jantung dan pernafasan, dan meningkatkan pergerakan saluran
cerna sesuai dengan kebutuhan pencernaan dan pembuangan (Nusatirin,
2018).

Otak adalah alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat
computer dari semua alat tubuh. Bagian dari saraf sentral yang yang
terletak didalam rongga
tengkorak (cranium) dibungkus oleh selaput otak yang kuat. Otak terletak
dalam rongga cranium berkembang dari sebuah tabung yang mulanya
memperlihatkan tiga gejala pembesaran otak awal (Nusatirin, 2018).
1) Otak depan menjadi hemisfer serebri, korpus striatum, talamus, serta
hipotalamus.
2) Otak tengah, trigeminus, corpus callosum, korpus kuadrigeminus.
3) Otak belakang, menjadi pons varoli, medula oblongata, dan
serebelum. Fisura dan sulkus membagi hemisfer otak menjadi
beberapa daerah.

Korteks serebri terlibat secara tidur teratur. Lekukan diantara gulungan


serebri disebut sulkus. Sulkus yang paling dalam membentuk fisura
longitudinal dan lateralis. Daerah atau lobus letaknya sesuai dengan tulang
yang berada di atasnya (lobus frontalis, temporalis,orientali dan oksipitalis).
Fisura longitudinalis merupakan celah dalam pada bidang media laterali
memisahkan lobus temporalis dari lobus frontalis sebelah anterior dan
lobus parietalis sebelah posterior. Sulkus sentralis juga memisahkan lobus
frontalis juga memisahkan lobus frontalis dan lobus parietalis. Adapun
bagian-bagian otak meliputi :
1) Cerebrum
Cerebrum (otak besar) merupakan bagian terbesar dan terluas dari otak,
berbentuk telur, mengisi penuh bagian depan atas rongga tengkorak.
Masing- masing disebut fossa kranialis anterior atas dan media. Kedua
permukaan ini dilapisi oleh lapisan kelabu (zat kelabu) yaitu pada
bagian korteks serebral dan zat putig terdapat pada bagian dalam yang
mengandung serabut saraf. Pada otak besar ditemukan beberapa lobus
yaitu :
a) Lobus frontalis adalah bagian dari serebrum yang terletak di bagian
sulkus sentralis.
b) Lobus parietalis terdapat di depan sulkus sentralis dan dibelakang
oleh korako oksipitalis.
c) Lobus temporalis terdapat dibawah lateral dan fisura serebralis dan di
depan lobus oksipitalis
d) Oksipitalis yang mengisi bagian belakang dari serebrum. Korteks
serebri terdiri dari atas banyak lapisan sel saraf yang merupakan.
Substansi kelabu serebrum. Korteks serebri ini tersusun dalam
banyak gulungan-gulungan dan lipatan yang tidak teratur, dan
dengan demikian menambah daerah permukaan korteks serebri,
persis sama seperti melipat sebuah benda yang justru
memperpanjang jarak sampai titik ujung yang sebenarnya.
Korteks serebri selain dibagi dalam lobus juga dibagi menurut fungsi
dan banyaknya area. Campbell membagi bentuk korteks serebri
menjadi 20 area. Secara umum korteks dibagi menjadi empat bagian:
a) Korteks sensorik, pusat sensasi umum primer suatu hemisfer
serebri yang mengurus bagian badan, luas daerah korteks yang
menangani suatu alat atau bagian tubuh tergantung ada fungsi alat
yang bersangkutan. Korteks sensorik bagian fisura lateralis
menangani bagian tubuh bilateral lebih dominan.
b) Korteks asosiasi. Tiap indera manusia, korteks asosiasi sendiri
merupakan kemampuan otak manusia dalam bidang intelektual,
ingatan, berpikir, rangsangan yang diterima diolah dan disimpan
serta dihubungkan dengan data yang lain. Bagian anterior lobus
temporalis mempunyai hubungan dengan fungsi luhur dan
disebut psiko kortek.
c) Kortek motorik menerima impuls dari korteks sensoris, fungsi
utamanya adalah kontribusi pada traktus piramidalis yang
mengatur bagian tubuh kontralateral.
d) Korteks prefrontal terletak pada lobus frontalis berhubungan dengan
sikap mental dan kepribadian.
2) Batang otak
a) Diensefalon, diencephalon merupakan bagian atas batang otak yang
terdapat diantara serebelum dan mesensefalon. Kumpulan dari sel
saraf yang terdapat di bagian depan lobus temporalis terdapat
kapsula interna dengan sudut menghadap ke samping. Fungsinya
dari diencephalon yaitu:
1. Vasokonstriktor, mengecilkan pembuluh darah.
2. Respirator, membantu proses pernapasan.
3. Mengontrol kegiatan refleks.
4. Membantu kerja jantung
Mesensefalon, atap dari mesensefalon terdiri dari empat bagian
yang menonjol ke atas. Dua di sebelah atas disebut korpus
kuadrigeminus superior dan dua sebelah bawah selaput korpus
kuadrigeminus
inferior. Serat nervus troklearis berjalan ke arah dorsal
menyilang garis tengah ke sisi lain.
Fungsinya:
1. Membantu pergerakan mata dan mengangkat kelopak mata.
2. Memutar mata dan pusat pergerakan mata.

b) Ponsvaroli barikum pantis yang menghubungkan mesensefalon


dengan pons varoli dan dengan serebelum, terletak didepan
serebelum diantara otak tengah dan medulla oblongata Disini
terdapat premoktosid yang mengatur gerakan pernapasan dan
refleks. Fungsinya adalah:
1. Penghubung antara kedua bagian serebelum dan juga antara
medulla oblongata dan cerebellum.
2. Pusat saraf nervus trigeminus.

c) Medulla oblongata
Medulla oblongata merupakan bagian dari batang otak yang paling
bawah yang menghubungkan pons varoli dengan medula spinalis.
Bagian bawah medulla oblongata merupakan persambungan
medulla spinalis ke atas, bagian atas medulla oblongata yang
melebar disebut kanalis sentralis di daerah tengah bagian ventral
medulla oblongata. Medulla oblongata mengandung nukleus atau
badan sel dari berbagai saraftak yang penting.
Selain itu medula mengandung <pusat-pusat vital= yang berfungsi
mengendalikan pernafasan dan sistem kardiovaskuler. Karena itu,
suatu cedera yang terjadi pada bagian ini dalam batang otak dapat
membawa akibat yang sangat serius.

3) Cerebellum
Otak kecil di bagian bawah dan belakang tengkorak dipisahkan dengan
cerebrum oleh fisura transversalis dibelakangi oleh pons varoli dan
diatas medulla oblongata. Organ ini banyak menerima serabut aferen
sensoris, merupakan pusat koordinasi dan integrasi. Bentuknya oval,
bagian yang kecil pada sentral disebut vermis dan bagian yang melebar
pada lateral disebut hemisfer. Serebelum berhubungan dengan batang
otak melalui pedunkulus serebri inferior. Permukaan luar serebelum
berlipat-lipat menyerupai cerebellum tetapi lipatannya lebih kecil dan
lebih teratur. Permukaan cerebellum ini mengandung zat kelabu.
Korteks cerebellum dibentuk oleh substansia grisea, terdiri dari tiga
lapisan yaitu granular luar, lapisan purkinje dan lapisan granular
dalam.Serabut saraf yang masuk dan yang keluar dari serebrum harus
melewati cerebellum.

4) Saraf Kranial
Urutan Memberikan saraf
Nama saraf Sifat saraf
Saraf untuk fungsi saraf
Nervus Olfaktorius Sensorik Hidung sebegai alat
I
penciuman
Nervus Optikus Sensorik Bola mata untuk
II
penglihatan
Nervus Motorik Penggerak bola mata
III Okulomotoris dan mengangkat bola
mata,
Nervus Troklearis Motorik memutar mata dan
IV
mengerakan bola mata
Nervus Trigeminus Motorik dan Kulit kepala dan
Nervus Oftalmikus sensoerik kelopak mata atas
Nervus Maksilaris Motorik dan Rahang atas, palatum
V Nervus sensoerik dan hidung
Mandibularis Sensorik Rahang bawah dan
Motorik dan lidah
sensoerik
Nervus Abdusen Motorik Mata penggoyang sisi
VI
mata
Nervus fasialis Motorik dan Otot lidah, mengerakan
VII sensoerik lidah dan selaput lendir
rongga mulut
Nervus auditorius Sensorik Telingah rangsangan
VIII
pendengaran
IX Nervus vagus Sensorek Faring, tongsil dan
lidahresnfsagan citarasa
Nervus vagus Motorik dan Faring, luring paru-paru
X
sensoerik dan eshophagus
XI Nervusasesorius Motorik Leher, otot leher
Nervus hipoglosus motorik Lidah, citarasah dan
XII
otot lidah

5) Saraf Otonom
a) Saraf Simpatis
Saraf ini terletak di depan kolumna vertebra dan berhubungan
dengansumsum tulang belakang melalui serabut simpatis terdiri dari 3
bagian, yaitu :
Kornu anterior segmen torakalis ke – 1 sampai ke-12 dan segmen
lumbalis 1-3 terdapat nucleus vegetative yang berisi kumpulan –
kumpulan sel saraf simpatis.
1. Trunkus simpatikus beserta cabang – cabangnya. Di sebelah
kiri dan kanan vertebra terdapat barisan ganglion saraf
simpatikus yang membujur di sepanjang vertebra.
2. Pleksus simpatikus beserta cabang cabangnya. Di dalam
abdomen, pelvis, toraks, serta di dekat organ – organ yang
dipersarafi oleh saraf simpatis (otonom).
Fungsi serabut saraf simpatis
1. Mensarafi otot jantung
2. Mensarafi pembuluh darah dan otot tak sadar
3. Mempersarafi semua alat dalam seperti lambung, pankreas dan usus
4. Melayani serabut motorik sekretorik pada kelenjar keringat
5. Serabut motorik pada otot tak sadar dalam kulit
6. Mempertahankan tonus semua otot sadar.

b) Saraf Parasimpatis
Saraf kranial otonom adalah saraf kranial 3, 7, 9, dan 10. Saraf ini
merupakan penghubung, melalui serabut-serabut parasimpatis
dalam perjalanan keluar dari otak menuju organ-organ sebagian
dikendalikan oleh serabut-serabut menuju iris. Fungsi serabut
parasimpatis sebagai berikut:

1. Merangsang sekresi kelenjar air mata, kelenjar sublingualis,subman


dibularis, dan kelenja
2. Mempersarafi kelenjar air mata dan mukosa rongga hidung,
berpusat di nuclei lakrimalis, saraf – sarafnya keluar bersama
nervus fasialis.
3. Mempersarafi kelenjar ludah ( sublingualis dan
submandibularis ), berpusat di nukleus salivatorius superior,
saraf – saraf ini mengikuti nervus VII
4. Mempersarafi parotis yang berpusat di nukleus salivatorius
inferior di dalam medulla oblongata, saraf ini mengikuti
nervus IX
5. Mempersarafi sebagian besar alat tubuh yaitu jantung, paru – paru,
gastrointestinal, ginjal, pankreas, limpa, hepar, dan kelenjar
suprarenalis yang berpusat pada nucleus dorsalis nervus X
6. Mempersarafi kolon desendens, sigmoid, rectum, vesika
urinaria dan alat kelamin, berpusat di sacral II, III, IV.
7. Miksi dan defekasi pada dasarnya adalah suatu reflek yang berpusat
di cornu lateralis medulla spinalis bagian sacral.
2. Pengertian Stroke
Otak merupakan organ kompleks manusia yang terdiri dari sel-sel saraf
(nerve cell) yang bertanggung jawab pada semua sinyal dan sensasi yang
membuat tubuh manusia dapat berpikir, bergerak, dan menimbulkan reaksi dari
suatu kejadian atau keadaan.
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis yang disebabkan oleh
perdarahan ataupun sumbatan dengan gejala dan tanda yang sesuai pada bagian
otak yang terkena, yang dapat menimbulkan cacat atau kematian.
Stroke merupakan penyebab kematian ketiga di dunia setelah penyakit
jantung koroner dan kanker pada negara maju ataupun negara berkembang.
Satu dari 10 kematian disebabkan oleh stroke. Data World Stroke Organization
menunjukkan bahwa setiap tahunnya ada 13,7 juta kasus baru penyakit stroke,
dan sekitar 5,5 juta kematian terjadi akibat stroke (Putri A, 2021).
Stroke merupakan salah penyakit yang berbahaya, dapat menyebabkan
cacad pada penderita, yang tentu saja akan menghambat produktifitas. Stroke
dapat menyebabkan kematian dan menempati urutan ketiga di Indonesia setelah
penyakit kanker dan jantung (Batticaca. 2008, Adibhatla et al. 2008,
Muljadi.2011 dalam penelitian fepi, 2018).
a. Klasifikasi Stroke
Klasifikasi dari penyakit stroke diantaranya yaitu (Yueniwati, 2016) :
1) Stroke Iskemik
Stroke iskemik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan
aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. Stroke iskemik
secara umum diakibatkan oleh aterotrombosis pembuluh darah serebral,
baik yang besar maupun yang kecil. Pada stroke iskemik penyumbatan
bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke
otak. Darah ke otak disuplai oleh dua arteri karotis interna dan dua
arteri vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan cabang dari lengkung aorta
jantung. Suatu ateroma (endapan lemak) bisa terbentuk di dalam
pembuluh darah arteri karotis sehingga menyebabkan berkurangnya
aliran darah. Keadaan ini sangat serius karena setiap pembuluh darah
arteri karotis dalam keadaan normal memberikan darah ke sebagian
besar otak. Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri dan
mengalir di dalam darah kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil.
2) Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik disebabkan oleh perdarahan di dalam jaringan otak
(disebut hemoragia intraserebrum atau hematon intraserebrum) atau
perdarahan ke dalam ruang subarachnoid, yaitu ruang sempit antara
permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak (disebut
hemoragia subarachnoid). Stroke hemoragik merupakan jenis stroke
yang paling mematikan yang merupakan sebagian kecil dari
keseluruhan stroke yaitu sebesar 10-15% untuk perdarahan
intraserebrum dan sekitar5% untuk perdarahan subarachnoid. Stroke
hemoragik dapat terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami
rupture sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang subarachnoid atau
langsung ke dalam jaringan otak. Sebagian dari lesi vaskular yang dapat
menyebabkan perdarahan subarachnoid adalah aneurisma sakular dan
malformasi arteriovena.
3. Etiologi Stroke
a. Stroke hemoragik
Terjadi pada otak yang mengalami kebocoran atau pecahnya pembuluh
darah yang ada di dalam otak, sehingga darah menggenangi atau menutupi
ruang-ruang jaringan sel di dalam otak. Stroke hemoragik umumnya
didahului oleh penyakit hipertensi, tumor intrakranial, penyakit moyamoya,
gangguan pembekuan darah, leukimia, serta dipengaruhi juga oleh usia,
jenis kelamin, ras/suku, dan faktor genetik.. Hipertensi merupakan faktor
resiko paling penting pada kejadian stroke hemoragik baik bagi laki-laki
ataupun perempuan.6 Tekanan darah iskemik yang meningkat cukup tinggi
selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun akan mengakibatkan hialinisasi
pada lapisan otot pembuluh darah serebral mengakibatkan diameter lumen
pada pembuluh darah akan menjadi tetap. Apabila hal ini terjadi akan
berbahaya, karena pembuluh serebral tidak dapat berdilatasi dengan leluasa
guna mengatasi fluktuasi dari tekanan darah iskemik yang terjadi. Jika
terjadi penurunan tekanan darah sistemik maka tekanan perfusi ke jaringan
otak menjadi tidak adekuat, sehingga dapat mengakibatkan iskemia
serebral. Sebaliknya, apabila terjadi kenaikan tekanan darah iskemik akan
mengakibatkan tekanan perfusi pada dinding kapiler menjadi tinggi yang
dapat pembuluh intraserebral. Kondisi tersebut menimbulkan gejala
neurologis yang berlaku secara mendadak dan seringkali diikuti gejala nyeri
kepala yang berat pada saat melakukan aktivitas akibat efek desak ruang
atau peningkatan tekanan intrakranial (TIK). Efek ini menyebabkan angka
kematian pada stroke hemoragik menjadi lebih tinggi dibandingkan stroke
iskemik.
b. Stroke Iskemia
Iskemia pada otak disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak
oleh trombus atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena
berkembangnya aterosklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga
arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area trombus menjadi berkurang,
hal ini dapat menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia
akhirnya terjadi infark pada jaringan otak. Tingginya tekanan darah yang
melewati pembuluh darah akan mendorong trombus yang menempel di
pembuluh darah terlepas dan menjadi emboli. Emboli disebabkan oleh
embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri karotis.
Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba
berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologis. Perdarahan otak dapat
disebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli. Tingginya
nilai rasio kadar kolesterol total dengan HDL dapat menyebabkan berbagai
macam masalah. Masalah yang akan timbul seperti terjadinya pembekuan
darah, pembentukkan plak arteri dan menimbulkan peradangan atau
inflamasi, pecahnya pembuluh darah, dan aterosklerosis yang merupakan
salah satu faktor yang menyebabkan beberapa kondisi kesehatan seperti
stroke iskemik
4. Faktor Resiko terjadinya Stroke
Memburut (fepi, 2018) factor risiko kejadian stroke adalah sebagai berikut
a. Trigliserida
Trigliserida adalah kumpulan lemak, salah satu faktor resiko kejadian stroke
yang dapat diubah oleh individu itu sendiri yang menginginkan nikmat
hidup sehat untuk diri dan bermanfaat bagi keluarga. Trigliserida yang
tinggi membahayakan kesehatan terutama beresiko terhadap stroke karena
merupakan bahan mentah terjadinya lemak jahat yaitu VLDL (Verylow
density Lipoprotein). Menurut Almatsier (2001), faktor resiko yang paling
penting adalah kadar kolesterol karena merupakan komponen esensial
membrane structural sel dan merupakan komponen utama sel otak dan
saraf, yang sangat berperan adalah LDL. Kadar trigliserid yang tinggi akan
disimpan dibawah kulit sebagai bahan pembentukan VLDL (Very- Low-
Density Lipoprotein) di hati akan masuk ke dalam cairan darah (Soeharto,
2007), akan menyumbat sistem pembuluh darah otak dan sistem saraf otak
sehingga terjadilah stroke (Junaidi, 2006). Arifnaldi (2014) dalam
penelitiannya memperoleh hasil bahwa kadar trigliserida yang tinggi
beresiko tiga kali lebih besar untuk terkena penyakit stroke hemorrhagic
jika dibandingkan dengan yang kadar trigliserida normal (OR=2,80)
b. Jenis kelamin
Laki-laki lebih banyak daripada wanita. Ada faktor kebiasaan yang
umumnya dilakukan oleh laki-laki yaitu merokok dan ini juga dialami oleh
76% penderita yang mengakibatkan lebih beresiko terhadap stroke. Rokok
dapat mengakibatkan penumpukan plak sehingga terjadi aterosklerosis
(Rudianto, 2010), selain itu laki- laki merupakan sosok individu yang
berperan sebagai kepala keluarga (KK) yang bertanggung jawab
menghidupi anak dan istrinya, terbanyak dari penderita bekerja
menggunakan fisik yaitu sebagai buruh, petani dan supir, sedangkan wanita
adalah ibu rumah tangga yang berperan sebagai ibu yang mengasuh dan
membesarkan anak, sehingga sebagai kepala keluarga yang menyandang
beban berat kerap kali dilanda stress memikirkan kebutuhan rumah tangga
dan ini merupakan salah satu faktor resiko yang mendukung terjadinya
stroke. Keadaan ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Junaidi
(2011) yang menyatakan bahwa stress dapat memicu pengeluaran hormon
yang bila tidak terkendali dapat mengakibatkan hipertensi, Hipertensi
mengakibatkan kentalnya darah yang akan mengalir ke sistem pembuluh
darah otak dan dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh darah. Tilong
(2014) menyatakan bahwa laki-laki 2 (dua) kali berisiko terkena stroke jika
dibandingkan wanita.
c. Usia
Semakin tua umur semakin beresiko terkena stroke. Umur g 55 tahun
kecenderungan 2 (dua) kali menderita stroke, karena mur yang tua pembuluh
darahmenipis, mengalami kerapuhan sehingga mudah terjadi trauma yang terjadi
bersamaan dengan aterosklerosis sehingga daerah stroke akan semakin bertambah
luas (Morgan, 2003 ; Gofar, 2009).
d. Makanan
Jenis makanan seperti ini adalah makanan yang mengandung kadar
kolesterol, dapat meningkatkan lemak darah seperti trigliserida. Trigliserida
yang tinggi merupakan bahan untuk terjadinya VLDL (Very Low Density
Lipoprotein) akan beresiko terjadinya stroke.

5. Pathway Stroke
Terlampir

6. Manifestasi Klinik
Serangan untuk tipe stroke apapun akan menimbulkan defisit neurologis yang
bersifat akut. Tanda dan gejala stroke menurut (Mutiarasari, 2019) antara lain:
a. Hemidefisit motorik
b. Hemidefisit sensorik
c. Penurunan kesadaran
d. Kelumpuhan nervus VII (fasialis) dan nervus XII (hipoglosus) yang bersifat sentral
e. Afasia dan demensia
f. Hemianopsia
g. Defisit batang otak
Gejala klinis atau keluhan yang biasanya muncul terdiri dari defisit neurologis
yang bersifat mendadak baik pada stroke iskemik atau hemoragic. Penurunan tingkat
kesadaran, muntah, sakit kepala, kejang dan tekanan darah yang sangat tinggi
mungkin menunjukkan adanya stroke hemoragik. Sakit kepala merupakan gejala
awal yang paling sering dialami pasien seiring dengan perluasan hematoma yang
menyebabkan peningkatan TIK dan efek desak ruang pada otak. Gejala lain yang
dapat muncul berupa kaku kuduk yang terjadi akibat perdarahan di thalamus,
kaudatus, dan serebelum. Pada stroke hemoragik yang didominasi oleh gejala
peningkatan TIK yang membutuhkan penanganan segera sebagai tindakan life-
saving. Kondisi pecahnya pembuluh intraserebral tersebut menimbulkan gejala
neurologis yang berlaku secara mendadak dan seringkali diikuti gejala nyeri
kepala yang berat pada saat melakukan aktivitas akibat efek desak ruang atau
peningkatan tekanan intrakranial (TIK). Efek ini menyebabkan angka
kematian pada stroke hemoragik menjadi lebih tinggi dibandingkan stroke
iskemik (Ayundari Setiawan, 2021).

7. Komplikasi
a. Hipoksia serebral
Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah adekuat
ke otak. Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang
dikirimkan ke jaringan. Pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan
hemoglobin serta hematokrit pada tingkat dapat diterima akan membantu
dalam mempertahankan oksigenasi jaringan (Smeltzer & Bare, 2013).
b. Aliran darah serebral
Bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan integritas pembuluh
darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intravena) harus menjamin
penurunan viskositas (kekentalan) darah dan memperbaiki aliran darah
serebral. Hipertensi atau hipotensi ekstrem perlu perlu dihindari untuk
mencegah perubahan pada aliran darah serebral dan potensi meluasnya
area cedera (Smeltzer & Bare, 2013).
c. Embolisme serebral
Dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau dari katup
jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak dan
selanjutnya menurunkan aliran darah serebral (Smeltzer & Bare, 2013).

8. Pemeriksaan Penunjang

Menurut (Wijaya & Putri, 2013) Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan
sebagai berikut:

1) Laboratorium
a) Pemeriksaan darah rutin
b) Pemeriksaan kimia darah, berupa :
- Gula darah rutin
- Kolestrol, ureum, kreatinin, asam urat, enzim SGOT/SGPT
2) CT scan.
Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
henatoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya
secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal,
kadang pemadatan terlihat di ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.
3) MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi dan besar/luas
terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan area
yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragi
4) Angiografi serebral

Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti


perdarahan arteri vena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber
perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskular.
5) EEG (Elektroensefalogram)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak
dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam
jaringan otak.

9. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan Medis Stroke Hemoragik
Menurut (Ayundari Setiawan, 2021) tatalaksana awal yang dilakukan
bertujuan untuk mengoptimalkan metabolisme otak saat keadaan
patologis, dengan melakukan stabilisasi jalan dan saluran napas pada pasien
untuk menghindari hipoksia. Selain itu, perlu dipastikan juga
kemampuan menelan pada pasien. Apabila terjadi gangguan menelan
pada pasien dengan keadaan tidak sadarkan diri, perlu dilakukan
pemasangan pipa nasogastrik untuk mencegah adanya aspirasi pada
saat pemberian makanan.
Pada fase akut, sebaiknya menghindari obat antihipertensi yang
meningkatkan tekanan intrakranial, terutama hydralazine, nitroprusside, dan
nitrogliserin. Pengobatan antihipertensi akut untuk pasien dengan ICH
bermanfaat dan aman dengan kisaran target tekanan darah sistolik atau
Systolic Blood Pressure(SBP) yang optimal antara 120 dan 160 mm Hg.
Perawatan awal untuk pasien yang mengalami peningkatan TIK
adalah meninggikan kepala tempat tidur hingga 30 derajat dan
pemberian agen osmotik seperti manitol, salin hipertonik. Manitol
20% diberikan dengan dosis 1,0 hingga 1,5 g/kg. Hiperventilasi setelah
intubasi dan sedasi, hingga pCO 28-32 mmHg akan diperlukan jika terjadi
peningkatan TIK lebih lanjut. Kraniektomi dekompresi dan evakuasi
hematoma sekarang lebih sering dilakukan untuk stroke hemoragik.
Tindakan ini menunjukkan peningkatan hasil yang diperoleh dengan
menambahkan kraniektomi dekompresi dengan duraplasti ekspansif
untuk evakuasi ICH hemisfer hipertensi. Hemikraniektomi
dekompresi dengan evakuasi hematoma dilakukan pada pasien
dengan skor GCS f8 dan hematoma besar dengan volume lebih besar dari
60 ml dapat menghindari kejadian kematian dan dapat meningkatkan hasil
fungsional. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan
mengontrol tekanan darah, menghentikan kebiasaan merokok, alkoholisme,
dan penggunaan kokain karena hal tersebut dapat memicu resiko
perdarahan intraserebral berulang.

b. Penatalaksanaan Medis Stroke Iskemik


Dalam penatalaksanaan pada stroke iskemik, terapi dapat dilakukan dengan
Intravenous recombinant tissue plasminogen activator(rtPA) yang
merupakan bukti efektivitas dari trombolisis, obat antiplatelet dan
antikoagulan untuk mencegah reperfusi pada pasien stroke iskemik
(Mutiarasari, 2019).
1) Intravenous recombinant tissue plasminogen activator (rt-PA)
Pedoman terbaru bahwa rt-PA harus diberikan jika pasien
memenuhi kriteria untuk perawatan. Pemberian rt-PA intravena
antara 3 dan 4,5 jam setelah onset serangan stroke telah terbukti
efektif pada uji coba klinis secara acak dan dimasukkan ke
dalam pedoman rekomendasi oleh Amerika Stroke Association
(rekomendasi kelas I, bukti ilmiah levelB) dan
European Stroke Organisation(rekomendasi kelas I, bukti ilmiah level
A). Dasar pemberian terapi rt-PA menyatakan pentingnya pemastian
diagnosis sehingga pasien tersebut benar –benar memerlukan terapi
rt- PA, dengan prosedur CT scan kepala dalam 24 jam pertama
sejak masuk ke rumah sakit dan membantu mengeksklusikan stroke
hemoragik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian
terapi rt-PA dalam waktu 0-90 menit dapat mengurangi
komplikasi sebesar 9,6%, pemberian terapi rt-PA dalam waktu 91-180
menit sebesar 10,5%, dan pemberian terapi rt-PA dalam waktu 181-
270 menit sebesar 11,7%, sedangkan oods ratio perbandingan waktu
pemberian 0-90 menit dengan 181-270 menit.
2) Antikoagulan
Terapi antikoagulan sering menjadi pertimbangan dalam terapi akut
stroke iskemik, tetapi uji klinis secara acak menunjukkan bahwa
antikoagulan tidak harus secara rutin diberikan untuk stroke iskemik
akut. Penggunaan Antikoagulan harus sangat berhati-hati. Antikoagulan
sebagian besar digunakan untuk pencegahan sekunder jangka panjang
pada pasien dengan fibrilasi atrium dan stroke kardioemboli.
3) Rehabilitasi
Terapi fisik, terapi okupasi, dan terapi bicara merupakan bagian dari
rehabilitasi pada pasien stroke yang harus dilakukan sesegera mungkin.
Melibatkan pasien dengan keluarga pasien dan tenaga medis
profesional akan mempercepat proses pemulihan dan rehabilitasi,
karena interaksi tersebut akan memberikan dukungan dan motivasi bagi
pasien stroke.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Menurut Muttaqin, (2008) anamnesa pada stroke meliput
a. Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam
MRS, nomor register, dan diagnosis medis.
b. Keluhan Utama

Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah


kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.
c. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke non hemoragik sering kali berlangsung sangat
mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi
nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, selain
gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan
perubahan di dalam intrakranial. Keluhari perubahan perilaku juga umum
terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi, tidak
responsif, dan konia.
d. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes melitus,
penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang
lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat
adiktif, dan kegemukan. Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering
digunakan klien, seperti pemakaian obat antihipertensi, antilipidemia,
penghambat beta, dan lainnya. Adanya riwayat merokok, penggunaan
alkohol dan penggunaan obat kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini
dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan
merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan
tindakan selanjutnya.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes
melitus, atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.
f. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Pengkajian psikologis klien stroke meliputi beberapa dimensi yang
memungkinkan perawat untuk rnemperoleh persepsi yang jelas mengenai
status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Pengkajian mekanisme koping
yang digunakan klien juga penting untuk menilai respons emosi klien
terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam
keluarga dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-harinya, baik dalam keluarga ataupun dalam
masyarakat.
g. Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan
klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari
pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan secara per
sistem (B1-B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3
(Brain) yang terarah dan dihubungkan dengan keluhan-keluhan dari
klien.
1) B1 (Breathing) Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan
produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan
peningkatan frekuensi pernapasan. Auskultasi bunyi napas tambahan
seperti ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan
kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan pada klien
stroke dengan penurunan tingkat kesadaran koma.
2) B2 (Blood) Pengkajian pada sistem kardiovaskular didapatkan renjatan
(syok hipovolemik) yang sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah
biasanya terjadi peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masif (tekanan
darah >200 mmHg).
3) B3 (Brain) Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologis, bergantung
pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area
yang perfusinya tidak adekuat, dan aliran darah kolateral (sekunder atau
aksesori). Lesi otak yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya.
4) B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap
dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.
5) B4 (Bladder) Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinensia
urine sementara karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan
kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk mengendalikan kandung kemih
karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Kadang kontrol sfingter
urine eksternal hilang atau berkurang. Selama periode ini, dilakukan
kateterisasi intermiten dengan teknik steril. Inkontinensia urine yang
berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.
6) B5 (Bowel) Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan
menurun, mual muntah pada fase akut. Mual sampai muntah disebabkan
oleh peningkatan produksi asam lambung sehingga menimbulkan
masalah pemenuhan nutrisi. Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi
akibat penurunan peristaltik usus. Adanya inkontinensia alvi yang
berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.
7) B6 (Bone) Stroke adalah penyakit UMN dan mengakibatkan kehilangan
kontrol volunter terhadap gerakan motorik. Oleh karena neuron motor
atas menyilang, gangguan kontrol motorik volunter pada salah satu sisi
tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada neuron motor atas pada sisi
yang berlawanan dari otak. Disfungsi motorik paling umum adalah
hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang
berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh, adalah
tanda yang lain. Pada kulit, jika klien kekurangan 02 kulit akan tampak
pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit akan buruk.
Selain itu, perlu juga dikaji tanda tanda dekubitus terutama pada daerah
yang menonjol karena klien stroke mengalami masalah mobilitas fisik.
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan
sensori atau paralisis/ hemiplegi, serta mudah lelah menyebabkan
masalah pada pola aktivitas dan istirahat.
8) Pengkajian Tingkat Kesadaran Kualitas
Kesadaran klien merupakan parameter yang paling mendasar dan
parameter yang paling penting yang membutuhkan pengkajian. Tingkat
keterjagaan klien dan respons terhadap lingkungan adalah indikator
paling sensitif untuk disfungsi sistem persarafan. Beberapa sistem
digunakan untuk membuat peringkat perubahan dalam kewaspadaan dan
keterjagaan. Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien stroke biasanya
berkisar pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa. Jika klien sudah
mengalami koma maka penilaian GCS sangat penting untuk menilai
tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk pemantauan pemberian
asuhan.
9) Pengkajian Fungsi Serebral
Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual, kemampuan
bahasa, lobus frontal, dan hemisfer.
10) Status Mental
Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi wajah,
dan aktivitas motorik klien. Pada klien stroke tahap lanjut biasanya status
mental klien mengalami perubahan.
11) Fungsi Intelektual
Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik jangka pendek
maupun jangka panjang. Penurunan kemampuan berhitung dan kalkulasi.
Pada beberapa
kasus klien mengalami brain damage yaitu kesulitan untuk mengenal
persamaan dan perbedaan yang tidak begitu nyata.
12) Kemampuan Bahasa
Penurunan kemampuan bahasa tergantung daerah lesi yang
mempengaruhi fungsi dari serebral. Lesi pada daerah hemisfer yang
dominan pada bagian posterior dari gyrus temporalis superior (area
Wernicke) didapatkan disfasia reseptif, yaitu klien tidak dapat
memahami bahasa lisan atau bahasa tertulis. Sedangkan lesi pada bagian
posterior dari girus frontalis inferior (area Broca) didapatkan disfagia
ekspresif, yaitu klien dapat mengerti, tetapi tidak dapat menjawab dengan
tepat dan bicaranya tidak lancar. Disartria (kesulitan berbicara),
ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh
paralisis otot yang bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara.
Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya), seperti terlihat ketika klien mengambil sisir dan berusaha
untuk menyisir rambutnya.
13) Pengkajian Saraf Kranial Menurut Muttaqin, (2008)
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan saraf kranial I-X11.
a) Saraf I: Biasanya pada klien stroke tidak ada kelainan pada fungsi
penciuman.
b) Saraf II : Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras sensorik primer
di antara mata dan korteks visual. Gangguan hubungan visual-spasial
(mendapatkan hubungan dua atau lebih objek dalam area spasial)
sering terlihat pada Mien dengan hemiplegia kiri. Klien mungkin
tidak dapat memakai pakaian tanpa bantuan karena ketidakmampuan
untuk mencocokkan pakaian ke bagian tubuh.
c) Saraf III, IV, dan VI. Jika akibat stroke mengakibatkan paralisis, pada
satu sisi otot-otot okularis didapatkan penurunan kemampuan gerakan
konjugat unilateral di sisi yang sakit.
d) Saraf V : Pada beberapa keadaan stroke menyebabkan paralisis saraf
trigeminus, penurunan kemampuan koordinasi gerakan mengunyah,
penyimpangan rahang bawah ke sisi ipsilateral, serta kelumpuhan
satu sisi otot pterygoideus internus dan eksternus.
e) Saraf VII : Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris,
dan otot wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat.
f) Saraf VIII : Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
g) Saraf IX dan X : Kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan
membuka mulut.
h) Saraf XI : Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
i) Saraf XII : Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan
fasikulasi, serta indra pengecapan normal.
14) Pengkajian Sistem Motorik
Stroke adalah penyakit saraf motorik atas dan mengakibatkan
kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan motorik. Oleh karena saraf
motoric bersilangan, gangguan kontrol motor volunter pada salah satu
sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada saraf motoric di sisi
berlawanan dari otak.
a) Inspeksi Umum. Didapatkan hemiplegia (paralisis pada salah satu
sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau
kelemahan salah satu sisi tubuh adalah tanda yang lain.
b) Fasikulasi. Didapatkan pada otot-otot ekstremitas.
c) Tonus Otot. Didapatkan meningkat.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko Perfusi Serebral Tidak Efektif b.d oksigen otak menurun, stroke,
hipertensi (D.0017)
b. Defisit Nutrisi b.d ketidak mampuan untuk mengabsorbsi nutrient,
ketidakmampuan menelan, mencerna makan (D.0019)
c. Gangguan Mobilitas Fisik b.d penurunan kekuatan otot (D.0054)
d. Resiko Gangguan Integritas kulit b.d faktor risiko : kelembaban,
penekanan pada tonjolan tulang (D.0139)
e. Gangguan Komunikasi Verbal b.d. penurunan sirkulasi serebral, gangguan
neuromuscular, kerusakan sentral bicara (D.0119)

3. Rencana Keperawatan
Diaknosa Tujuan intervensi
No
keperawatan
1. Resiko perfusi serebral tidak Tujuan (SLKI) : Intervensi (SIKI)
efektif b.d oksigen otak gangguan perfusi Menejemen meningkat TIK
menurun, stroke, hipertensi jaringan dapat tercapai Pemantawan tekanan TIK
secara optimal 1. Pantau TTV tiap jam dan catat
Kriteria hasil : perfusi hasilnya
serebral 2. Kaji respon motorik terhadap
1. Mampu perintah sederhana
mempertahankan 3. Pantau status neurologis secara
tingkat kesadaran teratur
2. Fungsi sensori dan 4. Dorong latihan kaki aktif/pasif
motorik membaik 5. Kolaborasi pemberian obat
sesuai indikasi
2. Ketidak seimba ngan nutrisi : Tujuan (SLKI) : Intervensi (SIKI) :
kurang dari kebutuhan tubuh 1. Status nutrisi Manajemen nutrisi
b.d ketidak mampuan untuk 2. Asupan makanan 1. Pengelolaan gangguan
mengabsorbsi nutrient makanan
3. Cairan dan zat gizi
2. Pengelolaan nutrisi
Kriteria evaluasi:
3. Bantuan menaikkan BB
1. Menjelaskan
komponen
Aktivitas keperawatan :
kedekatan diet
1. Tentukan motivasi klien
2. Nilai laboratorium
untuk mengubah kebiasaan
(mis, transferin,
makan
albumin, dan
elektrolit) 2. Ketahui makanan kesukaan
klien
3. Melaporkan
keadekuatan tingkat 3. Rujuk ke dokter untuk
gizi Toleransi menentukan penyebab
terhadap gizi yang perubahan nutrisi
dianjurkan. 4. Bantu makan sesuai
dengan kebutuhan
klien
5. Ciptakan lingkungan yang
menyenangkan untuk
makan
3. Gangguan Mobilitas Fisik b.d Intervensi (SIKI) :
Tujuan (SLKI): Klien
penurunan kekuatan otot Dukungan Mobilisasi
diminta menunjukkan
tingkat mobilitas, 1. Terapi aktivitas, ambulasi
ditandai dengan 2. Terapi aktivitas, mobilitasi
indikator berikut sendi.
( sebutkan nilainya 1 –
5 ) : ketergantunggan 3. Perubahan posisi
( tidak berpartisipasi)
membutukan bantuan
Aktivitas Keperawatan :
orang lain atau alat
membutukan orang 1. Ajarkan klien tentang
lain, mandiri dengan pemantawan pengunaan alat
pertolongan alat bantu 2. Bantu mobilitas
atau mendiri penuh)
3. Ajarkan dan bantu klien
Kriteria Evaluasi : dalam proses perpindahan
Mobilisasi fisik 4. Berikan penguatan positif
1. Menunjukan selama neraktivitas
pengunaan alat bantu 5. Dukungan teknik latihan
secara benar dengan ROM
pengawasan 6. Kolaborasi dengan tim medis
2. Minta bantuan tentang mobilitas klien
untuk beraktifitas
mobilisasi jika di
perlukan.

3. Menyangga
BAB

4. Mengunakan
kursi roda secara
efektif.
4. Mobilitas gangguan integritas Tujuan (SLKI) : Intervensi (SIKI) :
kulit b.d faktor resiko : Tissue Integrity : skin Perawatan intergritas kulit
kelembaban penekanan pada and mucous membranes 1. Anjurkan pasien untuk
tonjolon tulang integritas kulit dan mengunakan pakaian yang
jaringan longar
Kriteria Hasil : 2. Hindari kerutan pada tempat
1. Integritas kulit yang tidur
baik bisa di 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap
pertahankan bersih dan kering
( sensasi, elastisitas, 4. Mobilisasi pasien ( ubah posisi
temperatur, hidrasi, pasien) setiap 2 jam sekali
pikgmentasi) 5. Monitor kulit akan adanya
2. Tidak ada luka atau kemerahan.
lesi pada kulit 6. Oleskan lution atau minyak
3. Menunjukan atau beby oil pada daerah yang
pemahaman dalam tertekan.
proses perbaikan 7. Kolaborasi pemeberian anti
kulit dan mencegah biotik sesuai indikasi
terjadinya cedera
berulang
4. Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembapan kulit
dan perawatan alami
5. Gangguan komunikasi ferbal Tujuan Intervensi (SIKI) :
b.d penurunan sirkulasi (SLKI ) :komunikasi Promosi komunikasi defisit bicara
serebral, gangguan dapat berjalan dengan 1. Lakukan komunikasi dengan
neuromusculer, kerusakan baik. wajar, bahasa, bahasa jelas,
sentral bicara Kriteria Hasil : sederhana dan bilah perlu di
Komunikasi ferbal ulang.
1. Klien dapat 2. Dengarkan dengan tekun jika
mengespresikan pasien mulai berbicara.
perasaan. 3. Berdiri di dalam lapang
2. Memahami maksud pandang pasienpada saat
dan pembicaraan berbicara.
orang lain. 4. Melatih otot bicara secara
3. Pembicaraan pasien optimal
dapat di pahami 5. Libatkan keluarga dalam
melatih komunikasih verbal
pada pasien
6. Kolaborasi dengan ahlih terapi
wicara.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Stroke merupakan kehilangan fungsi otak akibat terhentinya suplai darah kebagian otak
(Smeltzer & Bare 2001 dalam Masriadi, 2016). Stroke adalah sindrom klinis yang
timbul awal mendadak, progresif, cepat berupa defisit neurologis vokal atau global
yang berlangsung selama 24 jam. Efek yang akan terjadi yakni biasanya akan langsung
menimbulkan kematian. Stroke mengacu kepada setiap neurologik mendadak akibat
pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak.
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa kelumpuhan dan gejala lainnya bisa dicegah
atau dipulihkan jika recombinant tissue plasminogen activator (RTPA) atau
streptokinase yang berfungsi menghancurkan bekuan darah diberikan dalam waktu 3
jam setelah timbulnya stroke.
Stroke biasanya tidak berdiri sendiri, sehingga bila ada kelainan fisiologis yang
menyertai harus diobati misalnya gagal jantung, irama jantung yang tidak teratur,
tekanan darah tinggi dan infeksi paru-paru. Setelah serangan stroke, biasanya terjadi
perubahan suasana hati (terutama depresi), yang bisa diatasi dengan obat obatan atau
terapi psikis.
B. SARAN
Perawat memiliki peran penting dalam penanganan pasien yang menderita stroke, oleh
karena itu kita sebagai mahasiswi keperawatan harus memahami benar-benar tentang
penanganan dalam pemberian asuhan keperawatan penyakit stroke ini supaya kita dapat
memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai