Dosen Pengampu :
Di susun oleh :
1. Agustinus E Koyari
2. Feronika Pongoh
3. Ana Bagau
4. Alfrianty Bembe
5. Meswan Lingga
6. Hilan Yulianti Sasewa
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yhs, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Salam
kami curahkan kepada Tuhan yang telah membimbing kita hingga saat ini.
Makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Kritis Masalah Kesehatan Stroke ini
ditulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Kritis. Adapun
penyusunan makalah ini kiranya masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini. Kami pun berharap pembaca dapat
memberikan kritik dan sarannya kepada kami agar di kemudian hari kami bisa
membuat yang lebih sempurna lagi.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada segala pihak yang tidak bisa disebutkan
satu- persatu atas bantuannya dalam penyusunan makalah ini.
Kelompok I
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Rumusan Masalah
D. Manfaat
BAB II 5
TINJAUAN PUSTAKA 5
A. KONSEP DASAR 5
1. Anatomi Fisiologi 5
2. Pengertian Stroke 11
3. Etiologi Stroke 12
4. Faktor Resiko terjadinya Stroke 13
5. Pathway Stroke 15
6. Manifestasi Klinik 15
7. Komplikasi 16
8. Pemeriksaan Penunjang 16
9. Penatalaksanaan Medis 17
B. ASUHAN KEPERAWATAN 19
1. Pengkajian 19
2. Diagnosa Keperawatan 24
3. Rencana Keperawatan 24
4. Implementasi Keperawatan 27
5. Evaluasi 28
BAB III 51
PENUTUP 51
A. SIMPULAN 51
B. SARAN 51
DAFTAR PUSTAKA 52
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR
1. Anatomi Fisiologi
Otak manusia kira-kira 2% dari berat badan orang dewasa (3Ibs). Otak
menerima 20% dari curah jantung dan memerlukan sekitar 20% pemakaian
oksigen tubuh, dan sekitar 400 kilo kalori energi setiap harinya. Secara
anatomis sistem saraf tepi dibagi menjadi 31 pasang saraf spinal dan 12
pasang saraf cranial. Saraf perifer terdiri dari neuron- neuron yang
menerima pesan-pesan neural sensorik (aferen) yang menuju ke system
saraf pusat, dan atau menerima pesan-pesan neural motorik ( eferen) dari
system saraf pusat. Saraf spinal menghantarkan pesan- pesan tersebut
maka saraf spinal dinamakan saraf
campuran. Sistem saraf somatic terdiri dari saraf campuran.
Bagian aferen membawa baik informasi sensorik yang disadari maupun
informasi sensorik yang tidak disadari. Sistem saraf otonom merupakan
sistem saraf campuran. Serabut-serabut aferen membawa masukan dari
organ- organ visceral. Saraf parasimpatis adalah menurunkan kecepatan
denyut jantung dan pernafasan, dan meningkatkan pergerakan saluran
cerna sesuai dengan kebutuhan pencernaan dan pembuangan (Nusatirin,
2018).
Otak adalah alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat
computer dari semua alat tubuh. Bagian dari saraf sentral yang yang
terletak didalam rongga
tengkorak (cranium) dibungkus oleh selaput otak yang kuat. Otak terletak
dalam rongga cranium berkembang dari sebuah tabung yang mulanya
memperlihatkan tiga gejala pembesaran otak awal (Nusatirin, 2018).
1) Otak depan menjadi hemisfer serebri, korpus striatum, talamus, serta
hipotalamus.
2) Otak tengah, trigeminus, corpus callosum, korpus kuadrigeminus.
3) Otak belakang, menjadi pons varoli, medula oblongata, dan
serebelum. Fisura dan sulkus membagi hemisfer otak menjadi
beberapa daerah.
c) Medulla oblongata
Medulla oblongata merupakan bagian dari batang otak yang paling
bawah yang menghubungkan pons varoli dengan medula spinalis.
Bagian bawah medulla oblongata merupakan persambungan
medulla spinalis ke atas, bagian atas medulla oblongata yang
melebar disebut kanalis sentralis di daerah tengah bagian ventral
medulla oblongata. Medulla oblongata mengandung nukleus atau
badan sel dari berbagai saraftak yang penting.
Selain itu medula mengandung <pusat-pusat vital= yang berfungsi
mengendalikan pernafasan dan sistem kardiovaskuler. Karena itu,
suatu cedera yang terjadi pada bagian ini dalam batang otak dapat
membawa akibat yang sangat serius.
3) Cerebellum
Otak kecil di bagian bawah dan belakang tengkorak dipisahkan dengan
cerebrum oleh fisura transversalis dibelakangi oleh pons varoli dan
diatas medulla oblongata. Organ ini banyak menerima serabut aferen
sensoris, merupakan pusat koordinasi dan integrasi. Bentuknya oval,
bagian yang kecil pada sentral disebut vermis dan bagian yang melebar
pada lateral disebut hemisfer. Serebelum berhubungan dengan batang
otak melalui pedunkulus serebri inferior. Permukaan luar serebelum
berlipat-lipat menyerupai cerebellum tetapi lipatannya lebih kecil dan
lebih teratur. Permukaan cerebellum ini mengandung zat kelabu.
Korteks cerebellum dibentuk oleh substansia grisea, terdiri dari tiga
lapisan yaitu granular luar, lapisan purkinje dan lapisan granular
dalam.Serabut saraf yang masuk dan yang keluar dari serebrum harus
melewati cerebellum.
4) Saraf Kranial
Urutan Memberikan saraf
Nama saraf Sifat saraf
Saraf untuk fungsi saraf
Nervus Olfaktorius Sensorik Hidung sebegai alat
I
penciuman
Nervus Optikus Sensorik Bola mata untuk
II
penglihatan
Nervus Motorik Penggerak bola mata
III Okulomotoris dan mengangkat bola
mata,
Nervus Troklearis Motorik memutar mata dan
IV
mengerakan bola mata
Nervus Trigeminus Motorik dan Kulit kepala dan
Nervus Oftalmikus sensoerik kelopak mata atas
Nervus Maksilaris Motorik dan Rahang atas, palatum
V Nervus sensoerik dan hidung
Mandibularis Sensorik Rahang bawah dan
Motorik dan lidah
sensoerik
Nervus Abdusen Motorik Mata penggoyang sisi
VI
mata
Nervus fasialis Motorik dan Otot lidah, mengerakan
VII sensoerik lidah dan selaput lendir
rongga mulut
Nervus auditorius Sensorik Telingah rangsangan
VIII
pendengaran
IX Nervus vagus Sensorek Faring, tongsil dan
lidahresnfsagan citarasa
Nervus vagus Motorik dan Faring, luring paru-paru
X
sensoerik dan eshophagus
XI Nervusasesorius Motorik Leher, otot leher
Nervus hipoglosus motorik Lidah, citarasah dan
XII
otot lidah
5) Saraf Otonom
a) Saraf Simpatis
Saraf ini terletak di depan kolumna vertebra dan berhubungan
dengansumsum tulang belakang melalui serabut simpatis terdiri dari 3
bagian, yaitu :
Kornu anterior segmen torakalis ke – 1 sampai ke-12 dan segmen
lumbalis 1-3 terdapat nucleus vegetative yang berisi kumpulan –
kumpulan sel saraf simpatis.
1. Trunkus simpatikus beserta cabang – cabangnya. Di sebelah
kiri dan kanan vertebra terdapat barisan ganglion saraf
simpatikus yang membujur di sepanjang vertebra.
2. Pleksus simpatikus beserta cabang cabangnya. Di dalam
abdomen, pelvis, toraks, serta di dekat organ – organ yang
dipersarafi oleh saraf simpatis (otonom).
Fungsi serabut saraf simpatis
1. Mensarafi otot jantung
2. Mensarafi pembuluh darah dan otot tak sadar
3. Mempersarafi semua alat dalam seperti lambung, pankreas dan usus
4. Melayani serabut motorik sekretorik pada kelenjar keringat
5. Serabut motorik pada otot tak sadar dalam kulit
6. Mempertahankan tonus semua otot sadar.
b) Saraf Parasimpatis
Saraf kranial otonom adalah saraf kranial 3, 7, 9, dan 10. Saraf ini
merupakan penghubung, melalui serabut-serabut parasimpatis
dalam perjalanan keluar dari otak menuju organ-organ sebagian
dikendalikan oleh serabut-serabut menuju iris. Fungsi serabut
parasimpatis sebagai berikut:
5. Pathway Stroke
Terlampir
6. Manifestasi Klinik
Serangan untuk tipe stroke apapun akan menimbulkan defisit neurologis yang
bersifat akut. Tanda dan gejala stroke menurut (Mutiarasari, 2019) antara lain:
a. Hemidefisit motorik
b. Hemidefisit sensorik
c. Penurunan kesadaran
d. Kelumpuhan nervus VII (fasialis) dan nervus XII (hipoglosus) yang bersifat sentral
e. Afasia dan demensia
f. Hemianopsia
g. Defisit batang otak
Gejala klinis atau keluhan yang biasanya muncul terdiri dari defisit neurologis
yang bersifat mendadak baik pada stroke iskemik atau hemoragic. Penurunan tingkat
kesadaran, muntah, sakit kepala, kejang dan tekanan darah yang sangat tinggi
mungkin menunjukkan adanya stroke hemoragik. Sakit kepala merupakan gejala
awal yang paling sering dialami pasien seiring dengan perluasan hematoma yang
menyebabkan peningkatan TIK dan efek desak ruang pada otak. Gejala lain yang
dapat muncul berupa kaku kuduk yang terjadi akibat perdarahan di thalamus,
kaudatus, dan serebelum. Pada stroke hemoragik yang didominasi oleh gejala
peningkatan TIK yang membutuhkan penanganan segera sebagai tindakan life-
saving. Kondisi pecahnya pembuluh intraserebral tersebut menimbulkan gejala
neurologis yang berlaku secara mendadak dan seringkali diikuti gejala nyeri
kepala yang berat pada saat melakukan aktivitas akibat efek desak ruang atau
peningkatan tekanan intrakranial (TIK). Efek ini menyebabkan angka
kematian pada stroke hemoragik menjadi lebih tinggi dibandingkan stroke
iskemik (Ayundari Setiawan, 2021).
7. Komplikasi
a. Hipoksia serebral
Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah adekuat
ke otak. Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang
dikirimkan ke jaringan. Pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan
hemoglobin serta hematokrit pada tingkat dapat diterima akan membantu
dalam mempertahankan oksigenasi jaringan (Smeltzer & Bare, 2013).
b. Aliran darah serebral
Bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan integritas pembuluh
darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intravena) harus menjamin
penurunan viskositas (kekentalan) darah dan memperbaiki aliran darah
serebral. Hipertensi atau hipotensi ekstrem perlu perlu dihindari untuk
mencegah perubahan pada aliran darah serebral dan potensi meluasnya
area cedera (Smeltzer & Bare, 2013).
c. Embolisme serebral
Dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau dari katup
jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak dan
selanjutnya menurunkan aliran darah serebral (Smeltzer & Bare, 2013).
8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Wijaya & Putri, 2013) Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan
sebagai berikut:
1) Laboratorium
a) Pemeriksaan darah rutin
b) Pemeriksaan kimia darah, berupa :
- Gula darah rutin
- Kolestrol, ureum, kreatinin, asam urat, enzim SGOT/SGPT
2) CT scan.
Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
henatoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya
secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal,
kadang pemadatan terlihat di ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.
3) MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi dan besar/luas
terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan area
yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragi
4) Angiografi serebral
9. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan Medis Stroke Hemoragik
Menurut (Ayundari Setiawan, 2021) tatalaksana awal yang dilakukan
bertujuan untuk mengoptimalkan metabolisme otak saat keadaan
patologis, dengan melakukan stabilisasi jalan dan saluran napas pada pasien
untuk menghindari hipoksia. Selain itu, perlu dipastikan juga
kemampuan menelan pada pasien. Apabila terjadi gangguan menelan
pada pasien dengan keadaan tidak sadarkan diri, perlu dilakukan
pemasangan pipa nasogastrik untuk mencegah adanya aspirasi pada
saat pemberian makanan.
Pada fase akut, sebaiknya menghindari obat antihipertensi yang
meningkatkan tekanan intrakranial, terutama hydralazine, nitroprusside, dan
nitrogliserin. Pengobatan antihipertensi akut untuk pasien dengan ICH
bermanfaat dan aman dengan kisaran target tekanan darah sistolik atau
Systolic Blood Pressure(SBP) yang optimal antara 120 dan 160 mm Hg.
Perawatan awal untuk pasien yang mengalami peningkatan TIK
adalah meninggikan kepala tempat tidur hingga 30 derajat dan
pemberian agen osmotik seperti manitol, salin hipertonik. Manitol
20% diberikan dengan dosis 1,0 hingga 1,5 g/kg. Hiperventilasi setelah
intubasi dan sedasi, hingga pCO 28-32 mmHg akan diperlukan jika terjadi
peningkatan TIK lebih lanjut. Kraniektomi dekompresi dan evakuasi
hematoma sekarang lebih sering dilakukan untuk stroke hemoragik.
Tindakan ini menunjukkan peningkatan hasil yang diperoleh dengan
menambahkan kraniektomi dekompresi dengan duraplasti ekspansif
untuk evakuasi ICH hemisfer hipertensi. Hemikraniektomi
dekompresi dengan evakuasi hematoma dilakukan pada pasien
dengan skor GCS f8 dan hematoma besar dengan volume lebih besar dari
60 ml dapat menghindari kejadian kematian dan dapat meningkatkan hasil
fungsional. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan
mengontrol tekanan darah, menghentikan kebiasaan merokok, alkoholisme,
dan penggunaan kokain karena hal tersebut dapat memicu resiko
perdarahan intraserebral berulang.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko Perfusi Serebral Tidak Efektif b.d oksigen otak menurun, stroke,
hipertensi (D.0017)
b. Defisit Nutrisi b.d ketidak mampuan untuk mengabsorbsi nutrient,
ketidakmampuan menelan, mencerna makan (D.0019)
c. Gangguan Mobilitas Fisik b.d penurunan kekuatan otot (D.0054)
d. Resiko Gangguan Integritas kulit b.d faktor risiko : kelembaban,
penekanan pada tonjolan tulang (D.0139)
e. Gangguan Komunikasi Verbal b.d. penurunan sirkulasi serebral, gangguan
neuromuscular, kerusakan sentral bicara (D.0119)
3. Rencana Keperawatan
Diaknosa Tujuan intervensi
No
keperawatan
1. Resiko perfusi serebral tidak Tujuan (SLKI) : Intervensi (SIKI)
efektif b.d oksigen otak gangguan perfusi Menejemen meningkat TIK
menurun, stroke, hipertensi jaringan dapat tercapai Pemantawan tekanan TIK
secara optimal 1. Pantau TTV tiap jam dan catat
Kriteria hasil : perfusi hasilnya
serebral 2. Kaji respon motorik terhadap
1. Mampu perintah sederhana
mempertahankan 3. Pantau status neurologis secara
tingkat kesadaran teratur
2. Fungsi sensori dan 4. Dorong latihan kaki aktif/pasif
motorik membaik 5. Kolaborasi pemberian obat
sesuai indikasi
2. Ketidak seimba ngan nutrisi : Tujuan (SLKI) : Intervensi (SIKI) :
kurang dari kebutuhan tubuh 1. Status nutrisi Manajemen nutrisi
b.d ketidak mampuan untuk 2. Asupan makanan 1. Pengelolaan gangguan
mengabsorbsi nutrient makanan
3. Cairan dan zat gizi
2. Pengelolaan nutrisi
Kriteria evaluasi:
3. Bantuan menaikkan BB
1. Menjelaskan
komponen
Aktivitas keperawatan :
kedekatan diet
1. Tentukan motivasi klien
2. Nilai laboratorium
untuk mengubah kebiasaan
(mis, transferin,
makan
albumin, dan
elektrolit) 2. Ketahui makanan kesukaan
klien
3. Melaporkan
keadekuatan tingkat 3. Rujuk ke dokter untuk
gizi Toleransi menentukan penyebab
terhadap gizi yang perubahan nutrisi
dianjurkan. 4. Bantu makan sesuai
dengan kebutuhan
klien
5. Ciptakan lingkungan yang
menyenangkan untuk
makan
3. Gangguan Mobilitas Fisik b.d Intervensi (SIKI) :
Tujuan (SLKI): Klien
penurunan kekuatan otot Dukungan Mobilisasi
diminta menunjukkan
tingkat mobilitas, 1. Terapi aktivitas, ambulasi
ditandai dengan 2. Terapi aktivitas, mobilitasi
indikator berikut sendi.
( sebutkan nilainya 1 –
5 ) : ketergantunggan 3. Perubahan posisi
( tidak berpartisipasi)
membutukan bantuan
Aktivitas Keperawatan :
orang lain atau alat
membutukan orang 1. Ajarkan klien tentang
lain, mandiri dengan pemantawan pengunaan alat
pertolongan alat bantu 2. Bantu mobilitas
atau mendiri penuh)
3. Ajarkan dan bantu klien
Kriteria Evaluasi : dalam proses perpindahan
Mobilisasi fisik 4. Berikan penguatan positif
1. Menunjukan selama neraktivitas
pengunaan alat bantu 5. Dukungan teknik latihan
secara benar dengan ROM
pengawasan 6. Kolaborasi dengan tim medis
2. Minta bantuan tentang mobilitas klien
untuk beraktifitas
mobilisasi jika di
perlukan.
3. Menyangga
BAB
4. Mengunakan
kursi roda secara
efektif.
4. Mobilitas gangguan integritas Tujuan (SLKI) : Intervensi (SIKI) :
kulit b.d faktor resiko : Tissue Integrity : skin Perawatan intergritas kulit
kelembaban penekanan pada and mucous membranes 1. Anjurkan pasien untuk
tonjolon tulang integritas kulit dan mengunakan pakaian yang
jaringan longar
Kriteria Hasil : 2. Hindari kerutan pada tempat
1. Integritas kulit yang tidur
baik bisa di 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap
pertahankan bersih dan kering
( sensasi, elastisitas, 4. Mobilisasi pasien ( ubah posisi
temperatur, hidrasi, pasien) setiap 2 jam sekali
pikgmentasi) 5. Monitor kulit akan adanya
2. Tidak ada luka atau kemerahan.
lesi pada kulit 6. Oleskan lution atau minyak
3. Menunjukan atau beby oil pada daerah yang
pemahaman dalam tertekan.
proses perbaikan 7. Kolaborasi pemeberian anti
kulit dan mencegah biotik sesuai indikasi
terjadinya cedera
berulang
4. Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembapan kulit
dan perawatan alami
5. Gangguan komunikasi ferbal Tujuan Intervensi (SIKI) :
b.d penurunan sirkulasi (SLKI ) :komunikasi Promosi komunikasi defisit bicara
serebral, gangguan dapat berjalan dengan 1. Lakukan komunikasi dengan
neuromusculer, kerusakan baik. wajar, bahasa, bahasa jelas,
sentral bicara Kriteria Hasil : sederhana dan bilah perlu di
Komunikasi ferbal ulang.
1. Klien dapat 2. Dengarkan dengan tekun jika
mengespresikan pasien mulai berbicara.
perasaan. 3. Berdiri di dalam lapang
2. Memahami maksud pandang pasienpada saat
dan pembicaraan berbicara.
orang lain. 4. Melatih otot bicara secara
3. Pembicaraan pasien optimal
dapat di pahami 5. Libatkan keluarga dalam
melatih komunikasih verbal
pada pasien
6. Kolaborasi dengan ahlih terapi
wicara.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Stroke merupakan kehilangan fungsi otak akibat terhentinya suplai darah kebagian otak
(Smeltzer & Bare 2001 dalam Masriadi, 2016). Stroke adalah sindrom klinis yang
timbul awal mendadak, progresif, cepat berupa defisit neurologis vokal atau global
yang berlangsung selama 24 jam. Efek yang akan terjadi yakni biasanya akan langsung
menimbulkan kematian. Stroke mengacu kepada setiap neurologik mendadak akibat
pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak.
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa kelumpuhan dan gejala lainnya bisa dicegah
atau dipulihkan jika recombinant tissue plasminogen activator (RTPA) atau
streptokinase yang berfungsi menghancurkan bekuan darah diberikan dalam waktu 3
jam setelah timbulnya stroke.
Stroke biasanya tidak berdiri sendiri, sehingga bila ada kelainan fisiologis yang
menyertai harus diobati misalnya gagal jantung, irama jantung yang tidak teratur,
tekanan darah tinggi dan infeksi paru-paru. Setelah serangan stroke, biasanya terjadi
perubahan suasana hati (terutama depresi), yang bisa diatasi dengan obat obatan atau
terapi psikis.
B. SARAN
Perawat memiliki peran penting dalam penanganan pasien yang menderita stroke, oleh
karena itu kita sebagai mahasiswi keperawatan harus memahami benar-benar tentang
penanganan dalam pemberian asuhan keperawatan penyakit stroke ini supaya kita dapat
memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien.
DAFTAR PUSTAKA