Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS

KANKER NEUROENDOKRIN
Fernandes Helda Msen
:2022082024021
Hasriati :2022082024043
Ilonna Sarlotha Josephine Jafdas :2022082024012
Jane Desi Ria Hukubun :2022082024032
Nikson Barto Sambare Wonar :2022082024038
Sudiman Hataul :2022082024027
Zakharia Chostt Marwa :2022082024005
01
KANKER
Kanker adalah sekelompok penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan tidak terkendali
sel tubuh tertentu yang berakibat merusak sel dan jaringan tubuh lain, bahkan sering
berakhir dengan kematian. Karena sifatnya demikian “ganas” (tumbuh tak terkendali dan
Definisi
berakibat kematian), maka kanker juga disebut sebagai penyakit keganasan, dan sel kanker
disebut juga sel ganas. Semua sel tubuh dapat terkena kanker,kecuali rambut, gigi dan
kuku (Hendry, 2007).

Klasifikasi Kanker Ada lima kelompok besar yang digunakan untuk mengklasifikasikan kanker yaitu
karsinoma, sarkoma, limfoma, adenoma dan leukemia (National Cancer Institute, 2009).

a. Karsinoma ialah kanker yang berasal dari kulit atau jaringan yang menutupi organ
internal.

b. Sarkoma ialah kanker yang berasal dari tulang, tulang rawan, lemak, otot, pembuluh
darah, atau jaringan ikat.

c. Limfoma ialah kanker yang berasal dari kelenjar getah bening dan jaringan sistem
kekebalan tubuh.

d. Adenoma ialah kanker yang berasal dari tiroid, kelenjar pituitari, kelenjar adrenal, dan
jaringan kelenjar lainnya.
e. Leukemia ialah kanker yang berasal dari jaringan pembentuk darah seperti sumsum
tulang dan sering menumpuk dalam aliran darah.
Etiologi
01 Virus

02 Bakteri

03 Zat-zat kimia (karsinogen)

04 Paparan Sinar Ultraviolet (UV)

05 Ketegangan atau Stress

06 Hormon
Manifestasi Klinis
● Rasa sakit atau nyeri yang kerap datang serta semakin memburuk dan sulit
diobati, yang merupakan system tahap lanjut penyakit kanker.
● Sering demam yang terlihat dalam tahap-tahap lanjut, terutama bila kanker
mempengaruhi system kekebalan dan mengurangi pertahan terhadap
infeksi.
● Rasa lelah yang berlebihan
● Perubahan warna kulit, sehingga kulit menguning, memerah, gatal-gatal
atau pertumbuhan rambut yang berlebihan.
● Perubahan dalam kebiasaan buang air besar atau kecil
● Perubahan warna kulit tubuh atau wajah yang menetap ( kuning, merah,
atau cokelat)
● Penurunan bobot badan secara signitifikan (diatas 10kg) dalam waktu
singkat (hitungan bulan) tanpa sebab yang jelas. Selain tanda-tanda yang
bersifat umum, perlu diketahui tanda-tanda kanker yang bersifat khusus.
Manifestasi Klinis
tanda-tanda kanker yang bersifat khusus.
● Adanya benjolan yang tumbuh dan membesar di permukaan
kulit atau di organ lain.
● Adanya borok yang tak kunjung sembuh
● Perdarahan tidak normal dan sering terjadi, seperti flek atau
perdarahan diluar siklus menstruasi, mimisan, atau batuk
memburuk dan batuk berdarah.
● Perubahan dalam kebiasaan buang air besar dan kecil
● Kesulitan mencerna atau menelan makanan
● Batuk atau suara parau yang tidak kunjung hilang
● Terdapat masalah pendengaran.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik tidak banyak berperan kecuali colok
dubur/Rectal Toucher yang dilakukan pada pasien dengan perdarahan
ataupun gejala lainnya. Pada tingkat pertumbuhan lanjut, palpasi
dinding abdomen kadang-kadang teraba masa di daerah kolon kanan
dan kiri.
Hepatomegali jarang terjadi. Colok dubur merupakan cara diagnostik
sederhana. Pada pemeriksaan ini dapat dipalpasi dinding lateral,
posterior, dan anterior; serta spina iskiadika, sakrum dan coccygeus
dapat diraba dengan mudah. Metastasis intraperitoneal dapat teraba
pada bagian anterior rektum dimana sesuai dengan posisi anatomis
cavum douglas sebagai akibat infiltrasi sel neoplastik. Meskipun 10 cm
merupakan batas eksplorasi jari yang mungkin dilakukan, namun telah
lama diketahui bahwa 50% dari kanker kolon dapat dijangkau oleh jari,
sehingga colok dubur merupakan cara yang baik untuk mendiagnosa
kanker kolon.
Pemeriksaan Penunjang
X-Ray
Bone Scan
pengambilan sampel darah.
Pemeriksaan pap smear
Colposcopy
Tes penanda tumor SCC dan CEA
Pemeriksaan CT scan spiral
Pemeriksaan Bronskopi
Guaiac Fecal Occult Blood
Test (gFOBT)
Tumor neuroendokrin (TNE) adalah neoplasma yang muncul dari

in
sistem neuroendokrin. Sel neuroendokrin adalah bagian dari sistem

kr
neuroendokrin difus. Sistem ini merupakan suatu jaringan yang luas pada tubuh.
Sel-sel neuroendokrin tersebar di bagian-bagian tubuh yang berbeda seperti

do
lambung, usus dan paru-paru. Sel neuroendokrin juga terdapat pada sistem
endokrin seperti hipofisis, pineal, tiroid, paratiroid dan kelenjar adrenal, juga sel
en
islet pankreas (juga dikenal sebagai sel islet Langerhans), ovarium dan testis. Sel
neuroendokrin memiliki struktur menyerupai sel saraf atau neuron. Sel
ro

neuroendokrin menghasilkan chemical messenger yang disebut hormon, yang


u

mengatur kerja organ-organ yang berbeda. Mereka menerima pesan dari sistem
ne

saraf dan membentuk hormon sebagai respons terhadap pesan tersebut.


Sel neuroendokrin kadang berubah dan mengalami pertumbuhan
abnormal sehingga berkembang menjadi TNE. TNE dapat bersifat jinak
Ca

(benigna, nonkanker), dan sebagian ganas (maligna, kanker). Walaupun


merupakan kemungkinan kecil, TNE non-kanker dapat berkembang menjadi
kanker.
TNE diklasifikasikan menurut tempat kanker terjadi awalnya, seperti:
- TNE usus kecil
- TNECREDITS:
usus besarThis presentation template was created by Slidesgo, and includes
- TNEicons
apendisial
by Flaticon and infographics & images by Freepik
- TNE pankreas
- TNE gaster
- TNE paru-paru
Jarang-jarang, TNE ditemukan di area lain, termasuk hati, kandung empedu,
duktus biliaris, ginjal, ovarium dan testis.
Etiologi

Belum diketahui penyebab dari


tumor neuroendokrin di lokasi kolon dan
rektum. Penelitian meta-analisis
menyebutkan adanya pengaruh genetik,
merokok, konsumsi alkohol dan
peningkatan indeks massa tubuh terhadap
risiko terjadinya NET (NagArends MJ,
Odze RD, 2019).
Manifestasi Klinis
Tumor Neuroendokrin Fungsional Tumor Neuroendokrin Fungsional
Tumor neuroendokrin Tumor neuroendokrin non-
fungsional akan mengekskresi fungsional tidak diasosiasikan dengan
hormon, yang dapat menimbulkan gejala yang disebabkan oleh hormonal
gejala klinis terkait efek dari hormon sehingga gejala yang timbul disebabkan
tersebut. Kategori fungsional oleh tumor itu sendiri, karena sifat NET
didasarkan pada adanya gejala klinis indolen, banyak pasien tidak
yang muncul akibat hormon, dan menunjukkan gejala pada tahap awal, atau
bukan pada adanya ekspresi hormon datang dengan hanya gejala samar dan
tertentu pada pulasan yang paling umum seperti nyeri perut,
imunohistokimia. Manifestasi klinis penurunan berat badan, jaundice dan
akan bervariasi, tergantung pada gejala obstruksi saluran cerna seperti
lokasi dan tipe tumor. konstipasi dan buang air besar berdarah
Patofisiologi
Patofisiologi tumor neuroendokrin merupakan suatu proses yang dimulai dari hiperplasia.
Hiperplasia sel neuroendokrin adalah kondisi proliferasi sel non-neoplastik dan non-autonomi yang
menyebabkan pertambahan jumlah sel neuroendokrin umumnya lebih dari 2 kali normal, sehingga terjadi
peningkatan jumlah sel neuroendokrin di satu area dan penambahan total massa sel (Ening, 2019).
Hiperplasia disebabkan oleh kombinasi dari kejadian waktu paruh sel yang memanjang, replikasi augmentatif
dari sel matur, dan atau diferensiasi sebagian dari sel punca menjadi sel neuroendokrin yang spesifik. Hal-hal
tersebut dipicu oleh:
- Hilangnya mekanisme inhibisi normal untuk proliferasi sel neuroendokrin
- Hilangnya mekanisme umpan balik negatif
- Adanya substansi yang menstimulasi efek tropik sel
Mekanisme autokrin juga dapat menstimulasi proliferasi sel. Perjalanan terjadinya hiperplasia dibagi dalam
beberapa tahapan. Tahap awal adalah hiperplasia simpel atau difus, berlanjut menjadi hyperplasia linear.
Tahap selanjutnya adalah hiperplasia mikronodular. Hiperplasia adenomatoid adalah kumpulan dari lesi
hiperplasia mikronodular. Pembesaran mikronodul akan mengganggu membran basalis dan sel akan
memberikan gambaran sitologi atipik, tahap ini dikenal sebagai displasia. Tumor neuroendokrin dinyatakan
bila diameter nodul lebih besardari 0,5 mm (Ening, 2019).
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik tidak banyak berperan kecuali colok
dubur/Rectal Toucher yang dilakukan pada pasien dengan perdarahan
ataupun gejala lainnya. Pada tingkat pertumbuhan lanjut, palpasi
dinding abdomen kadang-kadang teraba masa di daerah kolon kanan
dan kiri.
Hepatomegali jarang terjadi. Colok dubur merupakan cara diagnostik
sederhana. Pada pemeriksaan ini dapat dipalpasi dinding lateral,
posterior, dan anterior; serta spina iskiadika, sakrum dan coccygeus
dapat diraba dengan mudah. Metastasis intraperitoneal dapat teraba
pada bagian anterior rektum dimana sesuai dengan posisi anatomis
cavum douglas sebagai akibat infiltrasi sel neoplastik. Meskipun 10 cm
merupakan batas eksplorasi jari yang mungkin dilakukan, namun telah
lama diketahui bahwa 50% dari kanker kolon dapat dijangkau oleh jari,
sehingga colok dubur merupakan cara yang baik untuk mendiagnosa
kanker kolon.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik mencakup tampilan umum (performance status)
penderita yang menurun, penemuan abnormal terutama pada
pemeriksaan fisik paru benjolan leher, ketiak atau dinding dada, tanda
pembesaran hepar atau tanda asites, nyeri ketok di tulang. Pada
pemeriksaan fisik, tanda yang dapat ditemukan pada kanker paru dapat
bervariasi tergantung pada letak, besar tumor dan penyebarannya.
Pembesaran kelenjar getah bening (KGB)
supraklavikula, leher dan aksila menandakan telah terjadi penyebaran
ke KGB atau tumor di dinding dada, kepala atau lokasi lain juga
menjadi petanda penyebaran. Sesak napas dengan temuan suara napas
yang abnormal pada pemeriksaan fisik yang didapat jika terdapat
massa yang besar, efusi pleura atau atelektasis. Venektasi (pelebaran
vena) di dinding dada dengan pembengkakan (edema) wajah, leher dan
lengan berkaitan dengan bendungan pada vena kava superior (SVKS).
Sindroma Horner sering terjadi pada tumor yang
terletak si apeks (pancoast tumor). Thrombus pada vena ekstremitas
ditandai dengan edema disertai nyeri pada anggota gerak dan gangguan
sistem hemostatis (peningkatan kadar D-dimer) menjadi gejala telah
terjadinya bendungan vena dalam (DVT). Tandatanda patah tulang
patologik dapat terjadi pada kanker yang bermetastasis ke tulang.
Tanda-tanda gangguan neurologis akan didapat jika kanker sudah
menyebar ke otak atau tulang belakang.
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium klinis


Radiologi
Pemeriksaan laboratorium Patologi Anatomi
Kolonoskopi
ASUHAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA (SDKI) TUJUAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI)

Pasien 1

1 Gangguan pola tidur b.d Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1.1 Pantau keadaan umum pasien dengan tandatanda
kurangnya kontrol tidur . keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan vital pasien
(D.0055) pola tidur pasien teratur Kriteria Hasil : 1.
1.2 Kaji pola tidur pasien
Melaporkan pola tidur yang optimal 2.
Waktu tidur dalam batas normal 7-8 jam 3. 1.3 Ciptakan suasana nyaman
Dapat mempertahankan pola tidur yang
optimal 1.4 Ajarkan teknik nonfarmakologis (relaksasi)
1.5 Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas
2 Defisit perawatan diri b.d Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2.1 Kaji respon pasien terhadap personal hygiene
penurunan motivasi/minat keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
2.2 Pantau kebersihan diri pasien
(D.0109) perawatan diri pasien dapat terjaga Kriteria
hasil : 1. Pasien dapat mngetahui 2.3 Bantu menyiapkan peralatan mandi pasien
pentingnya perawatan diri 2. Pasien dapat
menjaga kebersihan diri 2.4 Dorong keluarga untuk partisipasi dalam
perawatan diri pasien
ASUHAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA (SDKI) TUJUAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI)

Pasien 2

1 Nyeri akut b.d Agen Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1.1 Kaji tanda vital
Pencedera Fisik (D.0077) keperawatan selama 1 x 8 jam diharapkan
1.2 Kaji rasa nyeri
gangguan rasa nyaman teratasi Kriteria
Hasil : 1. Pasien dapat beristirahat atau 1.3 Pantau tanda-tanda nyeri
tidur 2. Pasien mengatakan nyeri
berkurang atau hilang 1.4 Latih teknik relaksasi
1.5 Pemberian obat atau kolaborasi
2 Risiko infeksi d.d Efek Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2.1 Kaji luka
prosedur invasif (D.0142) keperawatan diharapkan tidak terjadinya
2.2 Observasitanda dan gejala infeksi
tanda-tanda infeksi Kriteria hasil : 1.
Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi. 2.3 Manajemen luka
2. Menunjukkan kemampuan untuk
mencegah timbulnya infeksi. 3. 2.4 Pantau tandatanda vital
Menunjukkan perilaku hidup sehat 2.5 Anjurkan pasien menjaga kebersihan diri
Terima Kasih
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, and includes
icons by Flaticon and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai